DISUSUN OLEH:
Adi Kuswara (119170001)
Rene Hario Galih (119170006)
Rahmat Ervan Nurhuda (119170008)
Dwi Andrianto (119170010)
Angga Jihan Pratama (119170020)
Muhammad Naufal Ammar (119170026)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat melihat penerapan dari prinsip
Bernoulli yaitu seperti pada pengaliran asap gas sisa pembakaran pabrik melalui
cerobong asap, karburator mobil dan alat semprot serangga. Asas Bernoulli juga
dapat digunakan untuk menganalisis pernerbangan pesawat, pembangkit listrik
tenaga air system perpipaan dan lain-lain.
Fluida baik gas maupun cairan, akan bergerak dari daerah bertekanan tinggi
ke tekanan rendah. Fluida ini mempunyai kecepatan tertentu ketika bergerak.
Berdasarkan prinsip Bernoulli, tekanan fluida juga bisa berubah-ubah tergantung
laju aliran fluida tersebut. Hubungan antara tekanan, laju aliran dan ketinggian
aliran dapat diperoleh dengan persamaan Bernoulli.
Pada persamaan Bernoulli terdapat dua bentuk persamaan yang pertama yaitu
berlaku untuk aliran tak-termampatkan dan yang lainnya adalah untuk fluida
termampatkan. Pada praktikum yang akan dilakukan kali ini bertujuan untuk
mengukur debit aliran air pada hydraulic bench Menganalisa perubahan tekanan
pada venturimeter dan mengaikatnnya dengan persamaan Bernoulli
B. Tujuan Praktikum
1. Adapun tujuan praktikum pada modul Hydraulic Bench:
a) Mengetahui komponen-komponen dan fungsi dari mesin Hydraulic
Bench.
b) Dapat mengoprasikan mesin Hydraulic Bench.
c) Dapat mengukur debit aliran air pada Hydraulic Bench.
2. Adapun tujuan praktikum pada modul Eksperimen Teorema Bernoulli
a) Dapat mengoprasikan mesin/alat Bernoulli.
b) Menganalisa perubahan tekanan pada Venturimeter dan mengaitkannya
dengan persamaan Bernoulli.
c) Mengamati perubahan tekanan pada pipa konvergen-divergen.
d) Menentukan besarnya coefficient of discharge (C).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Fluida
Fluida merupakan suatu zat/bahan yang dalam keadaan setimbang tak dapat
menahan gaya atau tegangan geser (shear force). Dapat pula didefinisikan
sebagai zat yang dapat mengalir bila ada perbedaan tekanan dan atau tinggi.
Suatu sifat dasar fluida nyata, yaitu tahanan terhadap aliran yang diukur sebagai
tegangan geser yang terjadi pada bidang geser yang dikenai tegangan tersebut
adalah viskositas atau kekentalan/kerapatan zat fluida tersebut. Berdasarkan
wujudnya, fluida dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu:
1. Fluida gas, merupakan fluida dengan partikel yang renggang dimana gaya
tarik antara molekul sejenis relatif lemah dan sangat ringan sehingga dapat
melayang dengan bebas serta volumenya tidak menentu.
2. Fluida cair, merupakan fluida dengan partikel yang rapat dimana gaya tarik
antara molekul sejenisnya sangat kuat dan mempunyai permukaan bebas
serta cenderung untuk mempertahankan volumenya.
3. Untuk fluida gas sifat aliran dianggap laminer, sedangkan untuk fluida cair
dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu :
a) Aliran laminer, merupakan aliran dimana fluida dianggap mengalir pada
aliran lorong besar, Re > 4000, aliran bercampur dari lapisan ke lapisan,
bahkan seperti bergulung-gulung.
ρVD
ℜ=
μ
Keterangan:
V = Viskositas kinematik
µ = Viskosotas dinamis
D = Diameter
ρ = Densitas Fluida
Re = Reynolds Number
Dimana V adalah kecepatan rata-rata di dalam pipa. Artinya, aliran di
dalam sebuah pipa adalah laminar, transisi atau turbulen jika bilangan
Reynoldsnya "cukup kecil", "sedang" atau "cukup besar". Bukan hanya
kecepatan fluida yang menentukan sifat aliran, namun kerapatan, viskositas dan
diameter pipa juga sama pentingnya. Parameter-parameter ini menghasilkan
bilangan Reynolds. Perbedaan antara aliran pipa laminar dan turbulen dan
ketergantungannya terhadap sebuah besaran tak berdimensi yang sesuai pertama
kali ditunjukkan oleh Osborne Reynolds pada tahun 1883.
