Anda di halaman 1dari 50

Pelatihan Analisa Jaringan menggunakan software

EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak


WATERCAD
PDAM Kota Surabaya
PDAM Kabupaten Sidoarjo
PDAM Kabupaten Gresik
PDAM Kota Pasuruan
PDAM Kota Malang
PDAM Kabupaten Malang
Pelatihan Analisa Jaringan menggunakan software
EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak
WATERCAD
PDAM Kota Surabaya
PDAM Kabupaten Sidoarjo
PDAM Kabupaten Gresik
PDAM Kota Pasuruan
PDAM Kota Malang
PDAM Kabupaten Malang
Dasar-dasar Pemodelan
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 1
Persamaan Hidrolis Dalam Sistem Distribusi
Dalam melakukan perencanaan jaringan sistem distribusi ada beberapa perumusan perhitungan
hidrolis yang dijadikan acuan diantaranya adalah:
A Persamaan Energi dalam Pipa
Dalam aplikasi hidrolika, energi sering dinyatakan dalam energi per satuan berat atau dalam
satuan panjang atau lebih umum disebut tekanan. Dalam hidrolika, energi ini dibagi ke dalam
tiga bagian yaitu:
- Pressure Head
p/ (dimana p = N/m
2
; = berat jenis N/m
3
)
- Elevation Head
z (ketinggian dari titik tertentu, m)
- Velocity Head
V
2
/2g (V= kecepatan, m/dt)
(g= percepatan gravitasi, m/dt
2
)
Selain ketiga bentuk energi di atas, ada energi yang mungkin dimasukkan dalam sistem seperti
energi pompa. Persamaan keseimbangan hidrolis antara dua titik dalam aliran pipa dapat
dinyatakan sebagai berikut :
hl
g
V
z
p
hp
g
V
z
p
+ + + = + + +
2 2
2
2
2
2
2
1
1
1

dimana :
hp = head dari pompa (m)
hl = kehilangan tekanan total (m)
B Gradien Energi dan Hidrolis
Pengertian dari gradien energi dan gradien hidrolis adalah sebagai berikut:
Gradien hidrolis:
Merupakan jumlah head pressure (p/) dan head elevasi, yang dinyatakan dalam tinggi kolom air
dalam piezometer, digambarkan dalam garis HGL (Hydraulic Grade Line).
Gradien energi:
Merupakan penjumlahan gradien hidrolis dan head kecepatan (V
2
/2g), yang dinyatakan dalam
tinggi kolom air dalam tabung pitot, digambarkan dalam garis EGL (Energy Grade Line). Pada
kondisi tertentu EGL sama dengan HGL yaitu pada saat kecepatan aliran 0, seperti pada
reservoir.
Kedua pengertian di atas dapat digambarkan pada Gambar berikut:
Dasar-dasar Pemodelan
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 2
Garis HGL dan EGL aliran dalam pipa
(Sumber: Haestad Methods)
C Perubahan Energi dalam Pipa
Dalam sistem jaringan, prinsip keseimbangan hidrolis adalah bahwa aliran yang masuk harus
sama dengan aliran keluar. Sedangkan keseimbangan energi dalam pipa dinyatakan bahwa
besarnya kehilangan tekanan dalam pipa harus seimbang pada tiap-tiap titik, seperti yang
digambarkan pada Gambar berikut:
Perubahan energi dan aliran dalam pipa
(Sumber: Haestad Methods)
Pada Gambar di atas dapat diterangkan sebagai berikut bahwa jumlah debit air yang ada di pipa
a sama dengan jumlah aliran yang masuk ke pipa percabangan b dan c. Demikian juga
keseimbangan energi yang terjadi bahwa besarnya energi di titik 3 sama dengan besarnya energi
di titik 1 dikurangi kehilangan tekanan yang terjadi selama di pipa b. Begitu pula harus sama
dengan kehilangan tekanan di pipa c ditambah di pipa d.
D Friksi Loses (Kehilangan Tekanan Utama)
Friksi loses atau kehilangan tekanan karena gesekan pipa merupakan kehilangan tekanan utama
yang terjadi pada sistem jaringan pipa karena kondisi pipa seperti diameter pipa, kekasaran
pipa, panjang pipa yang dipengaruhi oleh debit aliran dan tekanan kerja awal dalam sistem.
Beberapa persamaan yang digunakan untuk memperkirakan friksi loses ini antara lain:
1. Persamaan Hazen William
Persamaan ini yang paling sering digunakan dalam analisa tekanan pipa dalam
sistem distribusi air, persamaannya adalah sebagai berikut:
54 , 0 63 , 0
S kCAR Q =
1
2
3
b
c d
a
Dasar-dasar Pemodelan
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 3
dimana:
Q = aliran air/debit dalam pipa (m
3
/dt)
C = koefisien kekasaran Hazen William (tanpa satuan)
A = luas penampang pipa (m
2
)
R = diameter hidrolik pipa (m)
) (
) (
2
m sahpipa kelilingba
m angpipa luaspenamp
P
A
=
S = kemiringan/ friction slope (m/m)
) (
) (
m panjang
m headloss
L
h
f
=
k = konstanta (0,85)
Nilai C untuk beberapa jenis pipa dapat dilihat pada Tabel berikut:
Koefisien Kekasaran Hazen William Material Pipa
No Material pipa Nilai C
1
2
3
4
5
Asbes Semen
Cast Iron
Baru
Umur 10 th
Umur 20 th
Umur 30 th
Umur 40 th
Galvanized Iron
Steel Pipe
Baru
Lama
PVC
140
130
107-113
89-100
75-90
64-83
120
140-150
110
140-150
Sumber: Haestad Methods
2. Persamaan Darcy Weisbach
g D
LV
f h
f
2
2
=
dimana:
hf = headloss dalam pipa (m)
f = koefisien Darcy Weisbach (tanpa satuan)
nilai koefisien f ini dapat ditentukan dengan persamaan
Swamee dan Jain sebagai berikut :
2
9 , 0
74 , 5
7 , 3
ln
325 . 1
(

|
|
.
