Anda di halaman 1dari 54

196

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap hari kita selalu berhubungan dengan fluida tanpa kita dapat
melihat instalasi perpisahanpada rumah yang kita tempati . fenomena pada
fluida yang dapat kita lihat pada kehidupan sehari hari . Bentukan air antara
pipa ketika kosong di tiup secara tiba tiba pusaran air yang kita lihat ketika
dalam bak mandi di keluarkan melalui lubang pembuangnya . Radiator air
atau uap panas untuk memanaskan rumah atau radiator pendingin dalam
sebuah mobil yang bergantung pada aliran fluida agar dapat memudahkan
panas dengan relaf.

Pada perkembangan dunia industry yang semakin pesat beriringan


dengan masuknya era globalisasi , sangat banyak penemuan penemuan yang
dikembangkan lewat penelitian engineering dengan tujuan menegtahui nilai
bilangan Reynolds suatu fluida dan koefisien gesek dari berbagai jenis pipa.

Di dunia industri banyak sekali menggunakan pipa dalam


melakukan proses produksi misalnya saja pada perusahaan air minum
(PAM) dan perusahaan tambang minyak Negara (PERTAMINA) memiliki
berbagai bentuk penampang dan ukurannya yang banyak digunakan oleh
umum adalah pipa yang berbentuk lingkaran . dan material pipa yang
digunakan bermacam macam , diantaranya pula.

Di dunia ini sebagian besar fluida mengalir pada pipa tertutup .


Masalah utama yang terjadi kerena gesekan sepanjang dinding pipa
terbentuknya turbulensi akibat gesekan yang relatif dalam molekul fluida
yang dipengaruhi oleh viakositas dan terjadinya kerugian tekanan.
197

Fluida yang mengalir dalam saluran atau pipa dalam suatu saluran
memiliki energi , dimana adanya energi yang dimiliki selama pengaliran
cenderung berkurang dan dapat dilihat hilang . Gejala ini disebut kehilangan
energi (energy loss) .

Mengingat banyaknya pemanfaatan pipa dalam kehidupan sehari


hari terutama pada saluran industry dan instalasi air maka serangkaian
percobaan penuh dilakukan untuk meminimalisir kehilangan yang terjadi
pada aliran di dalam pipa serta bagaimana cara memanajemen penataan pipa
agar lebih efektif dan efisien .

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum ini adalah :


1 .Menentukan kehilangan tinggi tekanan (head loss) dan kehilangan
tekan (pressure loss) yang diakibatkan oleh gesekan pipa
2. Menentukan koefisien pengaliran (ed) dengan bilangan Reynolds (Re)
pada aliran yang melalui pipa pengamatan
3. Menentukan hubungan antara H ukur dan H hitung

1.3 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari praktikum ini adalah :


1. Mahasiswa dapat engukur kehilangan energi atau tinggi tekan akibat
gesekan suatu aliran dan pengaruh local pada pipa
2. Mahasiswa dapat mengetahui pengaliran dengan koefisien pengaliran
dan bilangan reynolds yang melalui pipa pengamatan .
3. Praktikan dapat mengetahi hubungan antara H ukur dan H hitung.

BAB II
198

LANDASAN TEORI

2.1 Debit Aliran

Debit aliran atau debit air dipergunakan untuk menghitung


kecepatan aliran pada masing masing pipa eksperimen , dimana rumus debit
aliran dapat dicari dengan menggunakan persamaan Bernoulli .

Q = V.A .............pers (2.1)

A= ............pers (2.2)

Keterangan :

Q = debit aliran (m3/s)

V = kecepatan aliran (m/s)

A = luas penampang (m2)

D = diameter pipa (m)

2.2 Aliran Laminer , Transisi , dan Turbulen

Aliran laminer adalah aliran partikel partikel fluida yang bergerak


dalam lapisan lapisan atau aliran dalam satu lapisan meluncur secara linear .
Dalam aliran laminer ini , viskositas berfungsi untuk meredam kecenderungan
terjadinya gerakan .

Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminer ke


aliran turbulen . Dalam aliran fluida yang mengalir awalnya beralihan laminer
kemudian beralihan turbulen ataupun sebaliknya .

Aliran turbulen di definisikan sebagai aliran yang dimana


pergerakan dari partikel partikel fluida sangat tidak menentu sebagai contoh
aliran air pada bebatuan . kerena mengalami percampuran serta putaran partikel
antara lapisan yang mengakibatkan saling tukar menukar momentum dari suatu
199

bagian fluida ke bagian fluida yang lain dalam skala besar dalam keadaan aliran
fluida turbulen , maka turbulensi yang terjadi dapat mengakibatkan tegangan
geser yang merata di seluruh fluida sehingga menghasilkan kerugian kerugian
.

2.3 Bilangan Reynolds (RE)

Bilangan reynolds adalah suatu bilangan untuk menidentifikasi


percobaan antara aliran laminer maupun aliran turbulen yang didapat dari
suatu percobaan dengan menggunakan macam macam jenis aliran dan macam
macam pipa yang dilakukan oleh Reynolds yaitu

RE = …………….pers (2.3)

RE = …………….pers (2.4)

Keterangan :

RE = bilangan Reynolds

Q = debit aliran (m3/s)

D = diameter pipa (m)

v = kecepatan (m/s)

V = viskositan (m2/s)

Dengan

A= …………..pers (2.5)

Keterangan :

v = kecepatan rata rata (m/s)


200

Q = debit aliran (m3/s)

A = luas penampang (m2)

Untuk membedakan keadaan aliran digunakan bilangan

Reynolds yang merupakan parameter pembanding kecepatan aliran ukuran


yang mewakili diameter yang dilewati aliran fluida terhadap viskositas
kinematic fluida . Bilangan Reynolds membedakan jenis aliran laminar ,
transisi , dan turbulen di lapisan batas atau sekitar benda terendam persamaan
bilangan Reynolds aliran dalam pipa :

RE = ………………..pers (2.6)

Karena p/v : V maka di dapatkan bilangan Reynolds adalah:

RE = ……………….pers (2.7)

Keterangan :

RE = bilangan Reynolds

V = kecepatan aliran (m/s)

M = viskositas kinematic

P = densitas (kg/m2)

p = Massa jenis (kg/m3)

Dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa persamaan


bilangan Reynolds di tentukan dan dibandingkan antara pengamatan dengan
nilai Reynolds untuk mendapatkan aliran laminar , transisi , dan turbulen .

