Anda di halaman 1dari 76

PENDEKATAN, METODOLOGI DAN

PROGRAM KERJA

E.1. PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI


Pendekatan teknis dan metodologi menjelaskan pemahaman terhadap tujuan
pekerjaan, lingkup pekerjaan, metodologi kerja dan uraian detail mengenai
keluaran. Kemudian melakukan analisa data terhadap permasalahan yang
sedang dicari jalan keluarnya dan menjelaskan pendekatan teknis yang akan
diadopsi untuk diselesaikan permasalahannya serta menjelaskan metodologi
yang diusulkan termasuk kesesuaian metodologi tersebut dengan pendekatan
yang digunakan.

E.1.1. Dasar Hukum Pelaksanaan Pekerjaan


Dasar Hukum pelaksanaan Kegiatan ini adalah :
a. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33.
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1974 tentang
Pengairan.
c. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 - 2019.
d. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 06/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan
Sumber Air dan Bangunan Pengairan.
e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 09/PRT/M/2015 tentang Penggunaan Sumber Daya Air.

E-1
f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 28/PRT/M/2015 tentang Penetapan Garis Sempadan
Sungai dan Garis Sempadan Danau.
g. Surat Edaran Nomor 05/SE/D/2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Prasarana Sungai Serta
Pemeliharaan Sungai.

E.1.2. Daftar Istilah


Sebelumnya perlu diketahui dahulu daftar istilah terkait dengan pekerjaan ini.
Daftar Istilah tersebut antara lain :
1. Sungai
Alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air
beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengandibatasi
kanan dan kiri oleh garis sempadan.
(Sumber: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011
tentang Sungai)
2. Pengelolaan Sumber Daya Air
Upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi
penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber
daya air, dan pengendalian daya rusak air.
3. Pola Pengelolaan Sumber Daya Air
Kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau, dan
mengevaluasi kegiatan konservasi sumber daya air, pendayagunaan
sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.
4. Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air
Hasil perencanaan secara menyeluruh dan terpadu yang diperlukan untuk
menyelenggarakan pengelolaan sumber daya air.
5. Bantaran Sungai
Ruang antara tepi palung sungai dan kaki tanggul sebelah dalam yang
terletak di kiri dan/atau kanan palung sungai.
(Sumber: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011
tentang Sungai)

E-2
6. Garis Sempadan
Garis maya di kiri dan kanan palung sungai yang ditetapkan sebagai batas
perlindungan sungai.
(Sumber: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011
tentang Sungai)
7. Operasi dan Pemeliharaan Sungai
Kegiatan yang berkaitan dengan berfungsinya sungai dan beroperasinya
bangunan sungai meliputi antara lain pengawasan, pemeliharaan, operasi,
dan perbaikan.
(Sumber: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011
tentang Sungai)
8. Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan
AKNOP adalah Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan yang
memberikan estimasi dan evaluasi dari kegiatan operasi dan
pemeliharaan yang akan dikerjakan sehingga metoda dan biaya dapat
diatur dengan sebaik-baiknya.
9. Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) adalah perhitungan kebutuhan
biaya tenaga kerja, bahan dan peralatan untuk mendapatkan harga
satuan atau satu jenis pekerjaan tertentu.

E.1.3. Tujuan Pekerjaan Penyusunan Kinerja dan AKNOP Sungai Barito


Tujuan pekerjaan ini, yaitu :
a. Untuk mendapatkan dokumen teknis data base Sungai Tipar, Ijo dan
Telomoyo beserta anak-anak sungai nya
b. Untuk mengetahui kinerja dari sarana dan prasarana sungai.
c. Untuk mengetahui angka kebutuhan nyata operasi dan pemeliharaan
sarana dan prasarana sungai sehingga terarahnya pelaksanaan kegiatan
operasi dan pemeliharaan sungai sesuai dengan kebutuhan.

E.1.4. Ruang Lingkup Pekerjaan


Garis besar lingkup kegiatan pekerjaan “Penyusunan Penilaian Kinerja dan
AKNOP Sungai Tipar, Ijo dan Telomoyo (Lanjutan)”, yang merupakan
tugas pokok konsultan secara umum meliputi :

E-3
A. Kegiatan Persiapan, meliputi Persiapan Administrasi dan Teknis,
Mobilisasi Personil dan Peralatan, Menyusun Rencana Mutu Kontrak,
Orientasi Lapangan dan Pengumpulan Data Sekunder.
B. Kegiatan Lapangan, meliputi Survei Inventarisasi dan Investigasi Sarana
Prasarana Sungai dan Survei Pengukuran Topografi.
C. Analisa Data, meliputi Penilaian Kinerja Bangunan Sungai, Analisa
Kapasitas Tampungan Sungai, Penyusunan AKNOP Sungai,
Rekomendasi O & P Sungai serta Penggambaran.
D. Pelaporan dan
E. Diskusi/Pembahasan
Secara sistematis pendekatan teknis serta aktivitas yang akan dilakukan
dapat dilihat pada Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan seperti di bawah ini.

E-4
Gambar E.1. Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan

E-5
E.1.5. Metodologi
Metodologi pekerjaan Penyusunan Kinerja dan AKNOP Sungai Barito di Barito
Selatan Provinsi Kalimantan Tengah adalah sebagai berikut :
A. KEGIATAN PERSIAPAN
Dalam pekerjaan persiapan ini akan dikerjakan kegiatan yang berupa
mobilisasi sumber daya yang terkait dengan pekerjaan, menyusun
rencana kerja dan laporan, koordinasi dengan pihak-pihak terkait.
Pekerjaan persiapan ini akan dilaksanakan terutama oleh Tim Leader dan
tenaga pendukung lainnya. Pekerjaan persiapan ini mencakup segala
kegiatan yang diperlukan untuk mendukung dimulainya pelaksanaan
pekerjaan.
1. Persiapan Administrasi dan Teknis
Pada awal kegiatan akan dibuatkan surat untuk mobilisasi personil
maupun peralatan, surat pengantar survei, surat perintah kerja personil,
surat permohonan data yang dibutuhkan dan surat – surat lain yang
nantinya digunakan untuk keperluan pekerjaan selanjutnya terutama
kegiatan lapangan dengan membuat surat-surat perijinan/surat tugas
ke instansi terkait.
2. Mobilisari Personil dan Peralatan
Pekerjaan mobilisasi di sini meliputi :
1) Mobilisasi personil, yaitu mobilisasi personil yang akan
melaksanakan pekerjaan yang dilakukan secara bertahap sesuai
kebutuhan personil pada tahapan pekerjaan yang sedang
dilaksanakan.
2) Mobilisasi peralatan, yaitu penyiapan kantor/ruang kerja beserta
perlengkapannya, perlengkapan komputer, peralatan survei,
kendaraan roda 4 dan roda 2.
3) Mobilisasi bahan, yaitu perlengkapan gambar dan peta, alat tulis
kantor (kertas, tinta, dll).
Tingkat keberhasilan suatu pekerjaan tidak hanya tergantung atas
kemampuan dari para Tenaga Ahli yang menangani, akan tetapi faktor
koordinasi akan memegang peranan kunci yang akan menentukan
kelancaran dan kesempurnaan hasil yang akan dicapai. Dengan

E-6
koordinasi diharapkan tidak ada kerancuan dan tumpang tindih
pelaksanaan kegiatan dari masing-masing Tenaga Ahli, sehingga
dukungan dari masing-masing personil akan memberikan hasil yang
optimal.
3. Penyusunan Rencana Mutu Kontrak
Laporan Rencana Mutu Kontrak (RMK) yang disusun penyedia jasa
sekurang-kurangnya berisikan antara lain :
- Informasi Kegiatan yaitu menguraikan penjelesan mengenai nama
paket kegiatan, kode dan nomor kontrak, sumber dana, lokasi,
lingkup pekerjaan, waktu pelaksanaan dan penaggung jawab
Penyedia Barang/ Jasa;
- Sasaran mutu yang menguraikan target pencapaian mutu yang
terukur sesuai dengan KAK/RKS;
- Struktur Organisasi yang berkaitan dengan pengawasan
pelaksanaan pekerjaan dari pihak Organisasi Unit Pelaksana
Kegiatan (SNVT/SKS/PPK) berikut organisasi konsultan pengawas
pekerjaan (bila ada pada pekerjaan kontruksi) yaitu bagan struktur
organisasi yang menjelaskan keterkaitan pihak – pihak dalam
pelaksanaan kegiatan;
- Struktur Organisasi Penyedia Barang/ jasa yaitu bagan struktur
organisasi penanggung jawab pelaksanaan pekerjaan kontrak;
- Tugas, tanggung jawab dan wewenang yaitu uraian tugas,
tanggung jawab dan wewenang masing-masing kedudukan yang
ada dalam struktur organisasi;
- Bagan alir pelaksanaan kegiatan yaitu menguraikan urutan proses
kegiatan dari tahap persiapan sampai dengan tahap penyerahan
akhir kegiatan, termasuk kegiatan verifikasi, validasi, monitoring,
evaluasi, inspeksi dan pengujian (sesuai keperluannya);
- Jadwal pelaksanaan kegiatan yaitu menguraikan tahapan
pelaksanaan sesuai dengan perencanaan waktu, termasuk
perencanaan bobot pekerjaan;

