Anda di halaman 1dari 112

PERENCANAAN PETAK

PERTEMUAN - 3

Lay out jaringan irigasi

Intake

bendung

Saluran tersier
Saluran sekunder

Saluran Sekunder

Saluran Primer

In take

Bangunan bagi dengan


pintu sadap
Bangunan sadap

Saluran embuang

TEKNIK PEMBERIAN AIR IRIGASI


1. Pendahuluan
2. Irigasi permukaan (surface
irrigation)
3. Irigasi curah (sprinkler
irrigation)
4. Irigasi tetes (trickle/drip
irrigation)
5. Lain-lain

FUNGSI IRIGASI
Fungsi utama:
Memenuhi kebutuhan air tanaman
Fungsi spesifik:
1. mengambil air dari sumber (diverting)
2. Membawa/mengalirkan air dari sumber
ke lahan pertanian (conveying)
3. mendistribusikan air kepada tanaman
(distributing)
4. mengatur dan mengukur aliran air
(regulating and measuring)

MACAM IRIGASI
Menurut sumber airnya:
1. Air permukaan : sungai, danau,
waduk
2. Airtanah : akuifer
Menurut cara pengambilan
airnya:
1. Pengambilan gravitasi
2. Pompa

MACAM IRIGASI
Menurut cara pengalirannya:
1. Saluran terbuka (open
channel)
2. Jaringan pipa (pipe network)
Menurut cara distribusinya:
1. Irigasi permukaan
2. Irigasi curah
3. Irigasi tetes

C. Uraian Materi.
Pengelolaan Air Irigasi
Irigasi bertujuan agar pemberian air pada
tanaman dapat secara teratur dan sesuai
dengan kebutuhan tanaman itu sendiri, baik
tanaman padi, palawija, maupun tebu.
Terdapat dua macam tipe irigasi yaitu irigasi
langsung dan irigasi tidak langsung. Pemilihan
tipe tergantung kondisi sungai dimana akan
mengalirkan airnya untuk keperluan irigasi
tersebut.

Irigasi Langsung : Irigasi yang langsung


diberikan airnya melalui bangunan penangkap air
seperti bendung, free intake atau sistem pompa.

Irigasi Tidak Langsung,

adalah sistem irigasi


yang mengatur air nya melalui tampungan dahulu, dan
bilamana air tersebut diperlukan barulah dialirkan ke
jaringan irigasi, contohnya Bendungan atau
Dam/waduk

Douglas Dam

METODE IRIGASI

IRIGASI PERMUKAAN

MENGGENANG

WILD FLOODING

IRIGASI BAWAH
PERMUKAAN

IRIGASI SEMPROTAN

FURROW METHOD

CONTOUR FARMING

CONTROLLED FLOODING

FREE
FLOODING

BORDER
STRIPS

CONTOUR
LATERAL

BASIN
FLOODING

CHECKS OR
LEVEES

SKEMA METODE IRIGASI

ZIG-ZAG
METHOD

Cara pemberian

air irigasi ada tiga macam,

yaitu:
Irigasi pada permukaan,
Irigasi dari atas permukaan (semprotan), dan
Irigasi dari bawah permukaan,
setiap metode ini ada

Irigasi permukaan

kelebihan dan kekurangannya.

Irigasi permukaan terdiri dari : penggenangan, metode


alur, dan metode garis tinggi.
Penggenangan terdiri dari penggenangan dengan tidak
sengaja, dan penggenangan dengan sengaja
Penggenangan dengan sengaja terdiri dari: genangan
bebas; sisi garis tinggi, tanggul pembatas, tanggul
genangan, kolam genangan, dan zig-zag.

Controlled Flooding

pemasukan

Pipa beton

< 300 m

<20 m

Free Flooding

Contour Laterals

tanggul

<20 m

Borders strips

b
Sal.
Utama

20 30 m
Check Flooding

Kolam Genangan (Basin


flooding)

Zig-zag method

Furrow method, adalah suatu model


pemberian air dengan cara menekan
air ke dalam tanah; Metode ini banyak
dipakai untuk tanaman jagung,
tembakau, kacang tanah, ubiubian/kentang, tebu, dan kapas.
Pada umumnya irigasi lain hampir
semua lahan di basahi dengan air
(terendam), namun di dalam metode
ini hanya 20% saja yang direndami
(basah), jadi evaporasi yang hilang
sangat banyak direduksi. Metode
furrow ini bervariasi dari 3,00m
panjangnya untuk kebun sampai 500
meter untuk keperluan tanaman
pangan, tetapi umumnya sekitar 100
sampai 200 meter.sedangkan
kemiringannya antara 0 5%.

