MODUL HIDROLOGI
Edisi Pertama
Oleh:
Prof. Dr. Ir. I WAYAN SUTAPA, M.Eng.
Penerbit
2020
Modul Hidrologi - i
MODUL HIDROLOGI
I WAYAN SUAPA. Palu: Untad Press, 2020
iv hal + 127 hal.; 23 x 29 cm
Penerbit:
UNTAD Press
Jl. Soekarno Hatta KM. 9 Palu
Sulawesi Tengah 94118
Modul Hidrologi - ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
penulisan Modul Hidrologi sebagai materi dalam perkuliahan mata kuliah Hidrologi
pada Program Studi Strata satu (S1) Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil Universitas
Tadulako, Palu.
Materi Hidrologi ini disusun ke dalam 6 (enam) modul sesuai dengan kegiatan belajar
yang telah disusun pada Rencana Pembelajaran Semester (RPS). Adapun modul tersebut
adalah:
- Modul 1: HIDROLOGI, SIKLUS HIDROLOGI, FUNGSI HIDROLOGI
- Modul 2 : EVAPOTRANSPIRASI
- Modul 3 : HIDROMETRI
- Modul 4 : PRESIPITASI
- Modul 5 : DEBIT ANDALAN
- Modul 6 : DEBIT BANJIR RANCANGAN
Modul ini disusun dengan harapan dapat membantu mahasiswa yang mengambil
matakuliah Hidrologi dalam memahami dan mengaplikasikannya dalam perencanaan
bangunan-bangunan keairan.
Akhirnya, terima kasih diucapkan kepada Dewan Profesor Universitas Tadulako, Palu
yang telah menfasilitasi penulisan modul Hidrologi ini. Semoga modul ini dapat
memberikan manfaat bagi peningkatan kompetensi lulusan mahasiswa Program Studi
Strata Satu (S1), Fakultas Teknik, Universitas Tadulako, Palu.
Modul Hidrologi - i
DAFTAR ISI
Kata pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Pustaka 84
Kunci Jawaban 85
Modul Hidrologi - iv
MODUL 1: HIDROLOGI, SIKLUS HIDROLOGI, FUNGSI
HIDROLOGI
1. Kegiatan Belajar:
1.1. Definisi Hidrologi
1.2. Siklus Hidrologi
1.3. Fungsi Hidrologi dalam rekayasa sipil
2. Capaian Pembelajaran
Setelah menyelesaikan seluruh kegiatan belajar pada modul ini, mahasiswa
diharapkan memiliki kemampuan:
a. Memahami pengertian hidrologi
b. Memahami siklus hidrologi
c. Mampu menjelaskan fungsi hidrologi dalam rekayasa sipil
Untuk membantu anda dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut dalam modul ini
disajikan uraian, latihan dan rambu-rambu jawaban serta soal-soal test. Agar anda dapat
belajar dengan baik dalam mempelajari modul ini, lakukanlah hal-hal sebagai berikut:
1. Pelajari dengan cermat semua uraian yang tercantum dalam masing-masingkegiatan
belajar
2. Kerjakan soal-soal latihan yang terdapat dalam setiap kegiatan belajar dengan
berusaha tanpa melihat dahulu rambu-rambu jawabannya. Setelah anda selesai
mengerjakan soal-soal tersebut, cocokanlah pekerjaan anda dengan rambu-rambu
jawaban yang tersedia. Bila pekerjaan anda masih jauh menyimpang dari rambu-
rambu jawaban, hendaknya anda tidak berputus asa untuk mempelajarinya kembali.
3. Dalam setiap kegiatan belajar diakhiri dengan rangkuman yang merupakan sari pati
uraian yang telah disajikan. Bacalah dengan seksama isi rangkuman tersebut shingga
pengalaman belajar anda benar-benar mantap.
3. Proces Pembelajaran
3.1. Definisi Hidrologi
Hidrologi adalah ilmu yang menjelaskan tentang kehadiran dan gerakan air di
alam ini meliputi berbagai bentuk air yang menyangkut perubahan-
perubahannya antara keadaan cair, padat dan gas dalam atmosfir, di atas dan
bawah permukaan
Modul 1-1
tanah. Didalamnya tercakup pula air laut yang merupakan sumber dan
penyimpanan air yang mengaktifkan penghidupan di planet bumi ini.
Jumlah air di planet bumi adalah 1400 x 1015 m3 yang berupa: air laut/asin
sejumlah 97 % dan air tawar sebesar 3 %. Jumlah air tawar ini prosentasenya:
• 24 % berupa air tanah
• 0,3 % terdapat di danau-danau
• 0,065 % sebagai butir-butir air atau lengas tanah
• 0,035 % ada di atmosfir berupa awan, kabut, embun, hujan dll
• 0,03 % berupa air hujan
Dengan demikian jumlah air tawar yang dapat digunakan langsung oleh manusia
sangat terbatas.
4. Latihan
Jawab secara singkat pertanyaan berikut di bawah ini:
1. Jelaskan pengertian hidrologi
2. Jelaskan proses daur/siklus hidrologi
3. Jelaskan fungsi hidrologi dalam rekayasa sipil
5. Rangkuman
Hidrologi adalah ilmu yang menjelaskan tentang kehadiran dan gerakan air di alam
ini meliputi berbagai bentuk air dan perubahan-perubahan bentuknya. Air di muka
bumi ini sebetulnya adalah tetap hanya mengalami perubahan bentuk dalam proces
siklus hidrologi. Beberapa fungsi hidrologi dalam rekayasa sipil diantaranya: dalam
pembuatan bendung gerak, pembuatan jalan yang melewati bangunan air, irigasi dll.
6. Evaluasi
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan cara memilih yang paling benar!
Pilih jawaban yang benar
1. Jumlah prosentasi air terbanyak dalam planet bumi berupa:
a. Air tawar
b. Air laut
c. Air tanah
d. Air hujan
2. Yang mana berikut ini bukan merupakan process daur hidrologi
a. Presifitasi
b. Evaporasi dan transpirasi
c. Infiltrasi dan perkolasi
d. Semua salah
3. Yang mana berikut ini bukan merupakan data base yang diperlukan dalam
rekayasa sipil
a. Data kependudukan
b. Data debit
c. Data aliran sungai
d. Data evapotranspirasi
MODUL 2: EVAPOTRANSPIRASI
1. Kegiatan Belajar:
1.1. Definisi evapotranspirasi
1.2. Mengukur evaporasi, radiasi matahari, kecepatan angin, dan kelembaban udara
1.3. Menaksir Evapotranspirasi
2. Capaian Pembelajaran
Setelah menyelesaikan seluruh kegiatan belajar pada modul ini, mahasiswa
diharapkan memiliki kemampuan:
a. Memahami pengertian evapotranspirasi
b. Memahami cara mengukur evaporasi, radiasi matahari, kecepatan angina dan
kelembaban udara
c. Memahami cara menaksir besarnya evapotranspirasi dengan beberapa metode
Untuk membantu anda dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut dalam modul ini
disajikan uraian, latihan dan rambu-rambu jawaban serta soal-soal test. Agar anda dapat
belajar dengan baik dalam mempelajari modul ini, lakukanlah hal-hal sebagai berikut:
1. Pelajari dengan cermat semua uraian yang tercantum dalam masing-masingkegiatan
belajar
2. Kerjakan soal-soal latihan yang terdapat dalam setiap kegiatan belajar dengan
berusaha tanpa melihat dahulu rambu-rambu jawabannya. Setelah anda selesai
mengerjakan soal-soal tersebut, cocokanlah pekerjaan anda dengan rambu-rambu
jawaban yang tersedia. Bila pekerjaan anda masih jauh menyimpang dari rambu-
rambu jawaban, hendaknya anda tidak berputus asa untuk mempelajarinya kembali.
3. Dalam setiap kegiatan belajar diakhiri dengan rangkuman yang merupakan sari pati
uraian yang telah disajikan. Bacalah dengan seksama isi rangkuman tersebut shingga
pengalaman belajar anda benar-benar mantap.
3. Proces Pembelajaran
3.1. Definisi Evapotranspirasi
Evaporasi adalah penguapan air dari permukan air, tanah dan bentuk permukaan
bukan vegetasi lainnya oleh proses fisika.
Modul 2-1
Faktor-faktor meteorologi yang mempengaruhi evaporasi :
1. Radiasi matahari
Perubahan dari keadaan cair menjadi gas memerlukan input energi berupa
panas laten untuk evaporasi. Proses tersebut akan sangat aktif jika ada
penyinaran langsung dari matahari.
2. Angin
Agar proses evaporasi berjalan terus, lapisan jenuh harus diganti dengan
udara kering. Pergantian ini dimungkinkan jika ada angin. Jadi kecepatan
angin memegang peranan penting dalam proses evaporasi.
3. Kelembaban udara (humaditas) relatif
Jika kelembaban udara naik, kemampuan menyerap uap air akan berkurang
sehingga laju evaporasi akan menurun
4. Suhu (temperatur)
Jika suhu udara dan tanah cukup tinggi, proses evaporasi akan berlangsung
lebih cepat dibandingkan dengan jika suhu udara dan tanah rendah.