E-7
- Jadwal peralatan yaitu menguraikan perencanaan penggunaan
peralatan yang diperlukan dalam setiap tahapan kegiatan;
- Jadwal material yaitu menguraikan perencanaan penggunaan
bahan/ material yang diperlukan dalam setiap tahapan kegiatan;
- Jadwal personil yaitu menguraikan perencaan personil, tenaga ahli
dan staff pendukung dalam setiap kegiatan sesuai dengan
kompetensi yang dipersyaratkan;
- Jadwal Arus Kas yaitu menguraikan perencanaan penerimaan dan
pengeluaran Kas (keuangan) sesuai dengan nilai kontrak;
Rencana terhadap metoda verifikasi, validasi, monitoring, evaluasi,
inspeksi dan pengujian yang diperlukan beserta kriteria penerimaannya.
4. Orientasi Lapangan dan Pengumpulan Data Sekunder
Orientasi lapangan/survei pendahuluan dilakukan untuk dapat
mengenal lebih jauh kondisi lokasi daerah kajian. Dalam kegiatan ini
sekaligus dilakukan kegiatan pengumpulan data serta menentukan
pemilihan dan penentuan titik referensi pengukuran, penentuan batas-
batas wilayah pengukuran dan jalur pengukuran.
Pengumpulan Data Sekunder yang dilaksanakan meliputi :
a. Pengumpulan/kompilasi data Sungai Barito dari data yang tersedia
di Direktorat Sungai dan Pantai, Direktorat OP Ditjen SDA dan
instansi lain yang terkait.
b. Data dan informasi pembangunan dan rehabilitasi sarana dan
prasarana Sungai Barito dari Dinas terkait di Pemerintah Daerah.
c. Data dan informasi terkait dengan kelembagaan sarana dan
prasarana Sungai Barito dari instansi terkait.
d. Data dan informasi terkait dengan kondisi sosial ekonomi dan
pemerintahan.
Pengumpulan literatur dan referensi serta hasil laporan
terdahulu/studi sebelumnya terlebih dahulu termasuk pengkajian
peraturan-perundangan dan dokumen teknis yang terakit dengan
pelaksanaan OP sungai yang meliputi data teknis perencanaan yang
sudah ada.

E-8
B. KEGIATAN LAPANGAN
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendapatkan data primer yang
diperlukan. Kegiatan lapangan yang dilaksanakan dalam pekerjaan ini
antara lain :
1. Survei Inventarisasi dan Investigasi Sarana Prasarana Sungai
Kegiatan inventarisasi dilaksanakan dengan cara penelusuran
(walkthrough) pada awal masa OP dan dilakukan minimal satu kali
dalam satu periode (misalnya 1 kali per tahun) kegiatan OP. Sebelum
melaksanakan penelusuran, maka perlu dilakukan pengumpulan data
skema dan pembuatan jalur penelusuran. Jalur penelusuran bisa
dimulai dari hulu sampai ke hilir. Hasil kegiatan inventarisasi dicatat
dalam Blangko Inventarisasi, yang memuat data dan informasi berikut:
a. Data Dasar Prasarana
Data dasar yang diinventarisasi antara lain: informasi Bench Mark
(BM) acuan, as-built drawing, nota desain, spesifikasi teknik,
sumber pendanaan, dan dokumen hukum prasarana
bersangkutan.
b. Informasi Pemanfaatan Prasarana
Prasarana sungai dibangun untuk tujuan pemanfaatan tertentu,
seperti prasarana pelindung dan pengendali, prasarana
pendayagunaan, dan prasarana pemantau.
c. Kodefikasi
Penetapan, nomenklatur prasarana dalam bentuk kode lokasi,
pembagian dan penortioran ruas prasarana atau cukup kode
lokasi dan penomoran prasarana (untuk prasarana yang relatif
kecil dan pendek). Tata cara kodefikasi mengacu Peraturan
Menteri Keuangan No.29/PMK.06/2010 tentang Penggolongan
dan Kodefikasi BMN.
d. Data Awal Kondisi Fisik Fungsi
Data awal kondisi fisik fungsi meliputi segala sesuatu yang tampak
selama proses inventarisasi. Data awal dapat berupa pencatatan

E-9
dimensi, pencatatan kondisi prasarana, sketsa, dan dokumentasi
foto.
Dokumentasi foto diperlukan untuk secara visual memberi
gambaran tentang kondisi dari aset yang bersangkutan. Foto-foto
tersebut diarahkan ke sudut-sudut bagian aset yang memang
mengalami masalah. Foto-foto tersebut juga dibatasi maximum 4
buah saja, karena kalau terlalu banyak akan memakan tempat
penyimpanan memori yang besar. Foto sebaiknya dibuat dengan
kamera digital, karena dapat langsung disimpan di file komputer.
Bila menggunakan kamera yang memakai film, maka diperlukan
proses scanning sebelum dapat disimpan dalam file.
Inventarisasi dilakukan pada sarana dan prasarana sungai. Sarana
dan prasarana sungai meliputi :
1) Revetmen
Modul ini memuat operasi dan pemeliharaan revetmen. Metode
perbaikan jika revetmen mengalami kerusakan beserta blangko
perencanaan anggaran biaya. Bangunan pengaman tebing atau
revetmen merupakan suatu bangunan yang ditujukan untuk
mengamankan dan atau melindungi tebing sungai dari pengaruh
arus/gerusan oleh kecepatan air yang melebihi kecepatan ijin butir-
butir pembentuk tebing dan dasar sungai.

Gambar E.2. Bangunan Pengaman Tebing/Revetmen

Keterangan :
1. Bangunan pengaman tebing/revetmen
2. Pipa drainase

E - 10
3. Filter
4. Dasar sungai

Gambar E.3. Pengukuran Kedalaman Pada Revetmen

Revetmen harus diperiksa minimal setahun sekali pada akhir


musim hujan. Informasi yang didapat agar dimasukkan dalam
formulir inventarisasi. Jika terdapat tanda-tanda kerusakan ataupun
ada gerusan lokal pada kaki pelindung tebing harus dilakukan
pengamatan khusus. Jika diperlukan dilakukan pengukuran
kedalaman gerusan ataupun perubahan yang terjadi pada dasar
atau flexible aprons.
Bahan konstruksi bangunan pengaman tebing antara lain dapat
berupa :
a. Pasangan batu kosong (riprap)
b. Pasangan batu
c. Beton tumbuk
d. Bronjong
2) Tanggul
Modul ini memuat operasi dan pemeliharaan tanggul. Metode
perbaikan jika tanggul mengalami kerusakan beserta blangko
perencanaan anggaran biaya. Tanggul, merupakan suatu bangunan
pengendali banjir yang dibangun di kanan dan kiri palung sungai,
dengan maksud untuk memperbesar kapasitas sungai yang

E - 11
berhubungan dengan debit banjir rencana dan tinggi muka air
sungai, serta membatasi genangan banjir.

Gambar E.4. Posisi Tanggul

Ada beberapa pengaruh akibat adanya bangunan tanggul antara


lain :
1. Menambah intensitas pejalanan gelombang banjir ke hilir
2. Menambah tinggi elevasi muka air banjir
3. Menambah besaran puncak banjir
4. Menambah kecepatan banjir dan gaya gerusan
5. Mengurangi kemiringan garis muka air dan
6. Mengurangi/membatasi genangan banjir.
Pada umumnya bangunan tanggul berupa timbunan tanah, tetapi
pada beberapa lokasi karena keterbatasan lebar bantaran sungai
ada yang dibangun dengan pasangan batu atau konstruksi beton.
Semua tanggul harus diperiksa minimal setahun sekali pada akhir
musim hujan. Jika terdapat tanggul yang mengalami kerusakan,
harus dilakukan survei pengukuran untuk memantau
perkembangan kerusakan. Survei penampang melintang dari tebing
sungai pada tanggul-tanggul tersebut akan dilakukan pada akhir
musim hujan, dengan interval jarak tiap-tiap 100 m sampai 200,
tergantung pada kondisi dari tanggul.

E - 12
3) Krib
Modul ini memuat operasi dan pemeliharaan krib. Metode
perbaikan jika krib mengalami kerusakan beserta blangko
perencanaan anggaran biaya.
Krib adalah bangunan yang ditempatkan sejajar dengan alinyemen
tebing sungai desain, dimaksudkan untuk mengarahkan arus,
sehingga arus sungainya tidak membahayakan tebing sungai.

Gambar E.5. Bangunan Krib

Keterangan gambar :
1. Garis tebing sungai lama
2. Garis tebing baru (yang direncanakan)
3. Krib
4. Endapan sungai
Pada umumnya fungsi krib adalah untuk :
a. Pengendalian erosi tebing sungai, dengan mengurangi arus yang
menyerang tebing sungai
b. Memperbaiki alur sungai untuk keperluan navigasi
c. Mengarahkan arah aliran sungai sesuai dengan alinyemen
sungai yang diharapkan
d. Memperbaiki bentuk kurva sungai

E - 13
e. Memisahkan atau mengarahkan agar sedimen tidak masuk ke
bangunan pengambilan.
4) Pelimpah Banjir
Modul ini memuat operasi dan pemeliharaan pelimpah banjir.
Metode perbaikan jika pelimpah banjir mengalami kerusakan
beserta blangko perencanaan anggaran biaya.
Bangunan pelimpah banjir, merupakan suatu bangunan sungai
yang dibangun di kanan atau di kiri palung sungai dan ditempatkan
pada posisi tanggul, dan dimaksudkan untuk mengalirkan sebagian
dari puncak banjir, sehingga kapasitas sungai di sebelah hilir
bangunan pelimpah banjir mampu menampung debit banjir yang
terjadi. Kelebihan debit banjir yang dialirkan melewati bangunan
pelimpah banjir dapat dialirkan ke beberapa alternatif, yaitu :
a. Dialirkan ke daerah retarding basin
b. Dialirkan langsung ke laut
c. Dialirkan ke sungai lain atau anak sungainya

Gambar E.6. Bangunan pelimpah banjir

Keterangan gambar :
1. Puncak tanggul
2. Puncak bangunan pelimpah
3. Lantai olahan (peredam energi)
4. Lantai muka
5. Kanal penyalur banjir
6. Bantaran
5) Kanal/saluran buatan

E - 14
Modul ini memuat operasi dan pemeliharaan kanal. Metode
perbaikan jika kanal mengalami kerusakan beserta blangko
perencanaan anggaran biaya.
Kanal penyalur banjir, merupakan kanal buatan yang dimaksudkan
untuk mengalirkan debit banjir yang melewati bangunan pelimpah
banjir. Kanal penyalur banjir dapat berupa tanah biasa atau berupa
berupa kanal yang diperkuat (lining) serta biasanya dilengkapi
dengan bangunan tanggul.