Furrow method

Irigasi di atas permukaan


(semprotan)
Metode ini adalah cara pemberian air
melalui atas permukaan tanah melalui
semburan air atau semprotan, metode ini
telah dikembangkan sejak 1900.
Metode ini dilengkapi dengan pipa pipa
utama dan pipa distribusi, kadangkadang pipa-pipa ini dapat dipindahkan
sesuai dengan keperluan di lahan mana
air akan diberikan.

Kondisi untuk irigasi semprotan ini


digunakan sebagai berikut; tanah yang
porous, tanah yang bergelombang,
banyak kerikil, tidak tembus air yang
dangkal, sudut lereng curam dan
mudah tererosi, ketersediaan air
permukaan (sumber air) kecil,
menghasilkan lebih cepat, SDM tidak
perlu yang tinggi.

Keuntungan

lain: pengukuran pemakaian


air lebih mudah, tanah tidak perlu
diperbaiki, efisiensi tinggi, tekanan yang
digunakan relatif kecil, lebih efisien bila
sumber pengambilan air sama, dapat
dipakai dengan sistem gravitasi bila
kondisi topografi memungkinkan,
frekuensi pemakaian air kecil,
penggunaan pupuk lebih mudah.

Jenis-jenis Semprotan: Semprotan


tetap (fixed nozzle pipe); pipa
berlobang, (perforated pipe); dan
semprotan berputar (rotating
sprinkler).
Jenis-jenis sistem semprotan: instalasi
semi permanen, sistem portable.
Pipa cabang yang dapat berpindah,
terdiri dari : Semprotan sistem
gravitasi & Sistem tetesan.

45O

Sprinkler Irrigation

Semprotan dengan sudut kecil

Tipe Semprotan Berputar

Sub surface irrigation,


merupakan sistem irigasi melalui bawah
permukaan, yang pemberian airnya
langsung ke akar tanaman, adapun
kondisi yang baik untuk metode ini
adalah: tanah tak tembus air dengan
kedalaman antara 2 sampai 3 meter; pada
zona perakaran terdapat tanah lempung
(loam) atau lempung pasiran (sandy
loam); topografi lahan sama; kemiringan
sedang; dan kualitas air irigasi baik.

Ak
ar
Batas atas
pembasahan

Arah Pembasahan tanah

Pemberian air lewat bawah permukaan

0,35 0,45 m

1,00 1,25 m

1,00 1,25 m

Metode Brujulan

Metode Reynoso

0,35 0,50 m

Countour Farming

Rice Fields in Bali

Rice Harvest, Indonesia

Rice Farming, India

Basin Flooding

PERTEMUAN KE 4 / 2 sks

A. KOMPETENSI
Mahasiswa memahami
jaringan irigasi.

tentang

tingkat-tingkat

B. INDIKATOR
Setelah mengikuti pembelajaran ini, mahasiswa mampu
menjelaskan dengan baik dan benar akan:
01. Irigasi sederhana
02. Irigasi semi teknis
03. Irigasi teknis

suatu

C. URAIAN MATERI
Tingkatan jaringan

Irigasi

Di dalam suatu jaringan irigasi dapat dibedakan adanya


empat unsur fungsional pokok, yaitu: Bangunan utama;
jaringan pembawa, petak tersier, dan sistem pembuang.

Irigasi sederhana, yaitu suatu sistem irigasi di mana


pembagian air tidak diukur dan diatur, kelebihan air
akan mengalir ke selokan pembuang. Para pemakai
air tergabung dalam satu kelompok sosial yang
sama; dan tidak melibatkan pemerintah di dalam
organisasi jaringan irigasi tersebut. Persediaan air
berlimpah, sedangkan kemiringan trase saluran
berkisar antara sedang sampai curam.

Irigasi

semi

teknis,

bangunan utama/bendung yang


terletak di sungai dilengkapi dengan pintu pengambilan
dan bangunan ukur, dan kadang-kadang dilengkapi pula
dengan bangunan permanen pada jaringan irigasinya.
Irigasi teknis, jaringan irigasi ini terdapat pemisahan
antara saluran pembawa dan pembuang, setiap bangunan
pembagi/sadap selalu dilengkapi dengan alat ukur debit.