2. Panci evaporasi
Panci evaporasi dibuat untuk meniru (stimulate) kondisi evaporasi
permukaan air bebas
Panci evaporasi dapat dipasang:
a. Di atas permukaan tanah
c. Mengambang di air
Panci evaporasi yang umum digunakan adalah alat pan evaporasi USA standard
(the class A evaporation pan) yang berbentuk lingkaran dengan diameter 120,7
cm dan dalamnya 25 cm seperti gambar berikut:
Atau dengan menggunakan Tabel 3.2, untuk temperatur lebih besar dari 26,5°C
5) Hitung besar evapotranspirasi (cm/bulan) untuk garis lintang 1°11’39” LS
dengan
prsamaan:
𝐸�𝑂 = c . 𝐸�𝑂 (0°)
dimana:
ETO = Evapotranspirasi (cm/bulan)
Tabel 2.1. Nilai Evapotranspirasi 𝐸�𝑂 (0°) untuk temperature lebih dari 26,5 °C
Metode Thorntwaite
Lintang Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
50°U 0.71 0.84 0.98 1.14 1.28 1.36 1.33 1.21 1.06 0.90 0.76 0.68
40°U 0.80 0.89 0.99 1.10 1.20 1.25 1.23 1.15 1.04 0.93 0.83 0.78
30°U 0.87 0.93 1.00 1.07 1.14 1.17 1.16 1.11 1.03 0.96 0.89 0.85
20°U 0.92 0.96 1.00 1.05 1.09 1.11 1.10 1.07 1.02 0.98 0.93 0.91
10°U 0.97 0.98 1.00 1.03 1.05 1.06 1.05 1.04 1.02 0.99 0.97 0.96
0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
10°U 1.05 1.04 1.02 0.99 0.97 0.96 0.97 0.98 1.00 1.03 1.05 1.06
20°U 1.10 1.07 1.02 0.98 0.93 0.91 0.92 0.96 1.00 1.05 1.09 1.11
30°U 1.16 1.11 1.03 0.96 0.89 0.85 0.87 0.93 1.0 1.07 1.14 1.17
40°U 1.23 1.15 1.4 0.93 0.83 0.78 0.80 0.89 0.99 1.10 1.20 1.25
50°U 1.33 1.19 1.05 0.89 0.75 0.68 0.70 0.82 0.97 1.13 1.27 1.36
Nilai Г dan L terjantung dari temperature dan nilainya dapat dilihat dapa Tabel 2.4
Tabel 2.4. Karakteristik air
Suhu Berat Kerapatan Panas untuk Viskositas Tekanan uap
°C jenis (g/cmᶟ) penguapan
(kal/gram) mmHg mbar g/cm²
Absolut Kinematik
(cp) (cs)
0 0.99987 0.99984 597 3 1.790 1.790 4.58 6.11 6.23
5 0.99999 0.99996 594.5 1.520 1.520 6.54 8.74 8.89
10 0.99973 0.99970 591.7 1.310 1.310 9.20 12.27 12.51
15 0.99913 0.99910 588.9 1.140 1.140 12.78 17.04 17.38
20 0.99824 0.99821 586.0 1.000 1.000 17.53 23.37 23.83
25 0.99708 0.99705 583.2 0.890 0.893 23.76 31.67 32.30
30 0.99568 0.99565 580.4 0.798 0.801 31.83 42.43 43.27
35 0.99407 0.99404 574.4 0.719 0.723 42.18 56.24 57.34
40 0.99225 0.99222 569.0 0.653 0.658 55.34 73.78 75.23
50 0.98807 0.98804 563.2 5.547 0.554 92.56 123.40 125.83
60 0.98323 0.98320 569.0 0.466 0.474 149.46 199.26 203.19
70 0.97780 0.97777 557.4 0.404 0.413 233.79 311.69 317.84
80 0.97182 0.97179 551.4 0.355 0.365 355.28 47367 483.01
90 0.96534 0.96531 545.3 0.315 0.326 525.89 701.13 714.95
100 0.95839 0.95836 539.1 0.282 0.294 760.00 1013.3 1033.23
Nilai Г dan L terjantung dari temperature dan nilainya dapat dilihat dapa Tabel
2.4.
dimana:
T = Temperatur udara (°C)
RH = kelembapan udara relative (%)
5° 2.418 2.189 2.363 2.134 2.020 1.854 1.968 2.126 2.234 2.411 2.354 2.407
6° 2.447 2.205 2.363 2.117 1.980 1.820 1.926 2.101 2.228 2.422 2.371 2.442
7° 2.478 2.221 2.363 2.099 1.959 1.785 1.893 2.078 2.218 2.433 2.397 2.470
8° 2.508 2.237 2.362 2.081 1.927 1.750 1.854 2.054 2.210 2.433 2.423 2.510
9° 2.538 2.251 2.360 2.062 1.896 1.715 1.824 2.026 2.201 2.453 2.448 2.554
10° 2.567 2.260 2.357 2.043 1.864 1.679 1.789 2.003 2.191 2.46 2.473 2.557
𝑒𝑎 = 𝑒𝑠 . (RH/100)
c) Menentukan deficit tekanan uap ( 𝑒𝑠 - 𝑒𝑎 )
4. Menentukan factor koefisien yang tergantung dari temperature dan radiasi
(W).
Koefisien W ditentukan berdasarkan Tabel 2.7
5. Menentukan Radiasi netto (Rn)
Rn = Rns – Rnl
(a) Rns = (1-α). Rs α = 0,25
dimana:
Rs = (0,25 + 0,5. n/N). Ra
Ra ditentukan berdasarkan Tabel 3.8
N ditentukan berdasarkan Tabel 3.9
n = N x Lama penyinaran
(b) Rnl = f(T) . f(es) . f(n/N)
Dimana:
f(T), ditentukan berdasarkan Tabel 2.11
f(ed) = 0,34 – 0,044 . ea^0,5
atau dengan menggunakan Tabel 3.10
f(n/N) = 0,1 + 0,9 . n/N
6. Menentukan factor koreksi akibat iklim siang dan malam (C)
Faktor koreksi C ditentukan berdasarkan Tabel 2.12
7. Menentukan evapotranspirasi
Temperatur 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
°C Es, mbar 6.1 6.6 7.1 7.6 8.1 8.7 9.3 10 10.7 11.5
Temperatur 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
°C Es, mbar 12.3 13.1 14 15 16.1 17 18.2 19.4 20.6 22
Temperatur 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
°C Es, mbar 23.4 24.9 26.4 28.1 29.8 31.7 33.6 35.7 37.8 40.1
Temperatur 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
°C Es, mbar 42.4 44.9 47.6 50.3 53.2 56.2 59.4 62.8 66.3 69.9
Temperatur °C
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40
Ketinggian
0 0.43 0.46 0.49 0.52 0.55 0.58 0.61 0.64 0.66 0.68 0.71 0.73 0.75 0.77 0.78 0.8 0.81 0.83 0.84 0.85
500 0.44 0.48 0.51 0.54 0.57 0.6 0.62 0.65 0.67 0.7 0.72 0.74 0.76 0.78 0.79 0.81 0.82 0.84 0.85 0.86
1000 0.46 0.49 0.52 0.55 0.58 0.61 0.64 0.66 0.69 0.71 0.73 0.75 0.77 0.79 0.8 0.82 0.83 0.85 0.86 0.87
2000 0.49 0.52 0.55 0.58 0.61 0.64 0.66 0.69 0.71 0.73 0.75 0.77 0.79 0.81 0.82 0.84 0.85 0.86 0.87 0.88
3000 0.52 0.55 0.58 0.61 0.64 0.66 0.69 0.71 0.73 0.75 0.77 0.79 0.81 0.82 0.84 0.85 0.86 0.87 0.88 0.89
4000 0.54 0.58 0.61 0.64 0.66 0.6900.71 0.73 0.75 0.77 0.79 0.81 0.82 0.84 0.85 0.86 0.87 0.88 0.89 0.9
Tabel 2.8. Radiasi Extrateresterial (Ra)
Northem Hemisphere
Lat
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
50 3.8 6.1 9.4 12.7 15.8 17.1 16.4 14.1 10.9 7.4 4.5 3.2
48 4.3 6.6 9.8 12.8 15.9 17.2 16.5 14.3 11.2 7.8 5.0 3.7
46 4.9 7.1 10.3 13.0 16.0 17.2 16.6 14.5 11.5 8.3 5.5 4.3
44 5.3 7.6 10.6 13.7 16.1 17.2 16.6 14.7 11.9 8.7 6.0 4.7
42 5.9 8.1 11.0 14.0 16.2 17.3 16.7 15.0 12.2 9.1 6.5 5.2
40 6.4 8.6 11.4 14.3 16.4 17.3 16.7 15.2 12.5 9.6 7.0 5.7
38 6.9 9.0 11.8 14.5 16.4 17.2 16.7 15.3 13.0 10.0 7.5 6.1
36 7.4 9.4 12.0 14.7 16.4 17.2 16.7 15.4 13.1 10.6 8.0 6.6
34 7.9 9.8 12.5 14.8 16.5 17.1 16.8 15.5 13.4 10.6 8.5 7.2
32 8.3 10.2 12.8 15.0 16.5 17.0 16.8 15.6 13.6 11.2 9.0 7.8
30 8.8 10.7 13.1 15.0 16.5 17.0 16.7 15.7 13.9 11.6 9.5 8.3
28 9.3 11.1 13.4 15.3 16.5 16.8 16.6 15.7 14.1 12.0 9.9 8.8
26 9.8 11.5 13.7 15.3 16.4 16.7 16.5 15.7 14.3 12.3 10.3 9.3
24 10.2 11.9 13.9 15.4 16.4 16.6 16.4 15.8 14.5 12.6 10.7 9.7
22 10.7 12.3 14.2 15.5 16.3 16.4 16.3 15.8 14.6 13.0 11.1 10.2
20 11.2 12.7 14.4 15.6 16.3 16.4 16.1 15.9 14.8 13.3 11.6 10.7
18 11.6 13.0 14.6 15.6 16.1 16.1 16.0 15.8 14.9 13.6 12.0 11.1
16 12.0 13.3 14.7 15.6 16.0 15.9 15.9 15.7 15.0 13.9 12.4 11.6
14 12.4 13.6 14.9 15.7 15.8 15.7 15.7 15.7 15.1 14.1 12.8 12.0
12 12.6 13.9 15.1 15.7 15.7 15.5 15.5 15.6 15.2 14.4 13.3 12.5
10 13.2 14.2 15.3 15.7 15.5 15.3 15.3 15.5 15.3 14.7 13.6 12.9
8 13.6 14.5 15.3 15.6 15.3 15.0 15.1 15.4 15.3 14.8 13.9 13.3
6 13.9 14.8 15.4 15.4 15.1 14.7 14.9 15.2 15.3 15.0 14.2 13.7
4 14.3 15.0 15.5 15.5 14.9 14.4 14.6 15.1 15.3 15.1 14.5 14.1
2 14.7 15.3 15.6 15.3 14.8 14.2 14.3 14.9 15.3 15.2 14.8 14.4
0 15.0 15.5 15.7 15.2 14.4 13.9 14.1 14.8 15.3 15.4 15.1 14.8
Southem Hemisphere
Lat
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
50 17.4 14.7 10.9 7.0 4.2 3.1 3.5 5.5 8.9 12.9 16.5 18.2
