Anda di halaman 1dari 100

BAB II

DASAR TEORI

Teori Aliran Fluida Inkompresibel Dalam Pipa

Massa jenis fluida bervariasi antara satu dengan lainnya. Untuk fluida tertentu,

massa jenis bervariasi terhadap temperatur dan tekanan. Variasi ini sangat terlihat pada
fluida gas. Namun demikian, variasi ini sangat lemah untuk fluida cairan. Suatu fluida
disebut inkompresibel apabila massa jenisnya tidak bervariasi terhadap tekanan. Air adalah
contoh yang paling umum dari fluida inkompresibel.
Analisis aliran dalam pipa terdiri dari beberapa variabel yang saling berhubungan, antara
lain: kerugian energi, laju aliran, dan parameter pipa (ukuran, panjang, jumlah pipa,
sambungan, dan lain-lain). Hal lain yang juga penting adalah evaluasi gaya reaksi akibat
perubahan momentum fluida.

Aliran Laminar dan Turbulen

Sebelum dapat melakukan analisis aliran dalam pipa, harus diketahui terlebih dulu

pola aliran yang terjadi di dalam pipa. Secara garis besar pola aliran dalam pipa terbagi
menjadi tiga, yaitu: laminar, turbulen, dan transisi (antara laminar dan turbulen). Pola aliran
sangat berpengaruh pada sifat dari aliran.
Pada aliran laminar, fluida bergerak secara teratur. Profil kecepatan dari aliran laminar
berupa kurva yang halus. Partikel fluida bergerak sepanjang garis arus tertentu. Hampir
tidak terjadi pencampuran antara garis arus yang satu dengan yang lainnya. Pola aliran ini
disebut laminar karena terlihat seperti gabungan dari lembaran fluida (laminae) yang saling
bergeser.

Aliran turbulen dicirikan oleh kecepatan fluida yang berfluktuasi secara acak dan aliran
yang bercampur pada level makroskopik. Pada aliran turbulen, fluida tidak bergerak pada
suatu garis arus yang halus dan kecepatan fluida berubah secara acak terhadap waktu.
Perbedaan antara aliran laminar dan turbulen pertama kali diklarifikasi oleh Osborne
Reynolds pada tahun 1883. Reynolds melakukan percobaan dengan menyuntikkan zat
pewarna pada air yang mengalir dalam pipa. Pada laju aliran yang rendah, zat pewarna
mengalir secara teratur dan tidak tercampur hingga ke hilir. Pada laju

aliran yang lebih tinggi, zat pewarna tercampur pada seluruh bagian dari pipa. Ilustrasi
percobaan Reynolds dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Percobaan Reynolds

Berdasarkan percobaan dan analisisnya, Reynolds membuat sebuah bilangan tak


berdimensi yang disebut bilangan Reynolds:

R=vD
(2.1)

Dimana adalah massa jenis fluida, v adalah kecepatan rata-rata fluida, D adalah diameter
pipa, dan adalah viskositas kinematik fluida. Sifat aliran dalam pipa bergantung pada
bilangan Reynolds. Untuk aplikasi pada bidang teknik, batas atas aliran laminar biasanya
diambil pada bilangan Reynolds 2300. Apabila bilangan Reynolds lebih dari 4000, maka
aliran dianggap turbulen. Untuk bilangan Reynolds di antara 2300 dan 4000, aliran tidak
dapat diprediksi dan biasanya berubah-ubah sifat antara laminar dan turbulen. Aliran ini
biasa disebut aliran transisi.

Persamaan Aliran Inkompresibel

Energi yang tersimpan dalam sebuah sistem disebut intrinsic energy. Energi ini

terdiri dari lima bentuk, yaitu:

Energi kinetik, adalah energi yang dimiliki oleh massa yang bergerak.

Energi potensial, adalah energi yang dimiliki oleh massa akibat posisinya (biasanya dalam
medan gravitasi).
Energi dalam, adalah energi yang berasal dari struktur dan pergerakan molekul.

Energi kimia, adalah energi yang berhubungan dengan pengaturan molekul (dilepaskan
pada reaksi kimia).

Energi nuklir, adalah energi yang berhubungan dengan struktur atom (dilepaskan hanya

pada reaksi penggabungan).

Pada persoalan aliran, perubahan energi kimia dan nuklir tidak terjadi. Oleh karena itu,
hanya terdapat energi kinetik, energi potensial, dan energi dalam pada sebuah sistem aliran.
Hukum kekekalan energi dalam bentuk laju perubahan energi sistem adalah:

dQ

dW

dE
sys

(2.2)

dt

dt

dt

dimana:

Esys =

v
2

Vsys

(2.3)

u+

2
+ gz dV

Apabila dijabarkan dalam bentuk laju perubahan terhadap waktu, persamaan diatas
menjadi:

&

&

Q W =
d

Vcv

v
2

Acv

v
2

(v

n)dA

u+

+ gz dV +

u+

+ gz

(2.4)

dt

Dalam sebuah sistem volume atur, terdapat beberapa kerja yang terjadi. Ilustrasi dari kerja
yang terjadi pada sistem volume atur dapat dilihat pada Gambar 2.2. Tiga jenis kerja yang
terlihat dalam Gambar 2.2 adalah:

kerja poros (Wshaft), ditransmisikan oleh poros yang berputar;

kerja geser (Wshear), akibat tegangan geser fluida pada bidang batas sistem volume atur;

kerja tekanan (Wpressure), akibat tekanan fluida yang mengalir pada bidang batas sistem
volume atur.