Gambar E.7. Kanal


Keterangan gambar :
1. Kanal
2. Bantaran
3. Tanggul
6) Bangunan Pengatur
Modul ini memuat operasi dan pemeliharaan bangunan pengatur.
Metode perbaikan jika bangunan pengatur mengalami kerusakan
beserta blangko perencanaan anggaran biaya.
Bangunan pengatur/pembagi banjir, merupakan suatu bangunan
sungai yang dibangun melintang sungai, dan dimaksudkan untuk
mengatur dan atau membagi debit sesuai dengan besaran debit
yang direncanakan. Sistem operasi bangunan/pembagi banjir
mengikuti sistem pengoperasian bangunan yang telah ditetapkan.

E - 15
Gambar E.8. Bangunan Pengatur/Pengendali Banjir

Berikut ini contoh formulir inspeksi/inventarisasi sungai dan bangunan


sungai.

E - 16
E - 17
E - 18
E - 19
E - 20
E - 21
E - 22
E - 23
E - 24
E - 25
E - 26
E - 27
E - 28
E - 29
Setelah melaksanakan kegiatan inventarisasi dan investigasi,
selanjutnya data yang diperoleh kemudian dihimpun ke dalam
laporan. Berikut merupakan langkah kegiatan penatausahaan
bangunan sungai yang merupakan kegiatan inventarisasi.

Tabel E.1. Langkah Kegiatan Penatausahaan Prasarana Sungai


No Uraian Kegiatan Output Data Keterangan
1. Mengumpulkan data  Nilai perolehan bangunan. Data statis
dan informasi  Tahun perolehan.
 Sumber dana.
mengenai bangunan  Kapasitas/fungsi bangunan.
sungai yang ada.  Gambar terbangun (as built
drawing).
2. Melakukan  Posisi koordinat geografis Data statis
pengecekan letak bangunan. Data dinamis
dan kondisi  Kondisi bangunan.
 Taksiran nilai bangunan
bangunan di
sekarang.
lapangan.  Foto lokasi bangunan.
 Keterangan lain yang
dianggap perlu.
3. Melakukan  Nomor kode bangunan.
pencatatan dalam  Laporan inventarisasi dan

buku register register bangunan sungai.

bangunan

2. Survei Pengukuran Topografi


a. Pemasangan Patok Kayu, Patok Beton/Bench Mark (BM) dan
Control Point (CP)
Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam pemasangan
BM di lapangan, diantaranya adalah :
 Patok beton (Bench Mark = BM) yang akan dipasang
mempunyai ukuran 20 x 20 x 100 cm dan dipakai sebagai
kerangka utama dalam pemetaan situasi.
 Patok beton pembantu (Control Point = CP) dipasang
sebagai patok pendamping untuk orientasi arah dan untuk

E - 30
memudahkan dalam uji petik (cross check). CP mempunyai
ukuran dengan diameter 10 x 10 x 100 cm.
 Dalam pemasangan BM/CP akan disesuaikan pula untuk
kebutuhan pengukuran trase sungai, sehingga patok –
patok ini dapat dipakai untuk pengukuran trase sungai.
 Penentuan rencana lokasi pemasangan BM dilakukan atas
Dasar sketsa rencana jalur kerangka utama, yaitu 1 (satu)
buah untuk setiap 50 (lima puluh) hektar atau setiap 2 (dua)
Km untuk pengukuran sepanjang sungai/saluran
pembuang.
 Pemasangan BM/CP akan ditempatkan pada lokasi yang
aman dan stabil, serta mudah diketemukan kembali.
 Bagian BM/CP yang muncul di permukaan adalah + 20 cm
untuk BM dan + 25 cm untuk CP.
 Penomoran BM dicantumkan pada marmer (16 x 16) cm
dengan dicat warna biru.
 Dibuat foto Bench Mark/CP untuk deskripsi BM/CP.
 Untuk menetukan koordinat digunakan GPS.

Bentuk dan Ukuran Patok Beton/Bench Mark (BM)

E - 31
Bentuk dan Ukuran Control Point (CP)

b. Pengukuran Poligon
 Poligon Utama
 Poligon harus meliputi daerah yang akan dipetakan dan
merupakan kring yang tertutup.
 Jika terlalu besar harus dibagi lagi dalam beberapa
kring tertutup.
 Poligon dibagi atas seksi-seksi dengan panjang
maksimum 2,5 km.
 Pengukuran poligon harus diikatkan ke titik tetap yang
telah ada (titik triangulasi, BM yang sudah ada) sebagai

E - 32
kontrol ukuran titik referensi/awal pengukuran yang
akan ditentukan kemudian oleh Pengawas Pekerjaan.
 Pengukuran sudut poligon dilakukan dengan 2 (dua)
seri dengan ketelitian sudut 2“.
 Salah penutup sudut maksimum 10” n , dimana n
adalah banyaknya titik poligon, diusahakan sisi poligon
sama panjangnya.
 Alat ukur sudut yang harus digunakan Total Station atau
sejenis dan pengukuran sudut dilakukan dengan tititk
nol yang berada (0o, 45o, 90o dan seterusnya).
 Sudut vertikal dibaca dalam 2 (dua) seri dengan
ketelitian sudut 20”.
 Ketelitian linear poligon 1 : 7.500.
 Pengukuran jarak dilakukan dengan alat EDM,
dilakukan pulang pergi masing-masing minimal 3 (tiga)
kali bacaan untuk pulang pergi.
D t1  t 2  D t2  t1
 D t1  t2
2

dimana :
D t1-t2= jarak datar bacaan ke muka
D t2-t1= jarak datar bacaan ke belakang
D t1-t2= jarak yang digunakan dalam hitungan
poligon.

 Poligon Cabang
 Pengukuran harus dimulai dari poligon utama dan
diakhiri pada poligon utama juga.
 Poligon dibagi atas seksi-seksi dengan panjang
maksimum 2,5 km.
 Pengukuran sudut poligon dilakukan dengan satu seri
dengan ketelitian sudut 20”.

E - 33
 Salah penutup maksimum 20” n , dimana n banyaknya
titik poligon.
 Diusahakan sisi poligon sama panjangnya.
 Alat ukur yang harus dilakukan dengan rantai ukur baja,
dilakukan pulang pergi masing-masing minimal 3 (tiga)
kali bacaan untuk pulang dan pergi dengan titik nol
yang berbeda.
 Ketelitian linear poligon 1 : 5.000.

fx 2  fy 2
KI   1 : 5.000
d

dimana :
fx = jumlah X, dan
fy = jumlah Y
c. Pengukuran Sipat Datar
Pengukuran sipat datar harus dilakukan setelah benchmark
dipasang. Semua benchmark yang ada atau akan dipasang,
harus melalui jalur sipat datar apabila berada atau berdekatan
dengan jalur sipat datar. Alat ukur sipat datar yang digunakan
adalah Waterpass. Batas toleransi kesalahan penutup
maksimum10√D mm, D=jumlah jarak dalam km.
 Pengukuran Sipat Datar Memanjang
Tujuan dari pengukuran ini adalah mengetahui ketinggian
titik-titik dari permukaan tanah yang dilewati dan biasanya
diperlukan sebagai kerangka vertikal bagi suatu daerah
pemetaan. Hasil dari pengukuran ini adalah data ketinggian
dari titik-titik (patok) sepanjang jalur pengukuran. Ketentuan
atau kaidah yang harus dipenuhi dalam melaksanakan
pengukuran sipat datar profil memanjang sama dengan
kaidah dalam pengukuran sipat datar melintang.
Panjang dari setiap slag maksimum 50 meter, sedangkan
pada belokan dan bangunan/fasilitas penting seperti

E - 34
gorong-gorong, jembatan, melintas saluran diukur dengan
jarak sesuai kondisi lapangan.

Pengukuran Sipat datar memanjang

Keterangan :
A,B = titik yang ditentukan beda tingginya
1,2,3 = titik-titik bantu
a,c,e,g= Bacaan rambu belakang
b,d,f,h = Bacaan rambu depan
Apabila titik A telah diketahui tinggi (elevasi), maka dengan
perhitungan dapat diperoleh ketinggian pada titik B dengan cara
sebagai berikut :
H1 = h + HA-1
H2 = hA + hA-1 + h1-2
H9 = hA + hA-1 + h1-2 + h2-9 dan seterusnya
dalam hal ini :
hA = tinggi titik A
h1, h2, h3 = tinggi titik-titik bantu
hA-1, hA-2, hA-3 = tinggi titik-titik bantu

 Pengukuran Sipat Datar Profil Melintang


Pengukuran sipat datar profil melintang dilakukan untuk
mengetahui bentuk irisan melintang dari alur saluran.
Pengambilan titik-titik detail penampang harus serapat
mungkin dan diikatkan pada titik poligon. Jarak
pengambilan melintang 25 meter arah kanan dan 25 meter
arah kiri dari as saluran.

E - 35
Tujuan pengukuran sipat datar melintang adalah
mengetahui profil atau tampang tubuh tanah dari suatu
trace saluran, jalan, jaringan pipa dan lain-lain.