S. Amandit

Ds. Ambawang

Ds. Seruni
Ds. Sumpitan

Contoh : Irigasi Sederhana

BA.0

S. Amandit

Ds. Ambawang

Ds. Seruni

Ds. Sumpitan

Contoh : Irigasi Semi Teknis

BA.0
BA.1

BA.2

S. Amandit

BA.3

BAm.1
BS.1

BSu.1

BAm.2

BSu.2
BS.2

Ds. Ambawang

BAm.3
BS.3

BSu.3

Ds. Seruni
Ds. Sumpitan

Contoh : Irigasi Teknis

Klasifikasi jaringan irigasi


Teknis

Bangunan Utama
Kemampuan bangunan
dalam mengukur &
mengatur debit

Bangunan
permanen

Baik

Semi teknis
Bangunan
permanen/semi
permanen

Sederhana
Bangunan
sementara

Sedang

Jelek
Sal pembawa &
pembuang jadi satu

Saluran pembawa
& pembuang
terpisah

Sal pembawa dan


pembuang tidak
sepenuhnya terpisah

Petak tersier

Dikembangkan
sepenuhnya

Belum dikembangkan
atau densitas
bangunan tersier
jarang

Efisiensi

50 60%

40 50%

< 40%

Sampai 2000 ha

< 500 ha

Ukuran

Tidak ada
batasan

Jaringan & saluran

Belum ada jaringan


terpisah yang
dikembangkan

Lay out jaringan irigasi

Intake

bendung

Saluran tersier
Saluran sekunder

Saluran Sekunder

Saluran Primer

In take

Bangunan bagi dengan


pintu sadap
Bangunan sadap

Saluran embuang

Kebutuhan air di sawah untuk padi


ditentukan oleh faktor-faktor berikut:
1. cara penyiapan lahan
2. kebutuhan air untuk tanaman/konsumtif
3. perkolasi dan rembesan
4. pergantian lapisan air
5. curah hujan efektif.
Kebutuhan total air di sawah (GFR)
mencakup faktor 1 sampai 4. Kebutuhan
bersih air di sawah (NFR) juga termasuk
curah hujan efektif. Besarnya kebutuhan air
di sawah untuk tanaman ladang dihitung
seperti pada perhitungan kebutuhan air
untuk padi. Ada berbagai harga yang dapat

Keseimbangan air yang masuk dan keluar dari suatu lahan digambarkan seperti :
Agar terjadi keseimbangan air di suatu lahan pertanian maka :
Kebutuhan
Air Irigasi
(IR)

Jumlah Air
Hujan (R)

Air Bagi
Kebutuhan
Tanaman
(ET)

Air
Huja
n (R)

Air Untuk
Mengolah
Tanah (Pd)

Air Yang
Merembes
(P & I )

Air Bagi
Tanama
n (ET)

Air
Irigasi
(IR)

Air Bagi
Pengolah
an Tanah
(Pd)

Air
Merembes
(Perkolasi
dan Infiltrasi
P & I)

Akibat
operasi,
evaporasi
dan
perembesan, sebagian dari air yang
dibagikan akan hilang sebelum mencapai
tanaman padi. Kehilangan air akibat
evaporasi dan perembesan kecil saja
dibanding kehilangan akibat operasi.
Hanya tanah-tanah yang lulus air saja
yang akan memerlukan perhitungan
tersendiri.
Untuk
tujuan-tujuan
perencanaan, kehilangan air di jaringan
irigasi tersier dianggap 15 - 22,5%
antara bangunan sadap tersier dari

Kehilangan yang sebenarnya di dalam


jaringan
bisa
jauh
Iebih
tinggi,
khususnya
pada
waktu-waktu
kebutuhan
air
rendah.
Walaupun
demikian, tidak disarankan untuk
merencanakan jaringan saluran dengan
efisiensi yang rendah itu. Setelah
beberapa tahun diharapkan efisiensi
akan dapat dicapai dengan cara
memperbaiki cara operasi.

