SISTEM DRAINASE
Ir Agus Hariwahyudi, Msc dan Ir Yusuf Muttaqin, MT
6/15/2015
-1
Halaman
BAB 1
1.1
SISTEM DRAINASE
Sistem Drainasi
Air hujan yang jatuh di suatu daerah perlu dialirkan atau dibuang agar tidak terjadi
genangan atau banjir. Caranya yaitu dengan pembuatan saluran yang dapat menampung air
hujan yang mengalir di permukaan tanah tersebut. Sistem saluran
di atas selanjutnya
dialirkan ke sistem yang lebih besar. Sistem yang paling kecil juga dihubungkan dengan
saluran rumah tangga, sistem bangunan infrastruktur lainnya. Sehingga apabila cukup banyak
limbah cair yang berada dalam saluran tersebut perlu diolah (treatment). Seluruh proses ini
disebut dengan sistem drainase.
Drainase pada prinsipnya terbagi atas 2 (dua) macam yaitu: drainase untuk daerah
perkotaan dan drainase untuk daerah pertanian. Sistem drainase yang dijelaskan saat ini
adalah sistem drainase perkotaan.
Pada perencanaan dan pengembangan sistem drainase kota perlu kombinasi antara
perkembangan perkotaan, daerah rural dan daerah aliran sungai (DAS). Untuk pengembangan
suatu wilayah baru di perkotaan, perancangannya harus disesuaikan dengan sistem draeinase
alami yang sudah ada maupun yang telah dibuat.
Sesuai dengan prinsip sebagai jalur pembuangan maka pada waktu hujan, air yang
mengalir di permukaan diusahakan secepatnya dibuang agar tidak menimbulkan genangangenangan yang dapat mengganggu aktivitas di perkotaan dan bahkan dapat menimbulkan
kerugian sosial ekonomi terutama yang menyangkut aspek-asperk kesehatan lingkungan
pemukiman kota. Namun bagi pengembangan sumber daya air, perlu diperhatikan pula daerah
resapan yang bisa difungsikan, sehingga air hujan tidak terbuang percuma ke laut karena
merupakan sumber air yang dipakai pada musim kemarau.
Ukuran dan kapasiras saluran sistem drainase semakin ke hilir semakin besar, karena
semakin luas daerah alirannya.
6/15/2015
-2
Halaman
1.2
Fungsi Drainase
Drainase juga dipakai untuk pembuangan air rumah tangga. Semua sistem aliran
pembuangan rumah dialirkan menuju sistem drainase. Dalam menentukan dimensi sistem
drainase, intensitas hujan dengan periode ulang tertentu di suatu sistem jaringan drainase
dipakai sebagai dasar analisis perhitungan karena kuantitasnya jauh lebih besar dibandingkan
aliran dari rumah tangga atau domestik lainnya.
Di daerah perkotaan dengan permukiman yang padat pelaksanaan konstruksi maupun dan
pemeliharaan sistem drainase sering kali mengalami berbagai kendala antara lain:
Kurangnya lahan untuk pengembangan sistem drainase karena sudah berfungsi untuk tata
guna lahan tertentu yang permanen.
Pemeliharaan saluran juga mengalami kesulitan karena bagian atas sudah ditutup oleh
bangunan.
Sampah
terutama
sampah
domestik
banyak
menumpuk
di
saluran
sehingga
6/15/2015
-3
Halaman
1.3
Sistem jaringan drainase di dalam wilayah kota dibagi atas 2 bagian yaitu: drainase major
dan drainase minor. Konfigurasi sistem drainase secara umum dapat dilihat gambar berikut
ini.
Industri
Perkantor
an
Sistem minor:
gutters, pipes,
ponds, channels
Kuarter-Tersier
Sistem major:
jalan, ponds,
channels,
reservoirs
Sekunder
Buangan
(Disposal)
Fungsi
Dry-weather
treatment for
combined systems
Possible
stormwater
treatment
Aliran
Sistem Sungai
H UJAN
Interceptor
Air buangan
(Dari sistem kombinasi)
Rumah
Tangga
Dll.
Pasar
Hotel
Treatment
limpasan
Koleksi, tampungan
dan transmisi
Banjir
Primer
Catatan:
Ada Yang
Dalam
Kab/Kota
Ada yang
Lintas
Kab/Kota
Dll.
Sistem drainase
individu (collector):
buangan air + air
hujan
Treatment
Main
plant
disposal/
management drainage
practices
system
Manajemen dan Rekayasa Sistem
Kompon
en biaya
O&M
Drainase
Yang dimaksud dengan sistem drainase makro yaitu sistem saluran/badan air yang
menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area).
Biasanya sistem ini menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase
primer, kanal-kanal atau sungai-sungai. Sistem drainase mayor ini disebut juga sebagai sistem
saluran pembuangan utama (lihat Gambar 1-1). Sistem ini merupakan penghubung antara
drainase dan pengendalian banjir. Debit rencananya dipakai untuk sistem drainase ini periode
ulang lebih antara 5 sampai 10 tahun. Sedangkan untuk pengendalian banjir di Indonesia
mengingat keterbatasan dana untuk sungai-sungai besar dipakai periode ulang antara 25
sampai 50 tahun.