Pengukuran Sipat Datar Pofil Melintang

C. ANALISA DATA
1. Penilaian Kinerja Bangunan Sungai
Setelah dilaksanakan inventarisasi sarana dan prasarana sungai,
maka kegiatan selanjutnya adalah penilaian kinerja bangunan
sungai. Untuk evaluasi fungsi sungai dilaksanakan pada kondisi
eksisting sungai dan sarana prasarana utama serta pendukung
yang ada di sungai. Evalusi fungsi sungai harus dilakukan dengan
memperhatikan kondisi bangunan secara menyeluruh, tidak hanya
fisik namun juga fungsi. Penilaian secara fisik dan fungsi dilakukan
pada kegiatan pemantauan. Setelah kegiatan pemantauan
dilaksanakan, selanjutnya dilaksanakan evaluasi.
a. Pemantauan
Kegiatan pemantauan atas kondisi prasarana mencakup
struktur dan fungsinya. Pemantauan dilakukan dengan interval
minimal 6 bulan sekali (atau 2 kali dalam setahun) dengan
jadwal yang dipilih sedemikian rupa sehingga hasilnya mewakili
perubahan kondisi prasarana pada masing-masing musim
(sebelum dan sesudah banjir) setiap tahunnya. Dalam
pemantauan, kegiatan pengamatan dan pengukuran dilakukan
menggunakan peralatan kerja yang sama- sebagaimana
dibahas pada bagian inventarisasi.

E - 36
Untuk prasarana sungai yang telah lama dibangun atau telah
rusak, pemantauan pertama dapat dilakukan segera setelah
inventarisasi. Hal ini dilakukan agar penanganan prasarana
dapat terlaksana sesegera mungkin. Hasil evaluasi dari
pemantauan pertama akan dapat langsung menjadi dasar untuk
menentukan tindak lanjut untuk prasarana bersangkutan.
Hasil pemantauan dicatat dalam Blangko Pemantauan. Satu set
Blangko Pemantauan digunakan untuk melakikan pemantauan
satu ruas prasararig atau satu nomor prasarana sesuai posisi
prasarana dengan mengacu pada hasil inventarisasi.
Petugas yang akan melakukan pemantauan wajib mempelajari
dokumen inventarisasi beserta dokumen pemantauan terakhir
untuk prasarana bersangkutan. Selanjutnya dilakukan
pengamatan dan penilaian kondisi prasarana dan pengumpulan
inforrnasi terkait fungsi prasarana yang merupakan bagian
terpenting dari kinerja prasarana sungai.
 Kondisi Fisik
Dalam pemantauan, fisik prasarana diukur kembali seperti
pada saat inventarisasi. Data elevasi, ukuran, dan bentuk
prasarana diisikan dalam kotak-kotak data pada lembar
blangko yang telah disediakan. Perubhan yang terjadi akan
dapat diketahui apabila data tersebut diperbandingkan
dengan data pengukuran sebelumnya. Untuk itu, titik-titik
ukur sebaiknya dilakukan pada tempat yang sama.
Selain pengukuran fisik prasarana, dilakukan juga penilaian
terhadap kondisi prasarana. Kondisi struktur prasarana
dini(ai berdasarkan beberapa indikator kerusakan. Indjkator
ini akan berbeda untuk tiap jenis prasarana, untuk itu
pemantauan perlu dilakukan sesuai jenis prasarana, namun
indikator umum yang dapat digunakan adalah sebagai
berikut:
a. Elevasi dan dimensi prasarana.
b. Kondisi material penyusun.

E - 37
c. Kondisi badan prasarana.
d. Kondisi pondasi prasarana.
e. Binatang dan tumbuhan penganggu di sekitar
prasarana.
Hasil pemantauan kondisi prasarana dilengkapi dengan foto
yang diberi catatan dan komentar. Tiap kerusakan yang
ditemukan juga didokumentasi dengan foto dan
keterangannya serta petunjuk lokasi kerusakan pada
sketsa.
 Kondisi Fungsi
Bagian akhir dari kegiatan pemantauan adalah hal yang
penting menyangkut fungsi prasarana. Informasi disajikan
dalam bentuk foto dengan uraian kondisi yang meliputi
obyek-obyek yang diamankan dan fenomena yang terjadi
pada sungai dengan adanya prasarana bersangkutan.
Informasi ini selanjutnya akan digunakan dalam tahap
evaivasi untuk menilai fungsi prasarana.

E - 38
E - 39
E - 40
E - 41
Gambar E.9. Contoh Blangko Pemantauan

b. Evaluasi
Kegiatan evaluasi dilakukan di kantor oleh tim evaluasi pada
setiap akhir kegiatan pemantauan. Proses evaluasi dilakukan
dengan cara mencocokkan nilai yang terdapat pada tabel
dengan nilai yang terdapat pada Blangko pemantauan. Tujuan
akhir dari proses evaluasi adalah keputusan tindak lanjut OP
selanjutnya, apakah prasarana sungai yang bersangkutan
memerlukan pemeliharaan preventif, korektif, atau rehabilitatif.

E - 42
Tabel E.2. Nilai Kondisi Fisik vs Kondisi Fungsi
Penilaian 50 40 25 10
Resiko Resiko Kecil Resiko Resiko
Sangat Kecil = Kondisi Sedang = Besar =
= Kondisi Fisik Baik Kondisi Fisik Kondisi
Fisik sangat Cukup Baik Fisik Jelek
Baik
Resiko Kegagalan Tinggi

10 60 50
Resiko Besar =
Kondisi Fungsi
Buruk
25 75 65 50
Resiko Sedang
= kondisi
Fungsi Cukup
40 90 80 65 50
Resiko Kecil =
Kondisi Fungsi
Baik
50 100 90 75 60
Resiko sangat
Kecil = Kondisi
Fungsi Sangat
Baik
>70 Resiko Rendah = Kinerja Baik = Pemeliharaan Preventif
50 – 70 Resiko Sedang = Kinerja Cukup = Pemeliharaan Korektif

E - 43
E - 44
Gambar E.10. Contoh Blangko Evaluasi

E - 45
Penilaian/Audit Kelembagaan
Untuk penilaian kinerja OP difokuskan pada organisasi dan
pengelolaan OP Sungai yang dilaksanakan. Kebutuhan personil
ditentukan sesuai dengan besarnya beban kerja yang dihitung
berdasarkan kriteria panjang sungai, lebar sungai dan dengan
memperhatikan posisi atau letak sungai yang bersangkutan.
Kantor pengamat sedapat mungkin diusahakan terletak di ibukota
kabupaten/kota yang berkaitan dengan wilayah kerja pengamat.
Tiap tiap kantor satuan pengamat dipimpin oleh seorang pengamat
sungai yang dibantu sekurang-kurangnya oleh dua orang tenaga
administratif, satu orang tenaga teknis, dan pesuruh, serta petugas
keamanan kantor.
Seorang pengamat membawahi 3 sampai dengan 7 juru sungai
yang berdomisili tersebar sesuai dengan wilayah kerjanya masing-
masing. Seorang juru sungai dibantu oleh beberapa orang petugas
OP. Tabel berikut ini menguraikan hirarkhi organisasi OP prasarana
sungai serta pemeliharaan sungai-sungai di lapangan dengan
uraian tugas, serta batasan wilayah tanggung jawab masing-masing
elemen unsur organisasi.

E - 46
Gambar E.11. Struktur Organisasi Satuan Pelaksana Tugas OP
Prasarana Sungai serta Pemeliharaan Sungai

Beban kerja pengamat dan juru sungai ditentukan berdasarkan


lingkungan sungai yang diurus dan besarnya sungai yang
ditentukan berdasarkan kriteria sesuai tabel. Selain itu pula uraian
tugas pengamat dan juru sungai berikut persyaratan kualifikasinya
diatur juga dalam tabel di bawah ini.

Tabel E.3. Beban Kerja Pengamat dan Juru Sungai

E - 47
Tabel E.4. Uraian Tugas dan Persyaratan Pengamat, Juru dan Petugas Sungai
Persyaratan
No Jabatan Uraian Tugas
Minimum
1 Pengamat  Membina para juru dan petugas  Lulus sarjana
dan/atau operator dalam muda/D III Teknik
pelaksanaan OP prasarana Sipil.
 Sehat jasmani dan
sungai.
 Mengajukan usulan rencana rohani.
 Jujur dan
anggaran biaya operasi
berkelakuan baik.
prasarana sungai.
 Mampu memimpin
 Menyampaikan laporan
organisasi dan tim
pelaksanaan kegiatan OP
kerja.
prasarana sungai serta
 Bertanggung jawab.
pemeliharaan sungai kepada  Lulus dalam
kepala unit pelaksana OP di pelatihan
kantor UPT Pengelola SDA WS kepemimpinan.
yang bersangkutan.  Lulus dalam
 Melaksanakan supervisi pelatihan OP
pelaksanaan kegiatan OP prasarana sungai
prasarana sungai serta serta pemeliharaan
pemeliharaan sungai. sungai (untuk
 Melaksanakan inspeksi sungai
pengamat), atau
dan bangunan sungai.
 Melaksanakan koordinasi berpengalaman
sebagai juru paling
dengan masyarakat dan
sedikit 10 tahun.
instansi lain yang terkait
dengan kegiatan OP prasarana  Disediakan mobil
sungai serta pemeliharaan pick up, kantor
sungai. pengamat dan alat
 Memberi komando kepada juru
komunikasi.
dan pengamat dalam
pelaksanaan penanggulangan
banjir dan kejadian luar biasa
lainnya sesuai dengan batas

E - 48
Persyaratan
No Jabatan Uraian Tugas
Minimum
kewenangan.
 Menyampaikan laporan
kejadian banjir atau kejadian
luar biasa lainnya kepada
Kepala UPT pengelola SDA
WS.
2 Juru  Membantu pelaksanaan tugas  Lulus SMA/SMK
pengamat sungai. Mesin/ SMK
 Melaksanakan instruksi dari
Bangunan Sipil.
pengamat sungai dalam  Sehat jasmani dan
pelaksanaan OP prasarana rokhani.
 Jujur dan
sungai.
 Memberi instruksi dan berkelakuan baik
 Mampu bertindak
pengarahan kepada para
tegas
petugas/operator bangunan
 Bertanggung jawab
sungai.  Mampu memimpin
 Mengarahkan pelaksanaan
Tim Kerja
pemeliharaan sungai dan  Lulus dalam
prasarana sungai. pelatihan OP
 Melaksanakan penelusuran dan
prasarana sungai
pengamatan kondisi sungai dan
serta pemeliharaan
bangunan sungai
 Membuat laporan pelaksanaan Sungai (untuk juru)

kegiatan OP prasarana sungai  Disediakan: sepeda


serta pemeliharaan sungai motor dan alat
 Menghimpun dan
komunikasi
menyampaikan laporan
pengamatan:
- Data hidrologi,
hidroklimatologi.
- Perkembangan kondisi sungai
dan bangunan sungai.
- Perkembangan pelaksanaan