48 17.6 14.9 11.2 7.5 4.7 3.5 4.0 6.0 9.3 13.2 16.6 18.2
46 17.7 15.1 11.5 7.9 5.2 4.0 4.4 6.5 9.7 13.4 16.7 18.3
44 17.8 15.3 11.9 8.4 5.7 4.4 4.9 6.9 10.2 13.7 16.7 18.7
42 17.8 15.5 12.2 8.8 6.1 4.9 5.4 7.4 10.6 14.0 16.8 18.3
40 17.8 15.7 12.5 9.2 6.6 5.3 5.9 7.9 11.0 14.2 16.9 18.3
38 17.9 16.0 12,8 9.6 7.1 5.8 6.2 8.3 11.4 14.4 17.7 18.3
36 17.9 16.0 13.2 10.1 7.5 6.3 6.8 8.8 11.7 14.6 17.0 18.2
34 17.8 16.1 13.5 10.5 8.0 6.8 7.2 9.2 12.0 14.9 17.7 18.2
32 17.8 16.3 13.8 10.9 8.5 7.3 7.7 9.6 12.4 15.1 17.2 18.1
30 17.8 16.4 14.0 11.3 8.9 7.8 8.0 10.1 12.7 15.3 17.3 18.1
28 17.7 16.4 14.3 11.6 9.3 8.2 8.6 10.4 13.0 15.4 17.2 17.9
26 17.6 16.4 14.4 12.0 9.8 8.7 9.0 10.9 13.2 15.5 17.2 17.8
24 17.5 16.5 14.6 12.3 10.2 9.0 9.5 11.4 13.4 15.6 17.1 17.7
22 17.4 16.5 14.8 126 10.6 9.6 10.0 11.6 13.7 15.7 17.0 17.5
20 17.3 16.5 15.0 13.0 11.0 10.0 10.4 12.0 13.9 15.8 17.0 17.4
18 17.1 16.5 15.1 13.2 11.4 10.4 10.8 12.3 14.1 15.8 16.8 17.4
16 16.9 16.4 15.2 13.5 11.7 10.8 11.2 12.6 14.3 15.8 16.7 16.8
14 16.7 16.4 15.3 13.7 12.1 11.2 11.6 12.9 14.5 15.8 16.5 16.8
12 16.6 16.3 15.4 14.0 12.5 11.6 12.0 13.2 14.7 15.8 16.4 16.5
10 16.4 16.3 15.5 14.2 12.8 12.0 12.4 13.5 14.8 15.9 16.2 16.2
8 16.1 16.1 15.5 14.4 13.1 12.4 12.7 13.7 14.9 15.8 16.0 16.0
6 15.8 16.0 15.6 14.7 13.4 12.8 13.1 14.0 15.0 15.7 15.8 15.7
4 15.5 15.8 15.6 14.9 13.8 13.2 13.4 14.3 15.1 15.6 15.5 15.4
2 15.3 15.7 15.7 15.1 14.1 13.5 13.7 14.5 15.2 15.5 15.3 15.1
0 15.0 15.5 15.7 15.3 14.4 13.9 14.1 14.8 15.3 15.4 15.0 14.8
Modul 2-21
Tabel 2.9. Rata-rata Maksimum Lamanya Penyinaran Matahari (N)
Northem
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
Last
Southem
Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Last
50 8.5 10.1 11.8 13.8 15.4 16.3 15.9 14.5 12.7 10.8 9.1 8.1
48 8.8 10.2 11.8 13.8 15.2 16.0 15.6 14.3 12.6 10.9 9.3 8.3
46 9.1 10.4 11.9 13.5 14.9 15.7 15.4 14.0 12.6 10.9 9.3 8.3
44 9.3 10.5 11.9 13.4 14.7 15.4 15.2 14.0 12.6 11.0 9.7 8.9
42 9.4 10.6 11.9 13.4 14.6 15.2 14.9 13.9 12.6 11.1 9.8 9.1
40 9.6 10.7 11.9 13.3 14.4 15.0 14.7 13.7 12.5 11.2 10.0 9.3
35 10.1 11.0 11.9 13.1 14.0 14.5 13.3 13.5 12.4 11.3 10.3 9.8
30 10.4 11.1 12.0 12.9 13.6 14.0 13.9 13.2 12.4 11.5 10.6 10.2
25 10.7 11.3 12.0 12.7 13.1 13.7 13.5 13.0 12.3 11.6 10.9 10.6
20 11.0 11.5 12.0 12.6 13.1 13.4 13.2 12.8 12.3 11.7 11.2 10.9
15 11.3 `11.6 12.0 12.5 12.8 13.0 12.9 12.6 12.2 11.8 11.4 11.2
10 11.6 11.8 12.0 12.3 12.6 12.7 12.6 12.4 12.2 11.8 11.6 11.5
5 11.8 11.9 12.0 12.0 12.2 12.3 12.4 12.3 12.1 12.0 11.9 11.8
0 12.0 12.0 12.0 12.0 12.0 12.0 12.0 12.0 12.0 12.0 12.0 12.0
ed mbar 6 8 10 12 14 16 18 20 22
ed = 0,34 - 0,044 (ed) ^0,5 0.23 0.22 0.2 0.19 0.18 0.16 0.15 0.14 0.13
ed mbar 24 26 28 30 32 34 36 38 40
ed = 0,34 - 0,044 (ed) ^0,5 0.12 0.12 0.11 0.10 0.09 0.08 0.08 0.07 0.06
Modul 2-1
Tabel 2.11. Pengaruh Temperatur f(T) pada radiasi gelombang panjang (Rnl)
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
T°C
F(T)- 11 11.4 11.7 12.0 12.4 12.7 13.1 13.5 13.8 14.2
TK 4
20 22 24 26 28 30 32 34 36 38
T°C
F(T)- 14.6 15.0 15.4 15.9 16.3 16.7 17.2 17.7 18.1 -
TK 4
5. Rangkuman
Evapotranspirasi adalah proses penguapan dari seluruh tubuh air, tanah, tumbuh-
tumbuhan dan permukaan bumi seperti es dan salju serta transpirasi dari vegetasi
. Evaporasi dapat diukur dengan alat atmometer dan panci evaporasi. Untuk
menaksir besanya nilai evapotranspirasi dapat digunakan Metode Thornwaite,
Blaney Criddle, FAO tanpa koreksi, Makkink, Ivanov, Hargreaves 74 dan Penman
Modifikasi.
6. Evaluasi
Stasiun klimatologi dengan data sebagai berikut:
Letak geografis: 010 26' 51" LS dan 122020' 09" BT
Ketinggian stasiun dari permukaan air laut: 11 m
Data klimatologi selama periode 1986-2017 adalah:
2. Capaian Pembelajaran
Setelah menyelesaikan seluruh kegiatan belajar pada modul ini, mahasiswa
diharapkan memiliki kemampuan:
a. Memahami pengertian hidrometri
b. Memahami cara memilih lokasi pengukuran hidrometri
c. Memahami cara mengukur tinggi muka air
d. Memahami cara mengukur debit
Untuk membantu anda dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut dalam modul ini
disajikan uraian, latihan dan rambu-rambu jawaban serta soal-soal test. Agar anda dapat
belajar dengan baik dalam mempelajari modul ini, lakukanlah hal-hal sebagai berikut:
1. Pelajari dengan cermat semua uraian yang tercantum dalam masing-masingkegiatan
belajar
2. Kerjakan soal-soal latihan yang terdapat dalam setiap kegiatan belajar dengan
berusaha tanpa melihat dahulu rambu-rambu jawabannya. Setelah anda selesai
mengerjakan soal-soal tersebut, cocokanlah pekerjaan anda dengan rambu-rambu
jawaban yang tersedia. Bila pekerjaan anda masih jauh menyimpang dari rambu-
rambu jawaban, hendaknya anda tidak berputus asa untuk mempelajarinya kembali.
3. Dalam setiap kegiatan belajar diakhiri dengan rangkuman yang merupakan sari pati
uraian yang telah disajikan. Bacalah dengan seksama isi rangkuman tersebut shingga
pengalaman belajar anda benar-benar mantap.
Modul 3-1
3. Proces Pembelajaran
3.1. Definisi Hidrometri
Hidrometri adalah ilmu untuk mengukur air atau ilmu untuk mengumpulkan
data dasar bagi analisis hidrologi. Pengukuran debit tidak dapat dilakukan
secara kontinyu, untuk itu diperlukan hubungan antara tinggi muka air dan
debit aliran.
3.3.2. Alat ukur pencatat air otomatis, AWLR (Automatic Water Level Recorder)
Cara otomatis mengukur tinggi muka air yaitu dengan memasang alat pada
sebuah pos pemantau tinggi muka air sungai. Alat ini dikenal dengan nama
AWLR (Automatic Water Level Recorder) yang bisa mengukur tinggi muka
air secara terus menerus dengan hasil pengukurannya berupa hidrograf.
Prinsip kerja AWLR (Automatic Water Level Recorder) yakni
dengan menghubungkan rantai dengan pelampung dan beban yang akan
ditempatkan pada pulley. Pelampung ditempatkan pada permukaan air,
sehingga bilamana terjadi evolusi posisi pada pelampung akan
mengakibatkan perubahan dari sistem pulley, pulley itu akan memutar
pontensiometer sampai-sampai jumlah tegangan yang masuk pun akan
berubah. Jumlah tegangan yang masuk akan menjadi input dari output
sensor mekanik. Output yang dikeluarkan berupa sinyal analog yang dipakai
sebagai data masukan.
Gambar 3.1. Prinsip Kerja AWLR
4. Latihan
Jawab secara singkat pertanyaan berikut di bawah ini:
1. Jelaskan pengertian hidrometri
2. Jelaskan cara pemilihan lokasi pengukuran debit
3. Jelaskan cara pengukuran debit
5. Rangkuman
Hidrometri adalah ilmu untuk mengukur air atau ilmu untuk mengumpulkan data
dasar bagi analisis hidrologi. Agar mendapatkan hasil yang baik dan benar, maka
lokasi pengukuran hidrometri harus memenuhi syarat-syarat teknis. Pengukuran
tinggi muka air dapat dilakukan dengan memasang papan duga dan memasang alat
pengukur air otomatis. Pengukuran debit pada sungai harus memenuhi persyaratan
teknis.
6. Evaluasi
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan cara memilih yang paling benar!