Di daerah yang berbukit atau daerah yang kemiringan tanahnya cukup, masalah
pembuangan atau pengaliran air tidak begitu sulit pemecahannya, karena perbedaan tingginya
6/15/2015
-4
Halaman
cukup besar air dapat mengalir sangat cepat. Akan tetapi di daerah yang datar terutama di
daerah pantai yang terkena pengaruh pasang surut, kadang-kadang tidak terdapat beda tinggi
yang memadai untuk air mengalir dalam keadaan normal. Kemiringan yang landai bahkan
mendekati nol menyebabkan kecepatan air sangat lambat. Bila ada kenaikan muka air laut (air
pasang) sering terjadi aliran balik (backwater), yaitu air dari laut mengalir ke hulu.
Pemecahan drainase di daerah ini biasanya mengupayakan saluran selebar mungkin. Namun
bila daerahnya sudah berkembang misalnya menjadi pemukiman yang padat, perencanaan
sistem drainase akan sangat sulit. Pengukuran topografi yang (sangat) detail dan identifikasi
di daerah aliran sungai atau drainase mutklak diperlukan untuk perencanaan sistem drainase
ini.
Sistem makro biasanya meliputi saluran drainase primer dan sekunder.
1.3.2
Yang dimaksud dengan drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap
drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan dimana sebagian
besar di dalam wilayah kota. Secara keseluruhan yang termasuk dalam sistem drainase mikro
adalah: Saluran di sepanjang sisi jalan, saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan, goronggorong, saluran drainase kota dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya
tidak terlalu besar.
Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2 dan 5
tahun tergantung pada tata guna tanah yang ada. Sistem drainase untuk lingkungan
pemukiman lebih cenderung sebagai sistem drainase mikro. Sistem mikro biasanya meliputi
saluran drainase tersier dan kuarter
Dari segi konstruksinya sistem saluran/drainase mikro dapat dibedakan atas dua bagian
yaitu:
1. Sistem saluran tertutup
Sistem ini cukup bagus digunakan di daerah perkotaan terutama untuk kota yang tinggi
kepadatannya seperti kota Metropolitan dan kota-kota besar lainnya. Lahan yang tersedia
sudah begitu terbatas dan mahal harganya, sehingga kadang-kadang tidak memungkinkan lagi
untuk membuat sistem saluran terbuka. Walaupun tertutup sifat alirannya merupakan sifat
aliran pada saluran terbuka yang mengalir secara gravitasi. Artinya saluran terbuka yang ada
bagian atasnya ditutup agar dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain misalnya untuk side
walk.
6/15/2015
-5
Halaman
Berdasarkan fungsinya sistem saluran terpisah yaitu untuk mengalirkan air hujan saja
ataupun untuk mengalirkan air limbah penduduk saja, dan dapat juga berupa gabungan dari
kedua fungsi tersebut tergantung pada kepentingannya. Saluran tertutup ini dapat berupa
pasangan batu kali, beton bertulang, tanah liat, plastik (PVC) atau bahan-bahan lain yang
tahan karat (korosif). Pemasangannya dilakukan dengan cara menanamkannya beberapa meter
di bawah muka tanah dan harus dapat mendukung beban lalu-lintas di atasnya.
Untuk saluran yang besar yang tidak dapat dibuat di luar (prefabricated) atau apabila
kondisi setempat tidak mengijinkan maka sebagai alternatif dapat dipakai box beton
bertulang. Biasanya harganya lebih tinggi dan masa pelaksanaanya lebih lama karena
menunggu umur beton sampai cukup kuat menahan beban. Air hujan yang masuk ke dalam
saluran melalui bangunan inlet atau catch basin. Pada outlet saluran dibuat juga konstruksi
khusus
untuk
mencegah
terjadinya
erosi/gerusan.
Untuk
keperluan
pengawasan
pemeliharaannya, pada setiap belokan, perubahan dimensi atau bentuk dan pada setiap
pertemuan saluran serta pada setiap jarak 2550 m dibuat bangunan pemeriksa (manhole).
Dengan sistem saluran tertutup ini kemungkinan terhadap penyalahgunaan saluran
drainase yang biasanya terjadi seperti tempat pembuangan sampah atau tempat membuang
kotoran manusia dapat dihindari serta memungkinkan pemanfaatan permukaan tanah untuk
keperluan-keperluan lain.
Kesulitaan pelaksanaanya tidak terlepas pula dari masalah non teknis karena harus
membongkar jalan umum, memindahkan instalasi-instalasi bawah tanah, tiang listrik, telepon
dan lain-lain. Mutu pekerjaan harus benar-benar baik karena sifatnya yang sekali terpasang
sulit untuk diubah kembali.
Manajemen pemeliharaannya juga harus baik, sebab meskipun dibandingkan dengan
saluran terbuka lebih aman terhadap kerusakan, tetapi lebih sulit melaksanakannya.
Mengingat biaya untuk pembuatan sistem saluran tertutup ini cukup besar dan memerlukan
teknologi yang lebih tinggi baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaannya maka
pada saat sekarang di Indonesia sistem ini belum begitu mendapat perhatian utama.