Dilihat dari kecepatan aliran , menurut Reynolds diasumsikan atau


di kategorikan sebagai aliran laminar apabila aliran tersebut mempunyai nilai
bilangan Reynolds kurang dari 2300 . untuk aliran transisi berada pada
201

bilangan Reynolds (RE) 2300 dan bilangan Reynolds 4000 biasa juga disebut
bilangan Reynolds kritis , sedangkan aliran turbulen mempunyai bilangan
Reynolds (RE) yang lebih dari 4000 .

2.4 Persamaan Kontinuitas

Persamaan kontinuitas adalah persamaan yang menghubungkan


kecepatan fluida dalam suatu tempat ke tempat lain .

Garis aliran diartikan sebagai jalur aliran fluida ideal (aliran lunak).

Garis singgung di suatu titik pada garis memberikan kita arah


kecepatan arah fluida . Garis alir tidak terpotong satu sama lain , sedangkan
tabung air adalah kumpulan dari garis garis aliran .

Dalam aliran tabung , fluida masuk , dan keluar melalui mulut


tabung . untuk itu semua fluida tidak boleh dimasukkan dari sisi tabung kerena
dapat menyebabkan aliran tidak lunak lagi . Persamaan tersebut adalah
persamaan kontinuitas kerena sifat fluida yang ineromposible atau massa
jenisnya tetap , maka persamaan itu menjadi

A1-V1 = A2-V2 …………..pers (2.8)

Keterangan :

A1 = luas penampang 1 (m2)

A2 = luas penampang 2 (m2)

V1 = kecepatan fluida 1 (m/s)

V2 = kecepatan fluida 2 (m/s)

Menurut persamaan kontinuitas , perkalian antara luas penampang


dan kecepatan fluida dapat diketahui bahwa setiap titik sepanjang tabung aliran
adalah konstant persamaan diatas menunjukkan bahwa kecepatan fluida
202

berkurang ketika melalui pipa lebar dan bertambah ketika malalui pipa sempit
.

2.5 Koefisien Gesek

Koefisien gesek dipengaruhi oleh kecepatan . Kecepatan pada aliran


fluida dalam pipa sangat dipengaruhi oleh tingkat kekasaran pipa itu sendiri .
semakin besar pipa maka kecepatan aliran akan berkurang sehingga koefisien
gesek yang akan terjadi itu menjadi lebih berat , begitu pula sebaliknya semakin
kecil pipa maka kecepatan aliran akan bertmbah . kerena distribusi kecepatan
pada aliran turbulen dan aliran laminar berbeda , maka koefisien gesek yang
terjadi berbeda pula untuk masing masing jenis aliran .

2.6 Tinggi Tenaga yang Hilang

Dalam pengolahan data percobaan aliran dan tata pipa yang


menggunakan perbandingan teori macam macam kehilangan tenaga . pada zat
cair ideal sewaktu mengalir dalam pipa tidak ada tenaga yang hilang . Tetapi
pada saat cair biasanya mempunyai kekentalan yang terjadi akibat gesekan
antara zat cair dengan zat cair itu sendiri . Sehingga terjadilah kehilangan
tenaga . Kehilangan ini menurut Weisbach berbanding langsung dengan
kecepatan .

2.6.3. Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Gesekan Pada Pipa .

Pada hakikatnya energi dalam saluran terbuka adalah tetap dengan


anggapan bahwa tidak ada energi yang hilang . Akan tetapi keadaan
sebenarnya sulit diperoleh , hal ini disebabkan kerena adanya gesekan
antara air dengan dinding pipa yang menimbukan gaya gesek dan energi
tahanan .

Untuk pipa lurus dengan diameter D yang tetap kehilangan tinggi


tekan akibat gesekan antara aliran dan dinding pipa sepanjang aliran
adalah :
203

hl = f . l . d ………pers (2.9)

keterangan :

hl = koefisien tinggi tekan akibat gesekan

f = koefisien gesekan

d = diameter pipa (m)

l = panjang pipa (m)

v = kecepatan aliran (m/s)

g = percepatan gravitasi (m/s2)

Pada persamaan diatas dapat dikenal dengan nama persamaan


Darey-Weisbach , dimana f adalah konstanta yang tidak berdimensi yang
merupakan fungsi dari bilangan Reynolds (RE) dan aliran kekasaran
permukaan dalam pipa .

2.6.2. Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Perubahan Penampang pipa

(besar kecil )

Kehilangan tenaga disini disebabkan kerena olakan (pusaran) dan


tumbukan . Di pandang suatu pengaliran pada pipa semula menjadi
penampang A1 dengan kecepatan V1 berubah menjadi A2 dengan
kecepatan V2 dimana V2 lebih besar dari V1 .