Gambar 2.2 Kerja pada sistem volume atur

10

Kerja geser adalah hasil perkalian tegangan geser, luas bidang geser, dan kecepatan fluida
yang searah gaya geser.

&
shear

Acv

r r

( v )dA

(2.5)
Kerja geser akan selalu ada pada sistem fluida yang bergerak.

Kerja poros adalah hasil perkalian torsi yang dihasilkan poros dengan kecepatan putar
poros.

&
shaft

= T

(2.6)
Pada dasarnya efek yang dirasakan fluida akibat putaran poros atau impeller adalah gaya
geser antara permukaan elemen berputar dan fluida. Oleh karena itu kerja poros dapat
dihitung dengan mengintegrasikan gaya geser.

W&
shaft

A,shaft

r dA

(2.7)
Karena sama-sama berasal dari tegangan geser, maka biasanya kerja poros dan kerja geser
digabung dalam sebuah notasi Ws.

&
s

=W

&
shaft

+W

&
shear

(2.8)
Kerja akibat tekanan fluida terbagi menjadi dua jenis, yaitu: kerja aliran (Wflow) dan kerja
deformasi volume (Wdeformasi). Apabila sistem volume atur dianggap kaku, maka kerja
deformasi tidak terjadi. Kerja aliran dapat didefinisikan sebagai gaya dikalikan laju
pergerakan aliran:

&
flow

= F (Laju pergerakan searah paralel terhadap gaya)

(2.9)
Gaya akibat tekanan adalah fungsi dari tekanan dikalikan luas permukaan tekan:

F = pA
(2.10)
Laju pergerakan fluida pada arah paralel terhadap gaya adalah:

vn = v cos = v n
(2.11)
Maka laju kerja aliran yang terjadi pada bidang A adalah:

&

flow

&

= p (v n)A

flow

= p (v n)A

(2.12)
Seluruh kerja dalam sistem menjadi:

&

=W

&
shaft

+W

&
shear

Acv

p (v n) dA

(2.13)
Apabila disubtitusikan ke persamaan kekekalan energi menjadi:

11

&

&

Q W

Acv

p (vrn) dA =

Vcv

u+

+ gz dV +

Acv

u+

+ gz
(v r
n)dA (2.14)

dt

Pada kasus aliran tunak, d/dt = 0, sehingga persamaan energi menjadi:

&

&

Q W

Acv

v
2

(v

n)dA

u+

+ gz

(2.15)

Pada umumnya diasumsikan bahwa sistem perpipaan memiliki masukan dan keluaran.
Sifat aliran dinggap seragam lokal pada batas masukan dan keluaran. Aliran juga dianggap
searah (one-directional) pada batas masukan dan kaluaran. Oleh karena itu, persamaan
energi dapat disederhanakan menjadi:

&

Q W

&

v
2

(v

n)dA

v
2

(v

n)dA ,

= ( Av
n

)u+

+ gz

( Av
n

)u
+

+ gz

out

in

atau:

v
2

(v

v
2

(v

n)dA (2.16)

&

&

Q W

= m& u +

+ gz

n)dA m& u +

+ gz

out

in

Apabila laju aliran massa yang masuk dianggap sama dengan yang keluar, maka persamaan
menjadi:

p2

v2

&
&
&

&

(2.17)

Q Ws

= m2

u
2

2
+ gz
2

m1

u
1

2
+ gz
1

Jika semua sisi dibagi terhadap laju aliran massa, maka persamaan menjadi:

p2

v2

qw
s

=u
2

+ gz
2

u
1

+ gz

(2.18)

2
1

Pada fluida inkompresibel, kenaikan energi termal tidak menyebabkan kenaikan tekanan
dan potensi fluida untuk melakukan kerja. Oleh karena itu, energi dalam dan perpindahan
panas dapat dianggap tidak berubah dan dapat dihilangkan dari persamaan. Perubahan
energi mekanik menjadi termal hanya dapat terjadi melalui gesekan akibat tegangan geser.
Energi mekanik yang hilang akibat gesekan lebih sering disebut kerugian energi mekanik
(ghL). Oleh karena itu, gaya geser dapat dihilangkan dari persamaan. Dengan adanya
kerugian mekanik, persamaan energi untuk aliran fluida inkompresibel menjadi:

p
2

v
2

v2

w
shaft

+ gz
2

+
1

+ gz

(2.19)

2
1

12

Persamaan ini disebut sebagai persamaan aliran inkompresibel. Apabila kerja poros terjadi
akibat terdapat pompa dan turbin dalam sistem, maka persamaan aliran inkompresibel
menjadi:
p
+
v2
+z
+h

=
p
2

+
v
2

+z

+h
+h

(2.20)

2g

2g

2
t

Kerugian Energi Mekanik

Kerugian energi mekanik dibagi menjadi dua jenis. Jenis yang pertama adalah

kerugian mekanik akibat gesekan pada dinding pipa sepanjang aliran. Kerugian ini disebut
kerugian utama (major loss) atau kerugian gesekan. Kerugian yang kedua diakibatkan oleh
gesekan pada peralatan yang terlibat pada sistem perpipaan selain pipa. Kerugian ini
disebut sebagai kerugian minor (minor loss) atau kerugian lokal.
Berdasarkan berbagai percobaan dan analisis dimensional, kerugian energi bergantung
kepada perbandingan panjang saluran dan diameter saluran, bilangan Reynolds, dan
kekasaran relatif pipa (/D).
gh

vD
L

D
=F

D
ghL

K(loss
coefficient
)=F

=K

v
,R,

2
D

Keru
gian
Akib
at
Gese
kan

dimana:

(2.21)

(2.23)
(2.22)

Pada sistem perpipaan yang panjang, biasanya seluruh aliran dianggap sebagai aliran
berkembang penuh (fully developed). Untuk lairan berkembang penuh, K tidak

bergantung pada D .