Kisaran bilangan Reynolds di mana akan diperoleh aliran pipa yang laminar,
transisi atau turbulen tidak dapat ditentukan dengan tepat. Transisi yang aktual
dari aliran laminar ke turbulen mungkin berlangsung pada berbagai bilangan
Reynolds, tergantung pada berapa besar afiran terganggu oleh getaran pipa,
kekasaran dari daerah masuk, dan hal-hal sejenis, lainnya. (Hariyono, Rubiono,
& Mujianto, 2016)
C. Saluran Terbuka
Saluran terbuka adalah saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan
bebas. Pada semua titik di sepanjang saluran tekanan di permukaan air adalah
sama, yang biasanya berupa tekanan atmosfir. Pengaliran melalui suatu pipa
yang tidak penuh masih ada muka air bebas termasuk aliran melalui saluran
terbuka. Oleh karena aliran melalui saluran terbuka harus mempunyai muka air
bebas, maka aliran ini biasanya berhubungan dengan zat cair dan umumnya
adalah air. Menurut Chow (1992:17) saluran yang mengalirkan air dengan suatu
permukaan bebas disebut saluran terbuka. Menurut asalnya saluran dapat
digolongkan menjadi saluran alam (natural) dan saluran buatan (artificial).
Saluran alam meliputi semua alur air yang terdapat secara alamiah di bumi, mulai
dari anak selokan kecil di pegunungan, selokan kecil, sungai kecil dan sungai
besar sampai ke muara sungai. Saluran terbuka menurut Triatmodjo (1996:103)
adalah saluran dimana air mengalir dengan muka air bebas. Pada saluran terbuka,
misalnya sungai (saluran alam), variabel aliran sangat tidak teratur terhadap
ruang dan waktu. Variabel tersebut adalah tampang lintang saluran, kekasaran
dasr, belokan, debit aliran dan sebagainya. Tipe aliran saluran terbuka menurut
Triatmdojo (1996:104) adalah turbulen, karena kecepatan aliran dan kekasaran
dinding relative besar. Aliran melalui saluran terbuka akan turbulen apabila
angka Reynolds Re > 1.000, dan laminar apabila Re <500. Aliran melalui saluran
terbuka dianggap seragam (uniform) apabila berbagai variabel aliran seperti
kedalaman, tampang basah, kecepatan, dan debit pada setiap tampang saluran
terbuka adalah konsan. Aliran melalui saluran terbuka disebut tidak seragam atau
berubah (non uniform flow atau varied flow), apabila variabel aliran seperti
kedalaman, tampang basah, kecepatan di sepanjang saluran tidak konstan.
Apabila perubahan aliran terjadi pada jarak yang pendek maka disebut aliran
berubah
D. Viskositas
Viskositas suatu fluida adalah suatu sifat yang sangat penting dalam
penganalisaan tingkah laku fluida dan gerakan fluida dekat batas padat. Viskositas
merupakan hasil dari gaya-gaya antara molekul yang timbul pada saat lapisan-
lapisan fluida berusaha menggeser satu dengan lainnya. Shearing stress (tegangan
geser) antara rapisan-rapisan fluida nonturbulen yang bergerak pada saluran lurus
dapat ditentukan. Viskositas kinematis adalah merupakan perbandingan antara
koefisien viskositas (viskositas dinamis) dengan density. Pada suatu kasus fluida
bergerak sepanjang permukaan tetap misalnya dinding pipa. Pada suatu jarak
sebesar y dari permukaan, fluida memiliki kecepatan u relatif terhadap
permukaan. Gerak relative tersebut menyebabkan suatu tegangan geser (shear
stress) 𝜏 yang cenderung memperlambat gerakan fluida sehingga kecepatan di
dekat permukaan berkurang menjadi lebih kecil dari u. Tegangan geser tersebut
menghasilkan suatu gradient kecepatan du/dy yang besarnya proporsional
terhadap tegangan yang diberikan. Konstanta proporsionalitas antara tegangan
geser dengan gradient kecepatan tersebut disebut koefisien viskositas. (Gerhart,
Gerhart, & Hochstein, 2018)
F. Redaman
Pada umumnya, energi getaran diubah menjadi panas atau suara. Karena
pengurangan energi, respon (seperti perpindahan pada sistem) akan menurun.
