Anda di halaman 1dari 30

Laporan Praktikum Dosen Pembimbing

Operasi Teknik Kimia I Dr. Ida Zahrina, MT

“ ALIRAN FLUIDA DALAM SISTEM PERPIPAAN “

DISUSUN OLEH :
Kelompok VI
Kelas B

Basri Iskandar (1707035555)


Edo Indra Saputra (1707035624)
R. Laila Muharami (1707035753)
Sophia Anggraini (1707035546)

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2018
ABSTRAK

Fluida dinamis adalah fluida (bisa berupa zat cair, gas) yang bergerak membentuk
aliran, dimana aliran dalam fluida terbagi atas 3 yaitu laminar, transisi dan turbulen.
Dalam mempelajari suatu aliran fluida kita pasti akan menemukan istilah head loss dan
friction loss. Headloss adalah suatu nilai untuk mengetahui seberapa besarnya reduksi
tekanan total (total head) yang diakibatkan oleh fluida saat melewati sistem pengaliran.
Total head, seperti ini merupakan kombinasi dari elevation head (tekanan karena
ketinggian suatu fluida), Velocity head, (tekanan karena kecepatan alir suatu fluida) dan
pressure head (tekanan normal dari fluida itu sendiri) . Percobaan bertujuan untuk
mempelajari head loss dan friction loss aliran fluida pada elbow 900 kasar dan 450.
Percobaan ini menggunakan serangkaian alat yang secara skematik yaitu ‘’general
Arrangement of Apparatus” dan “Manometer Connection Diagram”. Percobaan
dilakukan dengan memvariasikan bukaan yaitu pada bukaan 25% , 50%, 75% dan 100%
dan volume 4, 8, 12, 16, 20, dan 24 liter. Head loss terbesar cenderung pada bukaan
100% yaitu pada elbow 45º sebesar 1,141732283 inHg; dan pada elbow 90º kasar
sebesar 0,433070866 inHg. Friction loss dan bilangan NRe terbesar cenderung pada
bukaan 100% yaitu pada elbow 45º sebesar 1247,109848 ft/lbm (4,68644 x 10-5); pada
elbow 90º kasar sebesar 1239,172203 ft/lbm (4,62697 x 10-5). Dari percobaan dapat
disimpulkan bahwa aliran yang terbentuk adalah laminer. Hal ini ditandai dengan
bilangan reynold yang diperoleh Nre < 2100.

Kata kunci : aliran fluida, bilangan reynold, friction loss, head loss, pipa
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Hampir tidak ada di dalam kehidupan ini yang tidak bersinggungan
dengan pipa dan jaringannya. Di setiap pembangunan gedung – gedung bertingkat
untuk perkantoran, rumah sakit, hotel, selalu terlihat adanya penggunaan pipa,
baik untuk keperluan sanitasi, untuk pendingin udara. Pipa-pipa tersebut mutlak
diperlukan sebagai alat untuk mengalirkan fluida yang akan diolah. Fluida
merupakan sesuatu yang tidak bisa lepas dari kehidupan kita seharihari,
dimanapun dan kapanpun kita berada, fluida selalu mempengaruhi berbagai
kegiatan dalam kehidupan kita sehari – hari, baik itu dalam bentuk liquid ataupun
gas.
Istilah head loss muncul sejak diawalinya percobaan-percobaan hidrolika
abad ke sembilan belas, yang sama dengan energi persatuan berat fluida. Namun
perlu diingat bahwa arti fisik dari head loss adalah kehilangan energi mekanik
persatuan massa fluida. Sehingga satuan head loss adalah satuan panjang yang
setara dengan satu satuan energi yang dibutuhkan untuk memindahkan satu satuan
massa fluida setinggi satu satuan panjang yang bersesuaian. Perhitungan head loss
didasarkan pada hasil percobaan dan analisa dimensi.
Penurunan tekanan untuk aliran turbulen adalah fungsi dari angka Reynold
(NRe), perbandingan panjang dan diameter pipa, L/D serta kekasaran relatif pipa,
e/D. Mengingat perhitungan head loss adalah perhitungan yang cukup panjang
dan kenyataan aplikasi program komputer telah digunakan pada perencanaan
suatu sistem perpipaan maka dibutuhkan persamaan matematika untuk
menentukan koefisien gesek sebagai fungsi dari angka Reynold dan kekasaran
relatif.
Untuk mengalirkan fluida dari tempat yang satu ke tempat yang lain
diperlukan suatu peralatan. Selain peralatan utama yang digunakan, ada bagian-
bagian yang tidak kalah penting dimana dalam bagian ini, sering terjadi peristiwa-
peristiwa yang dapat mengurangi efisiensi kerja yang diinginkan. Bagian dari
peralatan ini dapat berupa pipa-pipa yang dihubungkan. Dalam menggunakan pipa
yang harus diperhatikan adalah karakteristik dari fluida yang digunakan,
misalnya: sifat korosi, explosive, racun, suhu dan tekanan. Apabila fluida
dilewatkan ke dalam pipa maka akan terjadi gesekan antara pipa dengan fluida
tersebut. Besarnya gesekan yang terjadi tergantung pada kecepatan, kekerasan
pipa, diameter dan viskositas fluida yang digunakan.
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui peristiwa yang terjadi dalam
pipa apabila fluida dilewatkan ke dalamnya. Gesekan yang terjadi dapat
mempengaruhi aliran fluida dalam pipa, aliran ini dapat terjadi secara laminar atau
turbulen yang nilainya dapat didekati dengan bilangan Reynolds.