Kebutuhan air untuk penyiapan


lahan
umumnya
menentukan
kebutuhanb maksimum air irigasi
pada suatu proyek irigasi. Faktor
faktor penting yang menentukan
besarnya kebutuhan air untuk
penyiapan lahan adalah :
a.Lamanya waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan pekerjaan
penyiapan lahan
b.Jumlah air yang diperlukan untuk
penyiapan lahan

Faktor waktu
Faktor-faktor penting yang menentukan
lamanya jangka waktu penyiapan lahan
adalah:
- Tersedianya tenaga kerja dan ternak
penghela
atau traktor untuk menggarap
tanah
-Perlunya memperpendek jangka waktu
tersebut agar tersedia cukup waktu untuk
menanam padi sawah atau padi ladang
kedua
-Sebagai pedoman diambil jangka waktu 1,5
bulan untuk menyelesaikan penyiapan lahan
di seluruh petak tersier. Perlu diingat bahwa

Jumlah air
Pada umumnya jumlah air yang dibutuhkan
untuk penyiapan lahan dapat ditentukan
berdasarkan kedalaman serta porositas
tanah di sawah.
Rumus
berikut
dipakai
memperkirakan
kebutuhan

untuk penyiapan lahan.

untuk

air

PWR = Kebutuhan air untuk penyiapan lahan, mm


Sa = Derajat kejenuhan tanag setelah, penyiapan
lahan dimulai, % Sb = Derajat kejenuhan tanah
sebelum penyiapan lahan dimulai, % N = Porositas
tanah dalam % pada harga rata-rata kedalaman
tanah
d = kedalaman tanah setelah pekerjaan
penyiapan lahan mm
Pd = Kedalaman genangan setelah pekerjaan
penyiapan lahan, mm F1 = Kehilangan air di sawah
selama 1 hari, mm
Untuk tanah berstruktur berat tanpa retak-retak
kebutuhan air untuk penyiapan lahan diambil 200
mm. Ini termasuk air untuk penjenuhan dan
pengolahan tanah. Pada permulaan transplantasi
tidak akan ada lapisan air yang tersisa di sawah.
Setelah transplantasi selesai, lapisan air di sawah

Bila lahan telah dibiarkan beda selama


jangka waktu yang lama (2,5 bulan atau
lebih), maka laposan air yang diperlukan
untuk penyiapan lahan diambil 300 mm,
termasuk yang 50 mm untuk penggenangan
setelah transplantasi. Untuk tanah-tanah
ringan dengan laju perkolasi yang lebih
tinggi, harga-harga kebutuhan air untuk
penyelidikan lahan bisa diambil lebih tinggi
lagi. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan
sebaiknya dipelajari dari daerah-daerah di
dekatnya yang kondisi tanahnya serupa dan
hendaknya didasarkan pada hasil-hasil
penyiapan di lapangan. Walau pada
mulanya tanah-tanah ringan mempunyai

perhitungan
kebutuhan
irigasi /konsumtif , menggunakan metode van
Untuk

de Goor dan Zijlstra (1968). Metode tersebut


didasarkan pada laju air konstan dalam liter/dt selama
periode penyiapan lahan dan menghasilkan rumus
berikut :
IR = M ek/ (ek 1)
Dimana :
IR = Kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan, mm/
hari
M = Kebutuhan air untuk mengganti/ mengkompensari
kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah
yang sudah dijenuhkan
M = Eo + P, mm/ hari
Eo = Evaporasi air terbuka yang diambil 1,1 x ETo
selama penyiapan lahan, mm/ hari
P = Perkolasi

Tabel A.2.1. Kebutuhan air irigasi (IR)

3. Kebutuhan air konsumtif


Penggunaan
konsumtif
dengan rumus berikut

dihitung

ETc = Kc x ETo
Dimana
ETc = evapotranspirasi tanaman,
mm/ hari
Kc = Koefisien tanaman
ETo = evapotransirasi tanaman
acuan, mm/ hari

III. PENGAMATAN &


PENGUKURAN

Pengamatan & pengukuran evapotranspirasi


umumnya dilakukan menggunakan panci
evaporasi (evaporation pan).
Panci evaporasi dibuat untuk meniru (simulate)
kondisi evaporasi permukaan air bebas.
Panci evaporasi dapat dipasang dengan posisi
di atas permukaan tanah, di dalam tanah, dan
mengambang di atas air.
Ukuran panci standar di USA: Diameter 122 cm
(4 ft) dan kedalaman 25,4 cm (10). Jumlah
penguapan permukaan air yang luas seperti
permukaan danau adalah 0,7 kali hasil yg
didapat dengan alat ini.

a.