Pilih jawaban yang benar
1. Dalam pemilihan lokasi pengukuran debit, mana hal berikut yang salah:
a. Sungai yang bermeander/berbelok-belok
b. Arus sungai sejajar dan hanya sedikit turbulensi
c. Tidak terpengaruh aliran balik
d. Penampang sungai yang stabil;
2. Pemasangan papan duga untuk mengukur ketinggian air sungai dapat dilakukan
dengan cara:
a. Papan duga vertikal
b. Papan duga miring
c. Papan duga bertingkat
d. Jawaban a,b,c benar semua
3. Jika kedalaman sungai > 0,75 m, maka pengukuran kedalaman dapat dilakukan
dengan metode:
a. Metode satu titik (0,6 d)
b. Metode dua titik, (0,2d dan 0,8d)
c. Metode tiga (3) titik (0,2d; 0,6d dan 0,8d)
d. Jawaban b dan c benar
MODUL 4: PRESIPITASI
1. Kegiatan Belajar:
1.1. Bentuk-Bentuk Presipitasi
1.2. Unsur-unsur Hujan
1.3. Pengukuran Curah Hujan
1.4. Syarat Pemasangan Alat Ukur Penakar Curah Hujan
1.5. Pengisian Data Hujan yang Hilang
1.6. Curah Hujan Daerah dan Hujan Daerah Harian Maksimum
1.7. Hujan Rancangan
2. Capaian Pembelajaran
Setelah menyelesaikan seluruh kegiatan belajar pada modul ini, mahasiswa
diharapkan memiliki kemampuan:
a. Memahami bentuk-bentuk presipitasi
b. Memahami unsur-unsur hujan
c. Memahami cara mengukur curah hujan
d. Memahami syarat pemasangan alat ukur curah hujan
e. Memahami cara pengisian data hujan yang hilang
f. Memahami penentuan hujan daerah dan hujan daerah harian
maksimum g. Memahami cara menganalisis hujan rancangan
Untuk membantu anda dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut dalam modul ini
disajikan uraian, latihan dan rambu-rambu jawaban serta soal-soal test. Agar anda dapat
belajar dengan baik dalam mempelajari modul ini, lakukanlah hal-hal sebagai berikut:
1. Pelajari dengan cermat semua uraian yang tercantum dalam masing-masingkegiatan
belajar
2. Kerjakan soal-soal latihan yang terdapat dalam setiap kegiatan belajar dengan
berusaha tanpa melihat dahulu rambu-rambu jawabannya. Setelah anda selesai
mengerjakan soal-soal tersebut, cocokanlah pekerjaan anda dengan rambu-rambu
jawaban yang tersedia. Bila pekerjaan anda masih jauh menyimpang dari rambu-
rambu jawaban, hendaknya anda tidak berputus asa untuk mempelajarinya kembali.
Modul 4-1
3. Dalam setiap kegiatan belajar diakhiri dengan rangkuman yang merupakan sari pati
uraian yang telah disajikan. Bacalah dengan seksama isi rangkuman tersebut shingga
pengalaman belajar anda benar-benar mantap.
3. Proces Pembelajaran
3.1. Bentuk-Bentuk Presipitasi
1. Hujan merupakan bentuk yang paling penting
2. Embun merupakan hasil kondensasi di permukaan tanah dan tumbuh-tumbuhan
3. Kondensasi di atas lapisan es
4. Kabut, partikel-partikel air diendapkan di atas permukaan tanah dan tumbuh-
tumbuhan
5. Salju dan es
Di sekitar alat penakar dipasang grill dan brush yang berfungsi sebagai
sasrangan untuk mencegah tumbuhnya rumput atau tanaman pengganggu.
2. Pencatat hujan
Pencatat hujan dapat bekerja secara otomatis sehingga pencatatan tinggi hujan
dapat dilakukan setiap saat.Salah satu pencatat hujan yang dikenal adalah
pencatat pelampung (float gauge).
Rata-rata aritmatik digunakan apabila kekurangan data kurang dari 10%. Misalnya,
diketahui hujan rerata tahunan di Stasiun A = 750 mm, Hujan rerata tahunan di
Stasiun B = 725 mm. Pertanyaannya, bagaimana mengisi data hujan di A pada suatu
tahun tertentu, bila tahun yang sama di Stasiun B jumlah hujan = 710 mm.
Jawabannya adalah
xA = (XA/XB) . xB = (750/725) . 710 = 735 mm
Jadi besarnya data hujan di stasiun A = 735 mm
3.5.2. Perbandingan Normal (Normal Ratio)
Persamaan yang digunakan adalah:
Dimana:
Dimana:
Hx = tinggi hujan di pos x yang akan diperkirakan
Hi = tinggi hujan di pos A, B, C, D
Li = jarak pos A, B, C, D terhadap pos hujan x
Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air
dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata diseluruh daerah
yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu . Dalam
menganalisis curah hujan ada beberapa unsur yang harus ditinjau, yaitu intensitas
hujan (i), lama waktu/durasi hujan (t), tinggi hujan (d), frekwensi hujan (T), dan
luas daerah tangkapan hujan (A).
Untuk mendapatkan gambaran mengenai distribusi hujan diseluruh daerah aliran
sungai, maka pada daerah tersebut dipasang alat penakar curah hujan. Dari
pencatatan hujan diberbagai tempat itu dapat diketahui distribusi hujannya. Pada
daerah yang tidak luas banyak terjadi hujan yang merata diseluruh daerah,
sementara pada daerah-daerah yang luas keadaan demikian jarang terjadi, lagi pula
besarnya hujan diberbagai tempat di daerah itu tidak sama. Oleh karena itu sangat
sulit untuk menentukan berapa banyak air hujan yang sebenarnya jatuh di daerah
tersebut, karena tidak mugkin menentukan batas-batas luas daerah hujan untuk
setiap tempat pengukur hujan.
Ada 3 macam cara yang berbeda dalam menentukan curah hujan daerah dari angka-
angka curah hujan dibeberapa titik pos penakar atau pencatat hujan, yaitu cara
tinggi rata-rata (rata-rata hitung), cara Thiessen, dan cara garis Isohiet.
R1
R3 R2
Modul 4-1
3.6.2. Cara Thiessen
Jika titik-titik pengamatan pada suatu daerah tidak tersebar merata maka curah
hujan rerata dihitung dengan memperhitungkan daerah pengaruh tiap titik
pengamatan. Rumus yang digunakan untuk menghitung curah hujan rerata dengan
cara Thiessen
adalah :
A1 . R 1 A 2 . R 2 ... A x .
Ri =
Rx
Dimana : A1 A 2 ... A
x
A1
A3 R1
R3 A2
R2
A )
Ri = 2 2 2
A1 A2 ...
Dimana : Ax
R2
R1 garis Isohiet
A2 A3
A1
R3
Gambar 4.3. Curah hujan daerah metode Isohiet
Perhitungan hujan rerata Metode Isoheit dapat dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
1. Ploting masing-masing stasiun hujan pada peta dasar
2. Dapatkan curah hujan pada setiap stasiun hujan
3. Buat interpolasi dengan garis kontur antara stasiun-stasiun hujan menurut
interval yang dikehendaki
4. Luas sub area antara 2 garis kontur yang dipakai sebagai factor pemberat
dalam menghitung hujan rerata.
3.7. Curah Hujan Daerah Harian Maksimum
Dalam perancangan bangunan pengairan yang diperlukan adalah data hujan
wilayah/daerah harian maksimum. Prosedur perhitungannya dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Tentukan di salah satu pos hujan saat terjadinya hujan maksimum
2. Pada saat yang sama, tentukan besarnya hujan pada pos yang lainnya
3. Dengan Metode Thiessen / aritmatic mean tentukan besarnya hujan daerah
4. Tentukan besarnya hujan maksimum pada pos yang lain
5. Ulangi tahap ke-2 dan ke-3 sampai semua pos hujan sebagai penentu hujan
maksimum
6. Hujan daerah harian maksimum diperoleh dari hujan daerah yang terbesar setiap
tahun
Setelah diketahui agihan frekuensinya, maka sebaran data diuji dengan Chi Square
Test dan Smirnov Kolmogorov Test.
a. Pemilihan Agihan Frekuensi
Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pemilihan agihan frekuensi
adalah :
1. Menghitung curah hujan maksimum rerata dengan persamaan :
1 n
xo = xi
n i 1
(x
i 1
i
− x o)
Sx=
n−1
3. Menghitung parameter-parameter statistik, yang meliputi koefisien
skewnes/penyimpangan (Cs), koefisien varians (Cv), dan koefisien kurtosis
(Ck), dengan persamaan :
x −x 3
Cs =
n.. i o
3
(n − 1) (n − 2) Sx
n x −x 4
Ck= i o
4
(n − 1) (n − 2) (n − 3) Sx
Sx
Cv=
xo
4. Dengan melihat harga Cs, Cv, dan Ck sehingga dapat ditentukan agihan
frekuensi mana yang akan digunakan.
Keterangan :
xi = curah hujan, mm
xo = curah hujan rata-rata, mm
n = jumlah data
Sx = standar deviasi
Cs = koefisien skewnes/penyimpangan
Cv = koefisien varians
Ck = koefisien kurtosis
b. Pengujian Analisis Frekuensi
Setelah diketahui jenis agihan frekuensi yang dipilih, maka sebaran data diuji
dengan Chi Square test dan Smirnov Kolmogorov test.
Sebelum pengujian tersebut dilaksanakan, terlebih dahulu diadakan plotting data
hasil pengamatan pada kertas peluang (Gumbel atau Log Pearson III), dengan
tahapan sebagai berikut :
1. Data curah hujan harian maksimum tiap tahun diranking dari kecil ke besar.
2. Hitung peluang dengan persamaan Weibull :
100 ..m
P=
n1
Dimana :
P = peluang
m = nomor urut data
n = jumlah data
3. Plot data curah hujan versus peluang.
4. Plot persamaan Gumbell atau Log Pearson III (sesuai sebarannya), maka
dengan mengambil dua besaran dapat ditarik suatu garis durasi.
Untuk selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan uji kesesuaian agihan frekuensi,
sebagai berikut :
a). Uji Chi Square
Setelah data diplot pada kertas peluang (Gumbel atau Log Pearson III),
bandingkan harganya dengan rumus berikut:
X2hit=
Ef− Of 2
Ef
V=K–3
Dimana :
X2hit = harga Chi quadrat hasil perhitugan.
Ef = frekuensi (banyaknya pengamatan) yang diharapkan
Of = frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama
V = derajat kebebasan
K = jumlah kelas (grup)
Nilai X2hit yang diperoleh dibandingkan X2Cr yang dapat diperoleh dari
tabel hubungan antar taraf signifikan/derajat nyata (), dengan derajat
kebebasaan (V) lihat tabel berikut.