Mekanisme dari energi getaran diubah menjadi panas atau suara diketahui sebagai
redaman (damping). Walaupun jumlah energi yang diubah menjadi panas atau
suara relatif kecil, pertimbangan redaman menjadi penting untuk prediksi yang
akurat dari respon getaran sistem. Berikut beberapa jenis redaman:
1. Viscous Damping merupakan mekanisme redaman yang paling
seringdigunakan dalam analisis getaran. Saat sistem mekanis bergetar
dalam media fluida (seperti udara, gas, air, atau oli), perlawanan dari
fluida terhadap sistem inilah yang menyebabkan energi terdisipasi. Jumlah
energi yang terdisipasi bergantung pada beberapa faktor, yaitu bentuk dan
ukuran massa yang bergetar, viskositas fluida, frekuensi getaran, dan
kecepatan massa tersebut bergetar. Dalam viscous damping, gaya redam
sebanding dengan kecepatan massa bergetar. Contoh dari viscous
damping: (1)film cairan antara permukaan geser, (2)aliran cairan di sekitar
piston di dalam silinder, (3)aliran fluida melalui lubang (orifice), dan
(4)film cairan di sekitar sebuah jurnal di bantalan (bearing).
2. Coulomb or Dry-Friction Damping. Gaya redam besarnya konstan tetapi
berlawanan arah dengan gerak massa yang bergetar. Hal ini disebabkan
oleh gesekan antara menggosok permukaan yang baik kering atau
pelumasan cukup.
3. Material or Solid or Hysteretic Damping. Ketika material berdeformasi,
energi akan diserap dan terdisipasi oleh material. Hal ini disebabkan
karena gesekan antara bagian dalam yang slip atau bergeser karena
deformasi.
G. Hukum Bernoulli
Sejumlah fluida mengalir di dalam pipa dari titik 1 menuju titik 2. Titik 1
lebih rendah daripada titik 2, dan ini berarti energi potensial di titik 1 lebih kecil
daripada energi potensial di titik 2. Luas penampang 1 lebih besar daripada luas
penampang 2. Menurut persamaan kontinuitas (Av = konstan), kecepatan fluida di
2 lebih besar daripada di 1, dan ini berarti bahwa energi kinetik fluida di 1 lebih
kecil daripada energi kinetik fluida di 2. Jumlah energi potensial dan energi
kinetik dan energi kinetik adalah energi mekanik. Dengan demikian, energi
mekanik fluida di 1 lebih kecil daripada energi mekanik fluida di 2.
