Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA

FAKULTAS TEKNIK - S1 TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS JEMBER
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Bumi Tegal Boto Jember, Telp. (0331) 484977

BAB II
SALURAN TERTUTUP
2.1 Latar
Belakang

Pipa merupakan saluran tertutup yang biasanya berpenampang


lingkaran yang digunakan untuk mengalirkan fluida dibawah tekanan. Saluran
pipa ini digunakan untuk mengalirkan zat cair dari suatu tempat ke tempat
lain, misalnya : pengaliran air minum dari suatu waduk atau mata air ke
kawasan perkotaan, pengaliran air dari waduk ke turbin pembangkit listrik
tenaga air dan lain sebagainya.
Pada sistem distribusi air minum di daerah perkotaan harus memenuhi
dua faktor penting dalam perencanaan jaringan sistem perpipaan, yaitu :
besarnya debit kebutuhan dan tekanan yang harus diberikan pada sistem
perpipaan tersebut. Disamping itu perlu juga dipertimbangkan besarnya
kehilangan tinggi tekan sepanjang pengaliran. Kehilangan tinggi tekan ini
dibedakan dua macam, yaitu : kehilangan tinggi tekan besar (major losses),
akibat gesekan dan kehilangan tinggi kecil (minor losses), akibat adanya
perubahan penampang, belokan pipa, pemasukan dan lain-lain.
Untuk Mengetahui karakteristik aliran dalam saluran tertutup
(sistem perpipaan) tersebut, maka perlu dilakukan penyelidikan (penelitian) di
laboratorium melalui serangkaian percobaan praktikum.

2.2 Maksud dan Tujuan Percobaan


Maksud dilakukannya percobaan saluran tertutup ini adalah agar
mahasiswa mengetahui secara praktis di lapangan tentang karakteristik aliran
pada saluran tertutup, sebagaimana yang telah diberikan dalam mata kuliah
hidrolika dan mekanika fluida.
Sedangkan, tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Mengetahui dan mengerti cara mengukur debit aliran yang melalui alat
ukur volumetrik.
2. Mengetahui cara perhitungan kecepatan aliran dalam pipa dan kehilangan
tinggi tekan, sehingga mahasiswa mengerti dengan jelas aplikasi

1
KELOMPOK E2
kemiringan garis energy (energy gradient) dan kemiringan garis hidraulik
(hydraulic gradient) baik pada pipa datar maupun pada pipa miring.
3. Mengetahui cara penentuan jenis aliran berdasarkan bilangan Reynold (Re).
4. Menghitung besarnya faktor gesekan f (friction factor) dengan persamaan
Darcy Weisbach dan koefisien Chezy (C), sehingga dapat diketahui
besarnya penyimpangan debit aliran antara metode volumetric dengan
perhitungan dari persamaan Chezy.
5. Mengetahui cara penentuan tebal lapisan aliran air sehingga mengetahui
jenis aliran yang terjadi pada saluran.
6. Dapat membandingkan sifat hidraulik berdasarkan hasil percobaan pada
point 1 sampai dengan point 5 pada saluran tertutup baik untuk kondisi
pipa datar, pipa miring maupun belokan pipa.

2.3 Landasan Teori


2.3.1 Aliran Dalam Pipa
Gerakan air dalam saluran tertutup (aliran pipa) sering terjadi aliran
tunak (steady flow), yaitu suatu aliran yang mana suatu titik tertentu
besarnya tekanan dan kecepatan tidak berubah terhadap waktu.
Berdasarkan cara bergeraknya, aliran tunak dibedakan menjadi :
1. Aliran Laminer
Aliran ini terjadi jika semua partikel zat cair bergerak menurut
lintasan yang sejajar dan tidak ada komponen kecepatan yang
bersilangan.
2. Aliran Turbulen
Aliran ini terjadi jika partikel zat cair bergerak secara tidak
beraturan dan seolah-olah lintasannya berpotongan satu dengan
yang lainnya. Pada pengaliran di dalam saluran tertutup terjadi
aliran turbulen.
Pada tahun 1884 Osborn Reynolds melakukan percobaan untuk
menentukan sifat-sifat aliran laminar dan turbulen. Hasil percobaan
menunjukkan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi keadaan
aliran, yaitu kekentalan zat cair, rapat massa zat cair dan diameter
pipa.
Bilangan Reynold ini ditentukan berdasarkan persamaan berikut ini:
𝜌.𝑉.𝐷 𝑉.𝐷
𝑅𝑒 = atau 𝑅𝑒 =
𝜇 𝑣

