Anda di halaman 1dari 24

Nama : Yuke Djulianti

Kelas : C

NRP : 25-2015-105

TUGAS DRAINASE

Bangunan Pengendali Banjir


1. Bendungan (Dam)

Bendungan atau dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air
menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi. Seringkali bendungan juga digunakan untuk
mengalirkan air ke sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air. Kebanyakan dam juga
memiliki bagian yang disebut pintu air untuk membuang air yang tidak diinginkan secara
bertahap atau berkelanjutan.

a. Karakteristik :

Konstruksi bendungan sendiri terdiri dari berbagai macam bagian dan fasilitas penunjang,
antara lain:

Pondasi bendungan
Tubuh bendungan
Mercu bendungan
Bangunan pelimpas air (Spill way) dan pintu Spill Way.
Sayap bendungan dan dinding penahan tebing (Retaining Wall)
Jalur pesat (Pen Stock) dan Tail Race
Bangunan pendukung berupa kantor dan ruang kontrol.
Ruang Mesin Turbin (Power House)
Alat instrumentasi bendungan
Peralatan crane
Akses jalan
Transmisi
dsb.

Untuk kriteria bendungan terbagi menjadi dua yaitu kriteria dasar dan kriteria
umum :

Kriteria Dasar
Aman terhadap kegagalan structural
Aman terhadap rembesan dan bocoran
Aman terhadap kegagalan hidraulik

Kriteria Umum
Bendungan secara keseluruhan, termasuk tubuh, pondasi, abutmen (bukit
tumpuan) dan tepi sekeliling waduk harus selalu stabil dalam keadaan
apapun juga termasuk dalam keadaan gempa bumi selama operasi dan
pemeliharaan yang kemungkinan terjadi selama umur bendungan.
Kalaupun ada penurunan, masih dalam batas toleransi yang diizinkan.
Untuk mencegah terjadinya bahaya limpasan diatas puncak bendungan,
harus diupayakan agar tinggi puncak bendungan setelah terjadi penurunan
akhir masih cukup tinggi sehingga tinggi jagaan yang tersedia masih
memenuhi standar yang diperlukan. Tinggi jagaan haruslah cukup untuk
menahan limpan air banjir sebagai akibat gelombang.
Kapasitas bangunan pelimpah harus cukup untuk mengalirkan debit banjir
desain dengan aman. Kapasian bangunan pelimpah harus cukup untuk
melewatkan debit banjir desain dengan aman. Harus diupayakan pula agar
kapasitas bangunan melimpah tidak termasuk kapasitas bangunan
pengeluaran ain.
Tidak boleh terjad debit rembesan dan tekanan yang berlebihan pada
bendungan dan pondasi yang mengakibatkan terjadinya aliran buluh,
sembulan pasir, retak hidraulik, dan arching.
Lereng lereng bendungan, bangunan melimpah, bangunan pengeluaran,
sekeliling waduk, saluran, tebing sungai dan lain lain yang terkait dengan
bendungan, bila perlu diadakan perkuatan lereng dan tebing, agar selalu
stabil dan tidak mudah longsor sehingga dapat dioperasikan dengan aman
dan andal baik dalam keadaan normal maupun darurat.

b. Cara Mengendalikan Banjir :
.Bendungan pengendali banjir atau disebut juga bendungan detensi atau retensi
banjir, dibangun untuk memperlambat atau menyimpan sementara aliran banjir dan
mengurangi terjadinya banjir besar. Bendungan pengendali banjir dapat dibedakan lagi
menjadi dua macam tipe, yaitu: tipe yang umum adalah untuk menyimpan sementara
dan melepas aliran banjir dengan debit yang tidak melampaui kapasitas sungai dihilir.
Tipe yang lain adalah untuk menahan air selama mungkin agar air meresap ke tebing
tebing atau pondasi yang lulus air. Bendungan tipe ini kadang-kadang disebut pula
sebagai bendungan penangkap sedimen (debris dams).

c. Contoh Penerapan :

Bendungan atau waduk Jatiluhur


Bendungan atau waduk Jatiluhur ini merupakan bendungan yang menepati posisi
pertama sebagai bendungan yang paling besar di Indonesia. Bendungan atau waduk
Jatiluhur ini berada di 100 kilometer arah ternggara dari Kota Jakarta. Bendungan atau
waduk Jatiluhur ini juga disebut dengan bendungan Ir. Juanda. Bendungan atau waduk ini
dibangun pada tahun 1957. Bendungan ini mampu menampung air dalam jumlah yang
banyak serta mampu mengairi lahan persawahan dalam luasn hingga 242 ribu hektar
sawah.