1.2 Dasar Teori


1.2.1 Tipe aliran fluida
Ada 3 tipe aliran fluida didalam pipa, yaitu :
1. Aliran Laminer, aliran fluida dengan kecepatan rendah. Partikel-partikel
fluida mengalir secara teratur dan sejajar dengan sumbu pipa. Reynold
menunjukkan bahwa untuk aliran laminer berlaku Bilangan Reynold,
Nre<2100. Pada keadaan ini juga berlaku hubungan Head Loss berbanding
lurus dengan kecepatan linear fluida, atau H α V.
2. Aliran Turbulen, aliran fluida dengan kecepatan tinggi. Partikel-partikel
fluida mengalir secara tidak teratur atau acak didalam pipa. Reynold
menunjukkan bahwa untuk aliran turbulen berlaku Bilangan Reynold,
NRe<4000. Pada keadaan ini juga berlaku hubungan Head Loss
berbanding lurus dengan kecepatan linear berpangkat n, atau H α Vn.
3. Aliran Transisi, aliran fluida dengan kecepatan diantara kecepatan linear
dan kecepatan turbulen. Aliran berbentuk laminar atau turbulen sangat
tergantung oleh pipa dan perlengkapannya. Reynold menunjukkan bahwa
untuk aliran transisi berlaku hubungan Bilangan Reynold, 2100 < NRe <
4000.

1.2.2 Bilangan Reynold


Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya
inersia (vsρ) terhadap gaya viskos (μ/L) yang mengkuantifikasikan hubungan
kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan ini digunakan
untuk mengidentikasikan jenis aliran yang berbeda, misalnya laminar dan
turbulen. Namanya diambil dari Osborne Reynolds (1842–1912) yang
mengusulkannya pada tahun 1883.
Bilangan Reynold merupakan salah satu bilangan tak berdimensi yang
paling penting dalam mekanika fluida dan digunakan, seperti halnya dengan
bilangan tak berdimensi lain, untuk memberikan kriteria untuk menentukan
dynamic similitude. Jika dua pola aliran yang mirip secara geometris, mungkin
pada fluida yang berbeda dan laju alir yang berbeda pula, memiliki nilai bilangan
tak berdimensi yang relevan, keduanya disebut memiliki kemiripan dinamis.
Misalnya pada aliran dalam pipa, panjang karakteristik adalah diameter pipa, jika
penampang pipa bulat, atau diameter hidraulik, untuk penampang tak bulat.
Perbandingan gaya-gaya yang disebabkan oleh gaya inersia, gravitasi, dan
kekentalan (viskositas) dikenal sebagai bilangan reynold (NRe).
Angka Reynolds adalah bilangan tanpa dimensi yang nilainya bergantung
pada kekasaran dan kehalusan pipa sehingga dapat menentukan jenis aliran dalam
pipa. Profesor Osborne Reynolds menyatakan bahwa ada dua tipe aliran yang ada
didalam suatu pipa yaitu :
1. Aliran laminar pada kecepatan rendah dimana berlaku h α v
2. Aliran Turbulen pada kecepatan tinggi dimana berlaku h α vn
Dalam penelitiannya, Reynolds mempelajari kondisi dimana satu jenis
aliran berubah menjadi aliran jenis lain, dan bahwa kecepatan kritis, dimana aliran
laminar berubah menjadi aliran turbulen. Keadan ini bergantung pada empat buah
besaran yaitu: diameter tabung, viskositas, densitas dan kecepatan linear rata-rata
zat cair. Lebih jauh ia menemukan bahwa ke empat faktor itu dapat digabungkan
menjadi suatu gugus, dan bahwa perubahan macam aliran berlangsung pada suatu
nilai tertentu gugus itu. Pengelompokan variabel menurut penemuannya itu
adalah:
D.V.ρ
NRe  ……………………………...(1.1)
μ

Dimana : D = Diameter pipa (m)


V = Kecepatan rata-rata zat cair (m/s)
μ = Viskositas zat cair (kg/m.s)
ρ = Densitas zat cair (kg / m3)
Gugus variabel tanpa dimensi yang didefinisikan oleh persamaan di atas
dinamakan Angka Reynolds (Reynolds Number). Aliran laminar selalu ditemukan
pada angka Reynold di bawah 2.100, tetapi bisa didapat pada angka Reynold
sampai beberapa ribu, yaitu dalam kondisi khusus dimana lubang masuk pipa
sangat baik kebundarannya dan zat cair di dalamnya sangat tenang. Pada kondisi
aliran biasa, aliran itu turbulen pada angka Reynolds di atas kira-kira 4.000.
Terdapat suatu daerah transisi yatu pada angka Reynolds antara 2100 sampai
4000, dimana jenis aliran itu mungkin laminar dan mungkin turbulen, bergantung
pada kondisi di lubang masuk pipa dan jaraknya dari lubang masuk itu (Raswari
1986). Berdasarkan pengaruh tekanan terhadap volume, fluida dapat digolongkan
menjadi 2 yaitu :
1. Fluida tak termampatkan (incompressible), pada kondisi ini fluida tidak
mengalami perubahan dengan adanya perubahan tekanan, sehingga fluida
tak termampatkan.
2. Fluida termampatkan (compressible), pada keadaan ini, fluida mengalami
perubahan volume dengan adanya perubahan tekanan.