Dengan :
Re = Bilangan Reynold
V = Kecepatan Rata-Rata (m/s)
D = Diameter pipa (m)
𝜌 = Rapat massa zat cair (kg/cm3)
𝜇 = Kekentalan dinamis (m2/s)
𝑣 = Kekentalan kinematis (m2/s)
Dari percobaan yang dilakukan untuk aliran air melalui pipa
dapat disimpulkan bahwa pada angka Reynolds rendah gaya kental
dominan sehingga aliran adalah laminar. Dengan bertambahnya
kecepatan atau berkurangnya kekentalan zat cair atau bertambah
besarnya dimensi medan aliran (pipa), akan menyebabkan kondisi
aliran laminar menjadi tidak stabil sampai angka Reynolds tertentu,
aliran akan berubah dari aliran laminar menjadi aliran turbulen.
Dari percobaan ini Reynolds menetapkan klasifikasi aliran
berdasarkan bilangan Reynolds (Re), sebagai berikut:
a.Jika nilai Re ≤ 2000, maka alirannya disebut laminar.
b.Jika nilai Re ≤ 4000, maka alirannya disebut turbulen.
Sedangkan, jika Re antara 2000 sampai 4000,kondisi aliran
sulit diketahui atau dipastikan karena dalam keadaan tersebut terjadi
fase peralihan (transisi). Jadi kemungkinan terjadi laminar atau
turbulen. Akan tetapi batas ini dapat dianggap sebagai turbulen untuk
maksud perhitungan.
2.3.2 Kehilangan Tinggi Tekanan (Loss of Head)
Pada zat cair (yang mempunyai kekentalan), sewaktu mengalir dalam
pipa terjadi gesekan antara zat cair itu sendiri dengan dinding pipa,
sehingga menyebabkan terjadinya kehilangan tinggi energy (loss of
energy). Kehilangan ini tidak hanya disebabkan oleh kondisi di atas,
tetapi juga disebabkan oleh penyempitan pipa, pelebaran, tikungan,
katub dan sebagainya.
Kehilangan tinggi ini diklasifikasikan menjadi :
1. Kehilangan tinggi tekan besar (major losses)
Kehilangan ini terutama disebabkan oleh gesekan (friction) dan
turbulensi cairan. Besarnya kehilangan tinggi ini dinyatakan dalam
beberapa persamaan berikut :
a. Hagen Poiseuille
Persamaan ini digunakan untuk aliran laminer
32. 𝑣. 𝐿. 𝑉
𝐻𝑓
= 𝑔. 𝐷2
Dengan:
Hf = Kehilangan tinggi tekan (m)
L = Panjang pipa (m)
V = Kecepatan rata-rata (m/s)
𝑣 = Kekentalan kinematis (m2/s)
D = Diameter pipa (m)
𝑔 = percepatan grafitasi (m/s2)
b. Darcy-Wiesbach
Persamaan ini dapat digunakan untuk semua jenis aliran.
𝑓. 𝐿. 𝑣2
𝐻𝑓
= 2. 𝑔. 𝐷
Dengan :
Hf = Kehilangan tinggi tekan (m)
𝑓 = Koefisien kekasaran Darcy
L = Panjang pipa (m)
V = Kecepatan rata-rata (m/s)
D = Diameter pipa (m)
𝑔 = percepatan grafitasi (m/s2)
Nilai f ini ditentukan berdasarkan diagram Moody yang
merupakan fungsi diameter dan angka kekasaran mutlak bahan
pipa.
2. Kehilangan tinggi tekan kecil ( minor losses )
Kehilangan tinggi ini disebabkan beberapa hal, antara lain : akibat
lubang pemasukan, penyempitan tiba-tiba, belokan, lubang keluaran
dan sebagainya. Untuk pipa yang mempunyai pnjang lebih dari 1000
kali diameternya, kehilangan tinggi tekan akibat gesekan adalah yang
paling berpengaruh, sehingga kehilangan tinggi kecil (minor losses)
dapat diabaikan. Tetapi untuk pipa pendek (panjang pipa kurang dari
1000 kali diameternya ) kehilangan tinggi kecil (minor losses) harus
diperhitungkan. Persamaan dasar untuk menghitung kehilangan
tinggi tekan kecil (minor losses) adalah sebagai berikut :