Bendungan Karangkates

Bendungan atau waduk terbesar kedua di Indonesia setelah bendungan Jatiluhur


adalah bendungan Karangkates. Bendungan ini terletak di Malang, provinsi Jawa Timur.
Bendungan karagkates ini mendapatkan aliran air dari sungai Brantas yang ada di Jawa
Timur. Bendungan ini dibangun dari tahun 1975 hingga tahun 1977 dengan memakan
dana sebesar 10 milyar rupiah. Bendungan ini dijadikan sebagai Pembangkit Listrik
Tenaga Air. Selain digunakan sebagai PLTA, bndungan ini juga digunakan sebagai
tempat rekreasi oleh warga Malang dan sekitarnya.

Bendungan Sigura-gura

Bendungan terbesar yang menempati posisi ketiga adalah bendungan Sigura- gura.
Bendungan Sigura- gura ini berada di Sumatera Utara atau tepatnya di radius 23,3
kilometer dari Danau Toba. Bendungan Sigura- gura ini mempunyai fungsi untuk untuk
menjamin ketersediaannya volume air dan juga besarnya energi air yag dibutuhkan bagi
Pembangkit Listrik Tenaga Air di daerah tersebut dan juga daerah yang berada di
sekitarnya. Pembangkit listrik yang dihasilkan dari bendungan ini dinamakan sebagai
PLTA Sigura- gura. Bendungan Sigura- gura ini mulai dibangun pada tahun 1978 dan
diresmikan pada tahun 1981. Bendungan Sigura- gura ini mampu menghasilkan daya
sebesar 1868 GWH setiap tahunnya.

Bendungan Batutegi
Bandungan selanjutnya atau bendungan yang menempati posisi keempat dari
bendungan yang terbesar di Indonesia adalah Bendungan Batutegi. Bendungan ini berada
di Provinsi Lampung. Fungsi utama dari bendungan besar ini adalah sebagai pembangkit
listrik untuk daerah yang berada di sekitarnya serta sebagai sumber atau penyedia air
minum bagi penduduk yang ada di aderah tersebut. Pembangunan bendungan ini dananya
berasal dari APBN dan juga mendapatkan bantuan dari Japan Bank for International
Corporation. Bendungan ini sangat berguna bagi masyarakat yang berada di sekitar
daerah tersebut karena memiliki fungsi yang luar biasa bagi masyarakat yang tinggal di
sekitarnya.

Bendungan atau waduk Gajah Mungkur

Bendungan atau waduk Gajah Mungkur merupakan bendungan yang terbesar di


Jawa Tengah yang berada di wilayah Wonogiri, Jawa Tengah. Bendungan tersebut
merupakan bendungan yang menampung air yang berasal dari Sungai Bengawan Solo
yang merupakan sungai terbesar di daerah tersebut. Bendungan ini merupakan bendungan
yang cukup tua usianya, yakni dibangun pada tahun 1970an. Pemanfaatan bendungan ini
sangatlah banyak, selain untuk memngaliri persawahan yang banyak terdapat di wilayah
tersebut, bendungan ini juga merupakan sumber dari Pembangkit Listrik Tenaga Air di
daerah tersebut. Setiap tahunnya, bendungan ini mampu menghasilkan daya sebesar 12,4
MegaWatt. Selain digunakan sebagai pembangkit listrik, bendungan ini juga digunakan
sebagai objek wisata bagi orang- orang yang berada di wilayah tersebut, yakni Wonogiri
dan sekitarnya.

Bendungan atau waduk Wonorejo

Bendungan atau waduk Wonorejo merupakan salah satu bendungan yang terletak
di Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur. Bendungan ini terletak di radius 12
kilometer dari pusat kota Tulungagung. Bendungan Wonorejo ini mempunyai kapasitas
122 juta meter kubik yang mempunyai fungsi sebagai PLTA dan juga sumber air minum
bagi warga di Jawa Timur khususnya.

Bendungan Riam Kanan


Bendungan Riam Kanan adalah bendungan yang terletak di Provinsi Kalimantan
Selatan. Bendungan ini dibangun pada tahun 1973 dan dimanfaatkan sebagai PLTA
provinsi Kalimantan Selatan.