K=

F
R,

(2.24)

Parameter tak berdimensi didefinisikan sebagai:

13
f

f=F R,D

Parameter f dikenal sebagai Darcy friction factor atau Moody friction factor.
kerugian mekanik akibat gesekan menjadi:

L v2
2g
hL =

(2.25)

Persamaan
D

(2.26)

Tiap jenis aliran memiliki ketergantungan yang berbeda terhadap Moody friction factor.
Berdasarkan percobaan, didapatkan fakta sebagai berikut:

Untuk aliran dengan bilangan Reynolds yang rendah (laminar), persamaan HagenPoiseuille akurat, dan kekasaran pipa tidak berpengaruh pada f.

Laminar flow: f
=
64
(2.27)

Untuk aliran turbulen penuh atau pipa yang sangat kasar, f konstan untuk bilangan
Reynolds berapapun, sehingga f hanya dipengaruhi leh kekasaran relatif pipa.

Aliran turbulen penuh (pipa kasar):


f
=F

(2.28)

Untuk zona transisi, f bergantung pada bilangan Reynolds dan kekasaran relatif pipa.

Zona transisi:

f
=F

,R
(2.29)

Moody chart digunakan untuk mencari nilai f dengan metode grafis untuk seluruh kondisi
aliran di atas. Moody juga membuat grafik untuk menentukan nilai f berdasarkan jenis pipa
yang digunakan. Kedua jenis grafik dapat dilihat pada lampiran B.

Kerugian Mekanik Lokal

Kerugian mekanik lokal merupakan penyeban kerugian utama pada saluran perpipaan yang
pendek dengan komponen tambahan yang banyak. Komponen tambahan penyebab
kerugian mekanik lokal antara lain:
Transisi untuk menyambung dua pipa yang berbeda ukuran

Elbow untuk mengubah arah aliran

Sambungan T dan lateral untuk membagi atau menggabungkan aliran

Masukan atau keluaran pada kasus dimana saluran setelah masukan atau keluaran dianggap
memiliki panjang yang tak berhingga

14

Seluruh komponen ini memberikan gangguan pada aliran sehingga mengakibatkan


turbulensi. Contoh komponen yang menyebabkan kerugian lokal dapat dilihat pada
Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Komponen penyebab kerugian mekanik lokal

Kerugian lokal dihitung menggunakan persamaan:

h =K
v2
(2.30)

2g

Koefisien kerugian adalah fungsi dari geometri komponen dan bilangan Reynolds aliran.
Karena seluruh komponen mengakibatkan kerugian energi dengan membentuk aliran
turbulen, maka K tidak bergantung pada bilangan Reynolds. Oleh karena itu, K hanya
bergantung pada geometri komponen. Nilai K untuk setiap komponen biasanya tersedia
dalam bentuk tabel atau grafik. Grafik dan tabel untuk menentukan nilai K dapat dilihat
pada Lampiran B.

Penggunaan Pompa Dalam Sistem

Anggap sebuah sistem yang memiliki satu atau lebih pompa beroperasi di

dalamnya. Head yang dihasilkan oleh pompa (hp) tidak selalu tetap. Head pompa
bergantung pada putaran pompa dan laju aliran yang melewati pompa. Karena sebagian
besar pompa digerakkan oleh motor AC yang memiliki kecepatan yang tetap, maka head
pompa disajikan dalam bentuk kurva terhadap laju aliran pada putaran yang tetap. Kurva
ini disebut kurva karakteristik pompa. Kurva ini biasanya diberikan oleh produsen pompa

15

berdasarkan uji coba pompa pada berbagai laju aliran. Contoh kurva karakteristik pompa
diperlihatkan pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Kurva karakeristik pompa, sistem, dan titik operasi

Apabila terdapat sebuah pompa dalam sistem, maka laju aliran yang melawati pompa harus
sama dengan laju aliran yang melewati sistem.

=Q

Q
pump

sys

(2.31)
Dengan demikian, head yang dihasilkan pompa harus sama dengan head yang dibutuhkan
sistem. Head pompa dan head sistem didefinisikan sebagai:
h =
p
p
+
v
2

+z

z+h
(2.32)

sys

2g

1
L

Karakteristik sebuah sistem dapat dilihat pada kurva head sistem. Kurva ini juga biasa
disebut kurva tahanan sistem. Contoh kurva ini dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Head dan laju aliran pompa yang beroperasi pada sebuah sistem ditentukan dari
perpotongan kurva karakteristik pompa dan kurva tahanan sistem. Titik perpotongan ini
disebut titik operasi. Titik operasi dapat ditentukan secara grafis. Apabila persamaan kurva
karakteristik pompa dimiliki, maka titik ini juga dapat ditentukan secara matematis. Contoh
titik operasi dapat dilihat pada Gambar 2.4.

