Disusun Oleh :
Kelompok V
UNIVERSITAS RIAU
2022
ABSTRAK
Deterjen adalah bahan pembersih yang mengandung bahan petrokimia atau surfaktan
sintetik lainnya. Surfaktan merupakan bahan pembersih utama yang terdapat dalam
deterjen. Komposisi deterjen terdiri dari bermacam-macam komponen yang dapat
dibedakan menjadi tiga grup utama yaitu, surfaktan, bahan pembentuk dan zat aditif (zat
anti-redeposisi, zat pengalkali, enzim, pengisi, pewangi). Tujuan dari praktikum ini
adalah mengetahui proses pembuatan deterjen bubuk dan menentukan pengaruh
formulasi deterjen bubuk terhadap karakteristik Deterjen bubuk. Pada percobaan ini
dilakukan yaitu dengan mencampurkan Na 2CO3, LAS, STPP, NaHCO3, Na2SO4, dan
NaCl secara berturut, dan diaduk hingga rata sampai tidak ada yang menggumpal. Lalu
setelah diaduk dengan rata, masukkan parfum sebagai pengharum. Setelah semua bahan
sudah tercampur rata, ayak semua bahan yang sudah tercampur itu agar tidak ada
gumpalan. Deterjen yang sudah jadi dimasukkan kedalam gelas ukur sebanyak 5 ml lalu
ditambahkan air sebanyak 5 ml, dikocok sebanyak 30 kali, terdapat busa setinggi 2 ml.
setelah didiamkan selama 5 menit, terjadi kekurangan busa sebanyak 0,5 ml.
Kata Kunci : Builders, Deterjen, Surfaktan, Tinggi Busa, dan Zat Aditif.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Deterjen merupakan bahan pembersih yang sudah umum digunakan oleh
masyarakat luas, baik oleh rumah tangga, industri, perhotelan, rumah makan, serta
rumah sakit. Pemakaian deterjen yang terus-menerus setiap hari menyebabkan
jumlah deterjen yang masuk ke perairan semakin meningkat, sehingga akan dapat
ditemukan dalam air sungai, sedimen, tanah, bahkan air minum (Lewis, 1991).
Kadar deterjen yang tinggi dalam perairan dapat bersifat toksik pada organisme
perairan sehingga dapat menimbulkan gangguan pada ekosistem perairan, dan
secara tak langsung akan berdampak pada kehidupan manusia (Lewis, 1991).
Deterjen yang beredar di pasaran pada umumnya merupakan deterjen dengan
bahan aktif surfaktan LAS (Linear Alkilbenzen Sulfonat III) yang berasal dari
petroleum (minyak bumi). Surfaktan LAS merupakan salah satu surfaktan anionik
yang banyak digunakan sebagai bahan pembuat deterjen, merupakan garam asam
sulfonik dengan cincin benzene dan alkil rantai lurus. Masalah yang timbul dari
penggunaan LAS adalah rendahnya daya biodegradasi yang dimiliki, tidak
sebanding dengan daya bersihnya yang belum bisa maksimal dalam
penggunaannya sebagai bahan aktif deterjen.
Dalam sejumlah besar tes yang dilakukan terhadap tingkat toksisitasnya,
didapatkan bahwa LAS dapat menyebabkan toksisitas akut dan kronik pada
organisme akuatik. LAS dengan konsentrasi 20-30% larutan dapat menyebabkan
kerusakan jaringan. Pada konsentrasi 25 mg/L LAS, ikan bereaksi dengan pola
meningkatnya aktivitas, inaktivasi dan immobilisasi, dan jika tidak dihilangkan
dari sistem akan menyebabkan kematian. Efek minimal yang berhubungan dengan
perubahan biokimia dan histopatologi dalam hati telah dilaporkan dalam uji
toksisitas subkronik terhadap tikus yang diberi konsentrasi LAS 120 mg/kg berat
badan perhari di dalam makanan atau air minum (Budiawan et al., 2009).
1.2 Tujuan Praktikum
a. Mengetahui proses pembuatan deterjen bubuk
b. Menentukan pengaruh formulasi deterjen bubuk terhadap karakteristik
deterjen bubuk
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Deterjen
Deterjen berasal dari bahasa latin yaitu detergere yang berarti
membersihkan. Deterjen merupakan penyempurnaan dari produk sabun. Deterjen
sering disebut dengan istilah deterjen sintetis yang mana deterjen berasal dari
bahan-bahan turunan minyak bumi. Masalah sabun dapat dikurangi dengan
menciptakan deterjen yang lebih efektif yaitu deterjen sintetik. Deterjen sintetik
ini harus mempunyai beberapa sifat, termasuk rantai hipofilik yang panjang dan
ujung ionik polar. Juga ujung yang polar tidak membentuk garam yang
mengendap dengan ion-ion dalam air sadah, sehingga tidak mempengaruhi
keasaman air (Hart, 1998).
Deterjen ada yang bersifat kationik, anionik, maupun nonionik. Semuanya
membuat zat yang lipolifik mudah larut dan menyebar di perairan. Selain itu,
ukuran zat lipolifik menjadi lebih halus, sehingga mempertinggi intensitas racun.
Beberapa deterjen ada yang bersifat persisten, sehingga terjadi akumulasi. Seperti
halnya dengan DDT, deterjen jenis ini sudah tidak boleh digunakan lagi (Slamet,
1983).
4.1 Kesimpulan
1. Proses pembuatan deterjen bubuk dilakukan dengan penambahan
serfaktan, zat pembentuk (builders), dan zat aditif. Surfaktan yang
digunakan adalah texapone dan LAS. Zat pembentuk yang digunakan
adalah Natrium Karbonat, STPP dan Natrium Bikarbonat, Zat aditif
yang digunakan adalah NaCl dan Parfume.
2. Formula yang menunjukkan karakteristik yang terbaik adalah formula
yang mengguanakan surfaktann karena memiliki peran penting dalam
pembersihan.
4.2 Saran
1. Lebih teliti dalam penimbangan bahan yang digunakan serta
memperhatikan kebersihan alat-alat yang digunakan.
2. Dalam pemberian parfum disarankan tidak berlebihan memberinya,
agar deterjen tidak memiliki bau yang menyengat.
DAFTAR PUSTAKA
Gambar
Gambar A.2
A.1 Bahan-
Gambar A.3 Deterjen yang sudah
menimbang
bahan jadi
Gambar
A.4
Mengukur