Bendungan Tilon di Nusa Tenggara Timur

Bendungan Tilon ini merupakan bendungan yang terbesar yag berada di wilayah
Nusa Tenggra Timur. Bendungan ini dimanfaatkan sebagai PLTA untuk masyrarakat di
wilayah tersebut.

Bendungan Bili- Bili di Sulawesi Selatan

Bendungan Bili-bili ini merupakan bendungan yang terbesar yag berada di


wilayah Sulawesi Selatan. Bendungan ini dimanfaatkan sebagai PLTA untuk masyarakat
di wilayah tersebut.

Itulah beberapa bendungan terbesar di Indonesia. Bendungan- bendungan ini


merupakan bangunan yang memiliki fungsi lebih bagi masyarakat dan bukan hanya
sekedar bendungan biasa.

2. Kolam Retensi
Kolam retensi adalah suatu bak atau kolam yang dapat menampung atau
meresapkan air sementara yang terdapat di dalamnya. Kolam retensi dibagi menjadi 2
macam tergantung dari bahan pelapis dinding dan dasar kolam, yaitu kolam alami dan
kolam buatan.
Kolam retensi berfungsi untuk menyimpan dan menampung air sementara dari
saluran pembuangan sebelum dialirkan ke sungai sehingga puncak banjir dapat
dikurangi. Tingkat pengurangan banjir tergantung pada karakteristik hidrograf banjir,
volume kolam penampungan biasanya didaerah yang rendah. Dengan perencanaan dan
pelaksanaan tata guna lahan yang baik, kolam retensi dapat digunakan sebagai
penampung air hujan sementara dan penyalur distribusi air.

a. Karakteristik :
Kolam retensi tipe di samping badan sungai

Tipe ini memiliki bagian-bagian berupa kolam retensi, pintu inlet, bangunan
pelimpah samping, pintu outlet, jalan akses menuju kolam retensi, ambang
rendah di depan pintu outlet, saringan sampah dan kolam penangkap sedimen.
Kolam retensi jenis ini cocok diterapkan apabila tersedia lahan yang luas untuk
kolam retensi sehingga kapasitasnya bisa optimal. Keunggulan dari tipe ini adalah
tidak mengganggu sistem aliran yang ada, mudah dalam pelaksanaan dan
pemeliharaan.
Kolam retensi di dalam badan sungai

Kolam retensi jenis ini memiliki bagian-bagian berupa tanggul keliling, pintu
outlet, bendung, saringan sampah dan kolam sedimen. Tipe ini diterapkan bila
lahan untuk kolam retensi sulit didapat. Kelemahan dari tipe ini adalah kapasitas
kolam yang terbatas, harus menunggu aliran air dari hulu, pelaksanaan sulit dan
pemeliharaan yang mahal.
Kolam retensi tipe storage memanjang

Kelengkapan sistem dari kolam retensi tipe ini adalah saluran yang lebar dan
dalam serta cek dam atau bendung setempat. Tipe ini digunakan apabila lahan
tidak tersedia sehingga harus mengoptimalkan saluran drainase yang ada.
Kelemahan dari tipe ini adalah kapasitasnya terbatas, menunggu aliran air yang
ada dan pelaksanaannya lebih sulit. Ukuran ideal suatu kolam retensi adalah
dengan perbandingan panjang/lebar lebih besar dari 2:1. Sedang dua kutub
aliran masuk (inlet) dan keluar (outlet) terletak kira-kira di ujung kolam
berbentuk bulat telor itulah terdapat kedua mulut masuk dan keluarnya
(aliran) air. Keuntungan yang diperoleh adalah bahwa dengan bentuk kolam yang
memanjang semacam itu, ternyata sedimen relatif lebih cepat mengendap dan
interaksi antar kehidupan (proses aktivitas biologis) di dalamnya juga menjadi
lebih aktif karena terbentuknya air yang terus bergerak, namun tetap dalam
kondisi tenang, pada saatnya tanaman dapat pula menstabilkan dinding kolam
dan mendapat makanan (nutrient) yang larut dalam air.

b. Cara Mengendalikan Banjir :


Konsep dasar dari kolam retensi adalah menampung volume air ketika debit
maksimum di sungai datang, kemudian secara perlahan-lahan mengalirkannya ketika
debit di sungai sudah kembali normal. Secara spesifik kolam retensi akan memangkas
besarnya puncak banjir yang ada di sungai, sehingga potensi over topping yang
mengakibatkan kegagalan tanggul dan luapan sungai tereduksi.