|

\
|
+
=
e
R
D
k
f
k = tinggi kekasaran (m)
Dasar-dasar Pemodelan
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 4
D = diameter pipa (m)
R
e
= bilangan Reynolds
D = diameter pipa (m) = 4 R (jari-jari hidrolik)
L = panjang pipa (m)
V = kecepatan aliran dalam pipa (m/dt)
g = percepatan gravitasi (9,81 m/dt
2
)
Maka persamaan Darcy Weisbach di atas dapat dilambangkan menjadi :
f
RS
g A
f
L h R
g A Q
f
8 8 = =
dimana:
Q = aliran air/debit dalam pipa (m
3
/dt)
A = luas penampang pipa (m
2
)
Nilai f untuk beberapa jenis pipa dapat dilihat pada Tabel berikut:
Koefisien Kekasaran Darcy Weisbach Material Pipa
No Material pipa Nilai f
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Commercial steel (enamel coated)
Commercial steel (new)
Galvanized iron
Cast iron (new)
Concrete (steel forms, smooth)
Concrete (good joints, average)
Concrete (rough, visible, form marks)
Riveted steel (new)
Corrugated metal
0,0048
0,045
0,15
0,26
0,18
0,36
0,60
0,9-9,0
45
Sumber: Haestad Methods
3. Persamaan Manning
Persamaan ini didasarkan pada persamaan Chezy sebagai berikut:
n
R
k C
6 1
=
dari persamaan di atas akan didapat persamaan Manning sebagai berikut :
2 1 3 2
S AR
n
k
Q =
dimana :
Q = debit air (m
3
/dt) A = luas penampang pipa (m
2
)
k = konstanta (1) R = jari-jari hidrolis (m)
n = kekasaran Manning S = kemiringan (m/m)
Nilai k untuk beberapa jenis pipa dapat dilihat pada Tabel berikut:
Dasar-dasar Pemodelan
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 5
Koefisien Kekasaran Manning Material Pipa
Nilai k
No Material pipa
Min Normal Maks
1
2
3
4
Steel (Baja)
Lockbar and welded
Riveted and spiral
Cast iron (Besi Tuang)
Coated
Uncoated
Wrought iron (Besi Tempa)
Black
Galvanized
Corrugated metal
Subdrain
Storm drain
0,010
0,013
0,010
0,011
0,012
0,013
0,017
0,021
0,012
0,016
0,013
0,014
0,014
0,016
0,019
0,024
0,014
0,017
0,014
0,016
0,015
0,017
0,021
0,030
Sumber: Haestad Methods
E Minor Loses
Minor loses dalam pipa bertekanan disebabkan gerakan aliran air dalam pipa, seperti
meningktanya turbulensi dapat menurunkan HGL pada sistem. Besarnya kehilangan tekanan ini
tergantung pada bentuk fitting pada pipa, yang berpengaruh langsung pada garis aliran dalam
pipa seperti terlihat pada Gambar di bawah.
Gambar 2.18.
Model Garis Aliran dalam Pipa
(Sumber: Haestad Methods)
Persamaan minor loses yang umum dipakai adalah sebagai berikut:
g
V
k h
m
2
2
=
dimana:
h
m
= headloss minor (m)
V = kecepatan aliran (m/dt)
k = koefisien fitting, nilai k untuk tiap-tiap model dapat dilihat pada Tabel
berikut:
Dasar-dasar Pemodelan
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 6
Koefisien Beberapa Macam Fitting Material Pipa
Fitting Nilai k Fitting Nilai k
Pipa Masuk
Bellmouth
Rounded
Sharp Edged
Projecting
Pipa Menyempit Tiba-Tiba
D
2
/D
1
= 0,80
D
2
/D
1
= 0,50
D
2
/D
1
= 0,20
Pipa Menyempit Mengerucut
D
2
/D
1
= 0,80
D
2
/D
1
= 0,50
D
2
/D
1
= 0,20
Pipa Melebar Tiba-Tiba
D
2
/D
1
= 0,80
D
2
/D
1
= 0,50
D
2
/D
1
= 0,20
Pipa Melebar Mengerucut
D
2
/D
1
= 0,80
D
2
/D
1
= 0,50
D
2
/D
1
= 0,20
0,03 - 0,05
0,12 - 0,25
0,50
0,80
0,18
0,37
0,49
0,05
0,07
0,08
0,16
0,57
0,92
0,03
0,08
0,13
90
o
Smooth Bend
Bend radius/D = 4
Bend radius/D = 2
Bend radius/D = 1
Bend
= 15
o
= 30
o
= 45
o
= 60
o
= 90
o
Tee
Aliran Lurus
Aliran Cabang
Persimpangan
Aliran Lurus
Aliran Cabang
45
o
Wye
Aliran Lurus
Aliran Cabang
0,16 0,18
0,19 0,25
0,35 0,40
0,05
0,10
0,20
0,35
0,80
0,30 0,40
0,75 1,80
0,50
0,75
0,30
0,50
Sumber: Haestad Methods
Dasar-dasar Pemodelan
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 7
Pemodelan dan Simulasi Jaringan Sistem Distribusi
A Umum
Simulasi sistem distribusi merupakan proses pemodelan perilaku sistem distribusi dengan
pendekatan matematis untuk mendapatkan kondisi yang hampir sama pada kondisi sebenarnya.
Dari proses simulasi dengan pemodelan sistem jaringan distribusi akan mempermudah kita
dalam:
1. Memperkirakan respon sistem distribusi yang ada terhadap kondisi yang cukup luas.
2. Dapat dilakukan antisipasi terhadap kondisi-kondisi yang nantinya terjadi pada suatu
sistem baik sistem yang telah ada maupun yang direncanakan.
3. Mempermudah kita dalam melakukan evaluasi dan pengembangan sistem jaringan
4. Mempermudah dalam pembuatan zona-zona pelayanan didasarkan pada kondisi-
kondisi tertentu yang akan lebih mudah diperhitungkan dengan adanya model
jaringan distribusi yang akan kita buat
Sedangkan tujuan dari proses simulasi dengan pemodelan pada sistem distribusi antara lain:
Sebagai rencana induk jangka panjang, termasuk pengembangan dan rehabilitasi
Sebagai studi pengamanan kebakaran
Pengontrolan kualitas air
Manajemen Energi
Desain Sistem Distribusi
Membantu dalam operasional sistem distribusi termasuk untuk training operator,
membantu mempercepat proses perbaikan
Dalam pembuatan model dan simulasi ini beberapa parameter dapat kita simulasikan misalnya
tekanan kerja, diameter pipa dan jenis pipa.
B Proses Pembuatan Model Sistem Distribusi
Dalam pembuatan model suatu sistem distribusi membutuhkan beberapa pentahapan sebelum
model tersebut dapat dipakai untuk tujuan di atas. Pemodelan ini harus didahului beberapa
tahap persiapan yang menunjang dalam pembuatan suatu model, seperti pengumpulan data,
pemilihan program pemodelan, pengecekan data, kalibrasi data dan lain-lain. Hal ini
dimaksudkan agar pemodelan yang kita lakukan nantinya benar-benar akan mendekati kondisi
sebenarnya dari suatu jaringan distribusi. Gambar di bawah ini merupakan skema tahapan yang
harus dilalui dalam membuat suatu pemodelan sampai model tersebut dapat digunakan sebagai
acuan dalam tujuan di atas.