Q= A1 . V1 = A2 . V2 ……pers (2.10)

Keterangan :

Q=debit aliran (m3/s)


204

A1 = luas penampang 1 (m2)

A2 = luas penampang 2 (m2)

V1 = kecepatan penampang 1 (m/s)

V2 = kecepatan penampang 2 (m/s)

2.6.3. Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Tikungan Pada Pipa 90

Kehilangan tinggi tekan akibat tikungan dibedakan atas dua macam


yaitu : (1) kehilangan tinggi tekan akibat perubahan geometris pipa dan
koefisien kehilangan energy (KS) . (2) kehilangan tinggi tekan akibat
tikungan ¼ lingkaran dengan koefisien .

2.6.4. Perubahan Penampang

Disamping adanya kehilangan energi akibat gesekan terjadi pula


kehilangan energi akibat perubahan penampang tidak menentang
sehingga pada saat keadaan tersebut kehilangan energi akibat perubahan
penampang harus diperhitungkan untuk memperkecil kehilangan energi
akibat perubahan penampang secara berangsur angsur .

Kehilangan energi pada pembesaran penampang terjadi apabila


pembesaran di buat secara berangsur angsur atau perubahan pada besar
sudut Q , rumus kehilangan tinggi tekan tersebut adalah :

ht = h1 B + hf ……….pers (2.12)

keterangan :

ht = kehilangan tinggi total (m)

h1B = kehilangan tinggi akibat perubahan geometris pipa (m)

hf = kehilangan tinggi akibat gesekan pada pipa (m)


205

2.7 Kehilangan Tenaga Sekunder dalam pipa

Disamping adanya kehilangan tenaga akibat gesekan (kehilangan


tenaga primer) , terjadi juga kehilangan tenaga yang disebabkan oleh
perubahan penampang pipa , sambungan , belokan dan aktub (kehilangan
tenaga sekunder) . Pada pipa panjang, kehilangan tenaga primer biasanya jauh
lebih besar daripada kehilangan tenaga sekunder sehingga pada keadaan
tersebut kehilangan tenaga sekunder dapat diabaikan . Pada pipa pendek ,
kehilangan tenaga sekunder harus diperhitungkan . Apabila kehilangan tenaga
kurang dari 5% dari kehilangan tenaga primer maka kehilangan tenaga tersebut
dapat diabaikan . Untuk memperkecil kehilangan tenaga sekunder , perubahan
penampang atau belokan di buat secara berangsur angsur .

2.7.1. Pipa 45

Kehilangan tenaga sekunder dapat di abaikan kerena adanya


perubahan belokan pipa . Besarnya kehilangan energi sekunder dapat
dirumuskan sebagai berikut :

He = …….. …..pers (2.13)

Keterangan :

he = kehilangan energi sekunder (m)

k = koefisien kehilangan energy sekunder

v = kecepatan aliran (m/s)

g = percepatan gravitasi (m/s2)

2.7.2. Pipa T
206

Pipa T adalah jenis fitting 3 lubang berbentuk huruf T digunakan


untuk membuat lubang tegak lurus terhadap pipa utama , dan terdapat
dua tipe umum perpipaan yaitu : (1) strainght tce , memiliki tiga bukaan
dengan ukuran penampang yang sama . (2) Reducing Tce , memiliki
sebuah cabang dengan ukuran penampang yang lebih dari pada pipa
utamanya .

Pada belokan pipa menjadi tekanan yang lebih besar daripada pipa
lurus untuk panjang yang sama . semakin besar pembelokan , tekanan
gaya dapat menyebabkan energy yang di butuhkan untuk mengeluarkan
fluida . Penurunan tekanan yang lebih besar dapat menyebabkan
terjadinya getaran pada instalasi pipa . selain itu , salah satu cara untuk
dapat mengurangi vortex akibat adanya katub , belokan atau sambungan
pipa adalah dengan memasang suatu flow londitoner berupa plat
pertarasi .

2.7.3. Pipa 90

Pipa sudut 90 , sudut belokan angka hambatan untuk pipa licin


bernilai 1,3 dan untuk pipa kasar bernila 127 . sacara umum dikenal dua
macam kehilangan energy , yaitu :

a. kehilangan energy akibat gesekan

Kehilangan energy akibat gesekan di sebut juga kehilangan


energy primer atau major loss . Hal ini terjadi akibat adanya
kekentalan dinding atau batas pipa .

b. kehilangan energy akibat perubahan penampang dan aksesoris

lainnya .

Kehilangan energy akibat perubahan penampang dan aksesoris


lainnya disebut kehilangan energy akibat perubahan penampang dan
juga disebut kehilangan energy sekunder atau minor loss . Misalnya
207

terjadi pada pembesaran tampang ,pengecilan atau memicu akan


adanya kehilangan tenaga yang terjadi pada sambungan atau
tikungan dengan adanya energy sekunder .

2.8 Aplikasi Tata Pipa Dalam Kehidupan Sehari hari


208

Instalasi Pipa pada Tambang Minyak

Gambar 2.1 Instalasi pipa pada tambang minyak


(sumber : www.manadokota.com 2013)

Gambar di atas merupakan instalasi pipa yang berada pada tambang


minyak bumi. Instalasi ini harus diatur dengan baik agar dapat mengalirkan
minyakmentah menuju ke kapal-kapal tangker yang akan di olah oleh tempat
pengolahan minyak. Pipa ini haruslah aman agar tidak terjadi kebocoran yang
dapt mencemari lingkungan.

BAB III
209

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

3.1.1 Waktu

Adapun waktu pelaksanaan praktikum tata pipa dilakukan pada


:

Hari / Tanggal : Kamis ,17 September 2015

Waktu : 13.00 Wita

3.1.2 Tempat

Adapun tempat pelaksanaan praktikum tata pipa


dilaksanakan di Laboratorium keairan , Fakultas Teknik ,
Universitas Halu Oleo Kendari , Sulawesi Tenggara .