c. Contoh Penerapan :
Kolam retensi di Kali Semarang
Daerah aliran sungai Kali Semarang telah menjadi salah satu daerah penting di
Kota Semarang, karena Kali sentral perdagangan di Kota Semarang, sehingga
banjir yang sering terjadi pada daerah tersebut menjadi masalh utama bagi
pemerintah kota. Kolam retensi dan stasiun pompa di Kali Semarang dihitung
menggunakan debit banjir dengan periode ulan 10 tahun kebelakang. Hal ini guna
mengendalikan banjir,

3. Check Dam

Bendung-bendung penahan dibangun di sebelah hulu yang berfungsi


memperlambat gerakan dan berangsur-angsur mengurangi volume banjir lahar. Untuk
menghadapi gaya-gaya yang terdapat pada banjir lahar maka diperlukan bendung penahan
yang cukup kuat. Selain itu untuk menampung benturan batu-batu besar, maka mercu dan
sayap bendung harus dibuat dari beton atau pasangan yang cukup tebal dan dianjurkan
sama dengan diameter maksimum batu-batu yang diperkirakan akan melintasi. Sangat
sering runtuhnya bendung penahan disebabkan adanya kelemahan pada sambungan
konstruksinya, oleh sebab ini sambungan-sambungan harus dikerjakan dengan sebaik-
baiknya.

a. Karakteristik :

Bendungan kecil yang bersifat sementara atau permanen yang dibangun melintasi
saluran kecil atau drainase. Bendungan ini berfungsi mengurangi erosi dalam saluran
dan menurunkan kecepatan air pada saat badai. Bendungan dibangun dengan kayu, batu,
atau karung pasir. Bendungan ini biasanya digunakan dalam skala kecil, saluran terbuka
yang mengalirkan 10 hektar (0,040 km2) atau kurang, dan biasanya tinggi tidak
melebihi dari 2 kaki (0,61 m).

b. Cara Mengendaikan Banjir :


Check dam merupakan bangunan pengendali sedimen, bangunan ini biasanya
terdapat di sebelah hulu yang berfungsi memperlambat gerakan dan berangsur-angsur
mengurangi volume sedimen. Dibutuhkan bangunan check dam yang kuat untuk
menahan aliran air dan menahan benturan dari sedimen yang terangkut. Check dam
biasanya digunakan pada chat ment area yang kecil karena mempunyai daya tampung
yang sangat kecil dan umur layan check dam sangat pendek.
Check dam adalah bangunan yang berfungsi menampung atau menahan sedimen
dalam jangka waktu sementara maupun tetap dan harus tetap melewatkan air baik
melalui mercu maupun tubuh bangunan. Check dam juga digunakan untuk mengatur
kemiringan dasar sungai sehingga mencegah terjadinya penggerusan yang
membahayakan stabilitas bangunan di sepanjang sungai.
Estimasi sedimen yang mengendap di check dam untuk setiap jumlah material
yang dapat tererosi, selain longsoran yang sudah ada, material sisa longsoran lama dan
erosi sekunder secara praktis dilaksanakan dengan perhitungan pada suatu daerah yang
termasuk dalam suatu DAS. Pada beberapa lokasi, variasi komposisi sedimen pada
potongan memanjang dan melintang sungai dapat berupa pasir halus, pasir kasar, pasir
kerikil, maupun batuan, hal ini menunjukan bahwa proses pengendapan sedimen
tergantung pada gradasi, yang meliputi variasi ukuran, kepadatan, bentuk, dan kebulatan
butiran. Proses pengendapan sedimen pada suatu tampungan sangat dipengaruhi oleh
penampang sungai dan kecepatan arus.

c. Contoh Penerapan :
Check Dam di Bengawan Solo
Check Dam Pengkol merupakan salah satu check dam yang berada di Bengawan
Solo hulu Das Keduang. Check Dam Pengkol selesai dibangun pada tahun 2008. Tujuan
dibangun check dam untuk memperlambat laju sedimentasi ke Waduk Wonogiri. Laju
erosi dan sedimentasi DAS Keduang pada daerah Check Dam Pengkol seluas 6260 ha
menggunakan metode USLE sebesar 57136 m3/th. Estimasi volume sedimen selama 8
tahun menggunakan Persamaan Meyer Peter Muller sebesar 320064,9827 m3.
Tampungan sedimen Check Dam Pengkol sebesar 413553 m3 dan sisa umur check dam
adalah 1,2 tahun.