Keakurasian model sistem jaringan distribusi yang kita buat sangat tergantung dari data yang kita
peroleh, semakin data yang kita peroleh semakin detail dan baik maka simulasi model yang kita
buat akan semakin mendekati kondisi nyata dari sistem di lapangan. Untuk itu diperlukan
database tentang jaringan distribusi secara lengkap akan sangat membantu dalam melakukan
analisa dan evaluasi jaringan distribusi.
Dasar-dasar Pemodelan
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 8
Skema Tahapan dalam Pemodelan Sistem Distribusi
Dasar-dasar Pemodelan
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 9
Beberapa komponen yang perlu disiapkan sebelum melakukan pemodelan sistem distribusi antara
lain:
a. Peta dan data pipa jaringan distribusi zona atau sub zona yang akan dibuat model (panjang
pipa, diameter pipa, dan jenis pipa) bahkan untuk hasil yang lebih detail ditambah dengan data
tentang umur pipa dan kondisi pipa. Peta jaringan ini meliputi bentuk jaringan, bentuk
hubungan pipa, aksesoris yang terpasang, letak tapping, letak dan kondisi valve atau katup
(kondisi terbuka, tertutup atau terbuka berapa persen). Jika data yang terkumpul akurat dan
mendekati kondisi lapangan maka model yang akan kita buat dan simulasikan akan mendekati
kondisi nyata di lapangan.
Dari peta ini harus dapat diketahui ketinggian atau kontur dari masing-masing titik dari model
jaringan yang akan dibuat.
b. Data tentang kebutuhan air, kebutuhan air ini harus dilakukan analisa untuk menentukan
kelayakan jaringan terhadap debit air yang diperlukan oleh konsumen. Kebutuhan air yang
harus didata meliputi kebutuhan air tiap-tiap titik tapping sesuai dengan daerah layanan,
sehingga model yang dibuat nantinya dapat mewakili penyebaran kebutuhan air sesuai dengan
jumlah pelanggan dan lokasi pelanggan. Analisa kebutuhan air ini meliputi:
Perhitungan analisa kebutuhan air jaringan eksisting.
Perhitungan analisa kebutuhan air jaringan perencanaan, yang terdiri dari eksisting dan
kebutuhan air pelanggan baru.
Data kebutuhan air ini harus meliputi kebutuhan air untuk domestik dari pelanggan rumah, non
domestik (industri, niaga, komersial dan lain-lain) juga air yang hilang sebagai tingkat
kebocoran. Selain itu juga perlu memperhatikan faktor kebutuhan air seperti faktor jam
puncak, faktor hari maksimum dan sebagainya.
c. Menentukan batasan - batasan hidrolis yang akan menjadi batasan dalam analisa kita, misalnya:
Head loss maksimal yang diijinkan adalah 10 m/ 1.000 m
Kecepatan minimum dalam pipa 0,3 m/dt
Kecepatan maksimum dalam pipa 3,0 m/dt
Tekanan maksimum dalam pipa 50 m
Tekanan minimum dalam pipa 5 m
Batasan batasan ini yang akan menjadi acuan kita dalam melakukan suatu evaluasi model
jaringan yang kita buat. Jika dalam model yang kita buat nantinya banyak output data yang
tidak masuk dalam kriteria ini, maka model yang kita buat harus dilakukan perbaikan-perbaikan
dalam model dengan melakukan simulasi terhadap diameter pipa, pengoperasian valve dan
sebagainya, sampai model kita sesuai dengan batasan yang kita buat. Adapun batasan-batasan
yang kita buat tersebut harus sesuai dengan kriteria - kriteria yang ada misalnya dari batasan
karakteristik pipa dan lain-lain.
d. Mengumpulkan data pengukuran lapangan untuk data kalibrasi model terhadap sistem
jaringan sebenarnya di lapangan, hal ini dilakukan jika kita mau melakukan evaluasi
sistem jaringan dan diketahui bahwa model jaringan eksisting yang kita buat sama
dengan model jaringan eksisting yang ada di lapangan. Nilai kalibrasi ini dapat menjadi
acuan dalam melakukan evaluasi terhadap jaringan dan menentukan kondisi-kondisi apa
yang menyebabkan model dan kondisi sebenarnya berbeda. Data kalibrasi yang dapat
dibuat antara lain kecepatan atau tekanan, debit aliran yang masuk ke suatu sistem dan
lain-lain.
Misalnya jika kita melakukan kalibrasi terhadap tekanan, maka kita melakukan
pengukuran tekanan pada titik-titik tertentu di lapangan dan hasilnya nantinya
disesuaikan dengan nilai tekanan pada titik yang sama pada hasil simulasi.
Dasar-dasar Pemodelan
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 10
Beberapa program simulasi untuk sistem perpipaan distribusi ini telah banyak diantaranya Program
LOOP yang merupakan program paling sederhana, EPANET maupun WaterCAD yang memberikan
hasil simulasi lebih baik.
Dalam sistem perencanaan jaringan distribusi, model dan simulasi ini merupakan faktor yang sangat
penting untuk mendapatkan sistem keseimbangan aliran dan tekanan dalam pipa terutama jika
sistem jaringan yang kita rencanakan adalah sistem looping. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa
keseimbangan hidrolis akan sangat berpengaruh pada aliran air ke pelanggan.
Beberapa komponen yang nantinya sebagai masukan atau input ke dalam pemodelan jaringan
sistem distribusi, diantaranya adalah :
a. Data Gambar
Data gambar merupakan komponen data yang sangat penting untuk membentuk suatu jaringan
distribusi. Dengan adanya data gambar ini akan mempermudah dalam memahami pola jaringan
sistem distribusi yang akan dibuat modelnya. Untuk suatu sistem jaringan eksisting data gambar
akan memuat antara lain:
- Jalur pipa, model sambungan, material pipa, diameter pipa dan lain-lain
- Lokasi beberapa elemen sistem seperti reservoir, tangki maupun valve
- Data kontur tekanan daerah layanan
- Elevasi tiap-tiap node
- Informasi dasar seperti lokasi jalan, nama jalan, zona perencanaan, sungai, dan lain-lain
- Serta beberapa fasilitas lainnya.
- Beberapa jenis data gambar yang dipakai antara lain peta topografi, as-built drawing, peta
dan gambar digital, data sistem informasi geografis dan lain-lain.
b. Representasi Model
Representasi model merupakan pengkajian terhadap data-data yang didapat terutama data
gambar. Dengan melakukan evaluasi model gambar terhadap kondisi sesungguhnya serta
memberikan identifikasi terhadap data gambar yang ada dengan pemberian nama (labelling)
masing-masing komponen, seperti penamaan junction/node, pompa, pipa dan lain-lain, dimana
penamaan itu akan mempermudah kita dalam melakukan identifikasi ulang dalam pemodelan.