16

Pengenalan Perangkat Lunak FLUENT 6.2

FLUENT adalah program komputer yang digunakan untuk mensimulasikan aliran

fluida dan perpindahan panas. Aliran dan perpindahan panas dari berbagai fluida dapat
disimulasikan pada bentuk/geometri yang rumit. Dengan menggunakan program FLUENT,
dapat diketahui parameter-parameter aliran dan perpindahan panas yang diinginkan.
Distribusi tekanan, kecepatan aliran, laju aliran massa, dan distribusi temperatur dapat
diketahui pada tiap titik yang terdapat dalam sistem yang dianalisa.

Struktur Program

Dalam satu paket program FLUENT terdapat beberapa produk, yaitu:

FLUENT

prePDF, merupakan preprocessor untuk memodelkan pembakaran non-premixed pada


FLUENT.

GAMBIT, merupakan preprocessor untuk memodelkan geometri dan pembentukan mesh.

Tgrid, merupakan preprocessor tambahan yang dapat membuat mesh volume dari mesh
lapisan batas yang sudah ada.
Filter untuk mengimpor mesh permukaan dan volume dari program CAD/CAE seperti

ANSYS, CGNS, I-DEAS, NASTRAN, PATRAN, dll.

Untuk melakukan simulasi aliran, biasanya dilakukan pemodelan geometri dan meshing
dengan menggunakan GAMBIT diikuti dengan simulasi menggunakan FLUENT. Struktur
komponen perangkat lunak FLUENT dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Kemampuan FLUENT

FLUENT memiliki kemampuan pemodelan sebagai berikut:

Aliran 2D, 2D axisymmetric, 2D axisymmetric dengan swirl, dan 3D.

Aliran tunak (steady) ataupun transien.

Aliran fluida kompresibel dan inkompresibel untuk semua daerah kecepatan (subsonik,
supersonik, dan hipersonik).

Aliran invsikos, laminar, dan turbulen.

Perpindahan panas, meliputi konveksi paksa, konveksi bebas, campuran, konjugasi


(padatan/fluida), dan radiasi.

17

Idealnya, FLUENT sangat sesuai untuk mensimulasikan aliran kompresibel maupun


inkompresibel pada geometri yang rumit.

Gambar 2.5 Struktur komponen FLUENT

Graphical User Interface (GUI)

Komponen terpenting dari GUI adalah console (konsol) dan graphics display

window (jendela tampilan grafis). Konsol merupakan jendela utama tempat mengendalikan
dan menampilkan perintah ataupun proses selama mejalankan FLUENT. Pada konsol
terdapat menu-menu utama untuk memberikan perintah, mengatur parameter simulasi, dan
melakukan proses-proses lain. Tampilan konsol dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Tampilan konsol FLUENT

18

Jendela tampilan grafis berfungsi untuk menampilkan hasil simulasi dalam bentuk grafis,
misalnya: kontur kecepatan, kontur tekanan, dan lain-lain. Jendela ini diaktifkan melalui
menu display pada konsol. Contoh jendela tampilan grafis dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Tampilan jendela grafis kontur tekanan

Prosedur Simulasi Aliran

Agar dapat mensimulasikan aliran dengan menggunakan FLUENT, model geometri

harus terlebih dulu dibuat dan berbagai parameter simulasi harus terlebih dulu ditentukan.
GAMBIT berfungsi untuk membuat model geometri, melakukan meshing pada model, dan
mendefinisikan bidang batas pada model. Berbagai parameter pada FLUENT harus
ditentukan sebelum dapat dilakukan iterasi. Parameter yang harus ditentukan antara lain:
formulasi solver, kondisi operasi, model turbulensi, sifat-sifat material, dan kondisi batas.
Secara garis besar, prosedur pemodelan dengan perangkat lunak FLUENT dapat dilihat
pada Gambar 2.8.

Pemodelan Geometri Menggunakan GAMBIT

GAMBIT merupakan singkatan dari Geometry And Mesh Building Intelligent

Toolkit. GAMBIT berfungsi untuk membuat model geometri dan mendefinisikan daerah

19

yang akan dilalui fluida serta melakukan proses meshing pada daerah tersebut. Setelah
semuanya dilakukan, model tersebut siap untuk dianalisis menggunakan FLUENT.

Gambar 2.8 Prosedur pemodelan menggunakan FLUENT

GAMBIT menggunakan Graphical User Interface (GUI) untuk memudahkan pemakainya.


Dengan GUI, perintah masukan dapat diberikan dengan hanya menggunakan mouse.
Tampilan GUI pada GAMBIT terdiri dari beberapa komponen utama, antara lain:

20

Main menu bar, berfungsi untuk memilih menu-menu utama pada GAMBIT. Beberapa hal
yang dapat dilakukan antara lain: membuka atau menyimpan file, mengimpor geometri dari
program lain (ACIS, CATIA, CAD, dll), mengekspor file ke program lain, dan lain-lain.

Graphics window, berfungsi untuk menampilkan geometri model yang sedang dibuat.

Operation toolpad, berfungsi untuk memberikan perintah dalam membuat geometri,


meshing, mendefinisikan zona, dan perintah-perintah operasi yang lain.

Command text box, berfungsi untuk memasukkan perintah diluar perintah yang ada pada
GUI.
Transcript window, berfungsi untuk menampilkan semua perintah dan proses yang
dilakukan selama menggunakan GAMBIT.

Description window, berfungsi untuk memberikan informasi singkat mengenai fungsi


semua tombol GUI dan tampilan pada layar.

Global control, berfungsi untuk mengatur tampilan layar pada GUI.

Tampilan GUI dapat dilihat pada Gambar 2.9.