2. Sistem Saluran Terbuka
Dibandingkan dengan sistem saluran tertutup biaya pembuatan sistem saluran terbuka
adalah lebih rendah dan tidak memerlukan teknologi yang begitu rumit sehingga sistem ini
cenderung lebih sering digunakan sebagai alternatif pilihan dalam penanganan masalah
6/15/2015
-6
Halaman
dan
mengalirkan air hujan (sistem terpisah). Namun kebanyakan sistem saluran ini berfungsi
sebagai saluran campuran (gabungan) dimana misalnya sampah dan limbah penduduk
dibuang ke saluran terdebut. Persoalan sampah masih merupakan persoalan yang rumit karena
di samping budaya menganggap saluran/sungai sebagai tempat buangan juga diakibatkan
kapasitas tampungan sampah yang ada kurang memadai. Saluran yang baru selesai dibangun
tidak dapat lagi berfungsi karena penuh timbunan sampah.
Di daerah pinggiran kota, saluran terbuka ini biasanya tidak diberi lining (lapisan
pelindung). Perlindungan tebing cukup memakai gebalan rumput saja. Akan tetapi saluran
terbuka di dalam kota harus diberi lining dengan beton, pasangan batu (masonry) ataupun
dengan pasangan bata. Penampung saluran ini biasanya dibuat berbentuk trapesium. Namun
kadang kadang mengingat kondisi lapangan misalnya karena keterbatasan lahan yang tersedia
sudah tidak memungkinkan lagi maka penampang saluran dibuat persegi. Dasarnya dapat
berupa setengah lingkaran atau datar maupun kombinasi dari keduanya. Apabila diperlukan,
saluran ini dapat juga ditutup dengan plat beton. Tetapi harus dibuat lubang/celah pemasukan
agar air dapat mengalir masuk ke dalam saluran lewat lobang ataupun celah celah plat
tersebut.
1.4
1.4.1
Sungai merupakan tipe umum dari saluran terbuka namun bentuk penampang
melintangnya tidak beraturan. Umumnya, sungai menjadi pembuang utama dari seluruh
jaringan drainase yang ada yang didesain untuk mengalir secara gravitasi. Namun ada pula
sungai yang difungsikan selain sebagai drainase juga sebagai pengendali banjir.
Saluran terbuka untuk sistem drainase merupakan saluran buatan yang dibentuk dan
didesain menurut fungsi dan lokasinya.
1.4.2
Yang dimaksud dengan saluran tertutup dalam hal ini adalah sistem saluran yang
berfungsi untuk mengalirkan air hujan ataupun air limbah penduduk yang konstruksinya
ditanam pada kedalaman tertentu di dalam tanah yang disebut sistem sewerage. Walaupun
6/15/2015
-7
Halaman
tertutup alirannya mengikuti gravitasi yaitu aliran pada saluran terbuka. Biasanya saluran ini
dibuat di daerah yang sudah padat, sehingga walaupun ada saluran drainase namun di bagian
atasnya dapat difungsikan untuk keperluan lain misal sebagai sidewalk, jalan atau bangunan.
Yang perlu diperhatikan adalah di tempat-tempat tertentu harus ada lubang (manhole) agar
dapat dilakukan pembersihan dan pemeliharaan drainase secara rutin. Jarak manhole ini
umumnya berkisar 25 m.
Bentuk-bentuk dan fungsi saluran terbuka dan saluran tertutup secara umum di antaranya
dapat dilihat berikut ini
Tabel 1-1. Bentuk dan fungsi saluran tertutup (Sewerage)
No.
Bentuk Saluran
Fungsinya
1.
Lingkaran
Berfungsi untuk menyalurkan limpasan air hujan maupun limbah air bekas
(air limbah) rumah tangga atau keduanya.
Konstruksi sistem saluran ini cocok dipakai untuk daerah pertokoan yang
sangat padat dan lahan yang tersedia telah terbatas.
2.
Bulat Telur
Berfungsi untuk menyalurkan air hujan dan limbah air bekas dimana
fluktuasi debitnya besar.
Bentuk yang panjang mengecil ini berfungsi untuk mendapatkan kedalaman
air yang cukup untuk dapat menghanyutkan endapan padat walaupun
debitnya kecil.
Persegi
Berfungsi untuk mengalirkan air hujan dalam jumlah besar di mana bagian
atasnya terdapat bangunan. Walaupun daya alirannya tidak sebaik yang
bebentuk bulat telur namun pelaksanaannya relatif lebih mudah.
Catatan: walaupun bentuk bangunan tertutup namun karena muka air tidak mengisi seluruh penampang
maka sifat aliran air tetap aliran pada saluran terbuka.
6/15/2015
-8
Halaman
Bentuk Saluran
1.
Trapesium
2.
3.
Kombinasi Trapesium
dengan Setengah Lingkaran
Segi Empat
Fungsinya sama dengan bentuk (2) sifat alirannya terusmenerus dan berfluktuasi besar dengan debit minimum kecil.
Fungsi bentuk setengah lingkaran ini adalah untuk menampung
dan mengalirkan debit minimum tersebut.
4.
5.