Sebagai contoh penamaan suatu junction/node dan pipa, seperti pada Gambar berikut
Contoh Penamaan Junction dan Pipa
Selanjutnya melakukan evaluasi terhadap data gambar terutama pada data topologinya, dimana
data topologi ini sangat penting karena memuat data tentang sambung menyambungnya pipa,
N405-01-52
Simbul node
No. Sub Zona
No. Node
Simbul node
No. Sub Zona
No. Waste Distrik
No. Pipa
P405-01-17
No. Waste Distrik
Dasar-dasar Pemodelan
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 11
bagaimana bentuk sambungannya, saling berhubungan, tak berhubungan atau cross over harus
dicek dengan benar sehingga dalam pemodelan nantinya tidak terjadi kesalahan hubungan pipa.
Sebagai contoh seperti pada Gambar berikut.
BentukAwal
KemungkinanBentukSambunganSebenarnya
Bentuk Sambung Menyambung Pipa
C Reservoir
Reservoir berfungsi node batas untuk kontrol awal gradien hidrolis suatu sistem distribusi
sekaligus sebagai penyuplai air dengan kapasitas besar dan HGL yang besar pula. Nilai gradien
hidrolis (HGL) pada reservoir dapat di tentukan dengan nilai konstan, dimana HGL ini diset
untuk dapat melayani seluruh area pelayanan yang mengambil air dari suplai reservoir ini.
Dalam pemodelan jaringan sistem distribusi, reservoir ini dapat berupa:
Sumber air, clear well, IPAM, dapat juga berupa titik injeksi air/supplai air ke dalam sistem
distribusi jika dalam pemodelan tersebut sistem mendapatkan air dari supplai pipa utama
meskipun dalam kondisi sebenarnya di lapangan tidak ada reservoir, dengan ketinggian HGL
tertentu. Dalam hal ini reservoir berfungsi sebagai titik acuan untuk mengontrol tekanan dalam
sistem.
D Tangki Storage
Dalam suatu pemodelan, storage tank ini juga berfungsi sebagai node batas, namun yang
membedakan dengan reservoir adalah HGL yang terjadi dalam tangki ini berfluktuasi tergantung
keluar masuknya air. Volume storage tank ini umumnya terbatas, sehingga pada kondisi
tertentu tangki ini dapat berisi penuh dan dapat kosong sama sekali.
Beberapa model tangki storage yang dapat ditemui di sistem distribusi antara lain:
Tangki yang terdapat pada sistem dengan kondisi langsung tersambung pada sistem dengan
permukaan yang bebas.
Tangki storage yang berupa tangki tekan (hydropneumatic) tersambung dengan sistem
distribusi, disini air akan mengalami peningkatan HGL karena adanya peningkatan tekanan
dalam tangki.
Elevated reservoir, dimana air masuk ke tangki storage dengan jalan pemompaan, yang
selanjutnya air akan masuk ke sistem distribusi dengan cara gravitasi dengan HGL sesuai
ketinggian elevated reservoir.
Dasar-dasar Pemodelan
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 12
Tangki Storage Elevated reservoir
E Junction atau Node
Junction merupakan representasi pertemuan/ penyambungan 2 atau lebih pipa (penyambungan
umumnya dilakukan dengan adanya fitting), dengan komponen terpenting dalam junction
adalah elevasi.
Elevasi merupakan faktor yang menentukan dalam sistem pemodelan jaringan
distribusi, karena sangat berpengaruh pada HGL yang terjadi pada model yang kita
buat. Penentuan elevasi dalam suatu junction dapat dilihat pada Gambar berikut:
Elevasi
Hidrant -C(99,75m)
Pipa -A(98 m)
Muka
Tanah -B(99 m)
Service
Line
DaerahLayanan
Tinggi- D(110m)
Beberapa Penentuan Elevasi suatu Node
Penentuan elevasi dapat dilakukan dengan memilih salah satu metode seperti pada
Gambar di atas. Penentuan elevasi berdasarkan titik tengah pipa (A) akan sangat
membantu dalam menentukan atau menghitung tekanan untuk suatu studi kebocoran
Dasar-dasar Pemodelan
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 13
dengan memberikan hasil yang lebih tepat. Sedangkan penentuan dengan dasar elevasi
muka tanah (B) akan lebih mudah, terutama jika dalam pemetaan elevasi. Penentuan
elevasi dengan dasar A dan B ini yang sering dipakai dalam pemodelan sistem distribusi.
Namun keduanya mempunyai kelemahan untuk menentukan area dengan tekanan
kurang, karena model akan keliru dalam mengindikasikan ketersediaan tekanan untuk
konsumen yang berada di daerah tinggi. Sehingga untuk kasus semacam ini perlu
dilakukan pengecekan ulang terhadap elevasi, penentuan elevasi akan lebih tepat jika
menggunakan dasar daerah layanan tertinggi (D).
Namun untuk suatu pemodelan perlu menentukan salah satu acuan/ dasar penentuan
elevasi, dengan melakukan beberapa kalibrasi sehingga nantinya tidak membingungkan
dalam melakukan pemodelan dan analisa.
Node ini umumnya mewakili titik tapping air dari sistem distribusi utama. Kebutuhan air
nantinya akan ditunjukkan oleh node-node dalam model jaringan, sedangkan node-node
itu saling dihubungkan dengan garis (representasi dari pipa). Dengan mengetahui
jumlah pelanggan di setiap step area dalam waste district dan posisinya, dapat
ditentukan letak/posisi tapping. Kebutuhan air diperoleh dari proyeksi sambungan
pelanggan dan konsumsi per kapita sesuai dengan standart desain atau dari kriteria
desain.
Node dibuat dengan pedoman sebagai berikut:
Setiap percabangan pipa
Penggantian atau perubahan diameter
Setiap terdapat tapping
Node node ini juga dapat menggambarkan letak valve, aksesoris pipa
Contoh Peletakan Juction/ node pada suatu wilayah pelayanan distribusi dapat dilihat
pada Gambar berikut.
