Anda di halaman 1dari 13

BAB I

Pendahuluan

Permasalahan sumber daya air seperti kekeringan, banjir, dan kesulitan pemanfaatan
sumber daya air, dan layanan air bersih masih sering terjadi di beberapa daerah di Indonesia.
Hampir setiap awal musim kemarau, sumur warga, sungai atau aliran air, serta kolong dan
kolom penampungan mengalami penyusutan volume air yang begitu tajam. Sebaliknya pada
saat musim hujan, banjir melanda akibat dari penggerusan dan sedimentasi dari DAS (Daerah
Aliran Sungai), serta fakor berubahnya fungsi lahan yang menyebabkan air tidak dapat
meresap lagi. Di sisi lain tekanan tata guna lahan yang sangat cepat, terutama tata guna lahan
hutan menjadi perkebunan dan pemukiman mempengaruhi terjadinya curah hujan yang
berpotensi mengakibatkan bencana banjir.

Penyebab utama permasalahan krisis air ini adalah karena sumber data air dan lahan
telah dieksploitasi melebihi batas daya dukungnya. Untuk menjamin ketersediaan sumber
daya air yang tepat harus didasarkan pada data ketersediaan air yang rinci dan terukur, dengan
mempertimbangkan sebanyak mungkin faktor alam yang mempengaruhinya dimana meliputi
aspek konservasi dan penggunaan lahan. Menduga ketersediaan air di suatu daerah tidak
mudah karena sumber daya air merupakan fungsi dari ruang dan waktu dari bayak faktor
alam seperti hujan, bentuk wilayah, geologi, tanah dan tutupan, serta penggunaan lahan.
Untuk itu ketersediaan air harus diduga berdasarkan fungsi ruang dan waktu dalam bentuk
neraca air. Penghitungan neraca air diperlukan untuk memberikan gambaran sebenarnya
mengenai ketersediaan air pada DAS tersebut. Dari perhitungan neraca air akan bisa
diketahui penggunaan air maksimum yang masih diperbolehkan.

Makalah ini disusun untuk mengetahui perbedaan neraca air (water balance) dan
neraca air tanah (ground water balance).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Secara umum neraca air merupakan hubungan antara aliran ke dalam (inflow) dan
aliran ke luar (out flow) di suatu daerah untuk suatu periode tertentu dari proses sirkulasi air
atau siklus hidrologi. Neraca air juga dapat didefinisikan sebagai selisih antara jumlah air
yang diterima oleh tanaman dan kehilangan air dari tanaman beserta tanah melalui proses
evapotranspirasi (Winarno, 2010).

Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi
dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi. Air
menguap dari permukaan laut dan daratan menjadi uap air yang terbawa ke bumi melalui
sirkulasi atmosfer. Uap air mengembun kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk
hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut (Todd,2005).
Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas
atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah.
Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang
berbeda:
 Evaporasi / transpirasi
Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb kemudian akan menguap ke
angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu
akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk
hujan, salju, es. Kombinasi proses kehilangan air dari suatu lahan bertanaman melalui
evaporasi dan transpirasi disebut evapotranspirasi.
 Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah
Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju
muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal
atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air
permukaan (Savabi, 1995).
 Air Permukaan
Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau; makin landai
lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran
permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu
sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar
daerah aliran sungai menuju laut. Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang
tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan
mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut (Suroso).

Interpelasi secara kuantitatif dari siklus hidrologi dapat dicapai dengan menggunakan
persamaan neraca air. Prinsip persamaan neraca air adalah selama kurun waktu tertentu
volume total masukan (input) seimbang atau sama dengan total keluaran (output) (Widianto,
2012).
𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑖𝑟 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 − 𝐾𝑒ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟

Secara umum neraca air terbagi menjadi dua yakni neraca air (water balance) dan
neraca air tanah (ground water balance). Perbedaan kedua neraca ini terletak pada jenis air
yang menjadi inflownya. Pada neraca air, sumber berasal dari air permukaan dan air tanah.
Sedangkan pada neraca air tanah, sumber berasal dari air tanah.

I. Neraca Air (Water Balance)

Aliran air permukaan (surface runoff), aliran air bawah permukaan (subsurface runoff),
dan air tanah (base flow/ groundwater) merupakan input dalam neraca air. Istilah runoff
mengacu pada aliran air setelah hujan atau salju mencair. Aliran terjadi ketika laju curah
hujan lebih besar dibandingkan laju infiltrasi tanah dan peningkatan jumlah kemiringan.
Runoff dimulai dengan aliran yang kecil dan semakin bertambah besar saat bergabung
dengan banyak aliran lainnya. Akhirnya aliran ini akan mencapai sungai atau danau atau
dapat langsung mengalir ke laut.
Ada tiga jenis runoff yakni:

 Surface Runoff

Air hujan yang langsung berubah menjadi aliran karena intensitas curah hujan lebih besar
dibandingkan tingkat infiltrasi tanah.

