1.1 Pendahuluan
Pipa merupakan saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran yang digunakan
untuk mengalirkan fluida dibawah tekanan. Saluran pipa ini digunakan untuk mengalirkan
zat cair dari suatu tempat ke tempat yang lain, misalnya : pengaliran air minum suatu waduk
atau mata air ke kawasan perkotaan, pengaliran air dari waduk ke turbin pembangkit listrik
tenaga air dan lain sebagainya.
Pada sistem distribusi air minum di daerah perkotaan harus memenuhi dua faktor penting
dalam perencanaan jaringan sistem perpipaan, yaitu : besarnya debit kebutuhan dan tekanan
yang harus diberikan pada sistem perpipaan tersebut. Disamping itu perlu juga
dipertimbangkan besarnya kehilangan tinggi tekan sepanjang pengaliran. Kehilangan tinggi
tekan ini dibedakan dua macam, yaitu : kehilangan tinggi tekan besar (major losses), akibat
gesekan dan kehilangan tinggi kecil (minor losses), akibat adanya perubahan penampang,
belokan pipa, pemasukan dan lain-lain.
Untuk mengetahui karakteristik aliran dalam saluran tertutup (sistem perpipaan) tersebut,
maka perlu dilakukan penyelidikan (penelitian) di laboratorium melalui serangkaian
percobaan praktikum.
2. Aliran turbulen
Aliran terjadi jika partikel zat cair bergerak secara tidak beraturan dan seolah-olah
lintasannya berpotongan satu dengan yang lainnya.Pada pengaliran di dalam saluran
tertutup terjadi aliran turbulen.
Pada tahun 1884 Osborn Reynolds melakukan percobaan untuk menentukan sifat-
sifat aliran laminar dan turbulen. Hasil percobaan menunjukkan bahwa : ada tiga
factor yang mempengaruhi keadaa aliran, yaitu kekentalan zat cair, rapat massa zat
cair dan diameter pipa.
Bilangan Reynolds ini ditentukan berdasarkan persamaan berikut ini :
ρ .V . D V .D
Re= Re=
μ atau ν
Dengan :
Re = Bilangan Reynold
V = Kecepatan rat-rata (m/dt)
D = Diameter Pipa (m)
ρ = Rapat massa zat cair (kg/cm3)
µ = Kekentalan dinamis (m2/dt)
υ = Kekentalan kinematis (m2/dt)
Dari percobaan yang dilakukan untuk aliran air melalui pipa dapat disimpulkan
bahwa pada angka Reynolds rndah gaya kental dominan sehingga aliran adalah
laminar. Dengan bertambahnya kecepatan atau berkurangnya kekentalan zat cair atau
bertambah besarnya dimensi medan aliran (pipa), akan menyebabkan kondisi aliran
laminer menjadi tidak stabil sampai angka Reynolds tertentu, aliran akan berubah
dari aliran laminer menjadi aliran turbulen. Dari percobaan ini Reynolds menetapkan
klasifikasi aliran berdasarkan bilangan Reynolds (Re), sebagai berikut :
a. Jika nilai Re ≤ 2000, maka alirannya disebut laminer.
b. Jika nilai Re ≥ 4000, maka alirannya disebut turbulen.
Sedangkan jika Re antara 2000 sampai 4000, kondisi aliran sulit diketahui atau
dipastikan karena dalam keadaaan tersebut terjadi fase peralihan (transisi). Jadi
kemungkinan terjadi laminer atau turbulen. Akan tetapi batas ini dapat dianggap
sebagai turbulen untuk maksut perhitungan.
b. Darcy-Weisbach
Persamaan ini dapat digunakan semua jenis aliran.
2
f⋅L⋅V
Hf =
2 g⋅D
MODUL PRAKTIKUM HIDROLIKA
4
PRAKTIKUM HIDROLIKA
S1 TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
Dengan :
Hf = kehilangan tinggi tekan (m)
f = koefisien kekasaran Darcy
L = panjang pipa (m)
V = kecepatan (m/dt)
υ = kekentalan kinematis (m2/dt)
D = diameter pipa (m)
g = percepatan grafitasi (m/dt2)
Nilai f ini ditentukan berdasarkan diagram moody yang merupakan fumgsi
diameter dan angka kekasaran mutlak bahan pipa.
p 1 V 21 p2 V 22
+ = + + hl
γ 2g γ 2g
Dari kedua persamaan ini maka akan didapat besarnya kehilangan tinggi
adalah:
A 1 2 V 21
Hl=(1− ).
A2 2 g