Batas Daerah
LayananJunction
J-4
SEKOLAH
J-3
J-1
DAERAH
KOMERSIAL
J-2
RUMAH
Peletakan Junction/Node pada Area Pelayanan
c. Pembentukan Tapping (Skelenization)
Dalam membentuk model jaringan harus mengetahui, jumlah pelanggan di setiap Step
Area dalam Waste District. Dengan mengetahui jumlah pelanggan dan posisinya, dapat
ditentukan letak/posisi tapping. Cara menentukan tapping harus menghitung jumlah
Dasar-dasar Pemodelan
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 14
pelanggan yang akan dilayani pada tapping tersebut. Untuk itu jalur jalur pipa dalam
model harus disesuaikan dengan kondisi lapangan yang dapat diperkirakan
kemungkinannya.
Sistem Tapping Pelayanan
Apabila terletak pada pipa dengan sambungan tee juga diambil setengahnya, begitu
pula untuk sambungan pipa cross. Sebagai ilustrasi dapat dijelaskan dalam Gambar
berikut:
Gambar 2.26.
Sistem Tapping untuk Sambungan Tee dan Pipa Bersilangan
Garis arsir merupakan pembebanan tapping dengan diambil setengah jarak antar
tapping. Dari area dalam gambar dapat ditentukan besar tapping, yaitu dari jumlah
pelanggan yang ada pada area tersebut.
Sebagai contoh dalam memodelkan pipa pelayanan di lapangan dengan model tapping
dalam suatu waste district, dapat dilihat contoh pada Gambar berikut:
Dasar-dasar Pemodelan
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 15
Jaringan Pipa Pelayanan pada Sistem Distribusi
Gambar di atas merupakan kondisi lapangan dimana pipa pelayanan yang mengambil
dari pipa sekunder/tersier, jika kita langsung membuat model seperti gambar di atas
akan kesulitan sebab terlalu banyak pemodelan pengambilan air sekaligus kesulitan
dalam memperkirakan kebutuhan air tiap titik. Sehingga dari di atas dibuat pembagian
pelayanan dengan kaidah yang telah disebutkan pemodelan tapping seperti disebutkan
sebelumnya. Kemungkinan pembagian area pelayanan adalah seperti Gambar berikut:
Pembagian Area Pelayanan pada Sistem
0.5
0.9
0.4
0.2
0.3
0.3
0.5 0.3 0.7
0.5 0.3 0.7 0.2
0.7
0.5
0.3
0.5 0.6
0.5 0.6
0.5
0.8
0.8
0.5 0.2 1.0
0.7
0.4
0.7
Dasar-dasar Pemodelan
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 16
6.3
4.8
4.8
Distribusi untuk Pemodelan
Setelah area pelayanan terbentuk maka dapat dibentuk model tapping tapping dalam
Waste District seperti terlihat pada Gambar berikut:
Model Tapping pada Sistem Distribusi
d. Pipa
Untuk membuat model diperlukan informasi data yang akurat mengenai jaringan pipa
yang telah ada, yaitu untuk jenis pipa, diameter, panjang pipa dan minor loses pada
pipa. Untuk jenis pipa dapat dilihat dari angka kekasaran pipa (dalam persamaan Hazen
William dinotasikan lambang C). Data diameter dan jenis pipa ini akan berpengaruh
terhadap headloss yang terjadi sepanjang pipa tersebut. Sedangkan data mengenai
panjang pipa yang menghubungkan antar node berpengaruh terhadap headloss yang
terjadi dalam pipa. Sedangkan data minor loses merupakan data koefisien kehilangan
tekanan akibat aksesoris pipa dan lain-lain.
Kehilangan tekanan minor akibat belokan, percabangan, sambungan dan lain-lain
(aksesoris) dalam hal simulasi umumnya tidak dihitung secara detail, bahkan untuk
beberapa kehilangan tekanan di aksesoris diabaikan karena hf-nya terlalu kecil.
e. Pompa
Data ini memperlihatkan kebutuhan daya pompa agar sistem distribusi dapat berjalan
dengan baik. Data yang dimasukkan pada titik ini akan berpengaruh pada semua
tekanan pada semua node yang ada pada sistem jaringan distribusi. Data yang masuk
dimasukkan berupa head pompa, efisiensi pompa, serta daya pompa.
f. Valve
Data masukan untuk elemen ini berupa jenis valve/katup, besarnya bukaan valve
(status valve). Data masukan tersebut akan berpengaruh terhadap sistem hidrolis dalam
Dasar-dasar Pemodelan
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 17
sistem distribusi. Pengontrolan valve ini disesuaikan dengan kondisi lapangan.
Peletakan valve juga disesuaikan dengan letaknya di lapangan.
g. Pengontrolan/Perintah Pengontrolan
Pengontrolan ini merupakan perintah yang kita berikan pada elemen-elemen dalam
pemodelan jaringan sistem distribusi. Pengontrolan yang dilakukan didasarkan
parameter yang terjadi pada sistem distribusi. Sebagai contoh kita akan memberikan
perintah dalam pemodelan berupa mematikan pompa saat tekanan pada pipa mencapai
10 bar atau mematikan pompa ke tangki setelah level air pada tangki mencapai
ketinggian tertentu dan pompa akan menyala lagi pada ketinggian tertentu.
h. Tipe Simulasi
Salah satu bagian mendasar dalam topologi jaringan yang telah diketahui untuk
perbaikan dan evaluasi model tergantung pada tujuan. Ada dua tipe simulasi dasar yang
sering digunakan, yaitu:
- Steady State Simulation
Perhitungan pemodelan dengan kondisi sistem tetap, baik itu aliran debit,
tekanan, pengoperasian pompa maupun posisi valve. Dimana diasumsikan
batasan kondisi dalam sistem tidak terjadi perubahan terhadap waktu.
- Extended Period Simulation
Perhitungan dalam model yang mempertimbangan perubahan dinamis dalam
sistem pada jangka waktu tertentu.
Tutorial WaterCad
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 0
Pelatihan Analisa Jaringan menggunakan software
EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak
WATERCAD
PDAM Kota Surabaya
PDAM Kabupaten Sidoarjo
PDAM Kabupaten Gresik
PDAM Kota Pasuruan
PDAM Kota Malang
PDAM Kabupaten Malang
Tutorial WaterCad
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 1
Membuat Analisa Jaringan dengan Steady-State Analysis
1. Langkah 1: Membuat File Baru
1. Klik 2 kali icon Bentley WaterCAD V8 XM Edition. Icon ini bisa ditemukan di start menu >>
Program >> Bentley>>WaterCad V8 XM atau pada desktop.
2. Akan muncul dialog box seperti di bawah ini.
3. Klik Create New Project, akan muncul bidang gambar dengan nama untitled1.wtg
4. Sebelum memulai sebuah model, pilih satuan kerja yang akan digunakan. Klik Tools >>
Options >> Units. Pilih apakah akan menggunakan Sistem Internatonal Unit atau United
State Unit. Untuk contoh pada modul ini, pilih satuan kerja Sistem International unit.