 Sub-Surface Runoff

Bagian air hujan yang mengalir ke dalam tanah dan dan membentuk aliran menuju sungai
atau laut tanpa menembus batas muka air tanah.

 Base Flow

Bagian air hujan yang setelah jatuh di permukaan, mengalir ke dalam tanah, dan
menembus batas muka air tanah kemudian membentuk aliran menuju sungai ataupun laut.
(Balasubramanian, 2017)

A. Neraca Air di Danau atau Waduk

Danau merupakan salah satu sumber air permukaan. Masukan (input) danau secara alami
berasal dari sungai yang masuk ke danau, hujan yang jatuh ke permukaan danau, masukan
air tanah, limpasan (runoff), dan es yang mencair. Curah hujan yang jatuh di daerah
tangkapan air (DTA) terinfiltrasi ke dalam tanah dan aliran bawah permukaan (subsurface
runoff) atau aliran dasar (baseflow) yang keluar mengisi danau sebagai rembesan air tanah.
Keluaran (output) air danau meliputi: sungai keluaran, evapotranspirasu, dan bocoran air
tanah, sedangkan keluaran secara buatan dapat berupa irigasi (Fadlilah, 2015).
Persamaan neraca air pada waduk atau danau :

𝑄𝑖 + 𝑄𝑔 + 𝑃 + ∆𝑆 = 𝑄𝑜 + 𝑆𝑜 + 𝐸𝑜

Keterangan :

Qi = Aliran masuk (inflow), aliran ini berasal dari sungai yang bermuara di danau atau
waduk.

Qg = Aliran masuk dari air tanah di sekitar waduk atau danau

P = Presipitasi yang jatuh di permukaan waduk atau danau

S = Perubahan timbunan air

Qo = Aliran keluar melalui permukaan, berupa aliran sungai yang keluar dari waduk atau
danau

So = Aliran keluar melalui bawah permukaan tanah berupa seepage

Eo = Evaporasi dari permukaan air waduk atau danau

B. Neraca Air pada Tanah


Kemampuan tanah menahan air sangat ditentukan oleh jenis tanah (terutama tekstur) dan
jenis vegetasinya. Vegetasi yang jenisnya sama apabila tumbuh pada pada jenis tanah yang
berbeda, maka akan mempunyai kedalaman zona perakarannya yang berbeda, sehingga nilai
Water Holding Capacity (WHC) atau kapasitas lengas tanahnya juga berbeda. Ketersediaan
air diilustrasikan dengan tingkat air di lapisan tanah yang berbeda. Kelebihan air atau
gravitasi mengalir cepat dari tanah setelah hujan berat karena gaya gravitasi (titik jenuh
dengan kapasitas lapangan). Air yang tersedia masih dipertahankan dalam tanah setelah
kelebihan telah dikeringkan (kapasitas lapang untuk titik layu). Perbedaan jenis tanah akan
akan mempengaruhi kadar lengas tanah dan titik layu permanen. Neraca air lahan
dipengaruhi oleh kapasitas lapang dan titik layu permanen (Tufaila, 2016).

Persamaan neraca air pada kolom tanah :

𝑄𝑠𝑖 + 𝑄𝑖 + 𝑃 + 𝐶 + ∆𝑆 = 𝑄𝑠𝑜 + 𝑄𝑜 + 𝐹𝑟 + 𝐸

Keterangan :

Qsi = Aliran masuk, berupa overland flow

Qi = Aliran masuk dari aliran bawah permukaan tanah

P = Masukan air presipitasi yang mengalami infiltrasi


S = Perubahan timbunan air pada kolom tanah

Qo = Aliran keluar di bawah permukaan tanah

Qso = Aliran keluar di atas permukaan tanah

Fr = Infiltrasi pada lapisan tanah yang lebih dalam

C = Air kapiler

C. Neraca Air dalam Daerah Aliran Sungai

Persamaan neraca air dalam daerah aliran sungai dapat disederhanakan menjadi:

𝑃 = 𝑄𝑜 + 𝐸𝑎 + ∆𝑆

Keterangan :

P= Presipitasi yang jatuh kedalam DAS

Qo= Aliran sungai yang keluar dari DAS di outletnya

Ea= Evapotranspirasi

S= Perubahan timbunan air dalam DAS

Neraca air tersebut di atas menganggap tidak adanya masukan atau keluaran air dari DAS
yang disebelahnya. Kalau ada masukan ataupun keluaran yang terjadi karena keadaan
struktur geologi dan litologinya (batuan) maka persamaan neraca air ditulis dengan
persamaan :

𝑃 + 𝑄𝑠𝑖 = 𝑄𝑜 + 𝑄𝑠𝑜 + 𝐸𝑎 + ∆𝑆

Keterangan :

Qsi = Aliran masuk bawah permukaan (Transbasin Ground Waterinflow)

Qso = Aliran keluar bawah permukaan (Transbasin Ground Water outflow) (Winarno,2010)
II. Neraca Air Tanah (Ground Water Balance)

Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah dan terletak pada zona jenuh
air. Di bawah permukaan tanah, pori-pori tanah terisi air dan udara dalam jumlah yang
berbeda. Air hujan bergerak ke bawah melalui zona aerasi. Sejumlah air beredar dalam tanah
dan ditahan oleh gaya-gaya kapiler pada pori-pori yang kecil atau tarikan molekuler di
sekeliling partikel tanah. Bila daya tahan tanah terhadap air terlampaui, air turun ke zona
jenuh. Di atas zona jenuh terdapat zona kapiler, dimana pori-pori kecil berisi air yang
diangkut oleh kegiatan kapiler (Lohman, 1972).