𝑣2
𝐻𝐼 = ∝
2. 𝑔
Dengan :
HI = Kehilangan tinggi tekan (m)
∝ = Koefisien kehilangan tinggi tekan
𝑣 = kecepatan aliran (m/s)
𝑔 = percepatan grafitasi (m/s2)

a. Kehilangan Tinggi Akibat Pembesaran Penampang


Pembesaran penampang mendadak dari aliran seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.1 mengakibatkan kenaikan tekanan
dari p1 menjadi p2 dan kecepatan menurun dari V1 menjadi V2.
Pada tempat disekitar pembesaran penampang (1) akan terjadi
olakan dan aliran akan normal kembali mulai dari penampang
(2).
Karena V1 lebih besar maka akan terjadi tumbukan didaerah
antara penampang (1) dan penampang (2). Tekanan di penampang
(2) sebesar p2 sedangkan tekanan rerata di penampang (1) pada
bagian yang tidak efektif (berbentuk cincin) adalh p’ dengan
gaya tekanan sebesar (A2-A1).p’. Persamaan momentum untuk
gaya- gaya yang bekerja pada zat cair antara penampang (1) dan
penampang (2) adalah sebagai berikut :
𝑝1. 𝐴1. 𝑝′(𝐴2 − 𝐴1) − 𝑝2. 𝐴2 = 𝜌. 𝑄. (𝑉2 − 𝑉1)
Persamaan Bernoulli untuk kedua penampang adalah :
𝑝1
𝑉12𝑝2 𝑉22
+ =
𝛾 2𝑔 + + 𝐻𝐼
𝛾 2𝑔
Dari kedua persamaan ini maka akan didapatkan besarnya
kehilangan tinggi adalah :

HI = (1 − 𝐴 2 𝑉12
1 ) . 2𝑔
𝐴
2
b. Kehilangan Tinggi Akibat Pengecilan Penampang
Pada pengecilan penampang secara tiba-tiba (Gambar 2.2),
garis aliran pada bagian hulu dari sambungan akan menguncup
dan akan mengecil pada vena kontrakta. Beberapa percobaan
yang telah dilakukan menunjukkan bahwa luas penampang pada
vena kontrakta sekitar 0,6 A2.

Berdasarkan nilai ini maka kehilangan tinggi dihitung dengan cara


seperti pada pembesaran mendadak,yaitu vena kontrakta ke pipa kecil,
yaitu :

𝐻𝑙 = (1 − 𝐴 2
)2. �𝐶
𝐶 2𝑔
𝐴
2

Dengan AC dan VC adalah luas penampang dan kecepatan pada


vena kontrakta. Karena AC = 0,6 A2 dapat berdasarkan persamaan
kontinuitas di daerah vena kontrakta, maka didapat :
2
𝐻𝑙 = 0,44 . 𝑉2
2𝑔
a. Kehilangan Tinggi Akibat Belokan Pipa
Kehilangan tingggi yang terjadi pada belokan pipa tergantung pada
besarnya sudut belokan pipa. Persamaan dasar kehilangan tinggi pada
belokan pipa adalah sama dengan persamaan kehilangan tinggi akibat
perubahan penampang, yaitu :

𝐻𝑙 = 𝐾𝑏 𝑉12
.
2𝑔
Dengan V1 adalah kecepatan aliaran sebelum belokan dan Kb adalah
koefisien kehilangan tinggi pada belokan. Untuk belokan pipa dengan
sudut belokan sebesar 90, besarnya nilai Kb adalah = 0,98, sedangkan
untuk berbagai sudut belokan pipa (α) besarnya nilai Kb ditunjukkan
pada tabel berikut ini :

Tabel 3.1 Koefisien untuk Berbagai Sudut Belokan Pipa

α 20 40 60 80 90

Kb 0,05 0,14 0,36 0,74 0,98


Sumber : Triatmaja, 1992 : 278

2.3.3 Kemiringan Garis hidrolik dan Kemiringan garis Energi


Persamaan energy pada saluran tertutup (aliran dalam pipa) adalah sebagai
berikut :
𝑝 𝑣2
𝐸=𝑧+ +
𝛾 2𝑔
Dengan :
E = energy total (m)
z = jarak sumbu pipa dengan datum (m)
𝑝
𝛾 = tinggi tekan pisometris (m)
𝑣2
2𝑔 = energy kinetic persatuan berat (m)

Kemiringan garis hidrolik (hydraulic gradient) adalah garis yang


menghubungkan berbagai titik yang ordinat vertikalnya menyatakan tinggi
tekanan yang diukur dari garis pusat pipa (p/), sedangkan kemiringan garis
energy (energy gradient) adalah garis yang menghubungkan berbagai titik
yang ordinat vertikalnya menyatakan jumlah tinggi tekanan dan tinggi
kecepatan air, yang diukur dari garis pusat pipa.
Secara skematis kemiringan garis energi dan kemiringan garis garis
hidolik ditunjukkan pada Gambar 2.3 berikut ini :
Gambar 2.3 Garis Kemiringan Hidrolik dan Kemiringan Energi