5. Klik tab Drawing, anda dapat menentukan apakah akan menggunakan penggambaran
dengan skala (scaled) atau manual (schematic). Penggunaan drawing scaled dapat dilakukan
apabila tersedia peta jaringan dalam file AutoCad, sehingga anda tidak perlu melakukan
input data panjang pipa. Namun apabila peta jaringan tidak tersedia, pilih drawing
schematic, dan anda diharuskan melakukan input data panjang pipa.
Tutorial WaterCad
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 2
6. Klik OK.
7. Klik File > Save As. Untuk menyimpan dan memberi nama model yang akan dibuat. Pada
dialog box, akan muncul folder WaterCad dengan nama file Untitled1. ubah nama file
dengan ESP coba 1 kemudian simpan di folder yang anda inginkan.
8. Klik Save.
Tutorial WaterCad
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 3
2. Langkah 2: Membuat Layout Jaringan
1. Pilih lambang pipa dari Drawing Toolbar.
2. Pindahkan cursor ke bidang gambar dan klik kanan untuk memilih reservoir atau klik
gambar reservoir dari drawing toolbar .
3. Kemudain klik kiri pada bidang gambar untuk menempatkan reservoir.
4. Klik kanan untuk memilih pompa, dan tempatkan di sebelah reservoir
5. Klik kanan, pilih junction dari menu yang muncul kemudian klik kiri untuk menempatkan
J-1.
6. Klik kiri untuk menempatkan junctions J-2, J-3, and J-4. seperti gambar di bawah.
7. Klik di J-1 kemudian klik kanan, pilih done untuk mengakhiri gambar.
8. klik save atau file>>save
Tutorial WaterCad
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 4
3. Langkah 3: Melakukan Input Data
Ada 2 cara untuk melakukan input data:
(1). Melalui dialog box properties, klik kiri 2 kali pada elemen yang akan di input, akan
muncul dialog box properties di sebelah kanan bidang gambar, kemudain input data yang
diinginkan.
Input data reservoir
- klik 2 kali pada elemen reservoir, anda akan melihat dialog box seperti di bawah
- Masukkan angka 198 pada elevation. Elevasi reservoir yang lebih tinggi dari pada
pelayanan akan memberikan Energi/Head, sehingga sistem dapat berjalan secara
gravitasi. Namun apabila posisi Head lebih rendah/sejajar dengan pelayanan, maka
diperlukan pompa sebagai sumber energi.
Input data pompa
- klik 2 kali pada elemen pompa PUMP-1, anda akan melihat dialog box seperti di
bawah
- Masukkan angka 198 pada elevation.
Tutorial WaterCad
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 5
- Klik pada kolom isian Pump Definition, dan pilih Edit Pump Definition, akan keluar
dialog box pump definition seperti dibawah ini.
- Klik New untuk membuat definisi/karakteristik pompa (pump definition)
- Klik kolom isian pump definition type, pilih standard (3 point). Kemudian isikan data
berikut.
- Pindahkan isian Pump Definition dari <None> menjadi Pump Definition-1
Tutorial WaterCad
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 6
- Tutup dialog box
- Pastikan satuan yang anda masukkan sudah benar, anda dapat mengubah satuan kerja
dengan cara klik kanan pada kolom yang akan diubah, pilih unit and formating,
kemudian ubah satuan sesuai dengan yang anda inginkan.
Input data Junction
- Klik pada salah satu elemen junction
- Input data minimal yang harus diisikan pada junction adalah elevation dan Demand
Collection.
- Untuk melakukan input data elevation, klik pada kolom isian elevation, kemudian
masukkan data yang diinginkan.
- Untuk melakukan input data demand collection, klik kolom isian demand collection
(sebelumnnya tertulis collection: 0 items).
- Klik new, kemudian isikan data yang demand (base) yang diinginkan.
Tutorial WaterCad
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 7
- Untuk melakukan input data demand collection, klik pada kolom isian demand
collection (sebelumnnya tertulis collection: 0 items).
- Klik new , kemudian isikan data demand (base) yang diinginkan.
- Perhatikan satuan yang anda gunakan
- Masukkan data-data berikut pada tiap-tiap junction
Label
Elevation
(m)
Demand
(L/s)
J-1 200 0.13
J-2 199 0.3
J-3 200 0.7
J-4 199 0.6
- Tutup dialog box junction properties
Input data Pipa
- Klik 2 kali pada salah satu elemen pipa, akan muncul dialog box Pipe Properties
- Input data minimal yang harus diisikan pada pipa adalah Diameter, Jenis Material,
Koevisien Hazen Williams dan Panjang pipa.
- Klik pada kolom isian Diameter untuk input data diameter pipa.
- Klik pada kolom isian material untuk input jenis pipa.
- Klik pada kolom isian Hazen Williams-C untuk mengisi koefisien kekasaran pipa
- Klik pada Has User Defined Lenght? Kemudian ubah dari False menjadi true, input
data panjang pipa pada baris di bawahnya / lenght (User Defined)
Tutorial WaterCad
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 8
- Input data berikut pada pipa yang telah anda buat.
Label
Diameter
(mm)
Material
Hazen-
Williams C
Length (m)
P-1 75 PVC 120 2
P-2 75 PVC 120 200
P-3 75 PVC 120 500
P-4 75 PVC 120 400
P-5 75 PVC 120 500
P-6 75 PVC 120 400
- Apabila anda memiliki peta AutoCad yang terskala, maka input data panjang pipa
tidak perlu dilakukan, pilih false pada kolom isian Has User Defined Length?, maka
WaterCad akan menghitung panjang pipa secara otomatis mengikuti gambar yang
anda buat.
- Perhatikan satuan yang anda gunakan
Untuk input data pada elemen yang sama, anda tidak perlu menutup dialog box, klik pada
element berikutnya, kemudian lakukan input data pada dialog box yang sama.
(2). Input Data juga dapat dilakukan melalui flex table , namun untuk melakukan hal
tersebut, anda harus mengetahui posisi dan label Element.
Untuk melakukan input data melalui flex table, klik tanda , pilih elemen yang akan
anda input / edit atau klik view>>flex table kemudain klik 2 kali pada element yang akan
anda input/edit. Akan muncul gambar seperti berikut.
Tutorial WaterCad
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 9
Lakukan input data pada kolom isian yang anda inginkan. Kecuali kolom yang berwarna
kuning.
4. Langkah 4: Melakukan Perhitungan/RUN untuk Steady State Analysis
1. Klik untuk membuka dialog box perhitungan/calculation option
2. Klik 2 kali atau klik kanan pada Base Calculation untuk membuka dialog box properties
kemudian pastikan Time Analysis Type di atur pada Steady dy State.