Main menu bar

Operation toolpad

Transcript window
Description window
Global control

Command text box

Gambar 2.9 GUI pada GAMBIT

21

Membuat Geometri

Geometri dibuat dengan menggunakan operation toolpad geometri pada GUI.

Secara garis besar, geometri pada GAMBIT dapat dibuat dengan dua cara, yaitu:

1. Bottom up

Pembuatan geometri dengan cara ini dimulai dengan membuat geometri yang paling dasar
sampai dengan yang paling rumit. Proses diawali dari pembuatan sebuah titik (vertex).
Gabungan dari beberapa titik kemudian menjadi garis (edge). Beberapa kemudian
digabungkan menjadi bidang (face). Terakhir, dibentuk sebuah volume sebagai kumpulan
dari beberapa bidang.

2. Top-down

Pembuatan geometri dengan cara ini dimulai dengan langsung membuat geometri volume.
Volume dibuat dengan menggunakan perintah bentuk dasar, seperti: kubus, bola, silinder,
dan geometri lainnya. Volume kemudian dimodifikasi dengan perintah-perintah yang ada.

Proses Meshing

Setelah geometri selesai dibuat, perlu dilakukan proses meshing (membagi volume

menjadi bagian-bagian kecil) agar dapat dianalisis pada program CFD. Ukuran mesh yang
terdapat pada suatu obyek akan mempengaruhi ketelitian dan daya komputasi analisis
CFD. Semakin kecil/halus mesh yang dibuat, maka hasil yang didapatkan akan semakin
teliti, namun dibutuhkan daya komputasi yang makin besar.
Konsep pembuatan mesh mirip dengan pembuatan geometri. Pembuatan mesh dapat
dilakukan dengan cara bottom-up atau top-down. Metoda bottom-up dimulai dengan
meshing garis, dilanjutkan dengan bidang, dan diakhiri dengan volume. Pada metode topdown, meshing langsung dilakukan pada volume. Ukuran mesh seragam di semua tempat
pada metode top-down. Oleh karena itu, metode top-down sesuai untuk geometri yang
cukup rumit.

Pada penelitian ini dilakukan meshing dengan metoda top-down, sehingga pembahasan
langsung kepada meshing volume. Mesh pada volume memiliki beberapa bentuk, antara
lain: heksagonal, wedge, dan tetragonal/hybrid. Bentuk heksagonal lebih disukai karena
mengurangi resiko kesalahan dan mengurangi jumlah elemen. Untuk dapat dilakukan
meshing heksagonal, maka terkadang geometri yang rumit harus dipisah-pisah. Apabila
geometri yang ada terlalu rumit, maka GAMBIT akan memilih bentuk tetragonal/hybrid
secara otomatis.

22

Proses meshing dilakukan dengan menekan tombol perintah mesh volume yang ada pada
operation toolpad. Pertama-tama volume yang diinginkan harus dipilih terlebih dahulu.
Kemudian, bentuk yang diinginkan dapat dipilih pada tombol jenis elemen dan tipenya.
Terakhir, harus ditentukan juga ukuran dari mesh yang diinginkan. Jendela perintah
meshing terdapat pada toolpad operasi meshing yang terdapat di pojok kanan atas GUI.

Tipe Batas dan Kontinum.

Untuk simulasi aliran 3D, semua bidang harus ditentukan tipe batasnya. Apabila

tidak ditentukan, maka FLUENT akan mendefinisikan bidang sebagai dinding secara
otomatis. Jika diinginkan, setiap bidang yang penting dapat diberi nama.
Setiap volume (kontinum) yang ada dalam model harus didefinisikan. Jenis kontinum yang
terdapat pada GAMBIT adalah fluida dan padatan. Apabila tidak didefinisikan, secara
otomatis FLUENT akan mendefinisikan kontinum sebagai udara. Jendela perintah definisi
tipe batas dan kontinum terdapat di sebelah toolpad operasi meshing.

Menggunakan FLUENT Untuk Simulasi Aliran Air 3D

Pemilihan Solver

Pada awal menjalankan FLUENT, harus ditentukan solver yang akan digunakan.

Terdapat beberapa pilihan, antara lain: 2 dimensi single precision atau double precision dan
3 dimensi single precision atau double precision. Double precision memiliki tingkat
ketelitian diatas single precision, namun membutuhkan daya komputasi yang lebih besar.
Double precision dibutuhkan untuk simulasi pada geometri yang sangat panjang, dimeter
yang sangat kecil, atau kasus konveksi dengan perbedaan konduktivitas yang tinggi.

Mengimpor Model dan Memeriksa Mesh

Model yang telah dibuat di GAMBIT harus dibuka di FLUENT untuk melakukan

simulasi yang diinginkan. Proses membuka model dapat dilakukan dengan perintah:

File

23

Read

Case

File yang dapat dibuka adalah file dengan ekstensi *.msh dan *.cas. File dengan ekstensi
*.msh adalah file model yang telah di-mesh. File dengan ekstensi *.cas adalah file kasus
berisi model dan berbagai parameter simulasi yang telah ditentukan sebelumnya.

Setelah berhasil membaca file model, mesh yang ada harus dicek terlebih dahulu. Proses
pengecekan dilakukan dengan perintah:

Grid

Check

Apabila tidak terdapat pesan error pada konsol FLUENT atau nilai minimum volume
adalah negatif, maka proses dapat dilanjutkan.