2.4 Pelaksanaan Percobaan


2.4.1 Jenis Percobaan
1.Percobaan pipa datar
2.Percobaan pipa miring
3.Percobaan pipa belokan 90°
2.4.2 Peralatan / Instrumen yang diperlukan
1.Pipa datar
2.Pipa miring
3.Pipa belokan 90°
4.Mistar dan roll meter
5.Stopwatch
6.Alat ukur volumetric
7.Jangka sorong
8.Termometer
9.Pompa air
2.5 Tahapan Pelaksanaan Percobaan
2.5.1 Menentukan debit aliran melalui saluran tertutup
a. Mengukur debit aliran saat debit yang keluar melalui saluran
tertutup (pipa) sudah dalam kondisi konstan. Pengukuran debit
aliran dilakukan dengan metode volumetric, yaitu pengukuran
volume aliran yang terjadi untuk satuan waktu tertentu.
Pengukuran waktu pengaliran dilakukan dengan pembacaan
stopwatch
b. Melakukan kegiatan poin a sebanyak 3 kali untuk mendapatkan
nilai yang teliti, kemudian menghitung rata-rata dari
pengukuran tersebut.
2.5.2 Mengukur Diameter Pipa
Diameter pipa diukur dengan menggunakan jangka sorong,
baik untuk diameter dalam maupun luar. Dari pengukuran ini juga
dapat diketahui ketebalan pipa. Sedangkan jarak antar masing-
masing tabung pipa saluran diukur menggunakan roll meter.
2.5.3 Melakukan Pembacaan Muka Air Pada Manometer
Pembacaan dilakukan pada kondisi air tidak mengalir dan
kondisi mengalir. Pada kondisi air mengalir, pembacaan pada
manometer ini dilakukan untuk menentukan tinggi pisometrik
suatu titik pengamatan tertentu. Pada saat pembacaan manometer
ini tidak dibenarkan (diperbolehkan) erjadi gelembung udara baik
pada selang penghubung maupun pada abung manometer. Apabila
terdapat gelembung udara, maka dilakukan pembebasan udara
yang terperangkap dengan cara memutar kran pada papan
manometer.
2.6 Data Hasil Percobaan
2.6.1 Percobaan 1
1. Pengukuran Debit Aliran
Tabel 3.2 Pengukuran debit aliran pada percobaan 1

Volume Pembacaan Debit Aliran


Sample
Air (L) Stopwatch (dtk) (M3/dtk)

1 1.18 20 0.0000590
2 1.16 20 0.0000580
3 1.155 20 0.0000578
Debit Aliran Rata-rata (m3/dtk) 0.0000583

2. Pengukuran Diameter Pipa


Tabel 3.3 Pengukuran diameter pipa
Diameter
Diameter Luar
Manometer Dalam Jarak (cm)
(cm) (cm)
1-2 2.7 2.1 144
2-3 2.1 1.6 19.5
3-4 3.4 2.7 98
4-5 2.1 1.6 59
5-6 2.1 1.6 20
3. Pembacaan Muka Air Pada Manometer
Tabel 3.4 Pembacaan muka air pada manometer percobaan 1
Kondisi Pengaliran
Manometer Keterangan
Tidak Mengalir Mengalir
P1 65 98
M1
P2 64 95
P1 307 338
M2
P2 308 336
P1 83 198
M3
P2 256 187

2.6.2 Percobaan 2
1. Pengukuran Debit Aliran
Tabel 3.5 Pengukuran debit aliran pada percobaan 2
Pembacaan
Volume Debit Aliran
Sample Stopwatch
Air (L) (M3/dtk)
(dtk)
1 2.97 20 0.0001485
2 2.95 20 0.0001475
3 2.8 20 0.0001400
Debit Aliran Rata-rata (m3/dtk) 0.0001453
2. Pengukuran Diameter Pipa
Tabel 3.6 Pengukuran diameter pipa
Diameter
Diameter Luar
Manometer Dalam Jarak (cm)
(mm) (mm)
1-2 2.7 2.1 144
2-3 2.1 1.6 19.5
3-4 3.4 2.7 98
4-5 2.1 1.6 59
5-6 2.1 1.6 20

3. Pembacaan Muka Air pada Manometer


Tabel 3.7 Pembacaan muka air pada manometer percobaan 2
Kondisi Pengaliran
Manometer Keterangan
Tidak Mengalir Mengalir
P1 54 121
M1
P2 55 103
P1 311 351
M2
P2 310 345
P1 86 225
M3
P2 269 146