Tutorial WaterCad
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 10
3. Klik Validate , kemudian Klik OK jika muncul tulisan no problems are found.
4. Klik Compute untuk melakukan perhitungan/RUN model.
5. Hasil perhitungan akan muncul pada dialog box.
Warna hijau menandakan tidak ada masalah, warna kuning mengindikasikan ada masalah
namun tidak vital dan warna merah menandakan ada masalah pada model.
6. Setelah perhitungan selesai, akan muncul catatan mengenai hasil perhitungan.
Tutorial WaterCad
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 11
7. Tutup dialog box calculation Summary dan User Notification.
8. Jangan lupa klik save untuk menyimpan model yang telah dibuat.
Tutorial WaterCad
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 12
Membuat Analisa Jaringan dengan Extended Periode Simulation
Bentley WaterCad V8 dapat melakukan analisa hidrolis pada jam-jam tertentu sesuai dengan waktu
yang kita inginkan. Simulasi ini memungkinkan nada menganalisa hidrolis pada jam puncak ataupun
pada jam minimum. Untuk membuat model dengan extended periode diperlukan data Pattern atau
kecenderungan fluktuasi pemakaian air pada periode tertentu selama 1 hari. Sebagai contoh untuk
membuat model Extended periode, kita gunakan model yang telah dibuat sebelumnya.
1. Langkah 1: membuka model/file WaterCad V8 sebelumnya
1. Klik open kemudian pilih file ESP Coba 1.
2. Setelah file sudah dibuka, klik File > Save As.
3. kemudian ganti nama dengan ESP Coba 2.
4. Klik OK.
2. Langkah 2: Membuat Pattern Demand
1. Pattern demand termasuk salah satu input yang dilakukan pada junction, jadi untuk
membuat pattern demand, klik 2 kali salah sat elemen junction untuk memunculkan dialog
box junction properties.
2. Klik kotak pada kolom isian demand collection.
3. Akan muncul demand box dimana pada demand pattern awalnya terisi fixed
4. Klik kotak pada kolom isian yang tertulis fixed untuk memunculkan pattern box
5. Klik new untuk membuat pattern baru, akan muncul pattern dengan nama hydraulic
pattern-1, anda dapat merubah nama pattern sesuai keinginan dengan cara klik pada
tulisan hydraulic pattern-1 ketik nama yang anda inginkan.
Tutorial WaterCad
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 13
6. Biarkan Start Time pada 12:00:00 AM.
7. ketik 0.25 pada Starting Multiplier.
8. Pilih Stepwise pada Pattern Format
9. Masukkan data pattern seperti dibawah ini.
Catatan : Multiplier pada jam pertama dan terakhir harus sama dengan angka yang
dimasukkan dalam Starting Multiplier
Time from
Start (hours)
Multiplier
1 0.25
2 0.37
3 0.45
4 0.64
5 1.15
6 1.4
7 1.75
8 1.5
9 1.42
10 1.38
11 1.27
12 1.2
13 1.4
14 1.17
15 1.18
16 1.22
17 1.31
18 1.5
19 1.25
20 0.98
21 0.62
22 0.45
23 0.37
24 0.25
10. Apabila data di atas telah diinput, maka akan muncul gambar di bawah ini
Tutorial WaterCad
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 14
11. Klik Close.
12. Ubah Pattern demand yang semula fixed menjadi hydroulic pattern-1
13. Tutup demand box
Tutorial WaterCad
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 15
3. Langkah 4: Melakukan Perhitungan/RUN untuk Extended Periode Simulation
1. Klik untuk membuka dialog box perhitungan/calculation option.
2. Klik 2 kali atau klik kanan pada Base Calculation untuk membuka dialog box properties
kemudian pilih EPS pada Time Analysis Type.
3. Klik Validate , kemudian Klik OK jika muncul tulisan no problems are found.
4. Klik Compute untuk melakukan perhitungan/RUN model.
5. Hasil perhitungan akan muncul pada dialog box.
Tutorial WaterCad
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 16
Warna hijau menandakan tidak ada masalah, warna kuning mengindikasikan ada masalah
namun tidak vital dan warna merah menandakan ada masalah pada model.
6. Setelah perhitungan selesai, akan muncul catatan mengenai hasil perhitungan.
7. Tutup dialog box user notification
8. Jangan lupa klik save untuk menyimpan model yang telah dibuat.
9. Untuk melihat hasil perhitungan pada periode tertentu, klik EPS browser , kemudian
klik play, maka simulasi akan memperlihatkan hasil tiap jam.
10. Klik tanda pause apabila anda ingin melihat hasil perhitungan pada jam tertentu.
11. Anda juga dapat melihat hasil perhitungan simulasi pada bidang gambar dengan cara
memunculkan notasi yang akan di lihat. Misalnya ingin melihat hasil perhitungan pressure
pada bidang gambar, maka klik junction pada element symbology.
Tutorial WaterCad
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 17
12. Klik new , pilih new annotation
13. Akan muncul dialog box Annotation Properties, pilih pressure pada Field Name
14. Klik OK
15. Check List pada kotak pressure, dan hilangkan check list pada kotak label untuk
memudahkan melihat angka pressure
Tutorial WaterCad
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 18
16. Anda dapat melihat pressure pada bidang gambar, jalankan EPS browser untuk melihat
perubahan pressure tiap jam pada bidang gambar. Perhatikan gambar di bawah yang
menggambarkan hasil analisa pada jam 7.00 dengan jam 24.00
Untuk lebih memahami penggunaan WaterCad Bentley V8, silahkan kerjakan latihan yang telah
disediakan.
Tutorial Epanet 2.0
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 0
Pelatihan Analisa Jaringan menggunakan software
EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak
WATERCAD
PDAM Kota Surabaya
PDAM Kabupaten Sidoarjo
PDAM Kabupaten Gresik
PDAM Kota Pasuruan
PDAM Kota Malang
PDAM Kabupaten Malang
Tutorial Epanet 2.0
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 1
Membuat Analisa Jaringan dengan Steady-State Analysis
1. Langkah 1: Membuat File Baru
1. Klik 2 kali icon Epanet. Icon ini bisa ditemukan di start menu >> Program >> Epanet 2.0
pada desktop.
2. Akan muncul bidang gambar (network map) dan dialog box browser di sebelah kanan.
3. Sebelum memulai sebuah model, pilih satuan kerja yang akan digunakan. Klik Project >>
Analysis Options. Pilih satuan kerja LPS (liter per detik), maka data input pipa dalam mm,
demand dalam liter per detik dan panjang pipa dalam meter.