III. PENGAMATAN &


PENGUKURAN
c.

b.

Gambar 2a. Panci evaporasi Kelas A, 2b. Panci evaporasi Sunken


Colorado,

IV. PERHITUNGAN
Persamaan untuk menghitung ETo adalah:

ETo K pan x E pan

Dimana:
ETo = Evapotranspirasi
K pan
= koefisien panci
Untuk panci kelas A, koef. berkisar 0,35
0,85, rata-rata = 0,70
Untuk panci Sunken Colorado, koef.
Berikisar 0,45 1,10, rata-rata = 0,80
E pan
= evapotranspirasi panci

=konstanta Boltzman
Ta=suhu absolut
ed=tekanan uap sebenarnya (mm Hg)
ea=tekanan uap jenuh suhu rerata harian
(mm Hg)
Ea=evaporasi (mm H2O/hari)
=kemiringan kurva tekanan uap jenuh
pada suhu absolut (mm Hg/oF) grafik-1
W=kecepatan angin (mil/hari)

PERKOLASI DAN INFILTRASI


Laju perkolasi sangat bergantung kepada
sifat-sifat tanah. Pada tanah-tanah lempung
berat dengan karakteristik pengelolahan
(puddling) yang baik, laju perkolasi dan
infiltrasi dapat mencapai 1-3 mm/ hari.
Pada tanah-tanah yang lebih ringan; laju
perkolasi bisa lebih tinggi. Dari hasil-hasil
penyelidikan
tanah
pertanian
dan
penyelidikan kelulusan, besarnya laju
perkolasi serta tingkat kecocokan tanah
untuk pengolahan tanah dapat ditetapkan
dan dianjurkan pemakaian nya. Guna
menentukan laju perkolasi, tinggi muka air
tanah
juga
harus
diperhitungkan.

PENGGANTIAN LAPISAN AIR


A.Setelah pemupukan, usahakan
untuk menjadwalkan dan mengganti
lapisan air menurut kebutuhan
B.Jika
tiak
ada
penjadwalan
semacam itu, lakukan penggantian
sebanyak 2 kali, masing-masing 50
mm (atau 3,3 mm/ hari selama
Bulan) selama sebulan dan dua
bulan setelah transplantasi.

CURAH HUJAN EFEKTIF


Untuk irigasi pada curah hukan
efektif bulanan diambil 70 persen
dari curah hujan minimum tengah
bulanan dengan periode ulang 5
tahun
Di mana : Re
= Curah
hujan efektif, mm/ hari R (setengah
bulan) 5 = curah hujan minimum
tengah bulanan dengan periode
ulang 5 tahun/ mm

MEMPERKIRAKAN LAJU
INFILTRASI

Metode -indeks
Pada metode -indeks diasumsikan
nilai ft tidak bervariasi terhadap waktu.

Gambar 11. ilustrasi pengembang


metode -indeks

IV. MEMPERKIRAKAN LAJU


INFILTRASI
Menentukan nilai -indeks
Persamaan yang digunakan:
Vol. limpasan langsung = Vol. hujan
efektif
VLL = Pef . A
index
t (jam)

Hujan

Q (m3/dt)

I (mm/jam)

P efektif

HLL

t
p

Base flow
t (jam)
Hidrograf di A

IV. MEMPERKIRAKAN LAJU


INFILTRASI
Contoh 3:
Sebuah
daerah
tangkapan
hujan
dengan luas (A) 0,25 km2 terjadi hujan
dengan profil sebagai berikut:
Waktu (jam)

Curah hujan
(mm)

18

25

12

10

Jika volume limpasan langsung (VLL)


adalah 8.250 m3, tentukan nilai indeks.