H. Persamaan Bernoulli
Akibat dari gerakan pada suatu fluida dapat menimbulkan atau menghasilkan
energi, terutama energi mekanik yaitu sebagai akibat dari kecepatan fluida
(energi kinetis) dan dari tekanannya (energi potensial) serta elevasi (energi
potensial dari elevasi). Dalam mekanika fluida terutama bila memperhatikan
sifat-sifat fluida dengan mengabaikan compressibility, Streeter (1987), maka
akan didapatkan energi spesifik atau energi per satuan berat fluida (E) sebagai
berikut :
V2 p
E= + +z
2 g ρg
Keterangan:
V = kecepatan (m/s)
z= elevasi (m)
Jika aliran tetap/tenang pada suatu fluida ideal yang terletak antara 2 titik
pada suatu aliran lanar akan mempunyai energi spesifik yakni E1 dan E2 dari
persamaan diatas maka dapat juga dituliskan dengan persamaan yaitu sebagai
berikut :
E 1=E 2
V P1 V 22 P2
+ +Z = + +Z
2 g ρg 1 2 g ρg 2
E 1=E 2
V P1 V 22 P2 LV
2
+ + Z 1 = + + Z 2+ f
2 g ρg 2 g ρg D .2 g
2
V P1 V 2 P2 hm .2 g
+ + Z 1 = + + Z 2+ k 2
2 g ρg 2 g ρg V
J. Persamaan Kotinuitas
Persamaan kontinuitas diperoleh dari hukum kekekalan massa yang
menyatakan bahwa untuk aliran yang stasioner massa fluida yang melalui semua
bagian dalam arus fluida tiap satuan waktu adalah sama. Persamaan kontinuitas
dapat dinyatakan sebagai beriku:
Q 1=Q 2
A 1.V 1= A 2. V 2
Keterangan:
A= luas penampang
METODOLOGI PRAKTIKUM
1. Hydraulic Bench
Adapun alat dan bahan pada praktikum hydraulic bench adalah sebagai
berikut:
a. Mesin Hydraulic Bench
b. Stopwatch
Gambar 3.2. Stopwatch
c. Gelas Ukur 5 Liter
d. Selang Penghubung
e. Air
Gambar 3.5. Air
f. Pewarna
2. Teorema Bernaulli
Adapun alat dan bahan pada praktikum teorema Bernaulli adalah sebagai
berikut:
a. Mesin Hydraulic Bench
d. Selang Penghubung
e. Air
Gambar 3.11. Air
B. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Hydraulic Bench
Adapun prosedur percobaan pada praktikum hydraulic bench adalah
sebagai berikut:
a. Memastikan katub air terbuka.
b. Menghubungkan hydraulic Bench dengan sumber arus listrik.
c. Memutar ke arah kanan tombol power untuk menghidupkan pompa air
d. Mengatur debit aliran air dengan memutar katub air.
e. Menghitung waktu dengan stopwatch hingga debit air yang di inginkan
5liter/min, 10liter/menit (yg telah ditentukan).
f. Mematikan pompa air dengan cara menekan tombol power.
2. Teorema Bernaulli
Adapun prosedur percobaan pada praktikum teorema Bernoulli adalah
sebagai berikut:
C. Perhitungan
Adapun hasil perhitungan yang didapat dari praktikum kali ini adalah
sebagai berikut :
1. Debit 4 L/min
a. h2 −h1=244−241=3 mm=3 ×10−3