Jika diperoleh hasil X2hit < X2Cr, maka hipotesa dapat diterima yaitu sebaran
data tersebut dapat diterima dengan menggunakan agihan frekuensi yang dipilih.
b). Uji Smirnov Kolmogorov
Uji ini dilakukan dengan membandingkan kemungkinan (probability) untuk
tiap variate dan distribusi empiris dan teoritis, sehingga diperoleh perbedaan
() tertentu. Plotting data sama dengan langkah-langkah plotting pada uji
Chi Square, dengan persamaan Smirnov Kolmogorov :
P (max Pe − Pt ) Cr,
Apabila harga max yang terbaca pada kertas peluang < Cr yang
diperoleh dari tabel kritis untuk suatu derajat signifikan, maka dapat
disimpulkan bahwa agihan frekuensi yang di pilih dapat digunakan.
Tabel 4.3. Harga kritis ( Cr), untuk suatu taraf signifikan pada uji Smirnov
Kolmogorov
Taraf signifikan,
N 0,20 0,10 0,05 0,01
5 0,45 0,51 0,56 0,67
10 0,32 0,37 0,41 0,49
15 0,27 0,30 0,34 0,36
20 0,23 0,26 0,29 0,36
25 0,21 0,24 0,27 0,32
30 0,19 0,22 0,22 0,29
35 0,18 0,20 0,23 0,27
40 0,17 0,19 0,21 0,25
45 0,16 0,18 0,20 0,24
50 0,15 0,17 0,19 0,23
Pada umumnya taraf signifikan atau derajat nyata () diambil sebesar 5 %,
dengan asumsi bahwa 5 dari 100 kesimpulan kita akan menolak hipotesa yang
seharusnya kita terima atau kira-kira 95% confident bahwa kita telah membuat
kesimpulan yang benar.
c. Analisis Frekuensi
Analisis frekuensi diperlukan untuk menetapkan hujan rancangan dengan periode
ulang terentu dari serangkaian data curah hujan.
1). Metode Gumbel
Untuk menghitung besarnya curah hujan rancangan pada suatu daerah,
Gumbel telah merumuskan suatu metode untuk menghitung curah hujan
tersebut berdasarkan nilai-nilai ekstrim yang diambil dari analisis hasil
pengamatan curah hujan dilapangan. Adapun prosedur perhitungan dari
metode Gumbel adalah :
1. Menghitung curah hujan maksimum rerata
2. Menghitung simpangan baku
3. Menghitung nilai K dengan persamaan :
Yt −Yn
K
Sn
4. Menghitung curah hujan rancangan, dengan persamaan Gumbel :
XT x o K.Sx
keterangan :
XT = curah hujan rancangan dengan periode ulang T tahun (mm)
Yt = reduced variate (fungsi periode ulang)
Tr −1
= − ln − ln
Tr
hubungan ini selengkapnya disajikan dalam tabel
Yn = reduced mean yang tergantung dari besarnya sampel .
Sn = reduced standard deviation, tergantung dari besarnya sampel n.
Sx = simpanan baku
K = faktor penyimpangan Gumbel
xo = curah hujan maksimum rerata (mm)
Tabel 4.4. Hubungan antara kala ulang dengan faktor reduksi, Yt
Kala Ulang (Tahun) Faktor Reduksi (Yt)
2 0.3665
5 1,4999
10 2,2502
25 3,1985
50 3,9019
100 4,6001
log x i − log x o
2
i1
Slogx=
n −1
log x i − log x o 3
qlogx= i1
(n − 1) (n − 2) (n − 3)
Keterangan :
xi = curah hujan (mm)
XT = curah hujan rancangan dengan kala ulang T tahun (mm)
q log x = koefisien penyimpangan/kepencengan
S log x = standar deviasi
KTr = fungsi q log x terhadap kala ulang
Log xo = logaritma curah hujan rerata
Log xi = logaritma curah hujan harian maksimum
4. Latihan
Jawab secara singkat pertanyaan berikut di bawah ini:
1. Jelaskan bagaimana cara mengukur curah hujan
2. Jelaskan bagaimana cara penempatan alat ukur curah hujan
3. Jelaskan tahapan perhitungan hujan daerah dengan Metode Polygon Thiessen
5. Rangkuman
Ada beberapa macam bentuk presipitasi, dimana hujan merupakan hal yang paling
penting. Jika membicarakan masalah hujan, maka banyak unsur yang terdapat
didalamnya. Untuk mengetahui tebalnya hujan, dapat diketahui dengan memasang
alat penakar hujan dan pencatat hujan. Agar penakaran/pencatat hujan mendapatkan
hasil yang optimal perlu diperhatikan syarat-syarat pemasangannya. Dalam suatu
stasiun hujan yang datanya hilang, dapat ditaksir nilainya dari stasiun hujan yang
terdekat. Perencanaan bangunan di persungaian memerlukan data hujan, jika tidak
tersedia data debit. Data hujan yang diperlukan adalah hujan daerah harian
maksimum. Beberapa metode sudah dikembangkan untuk mendapatkan hujan
daerah tersebut.
6. Evaluasi
Dalam perencanaan bangunan pengairan tersedia data sebagai berikut:
1. Data hujan harian maksimum
2. Peta Daerah Aliran Sungai
Saudara diminta untuk menghitung:
1. Luas pengaruh hujan dengan Polygon Thiessen
2. Hujan daerah harian maksimum
3. Hujan rancangan sesuai parameter statisticnya
Tabel 4.8. Data hujan harian maksimum pada Stasiun Sausu, Tolai dan Wuasa
Modul 4-52
MODUL 5: DEBIT ANDALAN
1. Kegiatan Belajar:
1.1. Debit Andalan
1.2. Metode NReca
1.3. Metode FJ. Mock
2. Capaian Pembelajaran
Setelah menyelesaikan seluruh kegiatan belajar pada modul ini, mahasiswa diharapkan
memiliki kemampuan:
a. Memahami pengertian debit andalan
b. Memahami cara menganalisis debit andalan Metode NReca
c. Memahami cara menganalisis debit andalan Metode F.J. Mock
Untuk membantu anda dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut dalam modul ini disajikan
uraian, latihan dan rambu-rambu jawaban serta soal-soal test. Agar anda dapat belajar dengan
baik dalam mempelajari modul ini, lakukanlah hal-hal sebagai berikut:
1. Pelajari dengan cermat semua uraian yang tercantum dalam masing-masingkegiatan belajar
2. Kerjakan soal-soal latihan yang terdapat dalam setiap kegiatan belajar dengan berusaha tanpa
melihat dahulu rambu-rambu jawabannya. Setelah anda selesai mengerjakan soal-soal
tersebut, cocokanlah pekerjaan anda dengan rambu-rambu jawaban yang tersedia. Bila
pekerjaan anda masih jauh menyimpang dari rambu-rambu jawaban, hendaknya anda tidak
berputus asa untuk mempelajarinya kembali.
3. Dalam setiap kegiatan belajar diakhiri dengan rangkuman yang merupakan sari pati uraian
yang telah disajikan. Bacalah dengan seksama isi rangkuman tersebut shingga pengalaman
belajar anda benar-benar mantap.
3. Proces Pembelajaran
3.1. Debit Andalan
Ketersediaan data debit aliran sungai jangka panjang di lokasi bangunan pengambilan
sangat diperlukan untuk keperluan perencanaan pengembangan irigasi, perikanan, air
baku, dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Fungsi bangunan pengambilan air
Modul 5-1
tersebut adalah untuk mensuplai kebutuhan air sepanjang musim sehingga untuk
mendapatkan kesinambungan persediaan air diperlukan perhitungan debit andalan
(dependable discharge). Apabila pada lokasi yang ditinjau tidak tersedia seri data debit
jangka panjang, maka dapat dilakukan dengan mensimulasi data hujan menjadi data
debit sungai.
Debit andalan (dependable flow) adalah debit minimum sungai untuk kemungkinan
terpenuhi yang sudah ditentukan yang dapat dipakai untuk irigasi, air baku, PLTA dan
lain-lain. Untuk keperluan irigasi, kemungkinan terpenuhi ditetapkan 80%
(kemungkinan bahwa debit sungai lebih rendah dari debit andalan adalah 20%). Debit
andalan ditentukan untuk periode tengah–bulanan. Debit minimum sungai dianalisis
atas dasar data debit harian sungai agar analisis cukup tepat dan andal, catatan data yang
diperlukan harus meliputi jangka waktu paling sedikit 10 tahun. Jika persyaratan ini
tidak bias dipenuhi, maka metode hidrologi analisis dan empiris biasa dipakai. Dalam
menghitung debit andalan kita harus mempertimbangkan air yang diperlukan dari sungai
hilir pengambilan.
Struktur model Nreca membagi aliran menjadi dua, yaitu aliran langsung (limpasan
permukaan dan bawah permukaan) dan aliran dasar. Tampungan juga dibagi dua, yaitu
tampungan kelengasan (soil moisture storage) dan tampungan air tanah (ground water
storage). Perubahan tampungan diperhitungan sebagai selisih dari tampungan akhir dan awal.
Mengenai
tampungan kelengasan itu sendiri ditentukan oleh hujan, evapotranspirasi, kelebihan
kelengasan yang menjadi limpasan langsung dan imbuhan atau tambahan air tanah.
Ra = hujan tahunan
14. Hitung tampungan air tanah awal yang harus dicoba-coba dengan nilai awal = 2
15. Hitung tampungan air tanah akhir = tampungan air tanah awal + tampungan air tanah akhir
16. Hitung aliran air tanah = P2 x tampungan air tanah akhir
P2 = parameter seperti P1 tetapi untuk lapisan tanah dalam (kedalaman 2 – 10)
17. Hitung limpasan langsung (direct run off) = kelebihan kelengasan – tampungan ait
tanah
18. Aliran total = limpasan langsung + aliran air tanah
Untuk perhitungan bulan berikutnya diperlukan nilai tampungan kelengasan (langkah 4) untuk
bulan berikutnya dan tampungan air tanah (langkah 14) bulan berikutnya yang dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:
Modul 5-57
Gambar 5.2. Rasio tampungan kelengasan tanah
Nilai hujan bulanan (P) didapat dari pencatatan data hujan bulanan (mm) dan jumlah
hari hujan pada bulan yang bersangkutan (h)
Modul 5-1
2. Evapotranspirasi
d
E = ETo* x .m
30
Dimana:
m = prosentase lahan yang tidak tertutup vegetasi, ditaksir dari peta tata guna
lahan, diambil:
m = 0 % pada akhir musim hujan, dan penambahan 10 % setiap bulan kering untuk lahan
dengan hutan sekunder
Jumlah permukaan kering setengah bulanan (d) dihitung dengan asumsi bahwa tanah
dalam
satu hari hanya mampu menahan air 12 mm dan selalu menguap sebesar 4 mm. Berdasarkan
frekwensi curah hujan di Indonesia dan sifat infiltrasi serta penguapan dari tanah permukaan,
didapat hubungan:
ET = ETo* – E
ET = evapotranspirasi terbatas
Soil water surplus adalah volume air yang akan masuk ke permukaan tanah.