E - 49
Persyaratan
No Jabatan Uraian Tugas
Minimum
pekerjaan OP prasarana
sungai serta pemeliharaan
sungai.
- Perkembangan aktivitas
masyarakat yang berkaitan
dengan pendayagunaan
sungai.
- Kejadian banjir dan keadaan
luar biasa lainnya.
3 Petugas OP  Merawat dan menjaga  Lulus SMP
Bangunan  Sehat jasmani dan
keamanan bangunan
Sungai  Memimpin pelaksanaan rokhani
 Jujur dan
pemelihraan bangunan
 Melaksanakan pengoperasian berkelakuan baik
 Bertanggung jawab
bangunan sungai dan mencatat
 Telah mengikuti
kedudukan pintu bangunan.
 Membantu juru dalam pelatihan
Pengelolaan
pelaksanaan penelusuran dan
Bangunan Sungai
pengamatan perkembangan
kondisi bangunan yang menjadi  Disediakan: sepeda
tanggung jawabnya. dan alat komunikasi
 Mencatat dan melaporkan
kejadian luar biasa yang
berkaitan dengan keamanan
bangunan dan sungai yang
menjadi tanggung jawabnya
4 Operator/  Merawat dan menjaga  Lulus SMP
Pengawas pos  Sehat jasmani dan
keamanan pos.
rokhani
hidrologi,  Mengoperasikan peralatan pos.
 Jujur dan
 Melakukan pencatatan tinggi
hidroklimatologi berkelakuan baik
muka air atau curah hujan dan
dan kualitas air  Bertanggung jawab
iklim.  Telah mengikuti
 Mengganti dan memasang
pelatihan

E - 50
Persyaratan
No Jabatan Uraian Tugas
Minimum
kertas, pena,dan tinta pada pos Pengelolaan Pos
pengamat hidrologi dan Hidrologi,
hidroklimatologi Hidroklimat dan
 Melakukan pengambilan
Kualitas Air
sampel air (untuk kualitas air)  Bisa berenang
 Melaporkan cacatan hasil
 Disediakan: sepeda
pengamatan
dan alat komunikasi

2. Analisis Kapasitas Tampungan Sungai


Analisa kapasitas tamping sungai dilakukan dengan cara
membandingkan antara Q desain dengan kondisi baru. Kapasitas
tampungan sungai akan didekati dengan perhitungan hidrolik
sungai terhadap banjir rencana.
Untuk analisa limpasan banjir diperlukan data curah hujan terbesar
sehari (R24, maximum daily rainfall) selama beberapa tahun, baik
yang dicatat per jam (hourly recorded), maupun yang dicatat setiap
24 jam (daily recorded) oleh pos hujan, untuk yang berada didalam
DPS maupun yang ada di sekitarnya.
a. Analisa Frekwensi
Cara yang dianggap paling baik untuk memperkirakan debit banjir
rencana (design flood) dengan berbagai perioda ulang tertentu,
yaitu dengan menggunakan data debit adalah dengan
memanfaatkan berbagai teknik analisis frekuensi.
Beberapa jenis sebaran yang banyak digunakan untuk analisis
frekuensi dalam analisis hidrologi adalah Log Pearson Type III,
Setiap jenis sebaran tersebut mempunyai ciri-ciri dan bentuk khas
masing-masing yang ditentukan oleh data statistik dari rangkaian
datanya. Data statistik yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. X =harga rata-rata = Xi/n
2. S =simpangan baku = {(Xi – X)2 / (n-1)}
3. Cv = koefisien variasi = S/x

E - 51
4. Cs = koefisien skewness = n . (Xi – X)3 / (n-1) (n-2)
5. Ck = koefisien kurtosis = n2 (Xi – X)4 / (n-1) (n-2)S2
b. Log-Pearson Type III
Dari berbagai tipe sebaran yang dikembangkan oleh Pearson,
hanya tipe III yang paling banyak digunakan. Data statistik dari
sebaran Pearson ini tidak mendekati ciri-ciri sebaran manapun garis
probabilitas dari sebaran Pearson tipe III ini berupa garis lengkung,
sehingga pemakaiannya untuk analisa banjir sering digunakan
logaritma datanya (bukan datanya sendiri), sehingga sebaran ini
dinamakan sebaran Log-Pearson Type III.

Metode Log Pearson Type III tidak mempunyai sifat khas yang
dapat dipergunakan untuk memperkirakan jenis distribusi ini.
Persamaan distribusi Log Pearson Type III, adalah sebagai berikut
(C.D. Soemarto, 1987 : 243) :
Mengubah data hujan sebanyak n buah X 1, X2, ....Xi menjadi
log X1, X2, ..... log Xi
Nilai Rata – rata :
n

 Log X
i=l
i

Log X =
n
Standar Deviasi :
n

 log X  2
i  log X
Sd  i 1
n 1

Koefisien Skewness :
n
n  ( log X - log X i )3
i = l
Cs =
(n - 1) (n - 2) . ( Sd ') 3

Dengan :
Log X = nilai rata-rata
Log Xi = nilai varian ke i

E - 52
n = banyaknya data
Sd’ = standar deviasi
Cs = koefisien Skewness

Sehingga nilai X bagi setiap tingkat probabilitas dapat


dihitung dari persamaan :
Log Xt  Log X  G   Sd 

Harga-harga G dapat diambil dari tabel hubungan antara koefisien


skewness dengan kala ulang. Sedangkan Nilai Xt didapat dari anti
log dari log Xt.

c. Debit Banjir Rancangan


Dari beberapa metode empiris yang dapat digunakan untuk
menghitung besarnya debit banjir rencana dengan menggunakan
pendekatan hidrograf satuan sintetis. Beberapa metode telah
dicoba untuk diaplikasikan. Metode dan kelayakannya dari
beberapa metode seperti Snyder-Alexseyev telah banyak
digunakan dan teruji untuk menghitung besarnya hidrograf debit
banjir rencana tidak hanya di Amerika tapi juga di Indonesia. Oleh
karena itu, metode hidrograf yang digunakan dalam studi ini adalah
Snyder (berdasarkan SNI 2415 :2016).

Rumus hidrograf satuan sintetik dari Snyder adalah sebagai berikut:


t
p 1

 C L.L
c
n

Keterangan :
L = panjang sungai (km)
Lc = panjang sungai dari titik berat basin ke outlet (km)
tp = waktu dari titik berat curah hujan efektif ke pauncak banjir
C1, n = koefisien-koefisien yang tergantung dari karakteristik
daerah pengalirannya
c
p
q  275
p t
p

E - 53
Keterangan :
qp = debit maksimum hidrograf satuan (liter/det/km 2)
cp = koefisien tergantung dari karakteristik daerah
pengalirannya
t
p
t 
c 5,5

Keterangan :
tc = lamanya curah hujan efektif
jika tc > tR
t'
p
 t
p
 0, 25 t  R  tc 
Sehingga didapat waktu untuk mencapai debit maksimum
T
p
 t'
p
 R  tc 
0 , 5 t

jika tc < tR
T  t  0,5t
p p R

Keterangan :
Tp = waktu penaikan banjir (time rise to peak)
tR = durasi hujan efektif (jam)

25, 4 A
Q
p
q
p 1000 (untuk ketebalan hujan 1 inch atau = 25,4 mm)

Keterangan :
Qp = debit maksimum total (m3/s)
qp = debit maksimum hidrograf satuan (1 liter/s/km2)
A = luas daerah aliran (km2)

Pemodelan Hidrodinamik dengan Hec-Ras


Pada kondisi sebenarnya, penampang sungai tidak prismatis dan
bahkan sangat beragam bentuknya. Analisis profil aliran, di
samping menggunakan pendekatan aliran tunak (steady flow)
seperti uraian di atas juga akan dilakukan analisis dengan
pendekatan aliran tidak tunak (unsteady flow). Analisis profil muka
air dengan pendekatan aliran tidak tunak adalah karena salah satu
hal yang mempengaruhi muka air adalah besaran aliran yang tidak

E - 54
konstan dalam dimensi waktu. Perhitungan profil muka air dengan
kondisi tidak tunak menggunakan bantuan paket program HEC
RAS (Hydraulic Engineering Center – River Analysis System dan
US Army Corps of Engineers) versi 4.1.

Gambar E.12. Program Hec-Ras

Penyusunan model hidrolis Sungai dilakukan dengan menggunakan


data hasil pengukuran sungai yang dilaksanakan oleh Tim Survey
Pengukuran Topografi dari Pihak Konsultan. Model hidrolis yang
disiapkan untuk analisis profil muka air dilakukan dengan dua
kondisi, yaitu kondisi yang ada (eksisting) dan kondisi dengan
adanya perlakuan terhadap sungai, misalnya: adanya bangunan
perlindungan tebing, tanggul banjir, normalisasi, sudetan dan lain-
lain. Model hidrolis yang disusun untuk mengetahui profil muka air
sungai adalah sebagai berikut :
- Seri 1, untuk kondisi penampang sungai eksisting,
- Seri 2, untuk kondisi penampang sungai dengan adanya
bangunan pengendalian banjir seperti: tanggul, krib dan lain
sebagainya.
Pada semua seri model hidrolik di atas, akan dilakukan running
program untuk debit banjir dengan periode kala ulang 2, 5, 10, 20
dan 25 tahunan.