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu :


a. Basic hidraulic bench
b. Fluid friction apparatus dengan sirkuit yang terdiri dari
1. Pipa besar kecil (bk)
2. Pipa dengan belokan 90
c. Kanebo
d. Blanko data
e. Stopwatch
f. Velocity meter

3.2.2 Bahan
210

Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah air

3.3 Sketsa Alat Uji

Gambar 3.1 Fluid Friction Apparatus

Keterangan :
1. Rangka pipa baja dengan bantalan pengisap
2. Dinding belakang
3. Keran penghambat aliran fluida
4. Cincin penyambung pipa
5. Pengukur tekanan
211

6. Pengatur sistem pengukuran


7. Pengatur objek aliran
8. Alat pengatur aliran
9. Katup pengalir air
10. Selang

3.4 Prosedur Percobaan


3.4.1 Pipa besar kecil
Adapun prosedur percobaan pada pipa besar kecil adalah:
a. Menyiapkan alat fluid friction apparatus dan meletakkannya diatas
alat bench
b. Menghubungkan selang bench ke pipa pada alat fluid friction
apparatus
c. Menyiapkan atau menyalakan alat bench dengan memutar katub
emergency dan menekan tombol on pada power yang terdapat pada
bench .
d. Setelah bench menyala , buka katub air pada bench secara perlahan
hingga air dapat mengalir ke alat fluid friction apparatus .
e. Menormalkan selang dengan mengalirkan katub air hingga aliran air
dalam selang bebas dari gelembung udara .
f. Membuka katub yang ada pada pipa yang akan diamati yaitu pipa
besar kecil .
g. Menormalkan ketinggian air pada masing masing manometer dengan
membuka dan menutup katub pengukur
h. Mengcatat tinggi tekanan pada manometer .
i. Mencatat waktu saat volume mencapai 10 liter .
j. Mengukur temperature air menggunakan velocity meter
k. Mengulangi langkah 7 dan 8
l. Mencatat waktu saat volume air mencapai 15 dan 20 liter
m. Mengurangi volume aliran air yang masuk dengan menutup secra
perlahan katub dan hentikan saat terjadi perbedaan tekanan
manometer
n. Mengukur panjang pipa pada pipa besar kecil

3.4.2 Pipa Belokan 90o


212

Adapun prosedur percobaan pada pipa beloakan 90 adalah:


a. Menyiapkan alat fluid friction apparatus dan meletakkannya diatas
alat bench
b. Menghubungkan selang bench ke pipa pada alat fluid friction
apparatus
c. Menyiapkan atau menyalakan alat bench dengan memutar katub
emergency dan menekan tombol on pada power yang terdapat pada
bench .
d. Setelah bench menyala , buka katub air pada bench secara perlahan
hingga air dapat mengalir ke alat fluid friction apparatus .
e. Menormalkan selang dengan mengalirkan katub air hingga aliran air
dalam selang bebas dari gelembung udara .
f. Membuka katub yang ada pada pipa yang akan diamati yaitu pipa
besar kecil .
g. Menormalkan ketinggian air pada masing masing manometer dengan
membuka dan menutup katub pengukur
h. Mengcatat tinggi tekanan pada manometer .
i. Mencatat waktu saat volume mencapai 10 liter .
j. Mengukur temperature air menggunakan velocity meter
k. Mengulangi langkah 7 dan 8
l. Mencatat waktu saat volume air mencapai 15 dan 20 liter
m. Mengurangi volume aliran air yang masuk dengan menutup secra
perlahan katub dan hentikan saat terjadi perbedaan tekanan
manometer
n. Mengukur panjang pipa pada pipa besar kecil

BAB IV
213

ANALISA DATA

4.1 Tabel Data Pengamatan

4.1.1 Tabel Data Pengamatan Pipa Besar Kecil


Tabel 4.1 Data Pengamatan Pipa Besar Kecil

N Volum Wakt Pembacaan Temperat


o. e u Manometer ur
(ºC)
H2 H2
O O
NO NO
1 2

1. 34.48
2. 10 33.77 44. 32.
5 5
3. 34.05

1. 41.92
25.8
2. 15 41.98 53. 39.
0 0
3. 40.10

1. 56.35
2. 20 56.32 71. 53.
5 5
3. 54.90

Sumber : hasil pengamatan pipa besar kecil.2015


214

4.1.2 Tabel Data Pengamatan Pipa 90º


Tabel 4.2 Data Pengamatan Pipa 90º

No. Volume Waktu Pembacaan Temperatur


Manometer
(m3) (s) (ºC)
H2O H2O
NO1 NO2

1. 33,33
2. 10 32,63 45,5 35,0
3. 33,04

1. 45,35
25,8
2. 15 45,13 53,5 43,5
3. 43,39

1. 55,73
2. 20 55,78 64,5 50,5
3. 55,66

Sumber : hasil pengamatan pada pipa 90º.2015

4.2 Analisa Perhitungan


4.2.1 Analisa Perhitungan Pipa BK
Dik : B0 = 25 ºC
B = 25,8 ºC
B1 = 26 ºC
Dit : x = ....?
Penye :
T (ºC) µ (m2/s)
25 0,894 x 10-6
25,8 X
26 0,875 x 10-6
215

Untuk volume 0,01 m3


a. Perhitungan waktu rata – rata ( )
Dik : t1 = 34,48 s
t2 = 33,77 s
t3 = 34,05 s

Dit : = ....... ?
Penye:
=

=
= 34,1 s

b. Perhitungan debit
Dik : V = 0,01 m3
= 34,1 s

Dit : = ....... ?
Penye:
Q =

=0,0002933 m3/s

c. Perhitungan kecepatan (v)


Dik : Q = 0,0002933 m3/s
d = 0,017 s
216

Dit : v= ....... ?
Penye:
v =

=1,292 m/s

d. Perhitungan beda tinggi (Hukur)

Dik : h sebelum = 0,0445 m


h sesudah = 0,0325 m

Dit : Hukur = ....... ?