IV. MEMPERKIRAKAN LAJU


INFILTRASI

Penyelesaian:
Tinggi limpasan langsung ( Pef) dalam mm:
VLL/A = 8.250/0,25x106 = 0,033 m = 33 mm
Nilai -indeks ditentukan dengan cara cobabanding.
Pemisalan 1:
Misal 3 mm/jam < -indeks < 7 mm/jam
-indeks=[(7+18+25+12+10)-33]/5=7,8
mm/jam
Anggapan tidak benar, -indeks > 7
mm/jam

IV. MEMPERKIRAKAN LAJU


INFILTRASI
Pemisalan 2:
Misal 7 mm/jam < -indeks < 10
mm/jam
-indeks = [(18+25+12+10)-33]/4 = 8
mm/jam
Anggapan benar, 7 mm/jam < indeks < 10 mm/jam
-indeks = 8 mm/jam

Perencanaan dasar yang berkenaan dengan


unit tanah adalah petak tersier. Petak ini
menerima air irigasi yang dialirkan dan
diukur pada bangunan sadap (off take)
tersier yang menjadi tanggung jawab Dinas
Pengairan.
Bangunan
sadap
tersier
mengalirkan airnya ke saluran tersier
Faktor-faktor penting lainnya adalah jumlah
petani dalam satu petak, jenis tanaman dan
topografi. Di daerah-daerah yang ditanami
padi luas petak tersier idealnya maksimum 50
ha, tapi dalam keadaan tertentu dapat
ditolelir sampai seluas 75 ha, disesuaikan
dengan kondisi topografi dan kemudahan
eksploitasi dengan tujuan agar pelaksanaan

Panjang saluran tersier sebaiknya kurang dari


1.500 m, tetapi dalam kenyataan kadangkadang panjang saluran ini mencapai 2.500 m.
Panjang saluran kuarter lebih baik di bawah
500 m, tetapi prakteknya kadang-kadang
sampai
800 m.
Petak sekunder
terdiri dari beberapa petak
tersier yang kesemuanya dilayani oleh satu
saluran sekunder. Biasanya petak sekunder
menerima air dari bangunan bagi yang terletak
diPetak
saluran
primer
atau
sekunder
primer
terdiri
dari
beberapa petak
sekunder, yang mengambil air langsung dari
saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu
saluran primer yang mengambil airnya
langsung dari sumber air, biasanya sungai.
Proyek-proyek irigasi tertentu mempunyai dua

Saluran

Jaringan irigasi teknis yang selanjutnya disebut jaringan


irigasi merupakan sekumpulan bangunan-bangunan bagi,
sadap, bangunan silang, pelengkap, saluran pembawa, saluran
dan bangunan pembuang yang terdapat dalam suatu lahan,
yang petak sawahnya memanfaatkan air dari sumber yang
sama.
Peta ikhtisar adalah suatu peta di mana terlihat susunan
suatu jaringan irigasi mulai dari bendung sampai saluransaluran pembuang. Di dalam peta ikhtisar tersebut
diperlihatkan: (1) bangunan utama, (2) jaringan dan trase
saluran irigasi, (3) jaringan dan saluran pembuang), (4) petak
tersier, petak sekunder, dan petak primer, (5) lokasi-lokasi
bangunan (bagi, sadap, silang), (6) batas-batas daerah irigasi,
(7) daerah yang tidak diairi (desa, makam, gedung-gedung), (8)
jaringan dan trase jalan, dan (9) daerah-daerah yang tidak
dapat diairi (tanah jelek, rawa, bukit, dll).

PERENCANAAN JARINGAN
IRIGASI

1. Prinsip Teknik Irigasi, pemisahan :


jaringan saluran pembawa/irigasi
jaringan saluran pembuang
Saluran pembawa / irigasi
Mengalirkan air dari sumber air sampai ke
lahan sawah
Saluran pembuang
Mengalirkan kelebihan air dari sawah ke
selokan pembuang atau sungai yang
selanjutnya dan berakhir di laut

2. Prinsip penataan sistim Irigasi


Saluran Irigasi harus :
lebih tinggi dari lahan yang akan dialiri dan diupayakan
dapat menjangkau areal sawah seluas-luasnya
Diupayakan sependek mungkin, hal ini akan mencegah
berkurangnya tekanan atau energi dan biaya
pembangunan
Mengikuti garis kontur agar tetap memperoleh ketinggian

Saluran tersier harus mampu :


Mengalirkan air ke petak-petak tersier sehingga dapat
menggenangi persawahan

Saluran Pembuang harus mampu :


Menampung dan menyalurkan kelebihan air dari petak
persawahan dengan lancar, termasuk air hujan

3. Bangunan dan Fungsi dalam sistim


Irigasi :
Bangunan Irigasi dibagi menjadi :
a. Bangunan Utama
b. Jaringan Irigasi :