√ 2 g ( h2−h1 )
√
−3
2× 9.8 ×3 ×10
v 1= = =0.24 m/s
ρ 1000
Q 4 2
s= = =16.4 m
v 0.24
Q2
h k= =¿ ¿
2 g s2
hi 189 ×10−3 −5
hp= = =1.9× 10 m
ρg 1000 ×9.8
−6 −5 −5
ht =h k + h p=8.0× 10 +1.9 ×10 =2.7 ×10 m
−3
b. h2 −h1=190−149=41mm=41 ×10 m
v 1=
√ 2 g ( h2−h1 )
ρ
−3
=
√ 2× 9.8 ×41 ×10−3
1000
=0.028 m/s
10
4×
Q 60 −3 2
s= = =2.4 × 10 m
v 0.028
Q2
hk= =¿ ¿
2 g s2
hi 149 ×10−3 −5
hp= = =1.5× 10 m
ρg 1000 ×9.8
−6 −5 −5
ht =h k + h p=8.0× 10 +1.9 ×10 =5.6 ×10 m
−3
c. h2 −h1=189−147=42 mm=42× 10 m
v 1=
√ 2 g ( h2−h1 )
ρ
−3
=
√ 2× 9.8 ×42 ×10−3
1000
=0.029 m/s
10
4×
Q 60 −3 2
s= = =2.3 ×10 m
v 0.029
Q2
hk= 2
=¿ ¿
2 gs
hi 147 ×10−3 −5
hp = = =1.5× 10 m
ρg 1000 ×9.8
−5 −5 −5
ht =h k + h p=4.2× 10 +1.5 ×10 =5.7 ×10 m
−3
d. h2 −h1=188−149=39 mm=39 ×10 m
√ 2 g ( h2−h1 )
√
−3
2× 9.8 ×39 ×10
v 1= = =0.028 m/ s
ρ 1000
−3
10
4×
Q 60
s= = =2.4 × 10−3 m2
v 0.028
2
Q
hk= 2
=¿ ¿
2 gs
hi 149 ×10−3 −5
hp= = =1.5× 10 m
ρg 1000 ×9.8
−5 −5 −5
ht =h k + h p=3.9 ×10 +1.5 ×10 =5.4 ×10 m
√ 2 g ( h2−h1 )
√
−3
2× 9.8 ×31 ×10
v 1= = =0.025 m/s
ρ 1000
−3
10
4×
Q 60
s= = =2.7 × 10−3 m2
v 0.025
2
Q
hk= 2
=¿ ¿
2 gs
hi 159 ×10−3 −5
hp= = =1.6× 10 m
ρg 1000 ×9.8
−5 −5 −5
ht =h k + h p=3.1 ×10 + 1.6× 10 =4.7 ×10 m
√ 2 g ( h2−h1 )
√
−3
2× 9.8 ×23 ×10
v 1= = =0.021m/ s
ρ 1000
−3
10
4×
Q 60
s= = =3.1 ×10−3 m2
v 0.021
2
Q
hk= 2
=¿ ¿
2 gs
hi 163 ×10−3 −5
hp= = =1.7 ×10 m
ρg 1000 ×9.8
−5 −5 −5
ht =h k + h p=2.3 × 10 +1.7 ×10 =4 ×10 m
g. h2 −h1=180−170=10 mm=10 ×10−3 m
v 1=
√ 2 g ( h2−h1 )
ρ
=
√ 2× 9.8 ×10 ×10−3
1000
=0.014 m/s
10−3
4×
Q 60
s= = =4.8× 10−3 m2
v 0.014
Q2
hk= =¿ ¿
2 g s2
hi 170 ×10−3 −5
hp= = =1.7 ×10 m
ρg 1000 ×9.8
−5 −5 −5
ht =h k + h p=1 ×10 + 1.7 ×10 =2.7 ×10 m
2. Debit 8 L/min
−3
a. h2 −h1=272−263=109 mm=109× 10 m
√ 2 g ( h2−h1 )
√
−3
2× 9.8 ×109 ×10
v 1= = =0.046 m/s
ρ 1000
10−3
8×
Q 60 −3 2
s= = =2.9× 10 m
v 0.046
2
Q
h k= =¿ ¿
2 g s2
hi 263 ×10−3 −5
hp= = =1.7 ×10 m
ρg 1000 ×9.8
ht =h k + h p=1.1 ×10−4 +1.7 ×10−5=1.3 ×10−4 m
−3
b. h2 −h1=260−115=145 mm=145 ×10 m
√ 2 g ( h2−h1 )
√
−3
2× 9.8 ×145 ×10
v 1= = =0.053m/ s
ρ 1000
−3
10
8×
Q 60
s= = =2.5× 10−3 m2
v 0.053
2
Q
h k= 2
=¿ ¿
2 gs
hi 115 ×10−3 −5
hp= = =1.2× 10 m
ρg 1000 ×9.8
−4 −5 −4
ht =h k + h p=1.5 ×10 +1.2 ×10 =1.6 ×10 m
√ 2 g ( h2−h1 )
√
−3
2× 9.8 ×143 ×10
v 1= = =0.053m/ s
ρ 1000
−3
10
8×
Q 60
s= = =2.5× 10−3 m2
v 0.053
2
Q
h k= 2
=¿ ¿
2 gs
hi 109 ×10−3 −5
hp= = =1.1× 10 m
ρg 1000 ×9.8
−4 −5 −4
ht =h k + h p=1.4 × 10 + 1.1× 10 =1.5 ×10 m
d. h2 −h1=250−128=122 mm=122×10−3 m
√ 2 g ( h2−h1 )
√
−3
2× 9.8 ×122× 10
v 1= = =0.049 m/s
ρ 1000