Penye:
Hukur = h sebelum - h sesudah

= 0,0445 - 0,0324
= 0,012 m

e. Menentukan beda tinggi (Hhitung)

Dik : h sebelum = 0,0445 m


h sesudah = 0,0325 m
k = 0,98
g = 9,81 m/s2

Dit : hhitung sebelum = ....... ?


hhitung sesudah = ....... ?
Penye:
h =k.

untuk v pada hsebelum

hsebelum =k .
217

0,0445 = 0,98 .

v =

= 0,944 m/s
Maka :

h = k.

= 0,98.

= 0,0445 m

untuk v pada hsesudah

hsesudah =k .

0,0325 = 0,98 .

v =

= 0,807 m/s
Maka :

h = k.

= 0,98.

= 0,0325 m

f. Bilangan Reynolds (Re)

Dik : v = 1,292 m/s


D = 0,017 m
= 8,79 10-7
218

Dit : Re = ....... ?

Penye:
Re =

Re =

=
= 25005,58

g. Koefisien Geser (f)

Dik : Re = 25005,58
Dit : f = ....... ?
Penye:
f =

= 0,0251

h. Perhitungan head loss


Dik : = 0,0251
L = 0,15 m
v = 1,292 m/s
d = 0,017 m
g = 9,81 m/s2

Dit : hv = ....... ?
Penye:
hv = .

= .

= 1,817 m
219

i. Perhitungan Pressure Loss (Pv)

Dik : = 0,0251
L = 0,15 m
v = 1,292 m/s
d = 0,017 m
= 1000 kg/m3
Dit : Pv = ....... ?
Penye:
Pv = .

= .

= N/m2

Untuk volume 0,015 m3


a. Perhitungan waktu rata – rata ( )
Dik : t1 = 41,92 s
t2 = 41,98 s
t3 = 40,1 s

Dit : = ....... ?
Penye:
=

=
= 41,33 s

b. Perhitungan debit (Q)


Dik : V = 0,015 m3
= 41,33 s

Dit : Q = ....... ?
Penye:
Q =
220

=0,0003629 m3/s

c. Perhitungan kecepatan (v)


Dik : Q = 0,0003629 m3/s
d = 0,017 s

Dit : v= ....... ?
Penye:
v =

=1,599 m/s

d. Perhitungan beda tinggi (Hukur)

Dik : h sebelum = 0,053 m


h sesudah = 0,039 m

Dit : Hukur = ....... ?


Penye:
Hukur = h sebelum - h sesudah

= 0,053 - 0,039
= 0,014 m

e. Menentukan beda tinggi (Hhitung)

Dik : h sebelum = 0,053 m


h sesudah = 0,039 m
k = 0,98
g = 9,81 m/s2
221

Dit : hhitung sebelum = ....... ?


hhitung sesudah = ....... ?
Penye:
h =k.

untuk v pada hsebelum

hsebelum =k .

0,053 = 0,98 .

v =

= 1,030 m/s
Maka :

h = k.

= 0,98.

= 0,053 m

untuk v pada hsesudah

hsesudah =k .

0,039 = 0,98 .

v =

= 0,884 m/s
Maka :

h = k.
222

= 0,98 .

= 0,039 m

f. Bilangan Reynolds (Re)

Dik : v = 1,599 m/s


D = 0,017 m
= 8,79. 10-7 m/s2

Dit : Re = ....... ?

Penye:
Re =

=
= 30944,41

g. Koefisien Geser (f)

Dik : Re = 30944,41
Dit : f = ....... ?
Penye:
f =

= 0,0238

h. Perhitungan head loss


Dik : = 0,0238
L = 0,15 m
v = 1,596 m/s
d = 0,017 m
g = 9,81 m/s2
223

Dit : hv = ....... ?
Penye:
hv = .

= .

= 2,638 m

i. Perhitungan Pressure Loss (Pv)

Dik : = 0,0238
L = 0,15 m
v = 1,596 m/s
d = 0,017 m
= 1000 kg/m3
Dit : Pv = ....... ?
Penye:
Pv = .

= .

= N/m2

Untuk volume 0,02 m3


a. Perhitungan waktu rata – rata ( )
Dik : t1 = 56,35 s
t2 = 56,32 s
t3 = 54,9 s

Dit : = ....... ?
Penye:
=

=
224

= 55,85 s

b. Perhitungan debit (Q)


Dik : V = 0,02 m3
= 55,85 s

Dit : Q = ....... ?
Penye:
Q =

=0,0003581 m3/s

c. Perhitungan kecepatan (v)


Dik : Q = 0,0003581 m3/s
d = 0,017 m

Dit : v= ....... ?
Penye:
v =

=1,578 m/s

d. Perhitungan beda tinggi (Hukur)

Dik : h sebelum = 0,0715 m


h sesudah = 0,0535 m

Dit : Hukur = ....... ?


Penye:
225

Hukur = h sebelum - h sesudah

= 0,0715 - 0,0535
= 0,0180 m

e. Menentukan beda tinggi (Hhitung)

Dik : h sebelum = 0,0715 m


h sesudah = 0,0535 m
k = 0,98
g = 9,81 m/s2

Dit : hhitung sebelum = ....... ?


hhitung sesudah = ....... ?
Penye:
h =k.

untuk v pada hsebelum

hsebelum =k .