1.2.3 Viskositas
Viskositas fluida merupakan ukuran ketahanan sebuah fluida terhadap
deformasi atau perubahan bentuk. viskositas dipengaruhi oleh temperatur,
tekanan, kohesi dan laju perpindahan momentum molekularnya. Viskositas zat
cair cenderung menurun dengan seiring bertambahnya kenaikan temperatur hal ini
disebabkan gaya – gaya kohesi pada zat cair bila dipanaskan akan mengalami
penurunan dengan semakin bertambahnya temperatur pada zat cair yang
menyebabkan berturunya viskositas dari zat cair tersebut.

1.2.4 Rapat jenis (density)


Density atau rapat jenis (ρ) suatu zat adalah ukuran untuk konsentrasi zat
tersebut dan dinyatakan dalam massa persatuan volume; sifat ini ditentukan
dengan cara menghitung nisbah (ratio) massa zat yang terkandung dalam suatu
bagian tertentu terhadap volume bagian tersebut. Nilai density dapat dipengaruhi
oleh temperatur semakin tinggi temperatur maka kerapatan suatu fluida semakin
berkurang karena disebabkan gaya kohesi dari molekul –molekul fluida semakin
berkurang.

1.2.5 Debit Aliran


Debit aliran dipergunakan untuk menghitung kecepatan aliran pada masing
masing pipa experimen dimana rumus debit aliran yaitu
Q = A x V ……………………………….………… (1.2)
Dimana :
3
Q = debit aliran (m /s)
V = kecepatan aliran (m/s)
2
A = luas penampang (m )

1.2.6 Valve
Valve atau katup adalah sebuah alat yang berfungsi untuk mengatur aliran
suatu fluida dalam bentuk cairan maupun gas. Jenis valve beraneka ragam antara
lain: globe valve, gate valve, ball valve, check valve, dll. Berdasarkan fungsinya,
valve dapat dikategorikan menjadi 3 macam, diantaranya :
1. Stop valves. Penggunaan stop valves pada suatu sistem perpipaan
umumnya digunakan untuk membukan atau menutup aliran. Jenis stop
valves : globe valve, gate valve, ball valve, butterfly valve, dll.
2. Regulating valves. Penggunaan regulating valves pada umumnya
digunakan untuk mengatur laju debit aliran. Jenis regulating valves : non
return valve atau check valve, pressure reducing valve.
3. Safety valves. Penggunaan safety valves pada umumnya digunakan untuk
mengatur tekanan jika berlebihan atau berkurang. Biasanya hal ini terkait
dengan nilai ambang batas maksimum atau minimum pada suatu sistem.
Jenis safety valves : relief valve, dan back pressure valve.
1.2.7 Elbow
Elbow atau belokan merupakan suatu piranti yang seringkali digunakan
pada suatu sistem perpipaan. Dalam perencanaan suatu sistem aliran, sulit
dihindari adanya suatu belokan/elbow. Adanya elbow dalam suatu sistem dapat
menyebabkan terjadinya kerugian pada aliran. Hal ini disebabkan karena adanya
perubahan arah aliran fluida yang melalui saluran/pipa tersebut. Besar kecilnya
kerugian aliran yang terjadi pada elbow dipengaruhi oleh besarnya jari-jari
kelengkungan dan sudut belok dari elbow itu sendiri.

(a) (b)

Gambar 1.1. Elbow 45º (a), dan Elbow 90º (b)

Berdasarkan cara pemasangan, elbow dibedakan menjadi dua macam,


yaitu elbow yang dilengkapi dengan flange, dan elbow yang dilengkapi ulir atau
thread.

(a) (b)

Gambar 1.2 Flange Elbow 90o (a), dan Threaded elbow 90º(b)
Sesuai standar yang ada dipasaran, elbow tersedia dalam ukuran sudut 450
dan 900 dengan pilihan flanged serta ulir sesuai dengan kebutuhan yang akan
digunakan. Kerugian atau losses pada suatu elbow dapat dikurangi dengan cara
menggunakan elbow dengan jari-jari kelengkungan lebih besar.

1.2.8 Head loss & Friction loss pada pipa horizontal


Head loss adalah kehilangan energi mekanik persatuan massa fluida.
Sehingga satuan head loss adalah satuan panjang yang setara dengan satu satuan
energi yang dibutuhkan untuk memindahkan satu satuan massa fluida setinggi
satu satuan panjang yang bersesuaian. Berdasarkan lokasi timbulnya kehilangan,
secara umum kehilangan tekanan akibat gesekan atau kerugian ini dapat
digolongkan menjadi 2 yaitu: kerugian major dan kerugian minor.
Kerugian major disebut juga kehilangan energi primer atau kehilangan
energi akibat gesekan. Kerugian major biasa terjadi pada pipa lurus berdiameter
konstan. Jadi Head loss mayor dapat dinyatakan sebagai kerugian tekanan aliran
fluida berkembang penuh melalui pipa penampang konstan.
Kerugian minor disebut kehilangan energi sekunder atau kehilangan energi
akibat perubahan penampang dan aksesoris lainnya. Misalnya terjadi pada
pembesaran penampang (expansion), pengecilan penampang (contraction), dan
belokan atau tikungan. Penurunan tekanan untuk aliran turbulen, tidak dapat
dihitung secara analitis karena pengaruh turbulensi yang menimbulkan perubahan
keacakan sifat fluida. Perubahan sifat fluida yang acak tersebut belum dapat
didekati dengan fungsi matematis yang ada saat ini. Perhitungan head loss
didasarkan pada hasil percobaan dan analisa dimensi (Triatmodjo, 1993).
Head loss biasanya dinyatakan dengan satuan panjang. Sehingga Head
Loss adalah harga ∆p yang dinyatakan dengan satuan panjang mmHg atau
inchHg. Harga F sendiri bergantung pada tipe alirannya. Untuk aliran laminar,
dimana NRe < 2100, berlaku persamaan :

f L.V 2 ……………………………...(1.3)
F .
2 g c .D
Untuk aliran turbulen dengan NRe > 4000, berlaku persamaan:

32. L.V 2…………………………..(1.4)


F . 2
gc D 

1.2.9 Head loss & Friction loss pada Elbow


Sambungan-sambungan di dalam pipa, misalnya elbow, kran, valve, tee
akan mengganggu pola aliran fluida dan menyebabkan terjadinya rugi gesekan
atau Friction Loss. Friction Loss ini biasanya dinyatakan sebagai rugi gesekan
yang setara dengan panjang pipa lurus. Untuk 45o Elbow, dengan diameter pipa 1
in – 3 in, misalnya, maka setara dengan panjang pipa 15 x D, sedangkan untuk 90o
Elbow, dengan diameter 3/8 in – 2,5 in, misalnya maka setara dengan panjang
pipa 30 x D.
Persamaan-persamaan yang digunakan didalam pipa Horizontal, termasuk
untuk menentukan Head Loss juga berlaku untuk elbow dengan catatan elbow
juga dalam posisi horizontal di dalam sistem perpipaan. Hasil pengujian head loss
menunjukkan bahwa, sudut sambungan belokkan berbanding lurus dengan head
loss. Semakinn besar sudut sambungan belokan pipa, nilai head loss yang
dihasilkan semakin besar. Hal ini disebabkan oleh perbedaan tinggi tekan pada
sebelum dan setelah belokan pipa yang semakin meningkat. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa kecepatan air berbanding terbalik dengan sudut sambungan
belokan pipa, semakin besar sudut sambungan belokan pipa maka kecepatan air
semakin kecil, dan sebaliknya semakin kecil sudut sambungan belokan pipa
kecepatan air semakin besar. Hal tersebut disebabkan karenan waktu yang
diperlukan lebih lama untuk sudut belokan yang semakin besar (Haruo, 2000).

1.2.10 Friction Loss pada Enlargement dan Contraction


Untuk pipa dimana diameternya berubah kecil kebesar, pipa pertama
dengan diameter D1 dan pipa kedua dengan diameter D2, atau Enlargement, dan
pipa masih didalam posisi horizontal, tidak ada kerja pada sistem, maka ∆Z =0,
W = 0 dengan persamaan :
V 2 p
F   ……………………….(1.5)
2 gc 
∆𝑝⁄ ∆𝑣 2⁄
Jika 𝜌 sangat kecil,dan bisa diabaikan terhadap harga dari 2𝑔𝑐 ,
maka :
∆𝑣 2
= −𝐹 ....................................................(1.6)
2𝑔𝑐

1.2.11 Pressure Drop


Pressure menunjukkan penurunan tekanan dari titik 1 ke titik 2 dalam
suatu sistem aliran fluida. Penurunan tekanan,biasa dinyatakan juga dengan ∆P
saja. Jika manometer yang digunakan adalah manometer air raksa,dan beda tinggi
air raksa dalam manometer H ft, maka :
∆p = H (  Hg) g/g .…………………....(1.7)
Pressure drop adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
penurunan tekanan dari satu titik di dalam pipa atau aliran air. "Penurunan
Tekanan" adalah hasil dari gaya gesek pada fluida seperti yang mengalir melalui
tabung. Gaya gesek disebabkan oleh resistensi terhadap aliran. Faktor utama yang
mempengaruhi resistensi terhadap aliran fluida adalah kecepatan fluida melalui
pipa dan viskositas fluida. Aliran cairan atau gas selalu akan mengalir ke arah
perlawanan sedikit (kurang tekanan). Pada aliran satu fase, pressure drop
dipengaruhi oleh Reynold number yang merupakan fungsi dari viskositas, densitas
fluida dan diameter pipa.