4. Groundsill
Ambang atau drempel (groundsill) yang dibangun menyilang sungai untuk
menjaga agar dasar sungaitidak turun terlalu berlebihan. Groundsill adalah tumpukan
batu-batu besar agar tidak dapat dibawaoleh arus air sungai pada saat banjir. Gunanya
untuk membuat kemiringan dasar sungai menjadikecil sehingga kecepatan air menjadi
kecil dan kedalaman air menjadi besar. Dengan kata lainmencegah gerusan dasar sungai
dengan cara lebih melandaikan kemiringan dasarnya gunamengurangi gaya tarik
alirannya.
a. Karakteristik :
Ada dua buah tipe umum ambang
Groundsill datar (bed gindle work)
Bangunan ini hampir tidak mempunyai terjunan dan elevasi mercunya hampir
sarna dengan permukaan dasar sungai, dan berfungsi menjaga agar permukaan
dasar sungai tidak turnn lagi.
Groundaill pelimpah (head work)
Bangunan ini mempunyai terjunan, hingga elevasi permukaandasar sungai di
sebelah hilimya dan tujuannya adalah untuk lebih melandaikan kemiringan
dasar sungai.

Konstruksi ambang terdiri dari tubuh dan lantai lindung yang dibangun secara
monolit dari bahan beton yang disebut pula bangunan utama dan biasanya diadakan
hamparan pelindung (konsolidasi) dasar sungai di sebelah hulu dan sebelah hilir
bangunan utama tersebut.

b. Cara mengendalkan banjir :


Groundsill merupakan suatu konstruksi untuk perkuatan dasar sungai
untuk mencegah erosi pada dasar sungai, dengan maksimal drop 2
meter. Groundsill diperlukan karena dengan dibangunnya saluran baru
(Short Cut) maka panjang sungai lebih curam sehingga akan terjadi
degradasi pada waktu yang akan datang.

c. Contoh Penerapan :
Groundsill Bojonegoro
Semakin tingginya endapan Sungai Bengawan Solo karena erosi diperlukan
pembangunan Groundsill di aliran Bendungan Gerak. Tujuannya mengurangi
kecepatan arus dan meningkatkan laju pengendapan sedimen di bagian hulu
groundsill. pembuatan groundsill ini untuk menyelematkan bangunan Bendung Gerak
karena telah terjadi degradasi dasar sungai. Selain pembangunan groundsill akan
dibangun pula revetment (tembok sayap sungai) baru dan perbaikan revetment yang
rusak yang disebabkan oleh arus sungai bengawan solo.

5. Retarding Basin
Retarding basing atau Kolam tampungan sementara adalah suatu
bangunan/konstruksi yang berfungsi untuk menampung sementara air yang berasal
dari sungai, dan selanjutnya akan dilepas kembali. Tampungan sementara harus bisa
menampung debit banjir yang akan lewat.

a. Karakterstik :
Fungsi retarding basin selain untuk memangkas puncak banjir, juga sebagai
penyimpan air untuk dilepaskan pada saat musim kemarau dan meningkatkan
konservasi air tanah karena selama air tertahan peresapan air terjadi. Dengan adanya
cadangan di retarding basin, pada musim kemarau air dapat dipakai untuk
penggelontoran saluran drainase dan sungai-sungai di daerah hilir.
Retarding basin harus didesain ramah lingkungan, artinya bangunannya cukup
dibuat dengan mengeruk dan melebarkan bantaran sungai, memanfaatkan sungai
mati atau sungai purba yang ada, memanfaatkan cekungan-cekungan, situ, dan
rawa-rawa yang masih ada di sepanjang sungai, dan dengan pengerukan areal di
tepi sungai untuk dijadikan kolam retarding basin.
Disarankan, dinding retarding basin tidak diperkuat dengan pasangan batu
atau beton karena selain harganya amat mahal, juga tidak ramah lingkungan dan
kontraproduktif dengan ekohidraulik bantaran sungai. Tebing-tebing itu cukup
diperkuat dengan aneka tanaman sehingga secara berkelanjutan akan meningkatkan
kualitas ekologi dan konservasi air.

b. Cara Mengendalikan Banjir :

Dalam cara ini daerah depresi (daerah cekungan) sangat diperlukan untuk
menampung volume banjir yang datang dari hulu untuk sementara waktu dan
dilepaskan kembali pada waktu banjir surut. Dengan kondisi lapangan yang
sangat menentukan dan berdasarkan survey lapangan, peta topografi, dan foto
udara dapat diidentifikasi lokasi untuk kolam banjir. Daerah cekungan atau
depresi yang dapat dipergunakan untuk kolam banjir harus memperhatikan hal -
hal sebagai berikut :
Daerah cekungan yang akan digunakan sebagai daerah retensi harus
merupakan daerah yang tidak efektif pemanfaatannya dan produktifitasnya
rendah atau yang tidak dimanfaatkan.