2.6.3 Percobaan 3
1. Pengukuran Debit Aliran
Tabel 3.8 Pengukuran debit aliran pada percobaan 3
Pembacaan
Volume Debit Aliran
Sample Stopwatch
Air (L) (M3/dtk)
(dtk)
1 3.31 20 0.0001655
2 3.2 20 0.0001600
3 3.2 20 0.0001600
Debit Aliran Rata-rata (m3/dtk) 0.0001618
2. Pengukuran Diameter Pipa
Tabel 3.9 Pengukuran diameter pipa
Diameter
Diameter Luar
Manometer Dalam Jarak (cm)
(mm) (mm)
1-2 2.7 2.1 144
2-3 2.1 1.6 19.5
3-4 3.4 2.7 98
4-5 2.1 1.6 59
5-6 2.1 1.6 20

3. Pembacaan Muka Air pada Manometer


Tabel 3.10 Pembacaan muka air pada manometer percobaan 3
Kondisi Pengaliran
Manometer Keterangan
Tidak Mengalir Mengalir
P1 53 136
M1
P2 54 115
P1 315 378
M2
P2 314 370
P1 98 237
M3
P2 288 140

2.7 Pengolahan Data


2.7.1 Menghitung Debit Aliran pada Suatu Saluran Tertutup
Persamaan untuk menghitung debit dengan metode volumetric adalah :
𝑉
𝑄=
𝑡
Dengan :
Q = Debit aliran pada saluran tertutup (m3/dtk)
V = Volume air yang diukur pada satuan waktu tertentu (m3)
t = Pembacaan interval waktu tertentu (dtk)
Perhitungan :
1. Percobaan
1 Sample 1
:
𝑉
𝑄=
𝑡
1.18 𝑥 10−3
𝑄=
20
𝑄 = 0.0000590 𝑚3/𝑑𝑡𝑘
Sample 2 :
𝑉
𝑄=
𝑡
1.16 𝑥 10−3
𝑄=
20
𝑄 = 0.0000580 𝑚3/𝑑𝑡𝑘
Sample 3 :
𝑉
𝑄=
𝑡
1.155 𝑥 10−3
𝑄=
20
𝑄 = 0.0000578 𝑚3/𝑑𝑡𝑘

Dari ketiga sample didapatkan hasil Q rata- rata yaitu sebesar :


0.0000590 + 0.0000580 + 0.0000578
𝑄=
3
= 0.0000583 𝑚3/𝑑𝑡𝑘
Selanjutnya, perhitungan pada percobaan 2 dan 3 dilakukan
dengan cara yang sama. Perhitungan debit aliran rata-rata pada ketiga
percobaan yang dilakukan pada saluran tertutup ini, ditabulasikan
dalam tabel berikut :
Tabel 3.11 Debit aliran rata rata pada percobaan 1,2 dan 3
NO Percobaan Debit aliran (M3/dt)
1 Percobaan 1 0.0000583
2 Percobaan 2 0.0001453
3 Percobaan 3 0.0001618
4 Percobaan 4 0.0000000

2.7.2 Menghitung Kemiringan Hidrolik (Hydraulic Gradient ) dan


Kemiringan Energi (Energy Gradient)
Persamaan untuk menghitung elevasi garis kemiringan hidrolik adalah
:
𝐻𝑔 = 𝐻1 − 𝐻0
Persamaan untuk menghitung elevasi garis kemiringan energi adalah :

𝑣2
𝐸𝑔 = 𝐻𝑔
+ 2𝑔
Dengan :
Hg = Hydraulic gradient (m)
H1 = Tinggi muka air pada manometer kondisi air mengalir (m)
H0 = Tinggi muka air pada manometer kondisi air tidak mengalir
(m) v = Kecepatan aliran (m/dtk)
g = Percepatan grafitasi (m/dtk2)

Perhitungan :
1. Percobaan 1 Pada P1
 Menghitung elevasi garis kemiringan hidrolik
: Diketahui dari hasil pembacaan manometer :
a. H0 = 65 mm = 0.065 m (Kondisi Tidak Mengalir )
b. H1 = 98 mm = 0.098 m (Kondisi
Mengalir) Maka:
𝐻𝑔 = 𝐻1 − 𝐻0
𝐻𝑔 = 0.098 − 0.065
𝐻𝑔 = 0.033 𝑚
 Menghitung kecepatan aliran
: Diketahui :
Q = 0.0000583 m
Diameter dalam pipa = 0.021 m
Sehingga, Luas penampang pipa (A) = 1 𝑥 3.14 𝑥 0.0212 =
4

0.000347 𝑚 2

Maka, 𝑄 = 𝐴. 𝑣
𝑄
𝑣=
𝐴

0.0000583
𝑣 = 0.000347
𝑣 = 0.16811 𝑚/𝑑𝑡𝑘
 Menghitung elevasi garis kemiringan energi
𝑣
𝐸𝑔 = 𝐻𝑔 + 2
2𝑔
0.16811
𝐸𝑔 = 0.033 + 2
2𝑥9.81