Fungsinya
Setengah Lingkaran
6.
Drainase tanpa pasangan hanya bentuk tanah merupakan saluran terbuka tanpa lapisan
penguat, dengan persyaratan umum sebagai berikut:
Kecepatan
aliran
memenuhi
persyaratan
yang
diinginkan,
sehingga
tidak
mengakibatkan kerusakan/pengendapan-pengendapan.
6/15/2015
-9
Halaman
Kecepatan didesain berdasarkan konsep stable channel design yaitu ada keseimbangan
antara degradasi dan agradasi.
Perhitungan debit dan dimensi saluran harus sudah memperhitungkan tanaman yang
tumbuh di sepanjang saluran. Banyaknya tanaman akan meningkatkan kekasaran dinding
dan dasar saluran yang mengakibatkan penurunan kecepatan air. Talud atau saluran stabil
harus didesain dengan dengan kekuatan tanah. Biasanya dimensinya lebih besar
dibandingkan dengan saluran berpasangan sehingga untuk daerah padat penduduk kurang
efektif.
1.5
1.5.1
Yang dimaksud dengan bangunan-bangunan dalam sistem drainase adalah bangunanbangunan struktur dan bangunan-bangunan non struktur.
1. Bangunan Struktur
Bangunan struktur adalah bangunan pasangan disertai dengan perhitungan-perhitungan
kekuatan tertentu. Contoh Bangunan Struktur adalah:
Bangunan rumah pompa
Bangunan tembok penahan tanah dengan
Bangunan terjunan yang cukup tinggi
Jembatan
2. Bangunan Non Struktur
Bangunan non struktur adalah bangunan pasangan atau tanpa pasangan, tidak disertai
dengan perhitungan-perhitungan kekuatan tertentu yang biasanya berbentuk siap pasang.
Contoh Bangunan Non Struktur adalah:
Pasangan : Saluran kecil tertutup, Tembok talud saluran, Manhole/bak kontrol ukuran
kecil, Street inlet.
Tanpa pasangan : Saluran tanah, Saluran tanah berlapis rumput, Saluran tanah berlapis
tanah kedap air
1.5.2
Bangunan pelengkap saluran drainase diperlukan untuk melengkapi suatu sistem saluran
untuk fungsi-fungsi tertentu. Pada dasarnya bangunan pelengkap drainase haruslah kuat,
6/15/2015
- 10
Halaman
6/15/2015
- 11
Halaman
Sama halnya dengan gorong-gorong, hanya dasar saluran menukik ke bawah dan muncul
lagi pada akhir bangunan yang dilewati. Shipon hanya digunakan jika benar-benar
diperlukan dan tidak ada alternatif lain untuk membuat persilangan dengan bangunan atau
sungai/saluran lain. Selain harganya mahal, secara hidrolis juga kurang menguntungkan
(banyak kehilangan tinggi, kecepatan rendah) dan mudah tersumbat. Sebaiknya dalam
merencanakan drainase dihindarkan perencanaan dengan menggunakan shipon. Saluran
dengan debit yang besar dapat dibuat dibuat shipon dan saluran drainasenya yang dibuat
saluran terbuka atau gorong-gorong.
Bangunan Got Miring
Sama dengan bangunan terjun, tetapi air mengalir melalui saluran yang kemiringannya
agak landai.
1.6
Hal-hal yang menyebabkan terjadinya genangan-genangan air di suatu lokasi antara lain:
Dimensi saluran yang tidak sesuai
Perubahan tata guna lahan yang menyebabkan terjadinya peningkatan debit banjir di suatu
Ketika berfungsi tempat retensi (parkir air) dan belum dihuni adanya genangan tidak
menjadi masalah. Problem timbul ketika daerah tersebut dihuni.
Tanggul kurang tinggi
Kapasitas tampungan kurang besar
Dimensi gorong-gorong terlalu kecil sehingga terjadi aliran balik
Adanya penyempitan saluran
Tersumbatnya saluran oleh endapan, sedimentasi atau timbunan sampah
terjadi penurunan tanah (land-subsidence)
- 12
Halaman
Penutup lahan (vegetasi) mempunyai kemampuan untuk menahan laju aliran permukaan.
Semakin padat penutup lahannya kecepatan alirannya semakin kecil bahkan mendekati nol.
Namun akibat lahan diubah (misalnya) menjadi pemukiman, makapenutup lahan hilang,
akibatnya run-off meningkat tajam. Peningkatan ini akan memperbesar debit sungai. Di
samping itu, akibat peningkatan debit, terjadi pula peningkatan sedimen yang menyebabkan
kapasitas drainase menjadi berkurang.
Perubahan fungsi kawasan bagian hulu daerah aliran sungai (DAS) sebesar + 15%
mengakibatkan keseimbangan sungai/drainase mulai terganggu. Gangguan ini mengkontribusi
kenaikan (tajam) kuantitas debit aliran dan kuantitas sedimentasi pada sungai/drainase
(Bledsoe, 1999). Hal ini dapat diartikan pula bahwa suatu daerah aliran sungai yang masih
alami dengan vegetasi yang padat dapat dirubah fungsi kawasannya sebesar 15 % tanpa harus
merubah keadaan alam dari sungai/drainase yang bersangkutan. Bila perubahannya melebihi
15 % maka harus dicarikan alternatip pengganti atau perlu kompensasi untuk menjaga
kelestarian sungai/drainase, misalnya dengan pembuatan sumur resapan.