Pemanfaatan kolam banjir harus bermanfaat dan efektif untuk daerah yang
ada di hilirnya.
Daerah tersebut mempunyai potensi dan efektif untuk dijadikan sebagai daerah
retensi.

Daerah tersebut harus mempunyai area atau tangkapan yang besar.

c. Contoh penerapan :
Contoh implementasi metode retarding basin adalah penyelesaian banjir di
wilayah hilir Sungai Rhine di Eropa. Untuk mengurangi banjir yang menerjang
kota-kota di wilayah Jerman dan Belanda bagian hilir, dimulailah (integriertes
Rheisprogram) dengan membuat retarding basin-retarding basin di sepanjang
Sungai Rhine di bagian tengah dan hulu, mulai dari kota Karslruhe (di
perbatasan Perancis dan Jerman) sampai ke kota Bassel di perbatasan Jerman,
Swiss, dan Austria.
Retarding basin ini dibangun untuk memotong debit puncak banjir Sungai
Rhine yang akan menyusur menuju hilir masuk kota-kota penting, seperti Koeln,
Dusseldorf, dan akhirnya Rotterdam. Volume air bah pada puncak banjir akan
disimpan di retarding basin selama banjir berlangsung dan akan dikeluarkan setelah
banjir reda. Retarding basin ini terbukti efektif menurunkan banjir yang terjadi di
sepanjang Sungai Rhine di bagian hilir.
Program pembangunan retarding basin besar-besaran ini terus dikerjakan
mengingat keberhasilannya cukup signifikan dan efeknya bagi perbaikan kualitas
lingkungan serta konservasi air di daerah tengah dan hulu tinggi.

6. Pembuatan Polder
Drainase sistem polder adalah sistem penanganan drainase perkotaan dengan cara
mengisolasi daerah yang dilayani (catchment area) terhadap masuknya air dari luar
sistem berupa limpasan (overflow) maupun aliran di bawah permukaan tanah (gorong
- gorong dan rembesan), serta mengendalikan ketinggian muka air banjir di dalam
sistem sesuai dengan rencana.

a. Karakteristik :

Polder merupakan daerah yang dibatasi dengan baik, dimana air yang
berasal dari luar kawasan tidak boleh masuk, hanya air hujan (dan kadang-
kadang air rembesan) pada kawasan itu sendiri yang dikumpulkan.
Dalam polder tidak ada aliran permukaan bebas seperti pada daerah
tangkapan air alamiah, tetapi dilengkapi dengan bangunan pengendali pada
pembuangannya (dengan penguras atau pompa) untuk mengendalikan aliran
ke luar.
Muka air di dalam polder (air permukaan maupun air bawah permukaan)
tidak bergantung pada permukaan air di daerah sekitarnya dan dinilai
berdasarkan elevasi lahan, sifat-sifat tanah, iklim, dan tanaman.

Komponen Komponen Sistem Polder :

Tanggul keliling dan atau pertahanan laut (sea defense) atau


konstruksi isolasi lainnya
Sistem drainase lapangan (field drainage system)
Sistem pembawa (conveyance system)
Kolam penampung dan stasiun pompa (outfall system)
Badan air penerima (reciving waters)

b. Cara mengendalikan banjir :


Drainase sistem polder berfungsi untuk mengatasi banjir yang diakibatkan
genangan yang ditimbulkan oleh besarnya kapasitas air yang masuk ke suatu
daerah melebihi kapasitas keluar dari daerah tersebut.
Fungsi utama polder adalah sebagai pengendali muka air di dalam sistem
polder tersebut. Untuk kepentingan pemukiman, muka air di dalam Sistem
dikendalikan supaya tidak terjadi banjir/genangan. Air di dalam sistem
dikendalikan sedemikian rupa sehingga jika terdapat kelebihan air yang dapat
menyebabkan banjir, maka kelebihan air itu dipompa keluar sistem polder.