1.2.12 Gesekan dalam pipa


Gesekan pada pipa dapat menyebabkan hilangnya energi mekanik fluida.
Gesekan inilah yang menetukan aliran fluida dalam pipa, apakah laminar atau
turbulen. Gesekan juga dapat menimbulkan panas pada pipa sehingga merubah
energi mekanik menjadi energi panas (kalor).
Dalam aplikasi kesehariannya, ada banyak sekali bentuk dan model pipa,
seperti pipa bentuk elbow, mitter, tee, reducer, cross, dan lainnya. Bentuk serta
model yang beraneka ragam tersebut sangat membantu dalam desain layout
sistem perpipaan didunia industri. Pada saat operasi, bentuk dan model pipa yang
bermacam-macam tersebut akan memiliki karakteristik tegangan yang berbeda-
beda sebagai akibat dari pembebanan yang diterimanya. Akumulasi dari berat
pipa itu sendiri dan tekanan fluida yang mengalir di dalamnya, akan
menyebabkan tegangan pada pipa yang dikenal sebagai beban statik. Namun efek
dari pembebanan seperti ini dapat diminimalisasi dengan memilih jenis
penyangga (support) yang sesuai, dan menggunakan penyangga tersebut dalam
jumlah cukup. Secara umum, beban dinamik dan beban termal pada pipa
merupakan dua hal yang lebih penting, dan lebih sulit untuk ditangani.
Pembebanan dinamik terjadi pada pipa yang berhubungan langsung dengan
peralatan bergetar seperti pompa atau kompresor. Beban dinamik juga terjadi pada
pipa yang mengalami beban termal, sehingga beberapa bagian pipa berekspansi
dan menimbulkan tegangan pada pipa. Oleh sebab itu, perlu digunakan beberapa
alat atau mekanisme yang didesain untuk memperkecil tegangan pada system
perpipaan tersebut, agar kelebihan beban yang bisa mengakibatkan kegagalan
pada bagian pipa, atau kerusakan pada alat yang terhubung dengannya dapat
dihindari.
Salah satu komponen penyambungan dalam sistem perpipaan adalah pipe
bend (pipa lengkung) atau elbow. Pipe bend berfungsi untuk membelokkan arah
aliran fluida didalam pipa. Namun pipe bend lebih sulit untuk dianalisa karena
permukaannya menjadi oval di bawah pembebanan momen bending. Hal ini
menyebabkan pipe bend memiliki fleksibilitas yang lebih besar dibandingkan
dengan pipa lurus yang sama ukuran dan jenis materialnya. Lebihnya fleksibilitas
ini menjadikan pipe bend berfungsi sebagai penyerap ekspansi thermal. Dengan
berbagai karakteristik tersebut, pipe bend menjadi komponen yang sangat penting
di dalam sistem perpipaan dan memerlukan berbagai macam pertimbangan dalam
proses perancangannya.

1.3 Tujuan Percobaan


1. Memahami dan mengerti tentang pola aliran fluida.
2. Mengukur debit aliran fluida, mengukur tekanan/pressure drop aliran
fluida di dalam pipa.
3. Membuat kurva head loss versus kecepatan linear aliran fluida.
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah air, dan peralatan yang
dipakai adalah rangkaian alat general arrangement of apparatus, manometer
connection Diagram, stopwatch.

2.2 Prosedur Percobaan


1. Tangki diisi dengan air, lalu pompa dihidupkan.
2. Valve yang akan digunakan dibuka sehingga air akan mengalir melalui
pipa yang diinginkan sesuai penugasan.
3. Ketika akan menentukan head loss pada elbow 45º, maka aliran menuju
pipa selain pipa 4 ditutup.
4. Sambungkan selang untuk menentukan pressure drop yang
menghubungkan manometer dengan 2 titik pada elbow 45º.
5. Memutar bukaan valve pada peralatan diantaranya bukaan 25% sampai
100 % secara bergantian.
6. Untuk menentukan kecepatan volumetrik air, aliran air dibuka. Stopwatch
digunakan untuk menentukan waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan
air setiap 4, 8, 12, 16, 20 dan 24 liter.
7. Selang untuk menentukan pressure drop disambungkan dengan alat
manometer dengan dua titik pada elbow 45º, ketika aliran air dihentikan
maka pembacaan pada manometer dilakukan.
8. Cara yang sama dilakukan untuk penentuan head loss pada elbow 90o
elbow dengan cara mengalirkan air melalui pipa 4. Valve dari pipa selain
pipa 4 ditutup.
2.3 Rangkain Alat
Rangkaian peralatan pada percobaan aliran fluida dalam sistem perpipaan
dapat dilihat pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Rangkaian Alat General Arrangement of Apparatus in laboratory

Gambar 2.2 Rangkaian Peralatan Percobaan Aliran Fluida Dalam Sistem


Perpipaan
Keterangan :
V1 = Sump tank drain valve
V2 = Inlet flow control valve
V3 = Air bleed valve
V4 = Isolating valve
V5 = Outlet flow control valve (fine)
V6 = Outlet flow control valve (coarse)
V7 = Manometer valve
1 = 6 mm smooth bore test pipe
2 = 10 mm smooth bore test pipe
3 = Artifictally roughened test pipe
4 = 17,5 mm smooth bore test pipe
5 = Sudden contraction
6 = Sudden enlaegement
7 = Ball valve
8 = 45 deg. Elbow
9 = 45 deg. “Y” Junction
10 = Gate valve
11 = Globe valve
12 = In-line strainer
13 = 90 deg. Elbow
14 = 90 deg. Bend
15 = 90 deg. “T” Junction
16 = Pitot static tube
17 = Venturimeter
18 = Orifice meter
19 = Test pipe sample
20 = 1 m mercury manometer
21 = 1 m Pressuried water manometer
22 = Volumetric measuring tank
23 = Sump tank
24 = Service pump
25 = Sight tube
26 = Pump start / stop
27 = Sight gauge securing grew
28 = Measuring cylinder (Loose)
29 = Dump valve
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Head Loss & Friction Loss di dalam elbow 45ºdan 90º kasar
Elbow merupakan suatu komponen perpipaan yang berfungsi untuk
membelokkan arah aliran, pada percobaan digunakan elbow dengan sudut yang
45º dan 90º. Elbow 45º terletak pada pipa 4, dan elbow 90º baik halus ataupun
kasar terletak pada pipa 4 dimana spesifikasi peralatan dapat dilihat pada
Lampiran B. Pada percobaan ini akan ditentukan besar laju aliran dan head loss
pada elbow 45º dan 90º kasar. Besarnya laju aliran fluida dan head loss yang
terjadi dipengaruhi oleh besar kecilnya elbow yang diberikan. Perhitungan rata-
rata pada elbow 45º dan 90º kasar dari data percobaan yang dilakukan serta
kecenderungan grafik yang terjadi, dapat dilihat pada grafik dibawah :