2.2.6.3 Parameter Solver

Pada menu solver terdapat beberapa parameter yang harus ditentukan, yaitu formulasi
solver, ruang model (space), waktu (time), formulasi kecepatan, pilihan gradien (gradient
option), dan formulasi porous. Yang perlu ditentukan untuk simulasi aliran air 3D adalah
formulasi solver dan waktu (time). Parameter lain dapat dibiarkan sesuai default. Gambar
2.10 memperlihatkan menu solver pada FLUENT dan parameter-parameter yang
digunakan pada model.

Gambar 2.10 Pemilihan parameter pada menu solver

Formulasi Solver

FLUENT menyediakan tiga formulasi solver, yaitu:

24

Segregated

Coupled implisit

Coupled eksplisit

Formulasi solver segregated dan coupled mempunyai perbedaan pada cara penyelesaian
persamaan kontinuitas, momentum, dan energi serta persamaan species transport (jika
diperlukan). Solver segregated menyelesaikan persamaan-persamaan yang terlibat secara
bertahap (terpisah antara satu persamaan dengan persamaan yang lain), sementara solver
coupled menyelesaikan semua persamaan secara bersamaan. Kedua formulasi solver
menyelesaikan persamaan untuk besaran-besaran tambahan (misalnya radiasi, turbulensi)
secara bertahap (sequential). Solver coupled implisit dan eksplisit mempunyai perbedaan
pada cara melinearisasi persamaan-persamaan yang akan diselesaikan.

Formulasi solver yang digunakan pada kasus ini adalah segregrated. Pada formulasi ini,
persamaan-persamaan yang digunakan diselesaikan secara bertahap. Oleh karena
persamaan-persamaan yang digunakan dalam model tidak linear, diperlukan beberapa kali
iterasi untuk menyelesaikan setiap persamaan. Tiap iterasi terdiri dari beberapa langkah,
seperti yang terlihat pada Gambar 2.11 dan uraian di bawah ini :

Sifat-sifat fluida diperbarui berdasarkan solusi pada saat itu. Apabila perhitungan baru saja
dimulai, sifat-sifat fluida akan diambil berdasarkan solusi awal.
Persamaan momentum arah sumbu x, y, dan z diselesaikan secara bergantian dengan
menggunakan nilai tekanan dan fluks massa pada saat itu untuk memperbarui medan
kecepatan.
Kecepatan yang diperoleh mungkin tidak memenuhi persamaan momentum lokal, sehingga
diperlukan sebuah persamaan koreksi tekanan yang diturunkan dari persamaan kontinuitas
dan persamaan momentum yang telah dilinearisasi. Persamaan koreksi tekanan kemudian
diselesaikan untuk memperoleh faktor koreksi yang diperlukan sehingga nilai tekanan,
medan kecepatan, dan fluks massa yang diperoleh memenuhi persamaan kontinuitas.
Apabila diperlukan, persamaan untuk skalar seperti turbulensi, energi, species, dan radiasi
diselesaikan menggunakan nilai variabel lain yang telah diperbaharui.
Langkah terakhir adalah pengecekan konvergensi untuk semua persamaan yang digunakan.

25

Waktu (Time)

Pemilihan parameter waktu mengacu pada ketergantungan terhadap waktu. Apabila


simulasi yang dilakukan memiliki ketergantungan terhadap waktu, maka perlu dipilih
simulasi unsteady/transien.

Gambar 2.11 Prosedur iterasi pada formulasi solver segregated

Model Turbulensi

Aliran turbulen dikenali dengan adanya medan kecepatan yang berfluktuasi.

Fluktuasi kecepatan mengakibatkan perubahan berbagai besaran seperti: momentum,


energi, konsentrasi partikel. Perubahan mengakibatkan berbagai besaran ikut berfluktuasi.
Fluktuasi dapat terjadi pada skala kecil dan mempunyai frekuensi yang tinggi, sehingga
terlalu rumit dan berat untuk dihitung secara langsung pada perhitungan teknik praktis
meskipun telah menggunakan komputer yang canggih. Oleh karena itu persamaan yang
berhubungan dapat dirata-ratakan (time-averaged, ensemble-averaged) atau dimanipulasi
untuk menghilangkan fluktuasi skala kecil. Dengan demikian persamaan-persamaan yang
berhubungan dapat lebih mudah untuk dipecahkan. Bagaimanapun juga, pada persamaan
yang telah dimodifikasi terdapat tambahan variabel yang tidak diketahui, dan dibutuhkan
model turbulensi untuk menentukannya.
Secara garis besar, model turbulen dapat didekati dengan menggunakan 2 pendekatan,
yaitu :
1. Berdasarkan Reynolds Averaged-Navier Stokes (RANS)

26

2. Berdasarkan Large Eddy Simulation (LES)

Kedua pendekatan sama-sama memerlukan model dengan besaran yang dirata-ratakan


(time-average, ensemble-average). Pengelompokan model turbulensi dapat dilihat pada
Gambar 2.12.

Gambar 2.12 Pengelompokan model Turbulensi FLUENT

Sampai saat ini, belum ada sebuah model turbulensi yang dapat digunakan untuk
memecahkan semua kasus aliran turbulen dengan baik. Pemilihan model turbulensi

tergantung dari beberapa pertimbangan, antara lain fisik aliran, tingkat akurasi yang
diinginkan, sumber daya komputasi yang tersedia, waktu yang tersedia untuk simulasi.
Model turbulensi Reynolds-Stress atau Large-Eddy Simulation tidak mungkin digunakan
pada simulasi ini, karena memerlukan daya komputasi yang sangat besar, sedangkan
sumber daya komputasi yang tersedia terbatas. Model turbulensi yang mungkin digunakan
adalah Spalart-Allmaras, k , atau k . Model turbulensi yang digunakan pada simulasi
ini adalah k .