Gambar berikut ini menunjukkan adanya peningkatan genangan dan berkurangnya
kapasitas saluran akibat perkembangan kota.
6/15/2015
- 13
Halaman
Drainase atau
sungai
Penampang
sungai mengecil
akibat sedimentasi
6/15/2015
- 14
Halaman
Pemecahan Masalah
1.7
Untuk memecahkan permasalahan drainase kota dengan sistem jaringan yang telah ada
tidak boleh hanya melihat pada hasil evaluasi existing saja, kita juga harus melihat kepada
keseluruhan sistem yang menyesuaikan dengan RTRW/RTRK.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Tata Ruang Kota (RTRK) harus
dipakai sebagai dasar perencanaan untuk antisipasi perkembangan kota. Mengacu RTRK
maka dapat dibuat rencana induk sistem drainase kota yaitu Masterplan Drainase
Wilyah/Kota
Berdasarkan rencana induk sistem drainase maka perlu dibuat detail desain sistem
jaringan yang ada. Dari detail desain maka dapat diketahui apakah ada penyempurnaan
(modifikasi) sistem jaringan yang ada berupa normalsasi, rehabilitasi jaringan atau
pembersihan-pembersihan serta menghilangkan penyempitan-penyempitan (bottle neck).
Detail desain juga mengarahkan untuk adanya kemungkinan pembuatan saluran yang baru
karena saluran yang ada sudah tidak mampu menampung debit aliran air sesuai dengan desain
periode ulang.
Untuk daerah perbukitan, daerah dengan topografi yang cukup tinggi, perencanaan sistem
drainase relatif mudah dilakukan dibandingkan dengan daerah dengan kemiringan landai
terutama daerah-daerah kota pantai. Dalam kasus perencanaan drainase di wilayah yang
landai maka pengukuran topografi seluiruh wilayah yang sangat detail mutlak diperlukan.
Data yang memadai sangat diperlukan untuk analisis keseluruhan sistem drainase mulai
dari collector, saluran kuarter, tersier, sekunder, primer dan pembuang utama (sungai) seperti
ditunjukkan dalam Gambar 1-1 sehingga bisa dibuat rencana induk sistem jaringan dan
perencanaan detail. Sebagai gambaran data yang diperlukan antara lain:
Rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota
Rencana pengembangan kota
Peta tata guna lahan
Keadaan tataguna lahan yang ada dan rencana pengembangannya
Peta situasi lokasi dengan skala 1:5.000 dan 1:1.000
Peta kondisi jaringan existing seperti ditunjukkan
Peta bangunan air
Peta topografi penampang drainase/sungai skala 1: 5.000 dan 1: 1.000
Peta infrastruktur lainnya
6/15/2015
- 15
Halaman
1.8
Masalah-masalah yang ada dalam sarana drainase, jika dibiarkan akan mempengaruhi
fungsi dan umur saluran serta bangunan-bangunannya. Hal ini terjadi karena:
Kurangnya pengawasan
Kurangnya perbaikan
Drainase biasanya kumuh, bukan tempat yang menarik sehingga perhatian (secara
diubah)
Tumbuhnya tanaman liar
Penyumbatan saluran
Kerusakan saluran
Penyalahgunaan saluran
Peningkatan debit akibat perubahan tata guna lahan akibat pertumbuhan wilayah
kabupaten/kota
Pencemaran
Kerusakan bangunan air
6/15/2015
- 16
Halaman
BAB 2
2.1
ANALISIS HIDROLOGI
n
d1 d 2 d 3 .... d 4
d
i
n
i n
(2 - 1)
dimana:
2.2
6/15/2015
- 17
Halaman
peluang tertentu yang mungkin terjadi di suatu daerah. Didalam menentukan metode
yang sesuai terlebih dahulu akan dihitung besarnya parameter statistik yaitu Cs
(skewness) dan Ck (kurtosis). Adapun persamaan yang digunakan adalah :
n X X
Cs
(2 - 2)
n 1 n 2 S 3
Ck
n2 X X
(2 - 3)
n 1 n 2 n 3 S 4
Metode
Ck
5,4002
3,0
bebas
Gumbel
Normal
Log Pearson Tipe III
Cs
1,196
0
bebas
2.3
(2 - 4)
1 n
log X i
n i 1
(2 - 5)
log X
n
log X log X
i 1
(2 - 6)
n 1
Selanjutnya setelah ditetapkan distribusi yang sesuai, maka harus dilakukan uji
kesesuaian distribusi yaitu untuk mengetahui kebenaran analisa curah hujan baik
terhadap simpangan data vertikal ataupun simpangan data horisontal.
1. Uji Chi Square
Uji chi kuadrat digunakan untuk menguji simpangan secara vertikal apakah distribusi
pengamatan
dapat
diterima
oleh
distribusi
teoritis.