Asal air tanah adalah air permukaan sebagai hasil siklus hidrologi, air juvenile sebagai
hasil proses yang bersifat magmatik, dan air fosil sebagai air yang terperangkap pada batuan
sedimen. Sebagai sumber utama air tanah adalah presipitasi air hujan yang menembus tanah
secara langsung ke air tanah atau air sungai yang memasuki permukaan tanah dan menembus
ke bawah melalui lapisan endapan alluvial yang lolos air ke tanah (Supadi, 2005).
Air tanah inilah menjadi sumber dalam neraca air tanah. Konsep neraca air tanah sama
dengan neraca air yakni volume air yang masuk dalam suatu periode waktu dikurangi dengan
volume air yang keluar sama dengan perubahan air yang tersimpan dalam tanah.

𝐼 − 𝑂 = ∆𝑆

{𝑃𝑝𝑡 + 𝐼𝑟 + 𝐺𝑖𝑛 + 𝑅𝑖} − {𝑅𝑒 + 𝐺𝑜𝑢𝑡 + 𝐸𝑖 + 𝐺𝑒𝑥} = ∆𝑆

Keterangan :

Ppt = Presipitasi

Gin = Aliran air tanah lateral

Ir = Infiltrasi irigasi

Ri = Rembesan air sungai yang masuk

Re = Rembesan air sungai yang keluar

Ei = Air yang terevaporasi

Gex = Ekstraksi air tanah

∆S = Perubahan jumlah air dalam tanah (Njamnsi, 2009)


Untuk penelitian air tanah, persamaan neraca air sebagai berikut :

𝑄𝑖 + 𝐹𝑟 = 𝑄𝑜 + ∆𝑆𝑔 + 𝐶

Keterangan :

Qi = Aliran air tanah yang masuk ke akuifer yang diteliti

Fr = Aliran air masuk dari lapisan tanah atas, berupa air perkolasi

Qo = Aliran air tanah yang keluar dari akuifer yang diteliti

C = Aliran keluar dari akuifer, berupa air kapiler

Sg = Perubahan timbunan air tanah dalam akuifer yang diteliti


BAB III
PENUTUP

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal, diantaranya;

 Perbedaan antara neraca air dan neraca air tanah adalah inputnya.
 Pada neraca air, inflow berupa keseluruhan air di bumi seperti aliran air permukaan
(surface runoff), aliran air bawah permukaan (subsurface runoff), dan air tanah
(groundwater)
 Pada neraca air tanah, inflow berupa air tanah yaitu air yang berada di bawah
permukaan tanah dan berhasil menembus zona jenuh air.
REFERENSI

Drs. Suroso,M.Si. Hidrologi. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang

Fadlilah, Lintang N. 2015. Kajian Neraca Air Danau Merdada di Kecamatan Batur
Kabupaten Banjarnegara untuk Irigasi Lahan Pertanian di Sekitarnya. Tesis.

Lohman, S.W. 1972. Ground Water Hydraulics. Geological Survey Professional Paper.

Njamnsi, Nowel Y., Mbue, Innocent Ndoh. 2009. Estimation for Groundwater Balance
Based on Recharge and Discharge : Tool for Sustainable Groundwater Management,
Zhongmu County Alluvial Plain Aquifer, Henan Province, China.

Prof. A. Balasubramanian. 2017. Surface Water Runoff. Centre for Advanced Studies in
Earth Science University of Mysore, India.

Savabi, M.R. and J. R. Williams. 1995. Water Balance and Percolation. Indiana:National Soil
Erosion Research Laboratory, West Lafayette.

Supadi. 2005. Pengelolaan Air Permukaan Di Wonoharjo Kabupaten Karanganyar. Jurnal


Keairan No 2 Tahun 12 – Desember 2005.

Tufaila, M., Mpia, M., Karim, J. 2015. Analisis Neraca Air Lahan pada Jenis Tanah yang
Berkembang pada Daerah Karst di Kecamatan Parigi Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara.
Agritech Vol 37 No 2 Mei 2017.

Todd, David K., Mays, Larry W. 2005. Groundwater Hydrology Third Edition. United States
of America : John Wiley & Sons, Inc.

Widianto. 2012. Neraca Air Tanah. Irigasi dan Drainase Minggu ke-3.

Winarno, GD., Hatma dan S.A Soedjoko.2010. Hidrologi Hutan. Bandar Lampung: Penerbit
Universitas Lampung.

Anda mungkin juga menyukai