Lay out jaringan irigasi

Intake

bendung

Saluran tersier
Saluran sekunder

Saluran Sekunder

Saluran Primer

In take

Bangunan bagi dengan


pintu sadap
Bangunan sadap

Saluran embuang

Petak irigasi
Petak tersier, suatu lahan seluas maksimum 60 ha,
yang berisikan petak-petak kuarter yang luasnya
maksimum 10 ha, yang mengambil air dari satu pintu
bangunan sadap. Petak tersier ini dilengkapi pula
dengan boks-boks tersier, kuarter, saluran pembawa
tersier, kuarter, cacing, saluran pembuang, serta
bangunan silang seperti yang ada di jaringan irigasi.
Petak sekunder, terdiri dari kumpulan petak-petak
tersier yang mengambil air dari satu pintu di bangunan
bagi. Luas petak sekunder ini tidak terbatas tergantung
dari topografi lahan yang ada. Salurannya sering terletak
di punggung medan, sehingga air tersebut dapat
dialirkan ke dua sisi saluran.

Petak primer, terdiri dari beberapa petak sekunder


yang airnya mengambil dari sumber air (sungai)
berupa bendung, bendungan, rumah pompa, dll.
Bila satu bendung terdapat dua pintu (intake) kiri
dan kanan, maka terdapat dua petak primer.
Saluran primer diusahakan sejajar dengan kontur
atau garis tinggi.

S. Amandit

Ds. Ambawang

Ds. Seruni
Ds. Sumpitan

Contoh : Peta Topografi

PERENCANAAN PETA PETAK IRIGASI

Siapkan peta topografi skala 1: 10.000; 1 : 15.000;


1: 20.000
Tentukan letak bendung di sungai , berikan nama bendung
sesuai dengan nama sungai; contoh untuk sungai Amandit,
nama bendungnya Bendung Amandit 0, atau BA.0.
Tarik saluran pembuang di lembah atau saluran pembuang
alami dengan warna merah.
Tarik saluran induk sejajar garis tinggi (kontur), setiap 1 km
turunkan sekitar 40 50 cm, dengan warna biru. Nama
saluran induk sesuai dengan nama sungai, contoh saluran
Induk Amandit.

Tarik saluran sekunder melalui punggung atau tegak lurus


kontur, namakan saluran ini dengan nama kampung yang
dilewati atau yang dekat dengan saluran sekuder tersebut,
contoh kampung yang dekat/dipotong saluran adalah
kampung/desa Ambayang, maka namanya: saluran
sekunder Ambayang.
Ukur luas petak tersier maksimun 60 ha, namakan petak
tersier sesuai dengan nama saluran sekunder. Contoh
Ambayang (Am) 1kiri untuk sebelah kiri dan untuk sebelah
kanan atau Am 1 kn, pada bangunan sadap Ambayang 1,
atau BAm.1
Setiap saluran yang diambil dari sumber air (sungai, waduk,
situ, danau) merupakan saluran induk (primer), baik diambil
di bagian kiri ataupun bagian kanan sungai.

Saluran sekunder merupakan cabang dari saluran


induk, atau dapat juga cabang dari saluran sekunder
lainnya
Saluran muka merupakan saluran tersier yang airnya
dari bangunan sadap namun airnya baru dapat
digunakan setelah melewati daerah tertentu.
Bangunan sadap adalah bangunan yang memberikan
air irigasi langsung dari bangunan tersebut.
Bangunan bagi adalah bangunan yang membagikan
airnya untuk saluran sekunder lainnya.

BA.0
BA.1

S. Amandit

BA.2

BA.3

BAm.1
BS.1

BSu.1

BAm.2

BS.2

BSu.2

Ds. Ambawang

BAm.3
BS.3

BSu.3

Ds. Seruni
Ds. Sumpitan

Contoh : Irigasi Teknis

Jaringan irigasi utama

Saluran primer membawa air dari bendung ke


saluran sekunder dan ke petak-petak tersier
yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah
pada bangunan bagi yang terakhir
Saluran sekunder membawa air dari saluran
primer ke petak-petak tersier yang dilayani
oleh saluran sekunder tersebut. Batas ujung
saluran ini adalah pada bangunan sadap
terakhir
Saluran muka tersier membawa air dari
bangunan sadap tersier ke petak tersier
yang terletak di seberang petak tersier
lainnya. Saluran ini termasuk dalam
wewenang dinas irigasi dan oleh sebab itu
pemeliharaannya menjadi tanggung

Anda mungkin juga menyukai