Soil water surplus = 0 jika deficit, yaitu: (P – ET) > soil storage
Initial storage adalah besarnya volume air pada saat permulaan mulainya perhitungan.
Ditaksir sesuai dengan keadaan musim, jika musim hujan initial storage bisa menyamai
nilai moisture capacity, tetapi pada musim kemarau nilainya akan menurun lebih kecil dari
nilai soil moisture capacity.
Modul 5-62
4. Latihan
Jawab secara singkat pertanyaan berikut di bawah ini:
1. Jelaskan pengertian debit andalan
2. Data apa yang diperlukan untuk menghitung debit andalan Metode
Nreca
3. Data apa yang diperlukan untuk menghitung debit andalan Metode FJ. Mock
5. Rangkuman
Debit andalan (dependable flow) adalah debit minimum sungai untuk kemungkinan
terpenuhi yang sudah ditentukan yang dapat dipakai untuk irigasi, air baku, PLTA dan lain-
lain. Apabila pada lokasi yang ditinjau tidak tersedia seri data debit jangka panjang, maka
dapat dilakukan dengan mensimulasi data hujan menjadi data debit sungai. Untuk di
Indonesia, simulasi data hujan menjadi data debit umumnya menggunakan Metode Nreca
dan FJ. Mock.
6. Evaluasi
1. Jika tersedia data hujan dan data evapotranspirasi berikut, hitung ketersediaan air dengan
Metode Nreca.
Bulanan Hujan Bulanan (mm) Evapotranspirasi (mm/bulan)
Januari 49.05 124.78
Pebruari 45.43 125.27
Maret 54.58 136.87
April 57.71 134.55
Mei 99.87 129.30
Juni 76.00 122.77
Juli 70.12 129.41
Agustus 72.47 142.61
September 48.97 147.17
Oktober 54.73 142.55
Nopember 73.84 126.01
Desember 61.39 127.32
2. Hitung debit andalan dengan Metode FJ. Mock, bila diketahui data sebagai
berikut: Data hujan bulanan
Modul 5-1
Data Jumlah hari hujan
Data evapotranspirasi
MODUL 6: DEBIT BANJIR RANCANGAN
1. Kegiatan Belajar:
1.1. Definisi Debit Banjir Rancangan
1.2. Hidrograf Banjir
1.3. Hidrograf Satuan Sintetik
1.4. Metode Rasional
2. Capaian Pembelajaran
Setelah menyelesaikan seluruh kegiatan belajar pada modul ini, mahasiswa
diharapkan memiliki kemampuan:
a. Memahami pengertian debit banjir rancangan
b. Memahami hidrograf banjir
c. Memahami hidrograf satuan sintetik
d. Memahami analisa banjir Metode Rasional
Untuk membantu anda dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut dalam modul ini
disajikan uraian, latihan dan rambu-rambu jawaban serta soal-soal test. Agar anda dapat
belajar dengan baik dalam mempelajari modul ini, lakukanlah hal-hal sebagai berikut:
1. Pelajari dengan cermat semua uraian yang tercantum dalam masing-masingkegiatan
belajar
2. Kerjakan soal-soal latihan yang terdapat dalam setiap kegiatan belajar dengan
berusaha tanpa melihat dahulu rambu-rambu jawabannya. Setelah anda selesai
mengerjakan soal-soal tersebut, cocokanlah pekerjaan anda dengan rambu-rambu
jawaban yang tersedia. Bila pekerjaan anda masih jauh menyimpang dari rambu-
rambu jawaban, hendaknya anda tidak berputus asa untuk mempelajarinya kembali.
3. Dalam setiap kegiatan belajar diakhiri dengan rangkuman yang merupakan sari pati
uraian yang telah disajikan. Bacalah dengan seksama isi rangkuman tersebut shingga
pengalaman belajar anda benar-benar mantap.
3. Proces Pembelajaran
3.1. Debit Banjir Rancangan
Analisa debit banjir digunakan untuk menentukan besarnya debit banjir rancangan
pada suatu Daerah Aliran Sungai. Debit banjir rancangan merupakan debit
Modul 6-65
maksimum rencana di sungai dengan periode ulang tertentu yang dapat dialirkan
tanpa membahayakan lingkungan sekitar dan stabilitas sungai. Dalam perencanaan
bangunan air, salah satu parameter disain yang sangat penting adalah besaran debit
banjir kala ulang tertentu. Penentuan debit banjir rancangan idealnya dilakukan
melalui data historis kejadian banjir, namun pada kasus tertentu sering digunakan
melalui pendekatan hujan rancangan, sehingga sudah menjadi suatu keharusan
bagaimana menentukan hujan rancangan jika data debit yang tersedia terbatas atau
tidak ada
Modul 6-1
Gambar 6.1. Elemen-elemen hidrograf banjir
Aliran Dasar:
Teknik pemisahan aliran dasar dari hidrograf banjir adalah:
1. Straight line methode, dimana menghubungkan titik dimana limpasan
permukaan mulai terjadi dengan titik pemisah aliran dasar pada kura resesi
2. Fixed base length method
Pemisahan dilakukan dengan meneruskan garis resesi dari hidrograf
sebelumnya sampai pada titik bawah puncak hidrograf dan menghubungkan
dengan suatu titik pada kurva resesi yang berjarak T dari puncak hidrograf
dengan T = A0,2
Menurut bernard (1932), cara hidrograf satuan beserta cara grafik distribusi adalah
cara yang sangat baik dan berguna untuk perhitungan debit banjir rancangan.
Analisis terinci tentang hidrograf banjir umumnya penting di dalam usaha
mengurangi kerusakan akibat banjir, perkiraan banjir, atau penetapan debit
rancangan bagi berbagai bangunan yang harus melayani air banjir.
Untuk membuat hidrograf banjir pada sungai-sungai yang tidak tersedia atau
sedikit sekali data observasi hidrograf banjirnya, maka perlu dicari
karakteristik atau
parameter daerah pengalirannya, misalnya waktu untuk mencapai puncak
hidrograf, lebar dasar, luas, panjang alur terpanjang, koefisien limpasan, dan
sebagainya.
Hidrograf satuan sintetik dipergunakan apabila tidak tersedia atau sedikit sekali
data suatu daerah pengaliran sungai. Data yang dimaksud adalah data pengukuran
debit, data hujan jam-jaman, data AWLR, dan sebagainya. Pada penulisan ini
hanya akan diuraikan tentang Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu yang
dikembangkan di Negara Jepang.
C. A . Ro
Qp
3,6 0,3 Tp T0,3
Dimana :
Tp = time to peak (waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir) (jam)
Qp = debit puncak banjir(m3/detik)
RO = hujan satuan (mm)
C = koefisien pengaliran
T0,3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan debit dari debit puncak
T
p
t −T 0,5 T
0,3
p
0,3 Q Q 0,3 2 Q Q d Q . 0,3 1,5 T0,3
d
p
p
p
t −T 1,5 T
0,3
p
2 2 T
0,3 Q Q d Q d Q . 0,3 0,3
p
p
dengan memberikan nilai t (1, 2, 3,...,n) yang merupakan fungsi dari waktu, maka dapat
dihitung Qd1, Qd2, dan Qd3.
7. Menghitung intensitas hujan (i) berdasarkan kala ulang yang direncanakan, dengan
persamaan:
2/3
R 24
i 24
24 t
Dari hasil perhitungan tersebut, dapat ditentukan ordinat hidrograf satuan sesuai dengan
kala ulangnya, untuk kemudian digambar hidrograf satuannya.
tr
0,8 tr tg
Qp
0,3 Qp
0,32 Qp
7. Kontrol nilai tc taksiran dengan nilai Tc hasil perhitungan, jika nilai yang
diperoleh tidak sama, maka perhitungan diulangi (nilai tc ditaksir kembali)
sampai nilai tc taksiran dengan nilai Tc yang diperoleh dari hasil perhitungan
sama.
Keterangan :
Q = debit banjir rancangan dengan periode ulang n tahun, m 3/detik
= koefisien limpasan
A = luas daerah pengaliran sungai, km2
L = panjang sungai, km
I = kemiringan sungai
R = curah hujan dengan periode ulang n tahun.
= koefisien reduksi
Tc = waktu konsentrasi (tiba banjir), jam
Rn = curah hujan maksimum, m3/dt/km2
3.4.3. Metode Haspers
Dasar dari metode ini yaitu metode rasional.
Adapun prosedur perhitungannya adalah sebagai berikut :
1. Menentukan besarnya koefisien pengaliran :
0,7
1 0,012 A
α 0,7
1 0,075 A
2. Menentukan koefisien reduksi :
−0,4
1 Tc 3,7 . 10 A 0,75
1 T c
x
β 12
2
Tc 15
3. Menghitung waktu tiba banjir :
0,8
Tc 0,10 . L . I
−0,3
Tc . R
b). r
Tc 1 ; bila ; 2 jam < Tc < 19 jam
c). r = 0,707 R (Tc + 1)0,50 ; bila ; 19 jam < Tc < 30 hari
5. Menghitung debit banjir rancangan berdasarkan persamaan Haspers :
Q = . .RT . A
dimana :
Q = debit banjir rancangan dengan periode ulang T tahun (m 3/detik)
= koefisien pengaliran
= koefisien reduksi
RT = limpasan per km2 daerah tadah hujan, dengan kala ulang t tahun
(m3/dt/km2).
R = Curah hujan rancangan dengan kala ulang T tahun (mm)
r = distribusi hujan selama t jam (mm)
A = luas daerah aliran sungai (km2)
I = kemiringan sungai rata-rata
3.4.4. Metode Melchior
Dasar Metode Melchior dari ini adalah Metode Rasional dan digunakan untuk
memperkirakan debit banjir rancangan untuk Daerah Aliran Sungai (DAS) yang
luasnya lebih dari 100 km2. Berdasarkan pengamatan hujan yang dilakukan oleh
Ir. S.J.G Van Overveldet dan Ir. H.P Mensinga dalam tahun 1889. Maka
Melchior menentukan hubungan antara hujan rata-rata sehari (24 jam) dan hujan
maksimum setempat sehari dan mendapatkan angka reduksi :
1970
F= − 3960 1720 β1
β1 −
0.12
dimana :
F = Luas ellips yang mengelilingi daerah aliran sungai dengan sumbu panjang
tidak lebih dari 1,5 kali sumbu pendek (km 2). Kemudian hitung luasnya dimana a
dan b adalah sumbu-sumbu ellips. Dengan diketahuinya F maka dapat kita
hitung
nilai 2.