𝐸𝑔 = 0.17162 m
Selanjutnya, perhitungan kemiringan garis hidrolik dan kemiringan
garis energi pada percobaan saluran tertutup seluruhnya ditabulasikan dalam
tabel berikut :
Tabel 2.12 Perhitungan kemiringan garis hidraulik
Percobaan Manometer Ho (m) H1 (m) Hg (m) Q (m³/dt)
1-2 0.065 0.098 0.033 0.0000583
2-3 0.064 0.095 0.031 0.0000583
1 3-4 0.307 0.338 0.031 0.0000583
4-5 0.308 0.336 0.028 0.0000583
5-6 0.083 0.198 0.115 0.0000583
1-2 0.054 0.121 0.067 0.0001453
2-3 0.055 0.103 0.048 0.0001453
2 3-4 0.311 0.351 0.040 0.0001453
4-5 0.31 0.345 0.035 0.0001453
5-6 0.086 0.225 0.139 0.0001453
1-2 0.053 0.136 0.083 0.0001618
2-3 0.054 0.115 0.061 0.0001618
3 3-4 0.315 0.378 0.063 0.0001618
4-5 0.314 0.37 0.056 0.0001618
5-6 0.098 0.237 0.139 0.0001618

Tabel 3.13 Lanjutan perhitungan kemiringan garis hidraulik


D (m) R (m) A (m²) V (m/dt) V²/2g (m) Eg (m)
0.021 0.011 0.000347 0.16811 0.13862 0.17162
0.016 0.008 0.000201 0.28960 0.41136 0.44236
0.027 0.014 0.000573 0.10170 0.05073 0.08173
0.016 0.008 0.000201 0.28960 0.41136 0.43936
0.016 0.008 0.000201 0.28960 0.41136 0.52636
0.021 0.011 0.000347 0.41943 0.86291 0.92991
0.016 0.008 0.000201 0.72254 2.56071 2.60871
0.027 0.014 0.000573 0.25373 0.31578 0.35578
0.016 0.008 0.000201 0.72254 2.56071 2.59571
0.016 0.008 0.000201 0.72254 2.56071 2.69971
0.021 0.011 0.000347 0.46705 1.06996 1.15296
0.016 0.008 0.000201 0.80457 3.17516 3.23616
0.027 0.014 0.000573 0.28254 0.39155 0.45455
0.016 0.008 0.000201 0.80457 3.17516 3.23116
0.016 0.008 0.000201 0.80457 3.17516 3.31416

2.7.3 Menghitung Kehilangan Tinggi Tekan


Persamaan yang digunakan untuk menghitung kehilangan tinggi
tekan adalah sebagai berikut :
𝐻𝑓𝑛 = 𝐸𝑔(𝑛) − 𝐸𝑔(𝑛+1)
Dengan :
Hfn = Kehilangan tinggi tekan di titik n
(m) Eg (n) = Tinggi energi di titik n (m)
Eg (n+1) = Tinggi energi di titik n+1
(m) Perhitungan
1. Percobaan
1 Diketahui
:
Eg 1 = 0.03588 m
Eg 2 = 0.03388 m
Maka :
𝐻𝑓𝑛 = 𝐸𝑔(𝑛) − 𝐸𝑔(𝑛+1)
𝐻𝑓𝑛 = 𝐸𝑔(1) − 𝐸𝑔(2)
𝐻𝑓𝑛 = 0.17162 − 0.44236
𝐻𝑓𝑛 = 0.27074 𝑚
Selanjutnya, perhitungan kehilangan tinggi tekan pada seluruh
percobaan saluran tertutup ini , ditabulasikan dalam tabel berikut :
Tabel 3.14 Perhitungan kehilangan tinggi tekan
Percobaan Hfn Eg (m) Hf (m)
0.27074 0.17162 0.2707
0.36063 0.44236 0.3606
1 0.35763 0.08173 0.3576
0.43936 0.43936 0.0870

1.67880 0.92991 1.6788


2.25293 2.60871 2.2529
2 2.23993 0.35578 2.2399
2.59571 2.59571 0.1040

1.15296 1.15296 2.0832


2.78161 3.23616 2.7816
3 2.77661 0.45455 2.7766
3.23116 3.23116 0.0830
2.7.4 Menentukan Jenis Aliran yang Terjadi
Persamaan yang digunakan sebagai dasar penentuan kondisi aliran
yang terjadi adalah bilangan Reynolds (Re). Persamaannya adalah :
𝑉. 𝐷
𝑅𝑒 =
𝑣
Dengan :
Re = Bilangan Reynold
V = Kecepatan aliran (m/dtk)
D = Diameter dalam pipa (m)
v = Kekentalan kinematis (m/dtk)
Nilai tetapan viskositas kinematis adalah :
Tabel 2.15 Nilai tetapan viskositas kinematis
Suhu (oC) 0 5 10 20 25 30 100
X 10-6 1.794 1.519 1.310 1.010 0.897 0.657 0.300