−3
10
8×
Q 60
s= = =2.7 ×10−3 m2
v 0.049
2
Q
hk= 2
=¿ ¿
2 gs
hi 128 ×10−3 −5
hp= = =1.3× 10 m
ρg 1000 ×9.8
−4 −5 −4
ht =h k + h p=1.2 ×10 +1.3 ×10 =1.4 ×10 m
e. h2 −h1=250−153=97 mm=97× 10−3 m
v 1=
√ 2 g ( h2−h1 )
ρ
=
√ 2× 9.8 ×97 × 10−3
1000
=0.044 m/s
10−3
8×
Q 60
s= = =3.1×10−3 m2
v 0.044
Q2
hk= =¿ ¿
2 g s2
hi 153 ×10−3 −5
hp= = =1.6× 10 m
ρg 1000 ×9.8
−5 −5 −4
ht =h k + h p=9.7 ×10 +1.6 ×10 =1.1 ×10 m
v 1=
√ 2 g ( h2−h1 )
ρ
=
√ 2× 9.8 ×79 ×10−3
1000
=0.039m/ s
10−3
8×
Q 60 −3 2
s= = =3.4 ×10 m
v 0.039
Q2
hk= =¿ ¿
2 g s2
hi 171 ×10−3 −5
hp= = =1.7 ×10 m
ρg 1000 ×9.8
−5 −5 −5
ht =h k + h p=7.9 ×10 +1.7 ×10 =9.6 ×10 m
v 1=
√ 2 g ( h2−h1 )
ρ
=
√ 2× 9.8 ×47 × 10−3
1000
=0.03 m/s
10−3
8×
Q 60 −3 2
s= = =4.4 × 10 m
v 0.03
2
Q
hk= =¿ ¿
2 g s2
hi 195 ×10−3 −5
hp= = =2× 10 m
ρg 1000 ×9.8
−5 −5 −5
ht =h k + h p=4.7 ×10 + 2×10 =6.7 × 10 m
3. Debit 12 L/min
−3
a. h2 −h1=430−424=6 mm=6× 10 m
v 1=
√ 2 g ( h2−h1 )
ρ
−3
=
√ 2× 9.8 ×6 ×10−3
1000
=0.011 m/ s
10
12×
Q 60 −3 2
s= = =1.8 ×10 m
v 0.011
Q2
hk= 2
=¿ ¿
2 gs
hi 424 ×10−3 −5
hp= = =4.3 ×10 m
ρg 1000× 9.8
−6 −5 −5
ht =h k + h p=6 × 10 + 4.3× 10 =4.9 ×10 m
−3
b. h2 −h1=405−47=358 mm=358 ×10 m
√ 2 g ( h2−h1 )
√
−3
2× 9.8 ×358 ×10
v 1= = =0.084 m/ s
ρ 1000
−3
10
12×
Q 60 −3 2
s= = =2.4 × 10 m
v 0.084
Q2
hk= 2
=¿ ¿
2 gs
hi 47 × 10−3 −6
hp= = =4.8 ×10 m
ρg 1000 ×9.8
−4 −6 −4
ht =h k + h p=3.6 × 10 + 4.8 ×10 =3.6 ×10 m
c. h2 −h1=392−42=350 mm=350 ×10−3 m
√ 2 g ( h2−h1 )
√
−3
2× 9.8 ×350 ×10
v 1= = =0.083 m/ s
ρ 1000
−3
10
12×
Q 60
s= = =2.4 × 10−3 m2
v 0.083
2
Q
hk= 2
=¿ ¿
2 gs
hi 42×10−3 −6
hp= = =4.3 ×10 m
ρg 1000 ×9.8
ht =h k + h p=3.5 ×10−4 + 4.3 ×10−6 =3.5× 10− 4 m
√ 2 g ( h2−h1 )
√
−3
2× 9.8 ×294 × 10
v 1= = =0.076 m/s
ρ 1000
−3
10
12×
Q 60
s= = =2.6 ×10−3 m2
v 0.076
2
Q
hk= 2
=¿ ¿
2 gs
hi 91 ×10−3 −6
hp= = =9.3 ×10 m
ρg 1000 ×9.8
ht =h k + h p=2.9 × 10−4 + 9.3× 10−6=3× 10−4 m
√ 2 g ( h2−h1 )
√
−3
2× 9.8 ×235 ×10
v 1= = =0.068 m/ s
ρ 1000
−3
10
12×
Q 60
s= = =2.9 ×10−3 m2
v 0.068
2
Q
hk= 2
=¿ ¿
2 gs
hi 145 ×10−3 −5
hp= = =1.5× 10 m
ρg 1000 ×9.8
−4 −5 −4
ht =h k + h p=2.4 ×10 +1.5× 10 =2.5× 10 m
−3
f. h2 −h1=377−189=188 mm=188 ×10 m
√ 2 g ( h2−h1 )
√
−3
2× 9.8 ×188 ×10
v 1= = =0.061m/s
ρ 1000
10−3
12×
Q 60 −3 2
s= = =3.3 ×10 m
v 0.061
2
Q
hk= 2
=¿ ¿
2 gs
hi 189 ×10−3 −5
hp= = =1.9× 10 m
ρg 1000 ×9.8
−4 −5 −4
ht =h k + h p=1.9 ×10 +1.9 ×10 =2.1 ×10 m
√ 2 g ( h2−h1 )
√
−3
2× 9.8 ×55 ×10
v 1= = =0.033m/ s
ρ 1000
10−3
12×
Q 60 −3 2
s= = =6.1 ×10 m
v 0.033
2
Q
h k= =¿ ¿
2 g s2
hi 255 ×10−3 −5
hp= = =2.6 ×10 m
ρg 1000 ×9.8
−5 −5 −5