E - 55
Gambar E.13. Bagan Alir Pemodelan Hidrodinamik Dengan HEC-RAS

Analisis Model Numerik


Analisis profil muka air sungai dimaksudkan untuk mengetahui
perilaku debit sungai jika mengalir melewati penampang sungai
baik pada kondisi debit aktual maupun debit banjir rencana. Metode
pendekatan yang digunakan adalah menghitung profil muka air
sungai secara bertahap dimulai dari kondisi eksisting dan
dilanjutkan dengan kondisi sungai sesuai perencanaan atau setelah
ada perlakuan. Alat bantu analisis profil muka air yang digunakan
adalah paket program HEC-RAS 4.1.0.
Kapasitas sungai akan didekati dengan perhitungan hidrolik sungai
terhadap banjir rencana. Perhitungan hidrolik penampang sungai
akan menggunakan bantuan paket program HEC RAS versi 4.1.0
(free domain).

E - 56
Secara ringkas program HEC RAS versi 4.1 diuraikan seperti
berikut ini :
a. Model matematik HEC RAS ini secara umum dapat digunakan
untuk menangani aplikasi yang sangat luas seperti halnya
penjalaran gelombang pasang surut di muara sungai, gelombang
banjir di sungai, operasi system irigasi, drainasi dan sebagainya.
b. HEC RAS ini dapat menghasilkan keluaran yang langsung dapat
digunakan untuk proses lebih lanjut, misalnya: desain struktur
bangunan air.
c. Didalam sistem HEC RAS, suatu model dari prototipe dapat
disusun dari suatu rangkaian elemen tipe dari elemen yang
tersedia adalah penampang saluran terbuka (sungai maupun
saluran) dan bangunan pengatur.
d. Bagan jaringan saluran yang menunjukan orientasi dan
hubungan antara ruas-ruas dan simpul dapat divisualisasikan
oleh program bila diperlukan. Hal ini untuk memudahkan
pemeriksaan bila terjadi kesalahan dalam pemasukan data.
e. Bentuk penampang saluran yang sederhana dapat dilukiskan
hanya dengan beberapa data. Sedangkan untuk penampang
yang rumit seperti pada sungai alam, maka lebar aliran (flow
width) dan lebar tampungan (storage width), faktor tahanan dan
radius hidrolik dapat diberikan sebagai fungsi dari elevasi air.
f. Dalam program HEC RAS dimungkinkan untuk menggunakan
salah satu dari rumus gesekan air, yaitu rumus Manning atau
rumus Chezy.
g. Didalam HEC RAS ada beberapa jenis bangunan air yang dapat
dimodelkan sebagai overflow dan underflow. Transisi dari
berbagai situasi seperti overflow dan underflow, aliran sub kritis
dan super kritis dari berbagai arah akan diperhitungkan secara
otomatis oleh program HEC RAS.
Program HEC-RAS sudah dikompilasi dalam program Windows,
sehingga operasional input data (geometri jaringan dan batasan

E - 57
model) dan tampilan hasil yang aplikatif untuk pekerjaan
selanjutnya. Secara ringkas lingkup model matematik HEC-RAS
adalah :
a. Skematisasi sistem jaringan yang ada;
b. Pemilihan boundary condition dan initial condition;
c. Running desain model dengan berbagai alternatif;
d. Evaluasi hasil running ;
e. Rekomendasi system tata air berdasarkan pemilihan dari
alternatif desain model.

3. Penyusunan AKNOP Sungai


Perumusan dan penyusunan AKNOP terbagi menjadi 2 (dua)
bagian besar, yaitu sungai dan prasarana sungai. Masing-masing
menjabarkan kegiatan operasi dan pemeliharaan. Komponen biaya
dari AKNOP sungai dan AKNOP prasarana sungai mengacu pada
Surat Edaran Direktorat Jenderal Sumber Daya Air No.
05/SE/D/2016.
Penyusunan besaran nilai kebutuhan biaya dan pendanaan untuk
kegiatan OP Prasarana Sungai serta Pemeliharaan Sungai
dilakukan melalui perhitungan Angka Kebutuhan Nyata OP
Prasarana Sungai serta Pemeliharaan Sungai (AKNOP Prasarana
Sungai serta Pemeliharaan Sungai). AKNOP Prasarana Sungai
serta Pemeliharaan Sungai disiapkan dan ditentukan oleh masing-
masing pengelola sungai untuk setiap sungai yang berada didalam
wilayah sungai yang menjadi kewenangannya agar dana OP
Sungai lebih tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhannya.
Tahap penyusunan AKNOP:
a) Tahapan perencanaan
Tahapan perencanaan dilakukan dengan menyusun tahapan
dan jadwal yang harus dilakukan untuk mendapatkan data
AKNOP, komponen penilaian, serta personil yang
melaksanakan;

E - 58
b) Pemantauan lapangan
Data yang didapatkan pada kegiatan pemantauan lapangan
adalah hasil pengamatan kondisi fisik prasarana serta
tindakan yang perlu dilakukan serta taksiran volume perkiraan
pekerjaan dan biaya yang diperlukan;
c) Penilaian kategori pemeliharaan
Untuk mendapatkan jenis kategori pemeliharaan dilakukan
dengan memberikan penilaian terhadap gabungan unsur
kondisi fungsi dan kondisi fisik prasarana. Dari hasil penilaian
selanjutnya dijadikan dasar untuk memberikan rekomendasi
kategori pemeliharaan prasarana termasuk kategori
pemeliharaan preventif, korektif, atau rehabilitatif. Personil
yang ditugaskan untuk memberikan penilaian kondisi
prasarana di lapangan harus mempunyai kompetensi yang
memadai.
Beberapa cara yang digunakan untuk memperkirakan AKNOP
adalah meliputi :
1. Berdasarkan hasil inventarisasi dan dokumentasi komponen
biaya sungai dan prasarana sungai.
2. Berdasarkan perkiraan biaya operasi dan pemeliharaan
sebelumnya yang dibuat setahun sebelumnya, ditambah
dengan beberapa penyesuaian yang diperlukan sebelum
diperkirakan secara lebih detail pada pelaksanaan kegiatan
yang sesuai dengan catatan.

Berkaitan dengan penyusunan AKNOP, diperlukan data-data


sebagai berikut :
a. Inventarisasi dan dokumentasi
b. Kebutuhan juru dan petugas
c. Daftar prioritas usulan pemeliharaan
d. Lingkup kebutuhan operasional
• Inspeksi rutin
• Penelusuran sungai

E - 59
• Penelusuran tambahan
• Monitoring dan evaluasi
• Pengadaan bahan banjiran
e. Catatan hasil inspeksi dan penelusuran
f. Volume pekerjaan yang akan diperbaiki
g. Inventarisasi peralatan
h. Harga satuan upah dan bahan
i. Daftar gaji pegawai
j. Data-data tahun sebelumnya
Perhitungan biaya pemeliharaan dilakukan dengan menjumlahkan
biaya masing-masing satuan pekerjaan sesuai usulan pemeliharaan
yang diajukan. Besarnya volume pekerjaan termasuk material
bangunan, kebutuhan alat, dan tenaga kerja ditaksir pada saat
evaluasi dan rekapitulasi dan diisikan dalam taksiran pemeliharaan.
Setelah biaya masing-masing jenis pekerjaan dihitung, akan
diketahui biaya pemeliharaan untuk tiap bangunan. Selanjutnya,
untuk seluruh bangunan yang dikelola, biaya yang diperlukan untuk
pemeliharaan semua prasarana sungai yang ada di suatu
BBWS/BWS dijumlahkan sehingga menjadi AKNOP.
Pola pikir penyusunan AKNOP sarana dan prasarana sungai
(dengan contoh tanggul sungai) secara skematis ditunjukkan pada
gambar di bawah ini.

Harga Satuan Dasar


Data harga satuan dasar yang digunakan dalam perhitungan
analisis harga satuan adalah sebagai berikut:
1) Harga pasar setempat pada waktu bersangkutan
2) Daftar harga/tarif barang/jasa yang dikeluarkan oleh pabrik atau
agen tunggal
3) Daftar harga standar yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang baik pusat atau daerah
4) Data lain yang dapat digunakan.
A. Bahan

E - 60
Daftar harga bahan untuk mempermudah perhitungan bahan,
koefisien bahan untuk batu atau blok beton ditentukan untuk
volume 1 m3. Apabila di lapangan dibutuhkan batu atau blok
beton dalam jumlah yang banyak, maka pada nilai total
pekerjaan untuk 1 m3 dikalikan dengan jumlah volume batu
atau blok beton yang dibutuhkan.
B. Alat
Analisis alat kerja dilakukan untuk mendapatkan produktivitas
suatu jenis alat yaitu waktu yang dibutuhkan oleh alat tersebut
untuk menyelesaikan satu pekerjaan. Kebutuhan alat kerja
disesuaikan dengan jenis kegiatan yang dilaksanakan.
C. Tenaga Kerja
Untuk pekerjaan bangunan gedung yang dilaksanakan secara
manual, indeks atau koefisien bahan dan tenaga kerja sudah
tersedia dalam tabel yang dipergunakan untuk satu satuan
volume pekerjaan atau satu satuan pengukuran tertentu. Lihat
SNI Analisa Biaya Konstruksi, BSN, 2008.
Jumlah tenaga kerja yang digunakan sebagai faktor utama
dalam proses produksi (misal pembesian, penggalian dan lain-
lain) dihitung dengan cara taksiran. Apabila dalam standar-
standar yang ada sudah ditentukan jumlah dan koefisiennya,
maka nilai tersebut bisa digunakan untuk acuan.
Jumlah tenaga kerja yang digunakan sebagai pendukung
peralatan dihitung atas dasar produktifitas peralatan yang
paling menentukan dibagi dengan jumlah dan klasifikasi tenaga
kerja yang digunakan sesuai dengan uraian metode kerja.
Sebagai panduan dan cara terbaik untuk menaksir
jumlah/produktifitas tenaga kerja dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
 Produktifitas sebelumnya untuk pekerjaan yang memiliki sifat
serupa
 Berdasarkan hasil uji coba di daerah masing-masing.