0,0715 = 0,98 .

v =

= 1,196 m/s
Maka :

h = k.

= 0,98 .

= 0,0715 m
226

untuk v pada hsesudah

hsesudah =k .

0,0535 = 0,98 .

v =

= 1,035 m/s
Maka :

h = k.

= 0,98

= 0,0535 m

f. Bilangan Reynolds (Re)

Dik : v = 1,578 m/s


D = 0,017 m
= 8,79. 10-7

Dit : Re = ....... ?

Penye:
Re =

=
= 30531,37

g. Koefisien Geser (f)

Dik : Re = 30531,37
227

Dit : f = ....... ?
Penye:
f =

= 0,0239

h. Perhitungan head loss


Dik : = 0,0239
L = 0,15 m
v = 1,578 m/s
d = 0,017 m
g = 9,81 m/s2

Dit : hv = ....... ?
Penye:
hv = .

= .

= 2,577 m

i. Perhitungan Pressure Loss (Pv)

Dik : = 0,0239
L = 0,15 m
v = 1,578 m/s
d = 0,017 m
= 1000 kg/m3
Dit : Pv = ....... ?
Penye:
Pv = .

= .
228

= N/m2
4.2.2 Analisa Perhitungan Pipa 90°
Untuk volume 0,01 m3
a. Perhitungan waktu rata – rata ( )
Dik : t1 = 33,33 s
t2 = 34,63 s
t3 = 33,04 s

Dit : = ....... ?
Penye:
=

=
= 33 s

b. Perhitungan debit
Dik : V = 0,01 m3
= 33 s

Dit : = ....... ?
Penye:
Q =

=0,0003030 m3/s

c. Perhitungan kecepatan (v)


Dik : Q = 0,0003030 m3/s
d = 0,017 m

Dit : v = ....... ?
Penye:
v =
229

= 1,336 m/s

d. Perhitungan beda tinggi (Hukur)

Dik : h sebelum = 0,046 m


h sesudah = 0,040 m

Dit : Hukur = ....... ?


Penye:
Hukur = h sebelum - h sesudah

= 0,046 - 0,040
= 0,0105 m

e. Menentukan beda tinggi (Hhitung)

Dik : h sebelum = 0,046 m


h sesudah = 0,040 m
k = 0,98
g = 9,81 m/s2

Dit : hhitung sebelum = ....... ?


hhitung sesudah = ....... ?
Penye:
h =k.

untuk v pada hsebelum

hsebelum =k .

0,046 = 0,98 .

v =
230

= 0,954 m/s
Maka :

h = k.

= 0,98 .

= 0,046 m

untuk v pada hsesudah

hsesudah =k .

0,040 = 0,98.

v =

= 0,837 m/s
Maka :

h = k.

= 0,98 .

= 0,040 m

f. Bilangan Reynolds (Re)

Dik : v = 1,336 m/s


D = 0,017 m
= 8,79. 10-7

Dit : Re = ....... ?
231

Penye:
Re =

=
= 25819,1

g. Koefisien Geser (f)

Dik : Re = 25819,1
Dit : f = ....... ?
Penye:
f =

= 0,02492

h. Perhitungan head loss


Dik : = 0,02492
L = 0,14 m
v = 1,336 m/s
d = 0,017 m
g = 9,81 m/s2

Dit : hv = ....... ?
Penye:
hv = .

= .

= 1,7963 m

i. Perhitungan Pressure Loss (Pv)


232

Dik : = 0,02493
L = 0,14 m
v = 1,336 m/s
d = 0,017 m
= 1000 kg/m3
Dit : Pv = ....... ?
Penye:
Pv = .

= .

= N/m2

Untuk volume 0,015 m3


a. Perhitungan waktu rata – rata ( )
Dik : t1 = 45,35 s
t2 = 45.13 s
t3 = 43,99 s

Dit : = ....... ?

Penye:
=

=
= 44,82 s

b. Perhitungan debit (Q)


Dik : V = 0,015 m3
= 44,82 s

Dit : Q = ....... ?
Penye:
Q =
233

=0,0003346 m3/s

c. Perhitungan kecepatan (v)


Dik : Q = 0,0003346 m3/s
d = 0,017 s

Dit : v = ....... ?
Penye:
v =

=1,475 m/s

d. Perhitungan beda tinggi (Hukur)

Dik : h sebelum = 0,053 m


h sesudah = 0,043 m

Dit : Hukur = ....... ?


Penye:
Hukur = h sebelum - h sesudah

= 0,053 - 0,043
= 0,010 m

e. Menentukan beda tinggi (Hhitung)

Dik : h sebelum = 0,053 m


h sesudah = 0,043 m
k = 0,98
g = 9,81 m/s2

Dit : hhitung sebelum = ....... ?


hhitung sesudah = ....... ?
234

Penye:
h =k.

untuk v pada hsebelum

hsebelum =k .

0,053 = 0,98 .

v =

= 1,035 m/s

Maka :

h = k.

= 0,98 .

= 0,053 m

untuk v pada hsesudah

hsesudah =k .

0,043 = 0,98 .

v =

= 0,933 m/s
Maka :

h = k.

= 0,98 .
235

= 0,043 m

f. Bilangan Reynolds (Re)

Dik : v = 1,475 m/s


D = 0,017 m
= 8,79 . 10-7 m /s

Dit : Re = ....... ?