ht =h k + h p=5.5 ×10 +2.6 ×10 =8.1 ×10 m
D. Pembahasan
Setelah melakukan praktikum mekanika fluida ini tentang modul Hydraulic
Bench dan Modul Eksperimen Teorema Bernoulli maka didapatkan beberapa hasil
dari 3 kecepatan aliran bench yang berbeda yakni 4 liter/min, 8liter/min dan 12
liter/min didapatkan beberapa hasil yakni h1 dan h2 pada 0-6 posisi, dari
perhitungan didapat kecepatan aliran tiap bagian (v), luas venturi (S), kinetic head,
piezometric head dan total head, lalu didapatkan beberapa grafik perbandingan
sebagai berikut:
1000
Kinetic Head
800 708.350195877717
600 488.808074128623
415.957557516596 439.300142709532
354.175097938859 373.333333333333
354.175097938859 333.919484639969
310.632109886128
400
196.460996324775
190.68146288996 231.03835916197
208.88107704583 208.88107704583
190.68146288996
147.063204802889
131.993265821489
122.935971188453
200 121.481056378447
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Posisi
Q1(4 l/min) Q2(8 l/min) Q3(12 l/min)
Pada grafik yang pertama yaitu tentang grafik hubungan antara posisi dan
kinetic head didapatkan beberapa nilai yang bisa dilihat pada grafik diatas untuk
warna biru menunjukan Q1 (4 liter/min), untuk warna oranye Q2 (8 liter/min), dan
untuk warna abu abu menunjukan Q3 (12 liter/min), pada grafik bisa dilihat bahwa
Q mempengaruhi nilai dari kinetic head,pada posisi ke 1 sampai posisi ke 2
mengalami kenaikan kinetic head pada seluruh kecepatan aliran Q, lalu untuk
pada posisi 2 sampai 7 mengalami penurunan yang stabil kecuali pada kecepatan
aliran Q3 yang mengalami fluktuasi pada saat penurunan kinetic head.
Perbandingan Piezimetric Head Terhadap
4.165
4.5
Posisi
4
3.5
3
Piezimetric Head
2.3618 2.499
2.2344
2.5 2.0972 2.156
1.96 1.9404 1.96 2.0188 1.9012
1.862
2 1.6072
1.421 1.4602 1.323
1.5 1.2936 1.1956
0.931
1 0.588 0.5292
0.5
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Posisi
Lalu pada grafik yang kedua yaitu tentang grafik hubungan antara posisi dan
piezometric head didapatkan beberapa nilai yang bisa dilihat pada grafik diatas
untuk warna biru menunjukan Q1 (4 liter/min), untuk warna oranye Q2 (8
liter/min), dan untuk warna abu abu menunjukan Q3 (12 liter/min), pada grafik
bisa dilihat bahwa Q mempengaruhi nilai dari piezometric head, pada posisi ke 1
sampai posisi ke 2 mengalami penurunan piezometric head pada seluruh kecepatan
aliran Q dengan Q3 memiliki penurunan terbesar, lalu untuk posisi 3 sampai 7
mengalami kenaikan yang stabil pada seluruh aliran Q dengan Q 3 mengalami
kenaikan yang terbesar.