E - 61
Analisis Harga Satuan
Harga dasar alat, tenaga kerja, dan bahan akan menentukan harga
satuan pekerjaan. Selain itu, terdapat koefisien alat, koefisien
bahan, dan koefisien tenaga kerja yang didapat melalui proses
perhitungan dan masukan-masukan. Dalam hal ini, masukan yang
dimaksud antara lain berupa asumsi, urutan pekerjaan, serta
penggunaan upah tenaga kerja, bahan , dan alat.
Biaya Total
Perhitungan biaya pemeliharaan dilakukan dengan menjumlahkan
biaya masing-masing satuan pekerjaan sesuai usulan pemeliharaan
yang diajukan. Besarnya volume pekerjaan termasuk material
bangunan, kebutuhan alat, dan tenaga kerja ditaksir pada saat
evaluasi dan rekapitulasi dan diisikan dalam taksiran pemeliharaan.
Setelah biaya masing-masing jenis pekerjaan dihitung, akan
diketahui biaya pemeliharaan untuk tiap bangunan. Selanjutnya,
untuk seluruh bangunan yang dikelola, biaya yang diperlukan untuk
pemeliharaan semua prasarana sungai yang ada dijumlahkan
sehingga menjadi AKNOP.

E - 62
Gambar E.14. Contoh AHSP Inspeksi Rutin Sungai Alami

4. Rekomendasi O & P Sungai


Tahapan berikutnya seteiah dilakukan evaluasi adalah menentukan
rencana tindak lanjut OP, yang berdasarkan Pedoman OP Sungai
dan Prasarana Sungai terbagi menjadi tiga kelompok besar,
preventif, korektif, dan rehabilitatif.

Tabel E.5. Kategori Tindakan/Kegiatan Pemeliharaan Bangunan Sungai

E - 63
Kategori Kriteria Uraian Kegiatan Contoh Kegiatan
Pemeliharaan
Preventif  Bertujuan Pengamanan  Penatausahaan
menjaga agar administratif bangunan
bangunan tetap sungai;
 Penomoran
eksis dan sesuai
bangunan.
dengan tingkat
Pengamanan fisik  Pemagaran,
kinerja layanan
pemasangan
yang
lampu
direncanakan;
 Kegiatannya penerangan, dan

bersifat kontinyu penjagaan

atau terjadwal bangunan

periodik dan tidak tertentu.


Pemeliharaan rutin  Pemangkasan
memerlukan
tanaman liar
kelengkapan
pada lereng
perhitungan
tanggul;
desain.  Pengerukan
tahunan dasar
sungai.
Pemeliharaan  Pelumasan
berkala perangkat
penggerak pintu
air;
 Pengecatan
pintu bangunan
sungai;
 Pengurasan
lumpur pada
bangunan
sungai tertentu.

E - 64
Kategori Kriteria Uraian Kegiatan Contoh Kegiatan
Pemeliharaan
Perbaikan ringan/  Peninggian ruas
reparasi tanggul yang
ambles;
 Reparasi pintu
angkat yang
macet;
 Perbaikan jalan
inspeksi.
Korektif  Kegiatan Pemeliharaan khusus  Perbaikan
memperbaiki terhadap
kerusakan kerusakan berat
bangunan yang bangunan atau
kinerjanya di bagian
bawah 70% bangunan.
hingga 50%;
Rektifikasi atau  Memperpanjang
 Kegiatan pembetulan terhadap tembok sayap
mengoreksi atau kekurangsempurnaan pelimpah banjir;
menyempurnakan kinerja bangunan  Memperpanjang

ketidakefektifan krib.
Perbaikan darurat  Penutupan
kinerja bangunan;
 Melakukan segera (darurat)

perbaikan darurat bagian tanggul

untuk yang bocor;


 Pengaman
menanggulangi
sementara
kerusakan
longsoran tebing
bangunan yang
sungai.
bersifat
mendadak.
Rehabilitatif Kegiatan Rehabilitasi  Memperbaiki
memperbaiki atau kembali
membangun bangunan
kembali bangunan sungai.

E - 65
Kategori Kriteria Uraian Kegiatan Contoh Kegiatan
Pemeliharaan
yang nilai Pembangunan  Membangun
kinerjanya kurang kembali (asset kembali seluruh
dari 50% atau renewal) bangunan
sudah hancur sungai yang
(tanpa melampaui rusak parah atau
fungsi atau desain hancur.
kinerja semula) Restorasi bangunan  Menata kembali
sungai ekosistem ruang
sungai.

5. Penggambaran
Penggambaran yang dilaksanakan dalam pekerjaan Penyusunan
Kinerja dan AKNOP Sungai Barito di Barito Selatan Provinsi
Kalimantan Tengah antara lain :
 Gambar Peta Infrastruktur Sungai.
 Gambar Cross dan Long Section Sungai.
 Gambar Peta Situasi Sungai
 Gambar Hasil Pengukuran
 Gambar Penanganan OP dan Rehabilitasi.

E.2. Program Kerja


Sesuai dengan waktu yang telah disediakan selama 4 (empat) bulan untuk
menyelesaikan pekerjaan “Penyusunan Penilaian Kinerja dan AKNOP
Sungai Tipar, Ijo dan Telomoyo (Lanjutan)”, maka perlu disusun
program kerja agar pelaksanaan berjalan lancar sesuai dengan jadwal yang
direncanakan.

E.2.1. Penyusunan Jadwal


1. Bulan Ke I
Pada bulan ini, beberapa kegiatan yang akan dilakukan adalah :

E - 66
 Persiapan administrasi dan teknis
 Mobilisasi personil dan peralatan
 Menyusun Rencana Mutu Kontrak
 Orientasi Lapangan dan Pengumpulan Data Sekunder
 Laporan Rencana Mutu Kontrak (RMK)
 Laporan Bulanan I
2. Bulan Ke II
Pada bulan ini, beberapa kegiatan yang akan dilakukan adalah :
 Survey Inventarisasi dan Investigasi Sarana Prasarana Sungai
 Survey Pengukuran Topografi
 Penilaian Kinerja Bangunan Sungai
 Laporan Bulanan II
 Laporan Pendahuluan
 Diskusi Konsep Laporan Pendahuluan
3. Bulan Ke III
Pada bulan ini, beberapa kegiatan yang akan dilakukan adalah :
 Survey Inventarisasi dan Investigasi Sarana Prasarana Sungai
 Survey Pengukuran Topografi
 Penilaian Kinerja Bangunan Sungai
 Analisa Kapasitas Tampungan Sungai
 Laporan Bulanan III
4. Bulan Ke IV
Pada bulan ini, beberapa kegiatan yang akan dilakukan adalah :
 Survey Pengukuran Topografi
 Penilaian Kinerja Bangunan Sungai
 Analisa Kapasitas Tampungan Sungai
 Penyusunan AKNOP Sungai
 Penggambaran
 Laporan Bulanan IV
 Laporan Antara
 Diskusi Konsep Laporan Antara

E - 67
5. Bulan Ke V
Pada bulan ini, beberapa kegiatan yang akan dilakukan adalah :
 Penyusunan AKNOP Sungai
 Rekomendasi O & P Sungai
 Penggambaran
 Laporan Bulanan V
 Lapora Pendukung :
a. Laporan Survey Topografi
b. Buku Ukur
c. Laporan Deskripsi BM
d. Laporan Inventarisasi dan Data Base Sungai
6. Bulan Ke IV
Pada bulan ini, beberapa kegiatan yang akan dilakukan adalah :
 Rekomendasi O & P Sungai
 Penggambaran
 Laporan Bulanan VI
 Laporan Akhir
 Laporan Ringkas
 Laporan Nota Perencanaan
 Laporan RAB dan Back Up Voume
 Album Gambar
 Dokumentasi
 Hardisk External
 Diskusi Konsep Laporan Akhir

E.2.2. Jadwal Pemakaian Peralatan


Sesuai dengan jadwal yang telah disusun, maka jadwal peralatan
direncanakan sebagai berikut :

E - 68
Tabel E.6. Jadwal Pemakaian Peralatan

E.2.3. Laporan dan Diskusi


Sebagai hasil kegiatan dalam pekerjaan “Penyusunan Penilaian Kinerja
dan AKNOP Sungai Tipar, Ijo dan Telomoyo (Lanjutan)”, dan juga untuk
memonitor hasil kemajuan pekerjaan dibuat beberapa laporan secara
bertahap sesuai dengan progres pekerjaan. Berikut adalah jenis, jumlah
dan jadwal pelaporan yang akan diserahkan konsultan, yaitu sebagai
berikut :
1) Laporan Rencana Mutu Kontrak
Penyedia jasa membuat Rencana Mutu Kontrak yang mengacu kepada
Permen PU Nomor 04/PRT/M/2009 tentang Sistem Jaminan Mutu dan
Pedoman QA dari SDA. Dokumen RMK harus disetujui oleh pihak
Direksi Pekerjaan dan harus memuat diantaranya Diagram Alir Tahap
Kegiatan, Daftar Standar Prosedur (SP) dan Standar Studi (ST), serta
Laporan Audit Mutu (Laporan Audit Mutu, Form Usulan Perbaikan).
RMK diserahkan selambat-lambatnya 2 (dua) minggu setelah terbitnya
SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) laporan.
2) Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan memuat antara lain: rencana program kerja
penyedia jasa secara menyeluruh, mobilisasi tenaga ahli, tenaga