Klasifikasi jenis aliran menurut bilangan Reynolds adalah :


1. Re < 2000 : aliran laminar
2. 2000 < Re <4000 : aliran transisi
3. Re > 4000 : aliran
turbulen Perhitungan :
1. Pada Pipa Datar 1
Diketahui :

𝑣 = 𝑉1 + 𝑉2 0.16811 + 0.28960
= = 0.228852 𝑚/𝑑𝑡𝑘
2 2
D = 0.021 m
𝑣 = 0.63405 x 10−6 𝑚/𝑠 ( didapatkan dari hasil interpolasi suhu
dengan viscositas kinematis, suhu yang
dihasilkan dari praktikum saluran
tertutup ini adalah sebesar 34.5o C )
Maka :
0.228852 𝑥 0.021
𝑅𝑒 =0.63405 𝑥 10−6
𝑅𝑒 = 7579.68471
Karena Re > 4000, maka aliran termasuk aliran turbulen.

Selanjutnya, perhitungan dalam menentukan jenis aliran pada


percobaan saluran tertutup ini ditabulasikan dalam tabel sebagai berikut
Tabel 2.16 Perhitungan bilangan reynold
Percobaan Pipa V (m/dt) D (m) Re Jenis Aliran hf
1-2 0,228852 0,021 7314,91751 Turbulen 0,27074
2-3 0,195646 0,016 4764,58012 Turbulen 0,36063
1 3-4 0,195646 0,027 8040,22896 Turbulen 0,35763
4-5 0,289595 0,016 7052,54601 Turbulen 0,08700
5-6 0,289595 0,016 7052,54601 Turbulen
1-2 0,570985 0,021 39968,96044 Turbulen 1,67880
2-3 0,488134 0,016 26033,82938 Turbulen 2,25293
2 3-4 0,488134 0,027 43932,08707 Turbulen 2,23993
4-5 0,722538 0,016 38535,35354 Turbulen 0,10400
5-6 0,72254 0,016 38535,35354 Turbulen
1-2 0,635810298 0,021 21058,30180 Turbulen 2,08320
2-3 0,543553218 0,016 13716,34964 Turbulen 2,78161
3 3-4 0,543553218 0,027 23146,34001 Turbulen 2,77661
4-5 0,804569129 0,016 20302,98251 Turbulen 0,08300
5-6 0,80457 0,016 20302,98251 Turbulen

2.7.5 Menentukan Kontrol Debit Aliran


Persamaan yang digunakan untuk control debit aliran adalah :

𝑄 = 𝐴. 𝑉 = 𝐴. 𝐶. √𝑅. 𝑆
8𝑔
𝐶=√
𝑓
𝐿. 𝑉 2
𝑓 = ℎ𝑓.
2𝑔. 𝐷

Dengan :
Q = Debit aliran menurut Chezy (m3/dtk)
A = Luas penampang basah (m2)
C = Koefisien Cheezy
R = Jari-jari Hidrolis (m)
S = Slope/kemiringan garis energy
f = Koefisien gesekan darcy
g = Percepatan grafitasi (m/s2 )
D = Diameter pipa (m)
L = Panjang pipa (m)
V = Kecepatan aliran (m/dtk)
Hf = Kehilangan energi (m)
Perhitungan dalam menentukan kontrol debit aliran pada percobaan
saluran tertutup ini ditabulasikan dalam tabel berikut :
Tabel 2.17 Perhitungan kontrol debit aliran

f
Pipa Hf (m) L (m) D (m) A (m²) v²/2g (m)

1-2 0.2707 1.44 0.02100 0.0003462 0.00266939 0.04956


2-3 0.3606 0.195 0.01600 0.0002010 0.001950927 0.00857
3-4 0.3576 0.98 0.02700 0.0005723 0.001950927 0.02532
4-5 0.0870 0.59 0.01600 0.0002010 0.004274483 0.01371
5-6 0.0000 0.2 0.01600 0.0002010 0.004274483 0.00000
1-2 1.6788 1.44 0.02100 0.0003462 0.016616924 1.91291
2-3 2.2529 0.195 0.01600 0.0002010 0.0121445 0.33346
3-4 2.2399 0.98 0.02700 0.0005723 0.0121445 0.98736
4-5 0.1040 0.59 0.01600 0.0002010 0.026608613 0.10204
5-6 0.0000 0.2 0.01600 0.00020096 0.026608613 0.00000
1-2 2.0832 1.44 0.02100 0.000346185 0.020604217 2.94327
2-3 2.7816 0.195 0.01600 0.00020096 0.015058619 0.51050
3-4 2.7766 0.98 0.02700 0.000572265 0.015058619 1.51762
4-5 0.0830 0.59 0.01600 0.00020096 0.03299345 0.10098
5-6 0.0000 0.2 0.01600 0.00020096 0.03299345 0.00000
Tabel 2.18 Lanjutan perhitungan kontrol debit aliran