Perbandingan Total Head Terhadap
1297.42960298476
1295.62640298476
1400
Posisi
1200
1000
710.506195877717
Total Head
800
600 490.905274128623
417.976357516596 441.201342709532
356.135097938858 375.293333333333
356.115497938859 336.418484639969
312.866509886128
400
197.754596324775
191.87706288996 232.64555916197
210.30207704583 210.20407704583
192.54346288996
148.523404802889
132.924265821489
123.465171188453
200 122.069056378447
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Posisi
Q1(4 l/min) Q2(8 l/min) Q3(12 l/min)
Lalu pada grafik yang ketiga ini yaitu tentang grafik hubungan antara posisi
dan total head didapatkan beberapa nilai yang bisa dilihat pada grafik diatas untuk
warna biru menunjukan Q1 (4 liter/min), untuk warna oranye Q2 (8 liter/min), dan
untuk warna abu abu menunjukan Q3 (12 liter/min), pada grafik ini memiliki
bentuk yang tidak jauh berbeda dari grafik yang pertama karena nilai dari
Piezometric head memiliki nilai yang tidak terlalu besar sehingga tidak banyak
berpengaruh terhadap total head sehingga bisa dilihat bahwa Q mempengaruhi
nilai dari total head, pada posisi ke 1 sampai posisi ke 2 mengalami kenaikan total
head pada seluruh kecepatan aliran Q, lalu untuk pada posisi 2 sampai 7
mengalami penurunan yang stabil kecuali pada kecepatan aliran Q3 yang
mengalami fluktuasi pada saat penurunan total head.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat di ambil dari percobaan hydraulic bench dan
eksperimen teorema bernaulli adalah sebagai berikut :
1. Pada debit aktual 12 l/min memiliki nilai piezometric head paling besar di
bandingkan pada debit aktual 8 l/min dan 4 l/min.
2. Pada debit aktual 12 l/min memiliki nilai kinetic head paling besar di
bandingkan pada debit aktual 8 l/min dan 4 l/min.
3. Pada debit aktual 12 l/min memiliki nilai head total paling besar di bandingkan
pada debit aktual 8 l/min dan 4 l/min.
4. Pada debit aktual 12 l/min memiliki nilai piezometric head, kinetic head dan
head total yang tidak signifikan atau tidak beraturan dibandingkan dengan
fluida yang memiliki debit aktual 8 l/min dan 4 l/min.
5. Piezometric head, kinetic head dan head total di pengaruhi oleh nilai debit
aktual fluida dan posisi.
B. Saran
Adapun saran yang dapat di ambil dari percobaan hydraulic bench dan
eksperimen teorema bernaulli adalah sebagai berikut :
1. Penjabaran dari setiap alat agar lebih teliti lagi.
2. Sebaiknya dalam praktikum ini dilakukan secara offline agar mudah
memahami apa yang dimaksud dari asisten praktikum
3. Sebelum melakukan praktikum mengenai hydraulic bench dan eksperimen
teorema bernaulli ini sebaiknya praktikan membaca modul dan literasi dari
buku yang mengacu tentang praktikum hydraulic bench dan eksperimen
teorema bernaulli
4. Praktikan seharusnya lebih aktif lagi agar mendapatkan hasil yang maksimal
dalam melaksanakan praktikum tentang hydraulic bench dan eksperimen
teorema bernaulli
5. Praktikan harus lebih teliti dalam menonton video praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Gerhart, P. M., Gerhart, A. L., & Hochstein, J. I. (2018). Munson, Young and
Okiishi's Fundamentals of Fluid Mechanics, 8th Edition. USA: Wiley.
Hariyono, Rubiono, G., & Mujianto, H. (2016). Study Eksperimental Perilaku Fluida
Pada Sambungan Belokan Pipa. Jurnal Prodi Teknik Mesin Universitas PGRI
Banyuwangi, 12-17.
Rahmat, S., & Irawan, A. (2010). Analisa Kerugian Head Akibat Perluasan Dan
Penyempitan Penampang Pada Sambungan 90. Makassar.