Model k-

Model ini merupakan model semi empiris yang dikembangan oleh Launder & Spalding.
Model k- merupakan model turbulensi yang cukup lengkap dengan dua persamaan yang
memungkinkan kecepatan turbulen (turbulent velocity) dan skala panjang (length scales)
ditentukan secara independen. Kestabilan, ekonomis (dari sisi komputasi), dan akurasi
yang memadai untuk berbagai jenis aliran turbulen membuat model k- sering digunakan
pada simulasi aliran fluida dan perpindahan kalor.

27

Kondisi Operasi

Kondisi operasi merupakan salah satu parameter yang harus didefinisikan oleh

pengguna FLUENT. Data yang harus dimasukkan pada kondisi operasi adalah tekanan
udara sekitar dan percepatan gravitasi.

Kondisi Batas

Kondisi batas merupakan data masukan yang sangat penting untuk simulasi aliran

dengan FLUENT. Kondisi batas yang digunakan harus merupakan parameter aliran yang
dapat dipercaya nilainya. Secara garis besar pemodelan saluran terbuka terdiri dari
beberapa kondisi batas, yaitu:

Velocity Inlet

Lokasi kondisi batas ini berada pada sisi masuk daerah saluran. Nilai masukan yang
dibutuhkan adalah kecepatan aliran air, arah aliran, dan sifat turbulensi. Pada kondisi batas
ini, kecepatan masuk aliran akan selalu tetap sepanjang iterasi.

Mass Flow Inlet

Untuk fluida inkompresibel, sebenarnya kondisi batas ini hampir sama dengan velocity
inlet. Laju aliran massa merupakan perkalian antara kecepatan, luas penampang, dan massa
jenis fluida. Pada kondisi batas ini diperlukan nilai masukan berupa laju aliran massa
fluida, tekanan statik gage, arah aliran, dan sifat turbulensi. Laju aliran massa akan selalu
tetap sebesar nilai masukan sepanjang simulasi. Nilai tekanan statik nantinya akan
dikoreksi oleh FLUENT sehingga dapat berbeda dari nilai awalnya. Jendela kondisi batas
Mass Flow Inlet dapat dilihat pada Gambar 2.13.

Pressure Outlet

Kondisi batas ini dipakai pada sisi keluar fluida. Kondisi batas ini dipilih apabila nilai
tekanan statik pada sisis keluaran diketahui atau minimal dapat diperkirakan mendekati
nilai sebenarnya. Pada kondisi batas ini diperlukan nilai masukan berupa tekanan statik,
arah aliran, dan besaran turbulensi. Tekanan statik merupakan acuan pada bidang batas
yang dipilih. Oleh karena itu, nilai tekanan statik akan selalu tetap selama iterasi transient.

28

Gambar 2.13 Jendela perintah kondisi batas Mass Flow Inlet

Pressure Inlet

Nilai tekanan total merupakan acuan pada kondisi batas ini. Tekanan total yang dimaksud
adalah penjumlahan tekanan statik dan tekanan dinamik (faktor kecepatan). Formulasi
tekanan total adalah sebagai berikut:

Dengan menggunakan kondisi batas ini, tekanan total akan memiliki nilai yang tetap
sepanjang simulasi transient. Namun demikian, bagian dari tekanan total (tekanan statik
dan dinamik) dapat berubah sebagai fungsi yang berbanding terbalik antara satu dengan
yang lainnya.

Outflow

Kondisi batas ini digunakan apabila parameter aliran pada keluaran sama sekali tidak
diketahui. Kondisi batas ini hanya dapat digunakan untuk fluida inkompresibel dengan
aliran berkembang penuh (fully developed). Kondisi batas ini tidak dapat digunakan
bersamaan dengan pressure outlet atau pressure inlet.

Wall

Seluruh dinding yang terdapat pada saluran (termasuk katup dan sudu) didefinisikan
sebagai dinding. Tidak ada nilai yang harus dimasukkan pada kondisi batas ini apabila
dinding tidak bergerak terhadap waktu. Namun, apabila dinding bergerak terhadap

29

waktu, maka perlu untuk memasukkan kecepatan putar, sumbu putaran, dan titik asal
putaran.

Continuum

Kontinum (volume yang dilewati aliran) harus didefinisikan. Jenis fluida dari kontinum
dipilih berdasarkan fluida yang mengalir. Untuk kasus kontinum yang berputar terhadap
waktu (misalnya: kasus sliding mesh), maka titik asal putaran, arah putaran, dan besarnya
kecepatan putar merupakan nilai yang harus dimasukkan.

Metode Spesifikasi Aliran Turbulen

Metode spesifikasi aliran turbulen merupakan parameter yang perlu dimasukkan pada
kondisi batas mass flow inlet, velocity inlet, pressure inlet, dan pressure outlet. Metode
spesifikasi aliran turbulen yang biasa digunakan adalah Turbulent Intensity and Hydraulic
Diameter. Intensitas turbulensi dihitung berdasarkan persamaan:

I =1,6 (Re)1/ 8 [%] Sementara itu, diameter hidrolik adalah diameter dari pipa.

Iterasi

Iterasi adalah perhitungan dengan metoda coba-coba yang dilakukan berulang kali.