Perhitungannya
dengan
6/15/2015
- 18
Halaman
Hit
EF OF 2
EF
i 1
(2 - 7)
Jumlah kelas distribusi dihitung dengan rumus (Sri Harto, 181 : 80) :
k
= 1 + 3,22 log n
Dk = k - (P + 1)
(2 - 8)
(2 - 9)
= banyaknya data
(2.10)
dimana :
maks
PT
: Peluang teoritis
Pe
: Peluang empiris
Kemudian dibandingkan antara maks dan cr dari tabel. Apabila maks < cr, maka
pemilihan metode frekuensi tersebut dapat diterapkan untuk data yang ada.
2.4
Waktu Kosentrasi
Ada beberapa hal yang menentukan lamanya waktu konsentrasi seperti :
Ciri-ciri daerah aliran
Panjang jarak terjauh yang harus ditempuh oleh titik air hujan sebelum mencapai
saluran.
Kemiringan daerah aliran
6/15/2015
- 19
Halaman
L0.77
S 0.385
L1.15
tc
7.700.H 0.385
jam atau
jam
(2.11)
(2.12)
dimana :
tc
= waktu konsentrasi
Tetapi apabila L dan H dinyatakan dalam meter dan tc dalam menit maka rumus di atas
menjadi :
L
tc 0.0195
S
0.77
2. Widuwen
L
t c 0.125 0.25
80 .S
menit
jam
(2.13)
(2.14)
0.476. A 0.375
20 0.125.S 0.25
3. Hasper
t c 0.1L0.8 S 0.3
2.5
jam
jam
(2.15)
(2.16)
6/15/2015
- 20
Halaman
1. rumus Talbot
a
I
t b
(2.17)
2. rumus Sherman
a
I n
t
(2.18)
Rumus ini baik untuk curah hujan dengan jangka waktu lebih dari 2 jam.
3. rumus Ishigiro
a
t b
4. rumus Mononobe
R 24 24
I
24 t
(2.19)
(2.20)
dimana:
I
R24
Rumus mononobe ini adalah merupakan perpaduan dari rumus 1,2 dan 3 di atas, dimana
dipakai untuk menghitung intensitas curah hujan berdasarkan data curah hujan harian
dan adalah merupakan rumus intensitas curah hujan jangka pendek.
2.6
(2.21)
dimana:
Q
= debit aliran
Jika I dalam mm/jam, A dalam m2 maka besarnya debit aliran dapat ditentukan sebagai
berikut :
Q C.I mm / jam . A m 2
6/15/2015
- 21
Halaman
10 3
I m 2 . A
C
3600 det
= 0.278 10-6 . C.I.A (m3/det).
2.7
(2.22)
Air Limbah
Dalam menentukan besarnya buangan air rumah tangga, perlu mengetahui besarnya
kebutuhan air oleh penduduk dalam tiap-tiap wilayah yang ditinjau. Besarnya
kebutuhan air oleh penduduk menurut pedoman dari badan-badan kesehatan dibagi
sesuai dengan jenis keperluannya sebagai berikut :
1.
Bangunan umum
Sekolah
= 20 l/orang/hari
Kantor
= 30 l/orang/hari
= 400 l/orang/hari
Bangunan Komersial
Toko
= 1 m3/toko/hari
Hotel
Pasar
= 25 m3/pasar/hari
Bioskop
= 5 m3/bioskop/hari
(2.23)
dimana:
Pn
Po
n
6/15/2015
- 22
2.8
Perencanaan debit saluran mengacu pada beban-beban yang terdapat disekitar saluran
untuk mendapatkan dimensi saluran yang dapat menanggung beban yang dibebankan.
Sehingga dalam menentukan debit rencana saluran drainase menggunakan persamaan
dibawah ini :
Qtotal Qcurahhujan Qlim bah domestik Q penggelontoran
(2.24)
dimana :
Qtotal
Qcurah hujan
Jika lamanya turun hujan melebihi waktu kosentrasi, laju pengaliran di dalam saluran
akan berkurang daripada jika lamanya turun hujan sama dengan lama waktu kosentrasi.
6/15/2015
- 23
Halaman
BAB 3
ANALISIS HIDROLIKA
3.1
Saluran Drainase digunakan untuk menampung dan membuang air buangan dari
daerah sekitarnya. Untuk mendapatkan manfaat, fungsi yang maksimal maka
perhitungan dimensi saluran diusahakan menyesuaikan dengan kondisi lapangan dan
kondisi kebutuhan.