C R (m) S Qchezy (m3/dt) Q


KR (%)

39.79473462 0.0052452 0.002 4.46201 x 10-5 0.0000792 0.563206


95.66865865 0.0039964 0.000 6.40305 x 10-12 0.0000393 1.63 x 10-7
55.6685346 0.0067439 0.003 0.000143292 0.0001120 1.279837
75.65054185 0.0039964 0.087 0.000283474 0.0000582 4.870941
0 0.0039964 0.000 0 0.0000582 0
6.40519825 0.0052452 0.019 2.2136x 10-5 0.0001977 0.111987
15.34117512 0.0039964 0.008 1.74319 x 10-5 0.0000981 0.177704
8.915411897 0.0067439 0.005 2.96263 x 10-5 0.0002793 0.106058
27.73228756 0.0039964 0.104 0.000113617 0.0001452 0.782482
0 0.0039964 0.000 0 0.0001452 0
5.163741662 0.0052452 0.022 1.92029 x 10-5 0.0002201 0.087243
12.39885725 0.0039964 0.002 7.04432 x 10-6 0.0001092 0.064489
7.191152463 0.0067439 0.007 2.82748 x 10-5 0.0003111 0.090899
27.87793321 0.0039964 0.083 0.000102033 0.0001617 0.631057
0 0.0039964 0.000 0 0.0001617 0

2.7.6 Menentukan Jenis Saluran


Dalam menentukan jenis saluran digunakan persamaan Prandtl Von
Karman, yaitu :
12. 𝑣
𝛿=
√𝑔.
𝑆. 𝑅
Dengan :
𝛿 = Tebal lapisan
prandtl
v = Kekentalan kinematic (m2 / dtk)
g = percepatan gravitasi (m/dtk2)
S = Kemiringan garis energy
R = Jari-jari hidraulis (m)
Kriteria jenis saluran yaitu :
1. 𝛿/k < 1/6 :Saluran hidraulis kasar
2. 1/6 < 𝛿/k < 4 : Saluran hidraulis transisi
3. 𝛿/k > 4 : Saluran hidraulis halus
Dalam menentukan nilai k digunakan persamaan Colebrook, yaitu :
12 𝐶
𝑘 = 𝑅. 𝑐 − )
( 1018 𝑅
𝑒
Dengan :
C = Koefisien Chezy
Re = Bilangan
Reynolds
Perhitungan dalam menentukan jenis kekasaran hidraulis pada percobaan
saluran tertutup ini, ditabulasikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 3.19 Perhitungan dalam menentukan jenis kekasaran hidraulis

Manometer δ k δ/k Jenis Saluran


1-2 0.000777168 0.911695744 0.000852442 Hidraulis Kasar
2-3 7557.958334 1.954180208 3867.58514 Hidraulis Halus
3-4 0.000559625 1.91881786 0.000291651 Hidraulis Kasar
4-5 0.000134996 1.043961484 0.000129311 Hidraulis Kasar
5-6 0 0.047956364 0 Hidraulis Kasar
1-2 0.000252147 0.031100255 0.008107542 Hidraulis Kasar
2-3 0.000445179 0.118860026 0.003745405 Hidraulis Kasar
3-4 0.000433484 0.097302101 0.004455029 Hidraulis Kasar
4-5 0.00012347 0.152006633 0.00081227 Hidraulis Kasar
5-6 0 0.047956364 0 Hidraulis Kasar
1-2 0.000234325 0.010085136 0.023234689 Hidraulis Kasar
2-3 0.000890358 0.081342106 0.010945843 Hidraulis Kasar
3-4 0.000366361 0.056966764 0.006431128 Hidraulis Kasar
4-5 0.00013821 0.137116663 0.001007976 Hidraulis Kasar
5-6 0 0.047956364 0 Hidraulis Kasar

2.8 Kesimpulan
Dari percobaan saluran tertutup ini dapat disimpulkan bahwa jenis
aliran yang terjadi pada keseluruhan pipa adalah aliran turbulen karena Re
yang dihasilkan seluruhnya bernilai lebih dari 4000, sedangkan jenis
salurannya, dari keseluruh pipa hampir seluruhnya saluran hidraulis kasar,
kecuali pipa 2-3 termasuk saluran hidraulis halus.

Anda mungkin juga menyukai