4. Klik File > Save As. Untuk menyimpan dan memberi nama model yang akan dibuat. Pada
dialog box, akan muncul nama file *Net. ubah nama file dengan ESP coba 1 kemudian
simpan di folder yang anda inginkan.
Tutorial Epanet 2.0
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 2
5. Klik Save.
2. Langkah 2: Membuat Layout Jaringan
1. Berbeda dengan WaterCad, penggambaran Epanet 2.0 tidak bisa dimulai dari pipa, tapi
harus dimulai dari reservoir atau junction, baru dihubungkan dengan pipa.
2. Klik gambar reservoir yang terdapat pada toolbar di atas, kemudian tempatkan pada
bidang gambar.
3. Klik gambar junction/node yang terdapat pada toolbar di atas, kemudian tempatkan
pada bidang gambar seperti di bawah ini
4. Untuk memunculkan notasi pada bidang gambar, klik View>>option, pilih notation,
kemudian checklist elemen yang ingin dimunculkan.
Tutorial Epanet 2.0
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 3
5. Klik gambar pompa , kemudian klik pada reservoir dan junction 2. Dalam Epanet 2.0,
pompa terbaca sebagai pipa sedangkan reservoir terbaca sebagai junction/node
6. Klik gambar pipa, kemudian hubungkan semua junction/node seperti gambar di bawah ini
7. klik save atau file>>save
3. Langkah 3: Melakukan Input Data
Input data reservoir
- klik 2 kali pada elemen reservoir, anda akan melihat dialog box seperti di bawah
Tutorial Epanet 2.0
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 4
- Masukkan angka 198 pada Total Head. Elevasi reservoir yang lebih tinggi dari pada
pelayanan akan memberikan Energi/Head, sehingga sistem dapat berjalan secara
gravitasi. Namun apabila posisi Head lebih rendah/sejajar dengan pelayanan, maka
diperlukan pompa sebagai sumber energi.
Input data pompa
- klik 2 kali pada elemen pompa, anda akan melihat dialog box seperti di bawah
- Input data yang harus dimasukkan adalah pump curve, untuk itu anda harus membuat
pump curve terlebih dahulu, klik data pada dialog box browser, kemudian pilih
curves.
- Klik tanda add , akan muncul dialog box curve editor, masukkan data pompa
seperti di bawah
Tutorial Epanet 2.0
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 5
- Masukkan Curve ID 1 ke dalam value pump 1, pada dialog box pompa.
Input data Junction
- Klik 2 kali pada junction/node 2.
- Input data minimal yang harus diisikan pada junction adalah elevation dan Base
Demand.
- Masukkan angka 198 pada elevation dan 0 pada base demand
- Perhatikan satuan yang anda gunakan.
- Masukkan data-data berikut pada tiap-tiap junction yang lain
Label
Elevation
(m)
Demand
(L/s)
J-3 200 0.13
J-4 199 0.3
J-5 200 0.7
J-6 199 0.6
- Tutup dialog box junction
Tutorial Epanet 2.0
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 6
Input data Pipa
- Klik 2 kali pada salah satu elemen pipa, akan muncul dialog box Pipe Properties
- Input data minimal yang harus diisikan pada pipa adalah Diameter, Koevisien Hazen
Williams dan Panjang pipa.
- Klik pada kolom isian Diameter untuk input data diameter pipa.
- Klik pada kolom isian Roughness untuk mengisi koefisien kekasaran pipa
- Klik kolom Length untuk input data panjang pipa.
- Input data berikut pada pipa yang telah anda buat.
Label
Diameter
(mm)
Hazen-
Williams C
Length (m)
P-2 75 120 200
P-3 75 120 500
P-4 75 120 400
P-5 75 120 500
P-6 75 120 400
- Perhatikan satuan yang anda gunakan
Untuk input data pada elemen yang sama, anda tidak perlu menutup dialog box, klik pada
element berikutnya, kemudian lakukan input data pada dialog box yang sama.
4. Langkah 4: Melakukan Perhitungan/RUN untuk Steady State Analysis
9. Klik untuk melakukan perhitungan/calculation option
10. Apabila tidak terdapat masalah maka akan muncul tulisan Run Was Successfull, namun
apabila terdapat masalah, maka akan muncul tulisan Run Was UnSuccessfull, untuk
memperbaikinya, baca report kesalahan pada sistem.
Tutorial Epanet 2.0
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 7
11. Untuk menganalisa hasil perhiutungan klik tanda tabel , pilih Network Nodes untuk
menganalisa data output pada node (seperti pressure) dan pilih Network Links untuk
menganalisa data output pada pipa (seperti Velocity).
Tutorial Epanet 2.0
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 8
Membuat Analisa Jaringan dengan Extended Periode Simulation
1. Langkah 1: membuka model/file Epanet sebelumnya
5. Klik open kemudian pilih file ESP Coba 1.NET.
6. Setelah file sudah dibuka, klik File > Save As.
7. kemudian ganti nama dengan ESP Coba 2.
8. Klik OK.
2. Langkah 2: Membuat Pattern Demand
1. Untuk membuat pattern, klik pattern di dialog box browser.
2. Klik add .
3. Akan muncul pattern editor, dengan nomor pattern 1, isikan data berikut, jika benar maka
anda akan memperoleh gambar seperti di bawah.
Time from
Start (hours)
Multiplier
1 0.25
2 0.37
3 0.45
4 0.64
5 1.15
6 1.4
7 1.75
8 1.5
9 1.42
10 1.38
11 1.27
12 1.2
13 1.4
Tutorial Epanet 2.0
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 9
Time from
Start (hours)
Multiplier
14 1.17
15 1.18
16 1.22
17 1.31
18 1.5
19 1.25
20 0.98
21 0.62
22 0.45
23 0.37
24 0.25
4. Klik OK.
5. Tutup demand box
3. Langkah 4: Melakukan Perhitungan/RUN untuk Extended Periode Simulation
1. Klik Data pada dialog browser, kemudian, klik times, akan muncul dialog box time option,
input data total duration dengan angka 24.
Tutorial Epanet 2.0
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 10
2. Untuk melihat perubahan hidrolis tiap jam pada bidang gambar, menculkan terlebih dahulu
nilai pressure pada tiap junction dengan cara klik view>>option>>pilih Notation dan
checklist pada kotak Display Node values.
Tutorial Epanet 2.0
Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 11
3. Klik map pada Dialog box browser, kemudian pilih pressure pada isian Nodes.
4. Klik tanda play, untuk melihat perubahan hidrolis tiap jamnya.
Untuk lebih memahami penggunaan Software Epanet 2.0, silahkan kerjakan latihan yang telah
disediakan.

Anda mungkin juga menyukai