Dalam perencanaan saluran drainase ini aliran yang lewat diasumsikan sebagai
aliran tetap (laminer), sehingga dapat dipakai rumus Strickler sebagai berikut :
1. Saluran Persegi Panjang
2
V K R 3I
Q
(m3/det)
= V. A
dimana :
R
A
P
A bh
h
(m)
(m 2 )
P b 2h
( m)
2. Saluran Trapesium
dimana :s
R
A
P
(m)
A b mh h
P b 2h
(m 2 )
2
12
h
b
( m)
dimana :
Q
6/15/2015
- 24
Halaman
3.2
: Kemiringan saluran
: Kemiringan talud
: Koefisien Strickler
Koefisien Stricler
Untuk dapat menghasilkan dimensi saluran yang ideal dan sesuai dengan kebutuhan,
maka penentuan harga koefisien Strickler sangat menentukan. Faktor-faktor yang
berpengaruh di dalam menentukan harga koefisien Strickler adalah sebagai berikut :
-
Kekasaran permukaan
6/15/2015
- 25
Halaman
Keterangan
Tanah
Q > 10
45
5 > Q > 10
42.5
1>Q>5
40
35
42
45
50
Pasangan Batu
Saluran permukaan
45
Kosong
42
40
Seluruh permukaan
70
50
45
Beton
Kecepatan Aliran
3.3
Kecepatan air sangat berpengaruh pada stabilitas dari lapisan permukaan saluran,
oleh sebab itu penentuan kecepatan aliran sangat besar pengaruhnya, terutama pada
saluran tanah dengan batuan yang tidak stabil. Penentuan kecepatan saluran juga harus
dilihat terhadap kemungkinan terjadinya loncatan air. Dan disajikan dalam Tabel B
berikut ini.
Tabel 3-2 Kecepatan Aliran untuk Sal. Drainase
Vmax
Bahan Konstruksi
(m/det)
Tanah
Tanah keras
Pasangan batu kosong
Pasangan batu kali
Beton Konstruksi
6/15/2015
- 26
1.00
1.50
2.00
3.00
4.00
Halaman
3.4
Tingggi Jagaan
Guna menjaga terhadap loncatan air akibat bertambahnya kecepatan, serta
kemungkinan adanya debit air yang datang lebih besar dari perkiraan juga untuk
memberi ruang bebas pada aliran maka diperlukan ruang bebas dalam tinggi jagaan
(free board) yang besarnya tergantung pada fungsi saluran. Kriteria tinggi jagaan dari
Kriteria DPU Pengairan disajikan pada Tabel 3-3.
Tabel 3-3 Daftar Jagaan Air Saluran Drainase
Uraian
Type Kota
Kota raya
Kota besar
Kota sedang
Kota kecil
Type Daerah
Macam Saluran
Primer
Sekunder
Tersier
90
60
40
30
60
40
30
20
30
20
20
15
40
30
30
20
20
15
Industri/komer
sial
Pemukiman
Sumber: Kriteria Perencanaan DPU Pengairan
3.5
Bangunan Pelengkap
Pada perencanaan jaringan drainase, selalu diperlukan berbagai bangunan pelengkap,
disepanjang jaringan yang direncanakan. Untuk menghindari terjadinya kesalahan
dalam menentukan besarnya dimensi bangunan pelengkap tersebut, maka diperlukan
perhitungan yang sesuai dengan jenis bangunannya.
1. Gorong-gorong
6/15/2015
- 27
Halaman
Keterangan :
Q
Dh
Saluran
S
isi
Segi
U
Bula
Amban
Sisi
g
0.80
Segi 4
Segi 4
0.70
0.90
Bulat
Segi 4
0.75
Bulat
Bulat
0.75
t
Sumber : Standar Perencanaan Irigasi (Desember 1986)
6/15/2015
- 28
Halaman
Vs
2g
Kehilangan di gorong-gorong
Dh I .L
V p2
K 2 .R
Kehilangan keluar
Dh U keluar x
Vs
2g
dimana :
Dh
Vp
Vs
Panjang gorong-gorong
Jari-jari hidrolis
L>20 m
6/15/2015
- 29
Halaman
Hp < 2/3 Hs
Q 0,385.U
2 gDh
dimana :
Hp
Hs
Koefisien aliran
Dh
2. Kisi-kisi penyaring
Pada tiap-tiap awal gorong-gorong akan dipasang kisi-kisi penyaring agar kotoran
tidak masuk ke gorong-gorong. Kisi-kisi penyaring dibuat dari besi beton dengan
diameter 10 cm, kisi tersebut dibuat miring dengan sudut 75
dibuat vertikal.
Kehilangan energi dengan adanya kisi-kisi tersebut dihitung dengan rumus :
Hf C.
V2
2g
dimana :
6/15/2015
- 30
Halaman
Hf
3. Terjun
Bangunan terjun yang sering dipakai adalah :
a. Bangunan terjun tegak untuk tinggi kurang dari 1,50 m.
b. Bangunan terjun miring untuk tinggi terjun lebih dari 1,50 m.
Pada saluran drainase bangunan terjun yang dipakai adalah :
Bangunan Terjun Tegak
Rumus-rumus yang digunakan untuk perencanaan hidrolis adalah sebagai berikut :
-
h1 + V12
2.g
di mana :
B
= Lebar bukaan efektif (m)
Q
= Debit (m3/det)
m
= Koefisien (m = 1,03)
H1
= Tinggi garis energi di hulu (m)
H1
= Tinggi muka air di hulu (m)
V1
= Kecepatan air di saiuran hulu (m/det)
Q2
g . B2
di mana :
a
= Tinggi ambang di hilir (m)
6/15/2015
- 31
Halaman
dc
Q
B
g
-
Panjang Olakan.
L
= C1 . (z . dc) + 0,25
H
1
h
2a
6/15/2015
- 32
Halaman
BAB 4
4.1
PERHITUNGAN STRUKTUR
Kriteria
Kriteria struktur yang digunakan dalam perencanaan Teknis Drainase ini meliputi :
1.