c. Contoh Penerapan :
Polder Tawang, Semarang
Polder Tawang Semarang merupakan suatu sistem untuk memproteksi
air limpahan dari luar kawasan dam mengendalikan muka air di dalam Kota Lama.
Komponen sistem polder ini terdiri dari : tanggul, pintu air, saluran, kolektor,
pompa air dan kolam retensi. Dengan luas lahan 1 ha. Polder yang terletak di
depan Stasiun Tawang yang mempunyai daerah tangkapan 70 ha. Bagian utara
dibatasi rel kereta api, timur dibatasi jalan Ronggowarsito, selatan oleh jalan
Petudungan dan barat oleh Kali Semarang.

7. Sumur Resapan
Bangunan sumur resapan adalah salah satu rekayasa teknik konservasi air berupa
bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali
dengan kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai tempat menampung air hujan
yang jatuh di atas atap rumah atau daerah kedap air dan meresapkannya ke dalam
tanah.

a. Karakteristik

Bentuk dan jenis bangunan sumur resapan dapat berupa bangunan sumur
resapan air yang dibuat segiempat atau silinderdengan kedalaman tertentu dan dasar
sumur terletak di atas permukaan air tanah. Berbagai jenis konstruksi sumur resapan
adalah:

1. Sumur tanpa pasangan di dinding sumur, dasar sumur tanpa diisi batu belah
maupun ijuk (kosong)
2. Sumur tanpa pasangan di dinding sumur, dasar sumur diisi dengan batu belah dan
ijuk.
3. Sumur dengan susunan batu bata, batu kali atau bataki di dinding sumur, dasar
sumur diisi dengan batu belah dan ijuk atau kosong.
4. Sumur menggunakan buis beton di dinding sumur
5. Sumur menggunakan blawong (batu cadas yang dibentuk khusus untuk dinding
sumur).

Konstruksi-konstruksi tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan


masing-masing, pemilihannya tergantung pada keadaaan batuan / tanah (formasi
batuan dan struktur tanah).
Pada tanah / batuan yang relatif stabil, konstruksi tanpa diperkuat dinding
sumur dengan dasar sumur diisi dengan batu belah dan ijuk tidak akan
membahayakan bahkan akan memperlancar meresapnya air melalui celah-celah
bahan isian tersebut.

Pada tanah / batuan yang relatif labil, konstruksi dengan susunan batu bata /
batu kali / batako untuk memperkuat dinding sumur dengan dasar sumur
diisi batu belah dan ijuk akan lebih baik dan dapat direkomendasikan.

Pada tanah dengan / batuan yang sangat labil, konstruksi dengan


menggunakan buis beton atau blawong dianjurkan meskipun resapan air hanya
berlangsung pada dasar sumur saja.

Bangunan pelengkap lainnya yang diperlukan adalah bak kontrol, tutup


sumur resapan dan tutup bak kontrol, saluran masuklan dan keluaran /
pembuangan (terbuka atau tertutup) dan talang air (untuk rumah yang bertalang
air).

Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaaan Umum menetapkan data teknis


sumur resapan air y sebagai berikut : (1) Ukuran maksimum diameter 1,4 meter,
(2) Ukuran pipa masuk diameter 110 mm, (3) Ukuran pipa pelimpah diameter 110
mm, (4) Ukuran kedalaman 1,5 sampai dengan 3 meter, (5) Dinding dibuat dari
pasangan bata atau batako dari campuran 1 semen : 4 pasir tanpa plester, (6)
Rongga sumur resapan diisi dengan batu kosong 20/20 setebal 40 cm, (7) Penutup
sumur resapan dari plat beton tebal 10 cm dengan campuran 1 semen : 2 pasir : 3
kerikil.

b. Cara mengendalikan banjir :


Konsep dasar sumur resapan pada hakekatnya adalah memberi kesempatan dan
jalan pada air hujan yang jatuh di atap atau lahan yang kedap air untuk meresap ke
dalam tanah dengan jalan menampung air tersebut pada suatu sistem resapan. Sumur
resapan ini merupakan sumur kosong dengan kapasitas tampungan yang cukup besar
sebelum air meresap ke dalam tanah. Dengan adanya tampungan, maka air hujan
mempunyai cukup waktu untuk meresap ke dalam tanah, sehingga pengisian tanah
menjadi optimal.

c. Contohn penerapan :
Sumur Resapan di Lereng Gunung Sumbing

Sebanyak 800 sumur resapan dibangun di sejumlah desa di lereng Gunung


Sumbing, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, untuk mempertahankan
keberlangsungan lingkungan, khususnya dalam menjaga ketersediaan air
tanah.
Coca-Cola Foundation Indonesia bekerja sama dengan Serikat Paguyuban
Qaryah Thayyibah (SPQT), hari ini (8/12) menyerahkan 800 lumbung air
kepada warga Kabupaten Magelang.