Penye:
Re =

=
= 28535,04

g. Koefisien Geser (f)

Dik : Re = 28535,04
Dit : f = ....... ?
Penye:
f =

= 0,02431

h. Perhitungan head loss


Dik : = 0,02431
L = 0,14 m
v = 1,475 m/s
d = 0,017 m
g = 9,81 m/s2
236

Dit : hv = ....... ?
Penye:
hv = .

= .

= 2,137 m

i. Perhitungan Pressure Loss (Pv)

Dik : = 0,02431
L = 0,14 m
v = 1,475 m/s
d = 0,017 m
= 1000 kg/m3
Dit : Pv = ....... ?
Penye:
Pv = .

= .

= N/m2

Untuk volume 0,02 m3


a. Perhitungan waktu rata – rata ( )
Dik : t1 = 55,72 s
t2 = 55,78 s
t3 = 55,66 s

Dit : = ....... ?
Penye:
=

=
= 55,72 s
237

b. Perhitungan debit (Q)


Dik : V = 0,02 m3
= 55,72 s

Dit : Q = ....... ?

Penye:
Q =

=0,0003589 m3/s

c. Perhitungan kecepatan (v)


Dik : Q = 0,0003589 m3/s
d = 0,017 m

Dit : v= ....... ?
Penye:
v =

= 1,582 m/s

d. Perhitungan beda tinggi (Hukur)

Dik : h sebelum = 0,0645 m


h sesudah = 0,0505 m

Dit : Hukur = ....... ?


Penye:
Hukur = h sebelum - h sesudah
238

= 0,0645 - 0,0505
= 0,0140 m

e. Menentukan beda tinggi (Hhitung)

Dik : h sebelum = 0,0645 m


h sesudah = 0,0505 m
k = 0,98
g = 9,81 m/s2

Dit : hhitung sebelum = ....... ?


hhitung sesudah = ....... ?
Penye:
h =k.

untuk v pada hsebelum

hsebelum =k .

0,0645 = 0,98 .

v =

= 1,136 m/s

Maka :

h = k.

= 0,98 .

= 0,0645 m

untuk v pada hsesudah

hsesudah =k .
239

0,0505 = 0,98 .

v =

= 1,006 m/s
Maka :
h = k.

= 0,98 .

= 0,0505 m

f. Bilangan Reynolds (Re)

Dik : v = 1,582 m/s


d = 0,017 m
= 8,79 . 10-7

Dit : Re = ....... ?

Penye:
Re =

=
= 32132,82

g. Koefisien Geser (f)

Dik : Re = 32132,82
Dit : f = ....... ?
Penye:
f =

=
240

= 0,0236
h. Perhitungan head loss
Dik : = 0,0236
L = 0,14 m
v = 1,582 m/s
d = 0,017 m
g = 9,81 m/s2

Dit : hv = ....... ?
Penye:
hv = .

= .

= 2,386 m

i. Perhitungan Pressure Loss (Pv)

Dik : = 0,0236
L = 0,14 m
v = 1,582 m/s
d = 0,017 m
= 1000 kg/m3
Dit : Pv = ....... ?
Penye:
Pv = .

= .

= N/m2
241

4.3 Analisa Grafik


4.3.1 Grafik hubungan antara kecepatan dan head loss pada pipa
besar kecil

V (m/s) Hv (m)
1.2440 1.6993
1.5996 2.6386
1.578 2.5773

Gambar 4.1 Grafik hubungan antara kecepatan dan head loss


pada pipa besar kecil
242

4.3.2 Grafik hubungan antara kecepatan dan pressure loss pada


pipa besar kecil

V (m/s) Pv (m)
1.2440 172.4851
1.5996 267.8283
1.5783 261.6036

Gambar 4.1 Grafik hubungan antara kecepatan dan pressure


loss pada pipa besar kecil
243

4.3.3 Grafik hubungan antara kecepatan dan head loss pada pipa
90o

V (m/s) Hv (m)
1.336 1.796
1.475 2.137
1.582 2.416

Gambar 4.1 Grafik hubungan antara kecepatan dan head loss


pada pipa 90o
244

4.3.4 Grafik hubungan antara kecepatan dan pressure loss pada


pipa 90o

V (m/s) Pv (m)
1.336 183.107
1.475 217.837
1.582 246.230

Gambar 4.1 Grafik hubungan antara kecepatan dan pressure


loss pada pipa 90o
245

Tabel 4.3 Rekapitulasi analisa data pipa BK


Pembacaan v pada Hhitung
Volume Waktu Manometer T t rata- Q v (m/s) µ hv pv
No. Hukur Re f
(m3) (s) H2 O H2O (ᵒC) rata (m3/s) (m/s) (m2/s) (m) (m)
vsebelum vsesudah
NO1 NO2

2,933 x 10-4
34.48

25005.6

185.245
0.0251

1.817
1 0.01 33.77 44.5 32.5 34.1 1.292 0.012 0.944 0.807

34.05

3.629 x 10-4
41.92

8,79x10-7

268.968
309941

0.0238

2.638
2 0.015 41.98 53 39 25.8 41.33 1.599 0.04 1.03 0.884

40.1
3.581 x 10-4
56.35

30531.4

262.717
0.0239

2.577
3 0.02 56.32 71.5 53.5 55.85 1.578 0.98 1.196 1.035

64.9
Sumber : hasil perhitungan analisa data pipa BK
246

Tabel 4.4 Rekapitulasi analisa data pipa 90º


Pembacaan v pada Hhitung
Q
Volume Waktu Manometer T v (m/s) µ hv pv
No t rata-rata Hukur Re f
(m3) (s) H2O H2O (ᵒC) (m/s) v v (m2/s) (m) (m)
(m3/s)
NO1 NO2 sebelum sesudah