Kriteria bahan
2.
Kriteria muatan
3.
4.
: K225
: K175
Beton penutup dengan ketebalan minimum 0.12 m dan ketebalan selimut beton
0.05 m untuk konstruksi yang berhubungan dengan air dan 0.03 m untuk
konstruksi yang tidak berhubungan dengan air.
Untuk lapisan aus ditutup dengan pasir aspal minimal setebal 0.02 m.
Besi Beton
Besi beton yang digunakan disesuaikan dengan yang ada di pasaran, adapun
mutu dan acuan yang digunakan :
6/15/2015
- 33
Mutu :
Ukuran:
Muatan
Kriteria muatan yang digunakan dalam perhitungan perencanaan adalah :
Untuk muatan mati sesuai PMI 1993
Untuk muatan berjalan sesuai dengan spesifikasi dan standar Indonesia untuk
jalan dan jembatan tahun 1970
Untuk tekanan air ditetapkan sebesar 10.000 Kg/m2 setiap kedalaman 4 m
4.2
Struktur Saluran
Saluran drainase pada tempat-tempat tertentu perlu talud saluran yang terbuat dari
pasangan batu kali dan beton.
Fungsi dari talud adalah untuk :
- mencegah erosi akibat kecepatan air yang besar
- kestabilan talud sehingga tidak membahayakan lingkungan sekitarnya.
Beberapa tipe pembuatan tebing saluran adalah sebagai berikut :
1.
2.
cetak
6/15/2015
- 34
Halaman
4.4
Struktur Jembatan
1. Jembatan Kendaraan
- Untuk jembatan dengan bentang lebih besar dari 6,50 m dihitung dengan
memakai standart pembebanan seperti pada Gambar 3-5.
- Untuk jembatan dengan bentang kurang dari 6,50 m dihitung dengan memakai
beban merata 0,4 ton/m3 dan beban garis 4 ton/m. Pembagian pembebanan
seperti pada Gambar 4-3.
6/15/2015
- 35
Halaman
2. Jembatan Orang
Jembatan orang dihitung dengan beban merata 0,50 ton/m seperti Gambar 4-3.
Pembebanan ini sebanding dengan lewatnya sepeda motor dan sapi.
Sebagai dasar perhitungan konstruksi beton bertulang yang ada.
Jenis beton dan jenis besi tulangan dipakai sebagai berikut :
a. Beton K.125
Tegangan yang diijinkan adalah sebagai berikut :
- Pada pembebanan tetap
Tegangan tekan
: b = 40
kg/cm2
Tegangan tarik
: b = 5,5
kg/cm2
: b = 70
kg/cm2
Tegangan tarik
: b = 7,5
kg/cm2
Tegangan geser
: b = 7,5
kg/cm2
b. Baja U.22
Tegangan yang diijinkan :
- Pada pembebanan tetap
6/15/2015
- 36
: b = 1250 kg/cm2
Angka ekivalensi
: n
= 30
Halaman
6/15/2015
- 37
Halaman
( Suripin, 2004 )
6/15/2015
- 38
Halaman
Retardi
Peny
ng basin
impanan
Tipe
di luar lokasi
penyimpanan
Kolam
regulasi
Taman
Halaaman
Penyimp
anan
Fasilitas
di
dalam
sekolah
Lahan terbuka
lokasi
Lahan parkir
Lhn
Parit Resapan
Sumur Resapan
Tipe
blok rumah
Ruang
Kolam resapan
peresapan
Perkerasan
terbuka lainnya
Resapan
Sedangkan menurut Sunjoto, 1987, konsepsi perancangan drainase air hujan yang
berasaskan pada konsevasi air tanah pada hakekatnya adalah perancangan suatu sistem
drainase yang mana air hujan jatuh di atap / perkerasan, ditampung pada suatu sistem resapan
air, sedangkan hanya air dari halaman bukan perkerasan yang perlu ditampung oleh sistem
jaringan drainase.
Pada tesis ini langkah struktural dengan menggunakan tipe peresapan, Sumur Resapan
Air Hujan ( RSAH ) seperti disajikan pada Gambar 2.2. dan Gambar 2.3.
6/15/2015
- 39
Halaman
antara
Peluap
Peluap
ke saluran drainase
ke saluran drainase
Salura
Salura
n
dari
talang
n dari talang
rumah
rumah
Dindin
g kedap air
Dindin
g porus
Batas
pemilikan
,5 m
1
eptic tank
>
10 m
S
umur air
minum
J
,0m
alan
P
ipa air
umum
ohon besar
umah
>
10 m
umur
S
,0m
resapan
,5 m
T
alang
T
aman
P
eluap
S
umur
resapan
B
atu pecah
Gambar 2.3 Tata Letak Sumur Resapan Air Hujan ( Suripin, 2004 )
6/15/2015
- 40
Halaman
- 41
Halaman
6. Monitoring dan evaluasi : memberikan data yang nyata di lapangan tentang dampak
yang terjadi pasca pembangunan.
6/15/2015
- 42
Halaman