8. Bendung
Bendung (weir) adalah struktur bendungan berkepala rendah (lowhead dam),
yang berfungsi untuk menaikkan muka air, biasanya terdapat di sungai. Air sungai
yang permukaannya dinaikkan akan melimpas melalui puncak / mercu bendung
(overflow).

a. Karakteristik :

Bendung merupakan bangunan air yang berfungsi meninggikan/meningkatkan


muka air sungai yang melewati pucak bendung atau mercu. Bendung pada dasarnya
bangunan air yang dibuat melintang badan sungai. Sepintas bendung dan
bendungan kedengarannya sama tetapi ukuran dari bendung jauh lebih kecil
dibandingkan bendungan dan tinggi bendung umumnya < 15 m dari dasar bendung.
Fungsi dari bendung pun secara umum selain menaikkan muka air sungai juga
berfungsi sebagai tempat pengambilan air (Intake) untuk sistem irigasi persawahan,
pembangkit listrik dan sebagai bangunan pengukuran debit aliran sungai.
Secara umum proses pembuatan bendung tidak jauh beda dengan bendungan
yaitu dengan membendung aliran sungai dan mengalikan aliran sungai tersebut
untuk keperluan aktivitas konstruksi bendung. Struktur bendung sendiri terdiri atas
bagian dan fasiliitas pendukung, antara lain:

Pondasi bendung
Tubuh bendung
Mercu bendung
Kolam olakan berupa blok-blok beton (Peredam energi limpasan air dari mercu
bendung)
Lantai bendung (Bagian belakang bendung)
Saluran penguras sedimen bendung dan pintu pengontrol
Pilar bendung (Pier).
Sistem Pintu gerak untuk tipe bendung gerak.
Pintu dan saluran pengambilan air (Intake).
Sayap bendung dan dinding penahan tebing (Retaining Wall).
Rip Rap pereduksi limpasan energi aliran pada hilir bendung.
Jembatan inspeksi dan penghubung.
Ruang kontrol/jaga pintu air.
Instrumen pengukuran ketinggian dan debit aliran.
Akses Jalan.

b. Cara mengendalikan banjir :


Sebuah bendung memiliki fungsi, yaitu untuk meninggikan muka air sungai
dan mengalirkan sebagian aliran air sungai yang ada ke arah tepi kanan dan tepi kiri
sungai untuk mengalirkannya kedalam saluran melalui sebuah bangunan
pengambilan jaringan irigasi. Fungsi bendung ini berbeda dengan fungsi bendungan
dimana sebuah bendungan berfungsi sebagai penangkap air dan menyimpannya di
musim hujan waktu air sungai mengalir dalam jumlah besar dan yang melebihi
kebutuhan. Air yang ditampung di dalam bendungan ini dipergunakan untuk
keperluan irigasi, air minum, industri, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Kelebihan dari sebuah bendungan, yaitu dengan memiliki daya tampung
tersebut, sejumlah besar air sungai yang melebihi kebutuhan dapat disimpan dalam
waduk dan baru dilepas mengalir ke dalam sungai lagi di hilirnya sesuai dengan
kebutuhan saja pada waktu yang diperlukan.

c. Cara Penerapan :
Bendung Katulampa, Bogor

Bendung Katulampa adalah bangunan yang terdapat di Kelurahan Katulampa,


Kota Bogor, Jawa Barat. Bangunan ini di bangun pada tahun 1911 dengan
tujuan sebagai peringatan dini atas air yang sedang mengalir ke Jakarta serta
sarana irigasi lahan seluas 5.000 hektare yang terdapat pada sisi kanan dan kiri
bendung.[1]. Pada saat musim hujan, bendung ini bisa dilewati air dengan rekor
debit 630 ribu liter air per detik atau ketinggian 250 centimeter yang pernah
terjadi pada tahun 1996, 2002, 2007, dan 2010.[2]

Anda mungkin juga menyukai