E - 69
pendukung dan peralatan, metodologi pelaksanaan pekerjaan, struktur
organisasi dan jadwal pelaksanaan pekerjaan, hasil pengumpulan data
serta perkiraan kendala yang dihadapi dan pemecahannya.
Laporan diserahkan paling lambat 2 (dua) bulan sejak SPMK diterbitkan
sebanyak 5 (lima) laporan.
3) Laporan Bulanan
Laporan Bulanan memuat:
a. Hasil kemajuan kerja yang telah dicapai selama 1 (satu) bulan (di
plot kan juga pada kurva-S).
b. Penjelasan program berikutnya baik teknis maupun administratif dan
permasalahannya.
c. Dokumentasi hasil pelaksanaan pekerjaan.
Laporan diserahkan selambat-Iambatnya 1 (satu) minggu setiap awal
bulan berikutnya berupa soft copy dan 5 (lima) rangkap hard copy.
4) Laporan Antara
Untuk mengetahui permasalahan yang ada selama kegiatan
pengumpulan data, pelaksanaan analisis, konsultan diwajibkan
membuat Laporan Antara yang merupakan penghubung antara
Laporan Pendahuluan dan Laporan Akhir.
Tanggapan, saran dan masukan yang relevan dari hasil pembahasan
Laporan Antara segera diperbaiki dan yang memerlukan tindaklanjut
pada tahapan kegiatan selanjutnya agar dimasukkan dalam Laporan
Akhir.
Laporan diserahkan selambat-Iambatnya 4 (empat) bulan sejak SPMK
diterbitkan berupa softcopy dan 5 (lima) rangkap laporan.
5) Laporan Akhir
Laporan Akhir memuat tentang hasil pelaksanaan kegiatan Penilaian
Kinerja dan Penyusunan AKNOP Sungai Tipar, Ijo dan Telomoyo
(lanjutan). Laporan diserahkan paling lambat pada akhir waktu kontrak
sebanyak 5 (lima) laporan
6) Laporan Pendukung
Laporan Pendukung meliputi :
a. Laporan survey topografi

E - 70
b. Buku Ukur
c. Laporan Deskripsi patok KM
d. Laporan Inventarisasi dan Data Base Sungai
e. Laporan Nota Perencanaan
f. Laporan RAB dan Back Up Volume
g. Laporan ringkas (summary report) dan Ringkasan AKNOP
Laporan diserahkan selambat-lambatnya bersama dengan Laporan
Akhir berupa soft copy dan jumlah rangkap laporan yang ditentukan
pada RAB.

7) Gambar-gambar
Gambar-gambar meliputi :
a. Album Gambar Pengukuran (A3)
b. Album Gambar Inventory (A3)
c. Album Gambar Peta (A1)
Gambar-gambar diserahkan selambat-lambatnya bersama dengan
Laporan Akhir lengkap dengan soft copy dan 5 (lima) rangkap laporan.

8) Dokumentasi
Dokumentasi pekerjaan meliputi 2 (dua) jenis, yaitu :
1. Foto Dokumentasi pelaksanaan pekerjaan yang telah dicetak pada
kertas foto dan disusun dalam album foto yang diserahkan sebanyak
1 (satu) album.
2. Video Dokumentasi pelaksanaan pekerjaan berupa video hasil drone
lengkap dengan video versi editing informatif yang disimpan ke Hard
Disk External.

E.3. Organisasi dan Personil


Dalam sub bab organisasi dan personil ini dijelaskan struktur dan komposisi
tim yang sesuai dengan bidang – bidang pokok dari pekerjaan, tenaga ahli

E - 71
inti sebagai penanggung jawab, tenaga sub profesional dan tenaga
pendukung.

E.3.1. Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan


Penanggung jawab pekerjaan adalah PPK Operasi dan Pemeliharaan SDA
I, Satuan Kerja Operasi dan Pemeliharaan SDA Serayu Opak, Balai Besar
Wilayah Sungai Serayu Opak, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat., sedangkan
Direksi/pengawas/pendamping adalah petugas yang ditunjuk oleh PPK
untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan yang
dilakukan oleh pihak konsultan.
Penanggung jawab pelaksanaan adalah Direktur Konsultan dan pelaksana
operasionalnya adalah suatu Team Tenaga Ahli yang ditunjuk oleh Pihak
Konsultan dengan kualifikasi yang sesuai dengan yang ditetapkan dalam
Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan dipimpin oleh seorang Ketua Tim.
Selanjutnya Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan untuk menangani
pekerjaan ini dapat dilihat pada gambar.

E - 72
Gambar E.15. Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan

E.3.2. Tugas dan Tanggung Jawab Personil


1. Tugas dan Tanggung Jawab Tenaga Ahli
Sesuai dengan keahlian masing-masing personil tenaga ahli maka
dilakukan deskripsi pekerjaan sesuai dengan bidang keahlian masing-
masing. Tenaga Ahli yang ditugaskan terdiri dari : 2 (dua) Tenaga Ahli
yang mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan
pekerjaan seperti diuraikan di bawah ini.
1) Ketua Tim/Ahli SDA (6 OB)
Tugas dan tanggung jawab :
 Berkemampuan memimpin dan mengkoordinir seluruh kegiatan
anggota tim kerja dalam pelaksanaan pekerjaan.
 Bertanggung jawab atas terselesainya pekerjaan.

E - 73
 Memberikan pengarahan dan mengawasi jalannya pekerjaan
mulai dari persiapan, survei, pengolahan dan analisis data,
hingga penyusunan laporan dan diskusi – diskusi.
 Memback-up pekerjaan yang belum tercover oleh Tenaga Ahli.
2) Ahli Teknik Sungai dan Drainase (3 OB)
Tugas dan tanggung jawab :
 Melakukan pengumpulan data-data yang relevan dengan
pekerjaan.
 Berkemampuan melaksanakan tugas dan kewajibannya sampai
dengan pekerjaan dinyatakan selesai.
 Membantu Ketua Tim dalam penyusunan laporan sesuai dengan
bidangnya.
 Menganalisa kapasitas tampungan sungai (Qdesain) dengan
kondisi existing/baru.
 Melakukan analisa atau inventarisasi terkait dengan kondisi
sarana dan prasarana sungai yang memiliki tingkat kerusakan
berat.
 Menganalisis kelembagaan OP yang terkait struktur organisasi,
petugas, pembinaan, pelatihan, dll.
 Melakukan perhitungan AKNOP berdasarkan hasil penilaian
kinerja sarana prasarana sungai
 Membantu dalam permbuatan laporan yang berhubungan
dengan AKNOP.
 Melakukan analisis harga satuan pekerjaan.
 Bertanggung jawab kepada Ketua Tim.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Sub Profesional Staf


1) Asisten Ahli Teknik Sungai dan Drainase (2 OB)
Tugas dan tanggung jawab :
 Membantu Ahli Teknik Sungai dan Drainase dalam melakukan
pengumpulan data-data yang relevan dengan pekerjaan.
 Membantu Ahli Teknik Sungai dan Drainase dalam penyusunan
laporan sesuai dengan bidangnya.

E - 74
 Membantu Ahli Teknik Sungai dan Drainase menganalisa
kapasitas tampungan sungai (Qdesain) dengan kondisi
existing/baru.
 Membantu Ahli Teknik Sungai dan Drainase melakukan analisa
atau inventarisasi terkait dengan kondisi sarana dan prasarana
sungai yang memiliki tingkat kerusakan berat.
 Membantu Ahli Teknik Sungai dan Drainase menganalisis
kelembagaan OP yang terkait struktur organisasi, petugas,
pembinaan, pelatihan, dll.
 Bertanggung jawab kepada Ahli Teknik Sungai dan Drainase.
2) Asisten Ahli Geodesi (2 OB)
Tugas dan tanggung jawab :
 Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan surveiy
topografi.
 Membantu Ketua Tim dalam penyusunan laporan sesuai dengan
bidangnya.
 Bertanggung jawab kepada Ketua Tim.
3) Asisten Ahli GIS (2 OB)
Tugas dan tanggung jawab :
 Bertanggung jawab terhadap kegiatan pengumpulan data
sekunder berupa peta.
 Melakukan analisa pemodelan sungai.
 Membantu Ketua Tim dalam penyusunan laporan sesuai dengan
bidangnya.
 Bertanggung jawab kepada Ketua Tim.

3. Tugas dan Tanggung Jawab Tenaga Pendukung


1) Juru Ukur (6 OB)
Tugas dan tanggung jawab :
 Melaksanakan pekerjaan survei topografi sesuai dengan arahan
dari Ketua Tim dan Asisten Tenaga Ahli
 Melakukan pengolahan data hasil survei topografi.
 Membuat dokumentasi kegiatan survei topografi.

E - 75
 Bertanggung jawab kepada Asisten Tenaga Ahli Geodesi.
2) Tenaga Survey (12 OB)
Tugas dan tanggung jawab :
 Melakukan pelaksanaan kegiatan survey.
 Membuat dokumentasi kegiatan survey.
3) Juru Gambar (Digital) (2 OB)
Tugas dan tanggung jawab :
 Melakukan penggambaran dengan CAD sesuai arahan Ketua
Tim dan Ahli Teknik Sungai dan Drainase.
 Melakukan plotting gambar infrastruktur sungai.
 Bertanggung jawab kepada Ketua Tim dan Ahli Teknik Sungai
dan Drainase.
4) Operator Pengolah Data (3 OB)
Tugas dan tanggung jawab :
 Membantu Ketua Tim dalam mengolah data hasil survey.
 Membantu Ketua Tim dalam penyusunan laporan sesuai dengan
bidangnya.
 Bertanggung jawab kepada Ketua Tim.
5) Tenaga Administrasi dan Keuangan (6 OB)
Tugas dan tanggung jawab :
 Membantu Ketua Tim membuat surat menyurat dengan pihak-
pihak terkait baik instansi pemerintah maupun swasta selama
dalam pelaksanaan pekerjaan.
 Membantu Ketua Tim dalam menyiapkan absensi personil yang
terlibat dalam pekerjaan.
 Membantu Ketua Tim dalam menyiapkan semua masalah
administrasi kantor dan membantu dalam pendistribusian
laporan kepada Pengguna Jasa.
 Bertanggung jawab kepada Ketua Tim.
6) Tenaga Lokal (4 OB)
Tugas dan tanggung jawab :
 Membantu kegiatan survey lapangan.
 Membantu membuat dokumentasi kegiatan lapangan.

E - 76

Anda mungkin juga menyukai