1.15

1.1
H (inHg)

1.05
Elbow 45º
1
0.2022784 0.2028276 0.2031968 0.2046244
V ( ft/det)

Gambar 3.1 Hubungan kecepatan (V) terhadap Head Loss (H) pada bukaan
25%, 50%, 75%, 100% pada elbow 45º

0.5
0.4
0.3
H (inHg)

0.2
Elbow 90º
0.1
0
0.1393852 0.1412824 0.1990172 0.203322
V ( ft/det)

Gambar 3.2 Hubungan kecepatan (V) terhadap Head Loss (H) pada bukaan
25%, 50%, 75%, 100% pada elbow 90º kasar
Berdasarkan Gambar 3.1 dan Gambar 3.2 menunjukkan hubungan head
loss terhadap kecepatan. Head loss merupakan jumlah penurunan tekanan yang
biasanya dilambangkan dengan satuan panjang. Head loss ini diperoleh dari
selisih tekanan yang dinyatakan dalam satuan panjang dimana H = ha-hb. Pada
gambar 3.1 dan 3.2 terlihat bahwa semakin besar kecepatan fluida maka semakin
besar pula head loss yang dialaminya, hal ini karena head loss dan kecepatan
fluida berbanding lurus (Giles, 1986).
Dari percobaan yang dilakukan diperoleh data bahwa head loss terkecil
pada elbow 45º yaitu 1,049868766 inHg bukaan 25% yang terjadi pada saat
kecepatan fluida 0,2022784 ft/det, dan head loss terbesarnya yaitu 1,14173228
inHg pada saat kecepatan fluida 0,2046244 ft/det. Sedangkan head loss terkecil
pada elbow 90º yaitu 0,275590551 inHg pada kecepatan 0,1393852 ft/det, dan
head loss terbesarnya yaitu 0,433070866 inHg pada kecepatan 0,203322 ft/det.
Dari Gambar 3.1 dan Gambar 3.2 kita juga dapat membandingkan bahwa
nilai kecepatan pada elbow 45º lebih besar dari pada nilai kecepatan pada elbow
90º. Hal ini sesuai dengan literature bahwa kecepatan air berbanding terbalik
dengan sudut belokan pipa, semakin besar sudut belokan pipa maka kecepatan air
semakin kecil, dan sebaliknya semakin kecil sudut sambungan pipa maka
kecepatan air semakin besar (Haruo, 2000).

1.47

1.46

1.45
Log H

1.44

1.43
Elbow 45º
1.42

1.41

1.4
0.69405049 0.692872948 0.692083136 0.689042581
Log V

Gambar 3.3 Hubungan Log V terhadap Log H pada bukaan 25%, 50%, 75%,
100% elbow 45º
3

2.5

2
Elbow 90º
Log H

1.5

0.5

0
0.855783337 0.849911936 0.701109388 0.691815627
Log V

Gambar 3.4 Hubungan Log V terhadap Log H pada bukaan 25%, 50%,
75%, 100% elbow 90º Kasar

Berdasarkan Gambar 3.3 dan Gambar 3.4 dapat terlihat hubungan logaritma
head loss dengan logaritma kecepatan fluida pada elbow 45º dan elbow 90º. Hal
ini dapat dilihat dari grafik 3.2 pada elbow 45º keadaan minimum dari log V
terhadap log H yaitu ketika log V 0,69405049 dan log H 1,425968732 serta
maksimum pada saat log V 0,689042581 dan log H 1,462397998. Pada elbow 90º
kasar keadaan minimum dari log V 0,691815627 dan log H 0,84509804 serta
maksimum pada saat log V 0,855783337 dan log H 1,041392685.

0.000047
0.0000468
0.0000466
Fruction Loss

0.0000464
0.0000462 Elbow
45º
0.000046
0.0000458
0.0000456
0.0000454
0.0000452
1232.811848 1236.159018 1238.409156 1247.109848
Nre

Gambar 3.5 Hubungan Friction Loss terhadap bilangan reynold pada bukaan
valve 25%, 50%, 75% dan 100% pada elbow 45º
0.00005

0.00004
Fruction Loss
0.00003
Elbow
0.00002 90º

0.00001

0
849.5011134 861.063844 1212.936043 1239.172203
Nre

Gambar 3.6 Hubungan Friction Loss terhadap bilangan reynold pada


bukaan valve 25%, 50%, 75% dan 100% pada elbow 90º kasar

Gambar 3.5 dan Gambar 3.6 adalah hubungan antara Friction loss dengan
bilangan Reynold. Dari grafik ini kita dapat membandingkan friction loss dan
bilangan Reynold pada elbow 45º dan 90º. Dari literature dikatakan bahwa
kecepatan berbanding terbalik dengan besar sudut belokan pipa. Pada elbow 45º
maka kecepatan air mengalir lebih besar dari pada elbow 90º maka friction loss
(kerugian akibat gesekan fluida pada pipa) pada elbow 45º lebih besar dari pada
elbow 90º, karena pada elbow 45º kecepatan air yang mengalir pada dinding pipa
lebih besar akibatnya gesekan fluida dengan pipa semakin besar.
Friction loss pada elbow 45º lebih besar dari pada 90º maka bilangan
Reynold pada elbow 45º juga besar. Hal ini dapat dilihat bahwa Reynold
berbanding lurus dengan friction loss. Gambar 3.5 dan Gambar 3.6 menunjukkan
bahwa semakin besar friction loss maka semakin besar pula nilai Reynold
Number yang dialaminya. Dari grafik di atas juga tahu bahwa jenis aliran pada
elbow 450 dan elbow 900 adalah jenis aliran laminer, dimana NRe < 2100.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Nilai head loss berbanding lurus dengan kecepatan linier fluidanya.
2. Semakin besar bukaan yang diberikan, maka semakin besar head loss dan
friction loss yang diperoleh.
3. Pada percobaan ini aliran yang terjadi adalah aliran laminar.
4. Nilai friction loss dan head loss yang terjadi di elbow 45º lebih besar
daripada di elbow 90º.