π
= L L
4 1 2
L1 = Panjang sumbu besar (km)
10 xxR24 max
r=
36t
Di sini R24 max adalah besarnya curah hujan terpusat maksimum sehari yang
didapat dari data hujan di Jakarta. Oleh sebab itu untuk luar Jakarta hasil
persamaan di atas harus dikalikan dengan “RT/200”.
Gambar 6.3. Luasan Curah Hujan (Metode Melchior)
Modul 6-81
Waktu tiba banjir untuk Metode Melchior adalah :
T = 0,186 x L x Q-0,2 x I-0,4
Dimana:
L = panjang alur sungai utama, km
T = waktu tiba banjir, jam
Q = debit banjir, m3/dt
I = kemiringan sungai
4. Latihan
Jawab secara singkat pertanyaan berikut di bawah ini:
1. Jelaskan pengertian debit banjir rancangan
2. Jelaskan cara pemisahan aliran dasar dari hidrograf banjir
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan hidrograf satuan
5. Rangkuman
Debit banjir rancangan merupakan debit maksimum rencana di sungai dengan periode
ulang tertentu yang dapat dialirkan tanpa membahayakan lingkungan sekitar dan stabilitas
sungai. Beberapa istilah yang perlu diketahui tentang hidrograf antara lain: aliran
dasar (base flow), dan waktu konsentrasi (time of concentration), kurva massa.
Hidrograf terdiri dari 3 (tiga) komponen, yaitu : sisi naik (rising limb), sisi puncak
(crest), dan sisi resesi (recession limb). Aliran dasar perlu dipisahkan dari hidrograf
banjir untuk mendapatkan hidrograf satuan. Hal ini dapat dilakukan dengan
beberapa metode. Untuk membuat hidrograf satuan perlu dipahami tiga dalil dalam
hidrograf. Perhitungan debit banjir rancangan dapat dilakukan dengan hidrograf
satuan sintetik seperti HSS Nakayau maupun dengan beberapa metode Rasional.
Modul 6-1
6. Evaluasi
1. Hitung debit banjir rancangan dengan Metode HSS Nakayasu, jika diketahui data
DAS sebagai berikut:
- Luas DAS = 107 km2
- Panjang sungai utama (I) = 23,36 km
- Kemiringan sungai rerata = 0,04227
- Data hujan rancangan dengan periode ulang (T) tahun:
T 1.01 2 5 10 25 50 100 200
2. Hitung debit rancangan dengan Metode Rasional, jika diketahui data sebagai
berikut:
• Luas DAS = 11,19 km2
• Panjang sungai utama (I) = 4,27 km
• Kemiringan sungai rerata = 0,033959
• Data hujan rancangan dengan periode ulang (T) tahun:
Kala Ulang (T)
Tahun 2 5 25 50 100
R24 (mm) 40.75 54.56 77.01 87.04 97.43
DAFTAR PUSTAKA
Modul Hidrologi - 1
KUNCI JAWABAN
Latihan:
Evaluasi:
Jawaban:
1. b
2. d
3. a
B. MODUL 2: EVAPOTRANSPIRASI
Latihan:
1. Jelaskan pengertian evaporasi, transpirasi dan evapotranspirasi
Jawaban: Evaporasi adalah penguapan air dari permukan air, tanah dan bentuk
permukaan bukan vegetasi lainnya oleh proses fisika.
Transpirasi adalah Proses pengangkutan air dari daerah perakaran (rootzone) suatu
tanaman dan diangkut sampai ke daun dengan membawa karbondioksida (CO 2) dan
menguap ke atmosfir.
Evapotranspirasi adalah proses penguapan dari seluruh tubuh air, tanah, tumbuh-
tumbuhan dan permukaan bumi seperti es dan salju serta transpirasi dari vegetasi.
2. Jelaskan pengertian evapotraspirasi potensial/tetapan dan evapotranspirasi tanaman
Jawaban: Evapotranspirasi tetapan (ET0) adalah evapotranspirasi yang dihitung
dengan persamaan-persamaan empiris atau dikenal dengan evapotranspirasi
potensial. Sedangkan evapotranspirasi tanaman (ETc) adalah proses dimana air
berpindah dari permukaan bumi ke atmosfer termasuk evaporasi air dari tanah dan
transpirasi dari tanaman melalui jaringan tanaman melalui transfer panas laten
persatuan area
3. Jelaskan cara mengukur evaporasi, radiasi matahari, kecepatan angin, dan
kelembaban udara
Jawaban:Evaporasi dapat diukur dengan menggunakan alat atmometer dan panic
evaporasi. Radiasi matahari dapat diukur dengan menggunakan alat radiometer
untuk mengukur gelombang pendek radiasi yang masuk dari matahari/angkasa dan
radiasi netto yang dipantulkan. Radiasi yang dipantulkan merupakan
penjumlahan dari radiasi gelombang pendek dan gelombang panjang. Kecepatan
angin diukur dengan anemometer, sedang arah angin dengan kipas (wind vane).
Kelembaban udara diukur dengan alat Hygrograf, dimana alat ini dapat mencatat
besarnya kelembaban udara.
Evaluasi:
4. Metode Makkink
5. Metode Ivanov
6. Metode Hagreaves 74
C. MODUL 3: HIDROMETRI
Latihan:
1. Jelaskan pengertian hidrometri
Jawaban: Hidrometri adalah ilmu untuk mengukur air atau ilmu untuk
mengumpulkan data dasar bagi analisis hidrologi.
2. Jelaskan cara pemilihan lokasi pengukuran debit
Jawaban: Cara pemilihan lokasi pengukuran debit adalah:
a. Berada tepat atau di sekitar lokasi pos duga air, dimana tidak ada perubahan
bentuk penampang atau debit yang menyolok.
b. Alur sungai harus lurus sepanjang minimal 3 kali lebar sungai pada saat
banjir/muka air tertinggi.
c. Distribusi aliran merata dan tidak ada aliran yang memutar.
d. Aliran tidak terganggu sampah maupun tanaman air dan tidak terganggu oleh
adanya bangunan air lainnya (misalnya pilar jembatan), tidak terpengaruh
peninggian muka air, pasang surut dan aliran lahar.
e. Penampang melintang pengukuran diupayakan tegak lurus terhadap alur sungai.
f. Kedalaman pengukuran minimal 3 s/d 5 kali diameter baling-baling alat ukur
arus yang digunakan.
Apabila dilakukan di lokasi bendung, harus dilakukan di sebelah hilir atau di
hulu bendung pada lokasi yang tidak ada pengaruh pengempangan (arus balik)
3. Jelaskan cara pengukuran debit
Jawaban: Cara pengukuran debit dapat dilakukan dengan du acara, yaitu pengukuran
langsung dan pengukuran tidak langsung
Evaluasi
Jawaban:
1. a
2. d
3. d
D. MODUL 4: PRESIPITASI
Latihan:
Evaluasi:
Jawaban: Dengan menggunakan tahapan perhitungan metode Polygon Thiessen dapat
diketahui luas pengaruh dari masing-masing stasiun hujan sebagai berikut:
Stasiun Sausu = 0,562
Stasiun Tolai = 0,269
Stasiun Wuasa = 0,169
Total = 1,00
Berdasarkan data hujan harian maksimum dan luas pengaruh masing-masing stasiun
hujan maka dapat dihitung besarnya hujan daerah harian maksimum sebagai berikut:
Tabel 4.1. Perhitungan Hujan Daerah Harian Maksimum
Modul Hidrologi - 92
Tabel 4.2. Rekapitulasi Hujan Daerah Harian Maksimum
Berdasarkan kajian teori di atas maka proses perhitungan hujan rancangan yang
dimulai dari pemilihan agihan frekwensi sampai uji statistic, disajikan pada tabel dan gambar
berikut.
Modul Hidrologi - 93
Tabel 4.3. Pemilihan agihan frekwensi
Modul Hidrologi - 94
Tabel 4.4. Perhitungan hujan rancangan Metode Log Pearson III
Modul Hidrologi - 95
Tabel 4.5. Uji Smirnov-Kolmogorov
Modul Hidrologi - 1
Tabel 4.6. Uji Chi Square
Dengan demikian hujan rancangan dengan Metode Log Pearson III telah memenuhi
syarat dipakai sebagai analisis frekwensi
Latihan:
Jawaban
1. Hasil perhitungan ketersediaan air dengan Metode Nreca disajikan pada table
berikut. Tabel pada kolom terakhir merupakan ketersediaan air Metode Nreca
Modul Hidrologi - 99
2. Hasil perhitungan debit andalan dengan Metode FJ. Mock disajikan pada table
berikut
Ranking Debit
Setelah data debit di ranking dari kecil ke besar, maka debit andalan dihitung Q80 =
0,2m, dimana m = jumlah data pengamatan, maka 0,2 x 10 = 2 (nomor urut ke-2)
sebagai debit andalan. Nilai minus dalam hasil perhitungan simulasi dapat diasumsikan
sebagai tidak ada air (nol). Maka debit andalannya adalah
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
5.341 11.389 7.866 22.254 17.492 13.676 11.359 0.000 0.000 0.000 0.000 4.303
Modul Hidrologi - 1
F. MODUL 5: DEBIT BANJIR RANCANGAN
Latihan:
Evaluasi:
Jawaban:
1. Dengan menggunakan persamaan-persamaan Metode HSS Nakayasu maka
perhitungan debit banjir disajikan pada table dan gambar berikut:
Modul Hidrologi - 107
Modul Hidrologi - 108
Modul Hidrologi - 109
Modul Hidrologi - 110
Modul Hidrologi - 111
Modul Hidrologi - 112
Modul Hidrologi - 113
Modul Hidrologi - 114
Modul Hidrologi - 115
Modul Hidrologi - 116
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Debit Banjir Rancangan
600
500
400
D
eb
300
it
(m
3/ 200
dt
100
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Waktu (jam)
UH T 1 Tahun T 2 Tahun T 5 Tahun T 10 Tahun
T 25 Tahun T 50 Tahun T 100 Tahun T 200
Modul Hidrologi - 1
b. Metode Weduwen
c. Metode Haspers
d. Metode Melchior
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
MATA KULIAH KODE Rumpun MK BOBOT SEMESTER Tgl Penyusunan
(SKS)
Hidrologi SI 63212 Keairan 2 3 11 Nop. 2019
OTORISASI Pengembang RP Koordinator RMK Ka PRODI
Diskripsi Singkat Matakuliah ini merupakan salah satu ilmu dasar dalarn bidang keairan yang terkait dengan analisis untuk menyiapkan besaran rancang
MK an sistem keairan, baik untuk perencanaan, pembangunan maupun pengoperasian dan pengelolaannya.