FLUENT akan memulai perhitungan setelah inisialisasi aliran (fluida mulai dialirkan).
Iterasi akan terus dilakukan hingga hingga tercapai konvergensi atau batas jumlah iterasi
yang ditetapkan.
Konvergen berarti parameter aliran pada batas-batas aliran yang ada sudah mendekati nilai
kondisi batas yang ditetapkan sbelumnya. Skala konvergensi pada FLUENT diterjemahkan
dalam bentuk residual. Default nilai residual maksimum pada FLUENT adalah 0,001.
Nilai residual dapat diubah oleh pengguna. Semakin kecil nilai residual, maka model aliran
akan semakin mendekati keadaan sebenarnya. Akan tetapi jumlah iterasi yang diperlukan
juga semakin banyak.

Jumlah iterasi maksimum ditentukan oleh pengguna. Agar tercapai konvergensi, maka
jumlah iterasi sebaiknya cukup banyak. Apabila telah konvergen, maka FLUENT akan
secara otomatis menghentikan iterasi walaupun jumlah iterasi belum mencapai maksimum.

30

Pendekatan Untuk Zona Bergerak

FLUENT dapat memodelkan aliran yang melibatkan frame referensi dan zona

yang bergerak (moving reference frames & moving cell zones) menggunakan beberapa
pendekatan yang berbeda, yaitu single reference frame, multiple reference frame, sliding
mesh, dan mixing plane. Kasus yang dapat diselesaikan meliputi antara lain :

Aliran pada sebuah frame yang berputar (single rotating frame)

Aliran pada beberapa frame yang berputar/bertranslasi (multiple rotating or translating


reference frames )

Pilihan single rotating frame dapat digunakan untuk memodelkan aliran pada mesin-mesin
turbo, tangki pencampur, dan peralatan lain yang berhubungan. Pada setiap kasus, aliran
yang terjadi adalah aliran transien karena sudu impeler/rotor melewati domain tersebut
secara perodik. Akan tetapi pada kasus ini diasumsikan bahwa aliran tersebut merupakan
aliran tunak (steady), karena bagian dalam dari frame juga ikut berputar relatif terhadap
frame yang bergerak. Hal ini dimaksudkan untuk menyederhanakan analisis. Jika pada
kasus pergerakan frame terdapat bagian yang tidak ikut berputar, maka tidak mungkin
untuk menyederhanakan kasus pergerakan frame yang bersangkutan dengan menggunakan
single rotating reference frame. FLUENT menyediakan beberapa pendekatan untuk
menyelesaikan kasus seperti itu, antara lain:

Model multiple reference frame (MRF)

Model mixing plane

Model sliding mesh

Model MRF dan mixing plane mengasumsikan medan aliran adalah tunak, dengan
pengaruh interaksi komponen bergerak dan komponen statis dihitung berdasarkan rata-rata.
Model MRF dapat digunakan apabila interaksi antara komponen bergerak dan komponen
statis lemah.

Model sliding mesh mengasumsikan medan aliran adalah transien dan merupakan model
yang paling teliti untuk kasus zona yang bergerak. Model ini dipilih apabila terdapat
interaksi yang kuat antara komponen bergerak dengan komponen statis dan diinginkan
simulasi yang lebih akurat. Model ini juga sesuai untuk kasus transient. Tetapi model
sliding mesh membutuhkan daya komputasi yang lebih besar dibandingkan dengan model
MRF karena memerlukan solusi transien.

31

Sliding Mesh

Solusi transien yang didapatkan pada simulasi dengan sliding mesh kebanyakan adalah
periodik terhadap waktu (time-periodic). Dengan demikian , solusi transien berulang
kembali dengan periode tertentu sesuai dengan kecepatan putar zona yang bergerak.
Contoh interaksi antara komponen bergerak dan komponen statis adalah interaksi antara
rotor dan stator. Interaksi ini dapat dilihat pada Gambar 2.14.

Gambar 2.14 Interaksi rotor stator

Pada model sliding mesh, diperlukan perhitungan fluks yang melintas melalui interface
diantara dua zona yang bersebelahan. Untuk menghitung fluks yang melintas, perpotongan
antara dua zona yang bersebelahan perlu ditentukan pada setiap time-step. Prosedur
perpotongan antara dua zona tersebut menghasilkan sebuah zona interior (sebuah zona
dengan fluida dikedua sisinya) dan satu atau lebih zona periodik. Jika kasus tersebut bukan
kasus periodik, akan dihasilkan sebuah zona interior dan sepasang zona wall (zona wall
tidak akan terbentuk apabila kedua zona interface saling berpotongan sepenuhnya), seperti
yang terlihat pada Gambar 2.15.

Gambar 2.15 Zona yang terbentuk pada perpotongan dua zona non-periodik

32

Pada Gambar 2.16, terlihat dua zona interface yang masing-masing terdiri dari bidang A-B
dan B-C, bidang D-E dan E-F. Perpotongan antara kedua zona interface menghasilkan
bidang a-d, d-b, b-e, e-c, dan c-f. Bidang yang terbentuk dimana terjadi overlap antara 2
zona (d-b, b-e, dan e-c) dikelompokkan dan membentuk sebuah zona interior, sedangkan
bidang yang tersisa (a-d and c-f) dipasangkan untuk membentuk zona periodik atau wall.
Untuk menghitung fluks yang melintasi zona interface menuju sel IV, bidang D-E
diabaikan dan digunakan bidang d-b dan b-e yang akan membawa informasi dari sel I dan
III.

Gambar 2.16 Interface pada model sliding mesh

33

Anda mungkin juga menyukai