4.2 Saran
Pratikan harus teliti dalam pembukaan dan penutupan katup, serta
pembacaan manometer. Kesalahan tersebut akan sangat berpengaruh terhadap
hasil perhitungan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Deslia Prima. 2011. Laporan Dasar-dasar Proses Kimia I. www.scribd.com.


Giles, Ranald V. 1986. Seri Buku Schaum. Mekanika Fluidan dan Hidraulika.
Guildford:Erlangga
Haruo Tahara, Sularso, 2000. Pompa dan Kompresor. Jakarta :Penerbit PT.
Pradnya Pramita.
McCabe L Warren, Smith C Julian, and Herriot Peter, 1985. “Operasi Teknik
Kimia Jilid 1 .Edisi Keempat.Jakarta: Erlangga.
Raswari. 1986. Teknologi dan Perencanaan Sistem Perpipaan. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.
Tim Laboratorium. 2018. Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia I.
Pekanbaru: Universitas Riau.
Triatmodjo, Bambang. 1993. Hidraulika II. Beta Offset: Yogyakarta.
White, Frank dan Hariandja, Manahan. 1988. Mekanika Fluida. Jakarta :
Erlangga.
LAMPIRAN A

LAPORAN SEMENTARA

Judul Pratikum : Aliran Fluida dalam Sistem Perpipaan

Dosen Pembimbing : Dr.Ida Zahrina. MT

Hari/Tanggal Pratikum : 03 Desember 2018

Asisten Laboratorium : Kevin Marcellino

Anggota Kelompok : 1. Basri Iskandar

2. Edo Indra Saputra

3. R. Laila Muharami

4. Sophia Anggraini

Tabel A.1 Data Hasil Percobaan Pada Elbow 45˚

Ha Hb Head
Bukaan Volume Waktu Debit Q Q rerata
(mm (mm loss
valve (m3) ( detik) (m3/detik) (m3/detik)
Hg) Hg) (ha-hb)
0,004 7,4 0,000540541 478 454 24
0,008 14,9 0,000536913 479 453 26
0,012 23,1 0,000519481 479 453 26
25% 0,000505696
0,016 32,1 0,000498442 479 453 26
0,02 42,8 0,00046729 481 451 30
0,024 50,9 0,000471513 480 452 28
0,004 7,9 0,000506329 478 454 24
0,008 16 0,0005 480 450 30
0,012 23,3 0,000515021 479 452 27
50% 0,000507069
0,016 31,4 0,000509554 480 451 29
0,02 39,1 0,000511509 480 451 29
0,024 48 0,0005 481 450 31
0,004 8 0,0005 480 451 29
75% 0,000507992
0,008 16 0,0005 480 451 29
0,012 22,9 0,000524017 480 450 30
0,016 31,6 0,000506329 480 450 30
0,02 39,2 0,000510204 479 451 28
0,024 47,3 0,0005074 479 451 28
0,004 7,6 0,000526316 479 450 29
0,008 15,7 0,000509554 480 450 30
0,012 23,1 0,000519481 480 450 30
0,000511561
0,016 31,9 0,000501567 479 450 29
100%
0,02 39,6 0,000505051 479 451 28
0,024 47,3 0,0005074 479 451 28

Tabel A.2 Data Hasil Percobaan Pada Elbow 90˚

Ha Head
Bukaan Volume Waktu Debit Q Q rerata Hb
(mm loss
valve (m3) (detik) (m3/detik) (m3/detik) (mmHg)
Hg) (ha-hb)
0,004 11,8 0,00033898 471 461 10
0,008 23,4 0,00034188 470 460 10
0,012 33,2 0,00036145 469 462 7
25% 0,000348463
0,016 44,5 0,00035955 468 463 5
0,02 56,1 0,00035651 468 463 5
0,024 72,2 0,00033241 468 463 5
0,004 12,1 0,00033058 475 455 20
0,008 22,8 0,00035088 469 463 6
0,012 33,9 0,00035398 469 463 6
50% 0,000353206
0,016 44,5 0,00035955 468 464 4
0,02 54,8 0,00036496 468 463 5
0,024 66,8 0,00035928 467 464 3
0,004 8,5 0,00047059 470 462 8
0,008 16 0,0005 470 461 9
0,012 23,9 0,00050209 469 462 7
75% 0,000497543
0,016 31,8 0,00050314 469 462 7
0,02 39,1 0,00051151 469 462 7
0,024 48,2 0,00049793 469 462 7
0,004 7,1 0,00056338 484 446 38
0,008 15,4 0,00051948 466 464 2
0,012 23,5 0,00051064 467 463 4
100% 0,000508305
0,016 31,4 0,00050955 468 462 6
0,02 42 0,00047619 469 461 8
0,024 51 0,00047059 469 461 8