Pokok Bahasan / Cakupan materi kuliah meliputi penekanan tentang peran dan tanggungjawab hydrologist dalam teknik sipil, konsep dasar siklus
Bahan Kajian hidrologi, unsur-unsur hidrologi yang terdapat dalam siklus hidrologi, cara pengumpulan data dan cara analisis semua unsur h
idrologi
dan penyiapan semua informasi/data, hasil rancangan besaran hidrologi untuk menunjang perencanaan, perancangan dan pengelolaa
n bangunan hidraulik (hydraulic structures) serta pengembangan sumberdaya air pada umumnya.
Modul Hidrologi - 120
Pustaka Utama :
1. CD. Soemarto. 1985. Hidrologi Teknik. Usaha Nasional. Surabaya, Indonesia.
2. Chow, V.T. 1964, Handbook of Hydrology. McGraw-Hill Book Company. New York.
3. Chow, V.T., D.R., Maidment dan L.W., Mays. 1988. Applied Hydrology. McGraw- Hill Book Company. New York.
4. Chay Asdak. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Edisi kedua., Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
5. Imam Subarkah. 1980. Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air. Idea Dharma. Bandung.
6. Joyce Martha, W. dan Wanny Adidarma. 1982. Mengenal Dasar-dasar Hidrologi, Nova. Bandung
7. Mori Kiyotoka 1993. Hidrologi untuk Pengairan. Paradnya Paramita. Jakarta.
8. Nugroho Hadisusanto. 2011. Hidrologi Terapan. Edisi Pertama. Jogja Mediautama. Malang
9. Ray K. Linsley and Joseph B. Franzini. 1979. Water Resources Engineering, 3rd. ed., McGraw Hill, Inc.
10. Suripin. 2003. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Andi Yogyakarta. Yogyakarta.
11. Sri Harto. 1983. Hidrologi Terapan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
12. Suyono Sosrodarsono and Kensaku Takeda. 1983. Hidrologi untuk Pengairan. Pradnya Paramita. Jakarta.
13. Soewarno. 2000. Hidrologi Operasional. Citra Aditya. Bandung.
14. Sutapa I W. 2015. Study Water Availability of Malino River to Meet the Need of Water Requirement in District Ongka
Malino, Central Sulawesi of Indonesia’ International Journal Of Engineering and Technology, 7, 3, pp. 1069-1075
15. Triatmodjo B. 2009. Hidrologi Aplikasi. Beta Offset. Yogyakarta.
Pendukung :
1. Anonim, 1986, Standar Perencanaan Irigasi KP-01, Ditjen Pengairan Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
2. Anonim, 1987, Pedoman Perencanaan Hidrologi dan Hidraulika untuk Bangunan di Sungai, Yayasan Badan Penerbitan
Pekerjaan Umum, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
Media Pembelajaran Perangkat lunak : Perangkatkeras :
Power Point Materi Kuliah Hidrologi Buku Ajar Mata Kuliah Hidrologi
Team Teaching 1. Ir. Arody Tanga, MT 3. Prof. Dr. Ir. H.M. Galib Ishak, MS 5. DR. Setiyawan, ST, MT 7. DR. Sance Lipu, ST, M.Eng
2. Ir. Triyanti Anasiru, MT 4. Siti Rahmi Oktavia, ST, M.Eng 6. Vera Wim Andiese, ST, MT 8. Prof. DrProf. . Ir. I Wayan
Sutapa, M.Eng
Catatan :
1. CP-Lulusan PRODI (CPL-PRODI) adalah kemampuan yang dimiliki oleh setiap lulusan UNTAD yang merupakan internalisasi dari sikap, penguasaan
pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan jenjang prodinya yang diperoleh melalui proses pembelajaran.
2. CP lulusan yang dibebankan pada mata kuliah adalah beberapa capaian pembelajaran lulusan program studi (CP-L-PRODI) yang digunakan
untuk pembentukan/pengembangan sebuah mata kuliah;
Modul Hidrologi - 1
3. CP Mata kuliah (CP-MK) adalah kemampuan yang dijabarkan secara spesifik dari CP lulusan yang dibebankan pada mata kuliah;
4. Sub-CP Mata kuliah (Sub-CP-MK) adalah kemampuan yang dijabarkan secara spesifik dari CP mata kuliah (CP-MK) yang dapat diukur atau diamati
dan merupakan kemampuan akhir yang direncanakan pada tiap tahap pembelajaran.
5. Kriteria Penilaian adalah patokan yang digunakan sebagai ukuran atau tolokukur ketercapaian pembelajaran dalam penilaian berdasarkan indikator-
indikator yang telahditetapkan. Kriteria merupakan pedoman bagi penilai agar penilaian konsisten dan tidak bias. Kreteria dapat berupa
kuantitatif ataupun kualitatif.
6. Indikator kemampuan hasil belajar mahasiswa adalah pernyataan spesifik dan terukur yang mengidentifikasi kemampuan atau kinerja hasil
belajar mahasiswa yang disertai bukti-bukti.
BIODATA
PENULIS
I Wayan Sutapa, lahir di Tabanan, Bali, 5 Juni
1966. Pendidikan Sarjana (S-1) diselesaikan dari
Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya, Malang. Pada jenjang
Magister penulis melanjutkan di Unesco-IHE,
Delft, Belanda tahun
2000 bidang Land and Water Development. Gelar
Doktor penulis raih tahun 2013 di Fakultas Teknik,
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Brawijaya
Malang dalam bidang Pengembangan Sumberdaya
Air dengan predikat Cumlaude. Per 1 April 2017
penulis diangkat sebagai Guru Besar Bidang
Hidrologi Fakultas Teknik Universitas Tadulako,
Palu.
Penulis mewarnai perjalan kariernya diawali dengan sebagai Engineer pada konsultan
PT. Isuda Parama, Bandung (1990-1997) dan diangkat menjadi dosen PNS di Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu sejak 1998 sampai sekarang.
Sebagai dosen, penulis mendapatkan tugas tambahan yang harus diemban, mulai dari
Sekretaris Prodi D3 Teknik Sipil (1999-2000), Sekretaris Prodi S1 Teknik Sipil (2002-
2004), Ketua Prodi S1 Teknik Sipil (2004-2008), Ketua Prodi S2 Teknik Sipil (2018-
2021), anggota Senat Fakultas Teknik (2004-sekarang), anggota Senat Universitas
(2017- sekarang). Pengalaman di bidang jasa konsultan dan jasa konstruksi memberikan
penulis tambahan kompetensi sebagai dosen yang mempunyai pengalaman lapangan
dan aktif pada asosiasi profesi Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI)
dan Asosiasi Peruhbahan Iklim Indonesia (APIK). Bidang keahlian utama penulis
adalah Hidrologi yang dibuktikan dengan mata kuliah yang diampu pada program
sarjana dan magister serta aktif di berbagai seminar dan publikasi penelitian serta
pengabdian kepada masyarakat.
Beberapa produk publikasi yang disusun oleh penulis di antaranya tentang 1) Effect of
Climate Change on Water Availability of Bangga River, Central Sulawesi of Indonesia , Journal
of Basic and Applied Scientific Research, Vol. 2. No. 3, Pebruari 2013; 2) Calibration
Parameters Model MockWyn-UB for Calculating Mean Discharge of Bangga River, Asian
Academic Research Journal of Multidiciplinary, Vol. 1, Issue 22, June 2014; 3) Research of
Flood Control and Degradation Malino River in Parigi Moutong District of Indonesia ,
Asian Academic Research Journal of Multidiciplinary, Vol. 1, Issue 32, April 2015; 4) Study
Water Availability of Malino River to Meet the Need of Water Requirement in District Ongka
Malino, Central Sulawesi of Indonesia, International Journal Of Engineering and Technology
(IJET), Vol.
7 No. 3, Juni 2015; 5) Study Line Riparian (Case Study of Citanduy River Downstream of
West
Java), International Journal Of Applied Engineering Research (IJAER) , Vol. 10, No. 9,
Juni
2015; 6) Modeling Discharge of Bangga Watershed Under Climate Change, Applied
Mechanics and Materials (AMM), Trans Tech Publications Ltd, Switzerland, Vol. 776, Juli 2015; 7)
Application of non-parametric test to detect trend rainfall in Palu Watershed, Central
Sulawesi, Indonesia , Int. J. Hydrology Science and Technology, Vol. 6, No. 3, 2016: 8) Effect
of the climate change
on groundwater recharging in Bangga watershed, Central Sulawesi, Indonesia ,
Environmental Engineering Research Journal, Vol. 22, No. 1, 2017; 9) An Assessment of
Drought Index as Impact of Climate Change Using MockWyn-UB Model, International Journal
of Engineering and Technology, Vol. 10, No. 3, 2018; 10) Influence of Volume and Land Use of
Lake Lindu on the Rawa River Discharge, International Journal of Civil Engineering and
Technology, Vol. 9, No.
7, 2018; 11) Impact of climate change on rawa river water source in lake Lindu
watershed,
Central Sulawesi, Indonesia, MATEC Web of Conferences, Vol. 296, 2019; 12) Effects of
Climate Change on the Potential of Evapotranspiration in the Singkoyo Watershed, Central
Sulawesi, Indonesia, International Journal of Environmental & Science Education, Vol. 14,
No. 9, 2019; 13) Effects of Land Cover, Evapotranspiration, and Rainfall on Total Runoff in
the Gumbasa River Basin, Central Sulawesi, Indonesia, International Journal of
Engineering and Technology (IJET), Vol. 11 No. 6, 2019; 14) Study flood routing Mamak
Dam and evaluate the River Mamak to convey the flood design, Lombok, Indonesia, IOP of
Science Conference, Vol. 673, 2019; 15) Effect of rain characteristics on rain erosivity in
Banggai Regency, Central Sulawesi, Indonesia, IOP of Science Conference, Vol. 1434,
2020; 16) Sensitivity of methods for estimating potential evapotranspiration to climate
change, IOP of Science Conference, Vol. 437, 2020.