33.33

3.030 x 10-4

25839.1

0.02492

183.107
1.796
1 0.01 32.63 45.5 35 33 1.336 0.0105 0.954 0.837

33.04

45.35

3.346 x 10-4

8,79 x 10-7

0.02431

217.837
28535

2.137
2 0.015 45.23 53.5 43.5 25.8 44.82 1.475 0.01 1.035 0.933

43.99

53.73

3.589 x 10-4

32132.8

243.248
0.0236

2.386
3 0.02 55.78 64.4 50.5 55.72 1.582 0.014 1.136 1.006

55.66
Sumber : hasil analisa data pipa 90º
247

4.4 Pembahasan
Percobaan ini dinamakan tata pipa , bertujuan untuk (1) menentukan
Kehilangan tekanan diakibatkan pengaruh gesekan pada pipa ,(2)
Menentukan koefisien pengalir dan koefisien pengaliran dan bilangan
Reynolds yang melalui pipa pengamatan , (3) Mengetahui hubungan antara
H ukur dan H hitung .

Dalam percobaan ini terdapat 2 jenis bentuk pipa yang diamati yaitu
pipa besar kecil dan pipa 90 .

Pada pipa besar kecil dengan diameter 0,017 m dilakukan pada tiga
volume yaitu 0,01 m3 , 0,015 m3 , 0,02 m3 . Pada volume yaitu 0,01 m dan
waktu rata rata 33 s menunjukkan pembacaan manometer H2O NO1 =0,045
DanH2O NO2= 0,035 m dengan suhu 25,8 sehingga debit air yang
dihasilkan sebesar 0,0003030 dan kecepatan aliran 1,336 m/s , beda tinggi
masing masing 0,046 m dan 0,04 m , bilangan Reynolds yang dihasilkan
25839,1 dengan koefisien gesek 0,0249 , pressure loss 183,107 , head loss
1,796 . perhitungan pada volume 0,015 dan 0,02 m3 pada pipa besar kecil
dapat dilihat pada tabel rekapitulasi analisa data .
Untuk pipa 90 dengan diameter 0,017 m dan l = 0,014 m dilakukan
tiga volume yaitu 0,01 m3 , 0,015 m3 ,dan 0,02 m3 . Pada volume 0,01 m3
dan waktu rata rata 33 s , kecepatan = 1,336 m/s , beda tinggi masing masng
0,046 dan 0,04 m , koefisien geser 0,0249 , head loss 1,796 dan pressure
loss =183,107 . perhitungan volume 0,015 dan 0,02 m3 pada pipa 90 dapat
dilihat pada tabel rekapitulasi pada analisa data .

Berdasarkan grafik terlihat bahwa antara kecepatan dan head loss


berbanding lurus , semakin tinggi nilai kecepatan , maka head loss pada
saluram akan semakin besar . sebaliknya semakin rendah kecepatan aliran
maka head loss yang terjadi semakin sedikit .
248

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah


sebagai berikut :

1. Kehilangan tenaga karena gesekan antara zat cair dengan pipa ,


berbanding lurus dengan kecepatan alirannya . Semakin besar kecepatan
aliran maka kehilangan tenaga (head loss) akan semakin besar .

a. Pada pipa Besar kecil


Untuk volume 0,01 m3 dengan kecepatan V = 1,292 m/s , terjadi head
loss sebesar 1,817 m dan pressure loss sebesar .
Untuk volume 0,015 m3 dengan kecepatan V = 1,599 m/s , terjadi head
loss sebesar 2,638 m dan pressure loss 268,968 pa.
Untuk volume 0,02 m3 dengan kecepatan V = 1,578 m/s , terjadi head
loss sebesar 2,577 m dan pressure loss 262,717 pa .

b. Pada pipa belokan 90


Untuk volume 0,01 m3 dengan kecepatan 1,336 m/s terjadi head loss
sebesar 1,796 m dan pressure loss 183,107 pa .
Untuk volume 0,015 m3 dengan kecepatan 1,475 m/s terjadi head
loss sebesar 2,137 m dan pressure loss 217,837 pa ,
Untuk volume 0,02 m3 dengan kecepatan 1,582 m/s terjadi head loss
sebesar 2,386 m dan pressure loss 243,248 pa

2. Semakin besar nilai bilangan Reynolds maka nilai koefisien gesek semakin
kecil hal ini berarti bahwa bilangan Reynolds berbanding terbalik dengan
nilai koefisien gesek .
249

a. Pada pipa Besar kecil


Untuk volume 0,01 m3 dengan re 25005,59 di dapat f = 0,0251
Untuk volume 0,015 m3 dengan re 30944,41 di dapat f = 0,0238
Untuk volume 0,02 m3 dengan re 30531,37 di dapat f = 0,0239

b. Pada pipa Belokan 90


Untuk volume 0,01 m3 dengan re 25839,1di dapat f = 0,0249
Untuk volume 0,015 m3 dengan re 28535,04 di dapat f = 0,0243
Untuk volume 0,02 m3 dengan re 32132,82 di dapat f = 0,0239

3. Hasil pembacaan pada H ukur sebelum dan H ukur sesudah akan sama
dengan H hitung sebelum dan sesudah . H ukur merupakan selisih
pembacaan manometer sebelum dan sesudah sedangkan H hitung
dipengaruhi oleh kecepatan dan koefisien gesek

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan adalah sebaiknya pengadaan
modul praktikum diadakan untuk menunjang proses praktikum yang di
laksanakan dan praktikan dapat mempelajari prosedur percobaan terlebih
dahulu sebelum praktikum di mulai .

Anda mungkin juga menyukai