Pekanbaru, 03 Desember 2018


Pratikan Asisten
Basri Iskandar Kevin Marcellino

LAMPIRAN B
SPESIFIKASI PERALATAN

Spesifikasi peralatan pipa-pipa yang digunakan pada percobaan aliraan


fluida dalam system perpipaan:
1. Elbow 450 dan Elbow 900
Panjang pipa : 190 cm = 6,2335 ft
ID pipa : 17,21 mm = 0,0565 ft
Luas pipa : 0,0025 ft2
2. Data fluida
Densitas fluida (ρ) = 62.43 lbm/ft3
Viskositas (µ) = 0.00067197 lbm/ft.s
ρair = 1 gr/cm3 = 62,43 lbm/ft3
µ = 1cP = 6,7197 x 10-4 lb/ft.s
gc = 32,174 lbm.ft/lbf.s2
LAMPIRAN C
PERHITUNGAN

C.1 Menghitung Debit (Q)


Diameter elbow 45º = 0,0656 ft
Penyelesaian :
Elbow 45º
Bukaan 25%
V
Q1 = t
0,004
= 7,4

= 0,000540541 m3/s
V
Q2 = t
0,008
= 14,9

= 0,000536913 m3/s
V
Q3 = t
0.012
= 23,1

= 0,000519481 m3/s
V
Q4 = t
0.016
= 32,1

= 0,000498442 m3/s
V
Q5 = t
0.020
= 42,8

= 0,00046729 m3/s
V
Q6 = t
0.024
= 50,9

= 0,000471513 m3/s
0,000540541+0,000536913+0,000498442+0,000519481+0,00046729+0,000471513
Qrata= 6
3
= 0,000505696 ft /detik

1
A = 4 𝜋d2
1
A = 4 3,14 X (0,0656 𝑓𝑡)2

= 0,0025 ft2

Q
v=A
0,000505696 ft3 /detik
= 0,0025 ft2

= 0,2022784 ft/detik

Perhitungan debit untuk variasi sistem perpipaan lainnya menggunakan


cara yang sama

C.2 Menghitung Bilangan Reynold (NRe)


Bukaan 25 %
ρair = 1 gr/cm3 = 62,43 lbm/ft3
v = 0,2022784 ft/detik
Diameter elbow 45º = 0,0656 ft
µ = 1Cp = 6,7197 x 10-4 lb/ft.s
penyelesaian:
Elbow 45º
Bukaan 25%
ρvD
NRe = µ
lbm
62,43 ft3 ×0,2022784 ft/detik×0,0656 ft
=
6,7197 x 10−4 lb/ft.s

= 1232,811848
Perhitungan bilangan Reynold untuk variasi sistem perpipaan lainnya
menggunakan cara yang sama.
C.3 Menghitung Friction Loss (F)
Bukaan 25%
Diameter elbow 45º = 0,0656 ft
ρair = 1 gr/cm3 = 62,43 lbm/ft3
v = 0,2022784 ft/detik
µ= 1cP = 6,7197 x 10-4 lb/ft.s
gc = 32,174 lbm.ft/lbf.s2
L (panjang pipa) = 6,2335 ft
Penyelesaian:
32µ 𝐿 𝑉2
F= gc D2 ρ
lb
32×6,7197 x 10−4 ft .s×6,2335 ft×(0,2022784 ft/detik)𝟐
=
32,174 lbm.ft/lbf.s2×0,0656 ft2 ×62,43 lbm/ft3

= 4,57959 x 10-5 ft/lbm


Perhitungan Friction loss untuk variasi sistem perpipaan lainnya
menggunakan cara yang sama.

C.4 Menghitung friction factor


Elbow 45º
2 𝐹𝑔𝑐𝐷
f= 𝐿𝑉 2
2×4,57959 x 10−5 ft/lbm×32.174 lbm.ft/lbf.s2×0,0656 ft
=
6.2335 ft×(0,2022784 ft/detik)2

= 1,26892 x 10-6
Untuk variasi bukaan dan volume yang lain menggunakan cara yang
sama.
LAMPIRAN D
TABEL PERHITUNGAN

Tabel D.1 Hasil Perhitungan Pada Elbow 45º


Kecepatan
Bukaan Q rerata H
V Log V Log H Nre F f
Valve Ft3/det inHg
ft/det
4,57959 1,26892
25% 0,000505696 0,2022784 1,049868766 0,69405049 1,425968732 1232,811848
E-05 E-06

4,60449 1,28275
50% 0,000507069 0,2028276 1,115485564 0,692872948 1,452297671 1236,159018
E-05 E-06

4,62127 1,29212
75% 0,000507992 0,2031968 1,141732283 0,692083136 1,462397998 1238,409156
E-05 E-06

4,68644 1,32881
100% 0,000511561 0,2046244 1,141732283 0,689042581 1,462397998 1247,109848
E-05 E-06

Tabel D.2 Hasil Perhitungan Pada Elbow 90º ( Kasar )


Bukaan Q rerata Kecepatan H
Log V Log H Nre F f
Valve Ft3/det V ft/det inHg
2,17451 2,86089
25% 0,000348463 0,1393852 0,275590551 0,855783337 0,84509804 849,5011134
E-05 E-07

2,23411 3,01986
50% 0,000353206 0,1412824 0,288713911 0,849911936 0,865301426 861,063844
E-05 E-07

4,43312 1,18904
75% 0,000497543 0,1990172 0,295275591 0,701109388 0,875061263 1212,936043
E-05 E-06

4,62697 1,29531
100% 0,000508305 0,203322 0,433070866 0,691815627 1,041392685 1239,172203
E-05 E-06

Anda mungkin juga menyukai