Anda di halaman 1dari 25

ABSTRAK

Konduktivitas adalah kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan arus listrik. Tujuan
dari percobaan ini adalah mempelajari dasar-dasar pengukuran dengan menggunakan
konduktometer, mempelajari pengaruh perubahan konsentrasi terhadap konduktivitas
suatu larutan dan mengetahui pengaruh suhu terhadap konduktivitas. Pada percobaan ini
konsentrasi NaCl, H2SO4, dan NaOH dibuat menjadi 1%; 0,5%; 0,1%; 0,15%; dan
0,20%. Konduktivitas larutan NaCl 1%; 0,5%; 0,1%; 0,15% dan 0,20% masing-masing
sebesar 0,301 µS/cm, 0,257 µS/cm dan 0,302 µS/cm, 0,455 µS/cm, 0,590 µS/cm. Pada
larutan NaOH 1%; 0,5%; 0,1%; ,0,15% dan 0,20% masing-masing sebesar 0,331µS/cm,
0,388µS/cm, 0,366 µS/cm dan 0,574µS/cm. Sedangkan pada larutan H 2SO4, 1%; 0,5%;
0,1%; 0,15% dan 0,20% sebesar 1,023 µS/cm, 1,947 µS/cm, 1,772 µS/cm dan 2.070
µS/cm. Berdasarkan percobaan semakin besar konsentrasi larutan maka nilai
konduktivitas yang dihasilkan akan semakin meningkat dan peningkatan suhu suatu
larutan akan meningkatkan pergerakan ion-ion dalam suatu larutan sehingga akan
meningkatkan nilai konduktivitas.
Kata kunci: konduktivitas, konduktometer, konsentrasi, suhu.

i
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..............................................................................................1


1.2 Tujuan Percobaan..........................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Konduktivitas..............................................................................3
2.2 Konduktivitas Molar......................................................................................8
2.3 Mekanisme Penghantar Listrik......................................................................8
2.4 Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit..........................................................10

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN


3.1 Alat..............................................................................................................13
3.2 Bahan...........................................................................................................13
3.3 Prosedur Percobaan.....................................................................................13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Percobaan............................................................................................17
4.2 Pembahasan..................................................................................................17

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan..................................................................................................23
5.2 Saran............................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A………………………………………………………………… 24
LAMPIRAN B
LAMPIRAN C

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teknologi computer saat ini telah berkembang seiring pesatnya teknologi
semi konduktor. Hal ini mendorong hampir setiap aspek kegiatan dari kehidupan
manusia menuju kearah komputerisasi. Seiring kali proses-proses tertentu dalam
kehidupan sehari-hari. Misalnya penelitian industri atau dalam praktikum
konduktivitas larutan elektrolit. Dengan mengetahui nilai konduktivitasnya
seorang penelitian dapat mengetahui kadar CO2 dalam udara. Namun, yang
disayangkan adalah banyak dilakukan dengan cara manual. Beberapa masalah
terdapat pada pengukuran secara manual, yaitu keakuratannya kurang, ketelitian
kurang, akan muncul beberapa ralat (error), dan keefektifannya kurang. Pada
pengukuran secara manual tidak dapat langsung diketahui nilai besaran yang
diukur, tetapi dilakukan perhitungan terlebih dahulu (Malaka, 2017).
Konduktivitas cairan dapat diukur melalui pengukuran konduktansi, yang
diukur dengan satuan siemens (S). Konduktansi berkebalikan dengan simbol.
Konduktansi berkebalikan dengan resistensi. Dengan memanfaatkan teknologi
Arduino uno kesulitan-kesulitan pengukuran secara manual dapat teratasi,
sehingga pengukuran konduktivitas larutan elektrolit yang dikontrol dengan
Arduino uno dapat dengan mudah terprogram dan terkomputerisasi (Malaka,
2017).

Salah satu teknik pengukuran konduktivitas suatu larutan yang akan


dipraktikkan adalah titrasi onduktometri. Hal ini dikarenakan pengukuran
konduktivitas (hantaran) dapat dipergunakan untuk penentuan titik akhir titrasi
atau titik ekivalen titrasi. Larutan yang akan diukur konduktansinya yang sering
ditemui adalah titrasi asam kuat basa kuat seperti larutan HCl dititrasi oleh NaOH
(Irwan & Afdal, 2016).
Listrik sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia, manfaatnya sangat
luas diantaranya sebagai sumber penerangan, sumber energi, penghasil panas,
penghasil gerak dan lain-lain. Energi listrik terjadi karena adanya aliran muatan

1
2

listrik. Pada dasarnya suatu larutan asam dapat menghantarkan elektron dan
hubungan kuat arus listrik menghasilkan arus listrik (Kholida et al, 2015).
Sejalan dengan hal ini, aliran muatan listrik didapatkan salah satunya dari
elektrolit. Salah satu larutan elektrolit yaitu larutan garam (NaCl) sebagaimana
pendapat dari Bengi yang menyatakan “Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang
dapat menghantarkan listrik dengan baik terdapat pada larutan NaCl dan larutan
HCl (Kholida et al., 2015).
Menurut Putri (2015), tinjauan secara kimia ketika garam terlarut dalam air,
bahan ini akan terurai menjadi partikel-partikel Natrium dan Klor yang bermuatan
listrik (NaCl merupakan elektrolit kuat yang nantinya terrurai sempurna), partikel-
partikel bermuatan ini akan mengerjakan dua hal yaitu yang pertama mereka
mengelilingi molekul-molekul air, sehingga mengurangi kemampuan mereka
untuk membebaskan diri lepas ke udara berubah menjadi uap, yang kedua
partikel-partikel bermuatan ini akan menarik molekul-molekul air karenan
molekul-molekul air sendiri bermuatan (kutub positif disatu ujung dan kutub
negative di ujung lain, dengan kata lain molekul air bersifat polar) (Putri et al.,
2015)

1.2 Tujuan Percobaan


Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa dapat mengetahui dasar-dasar
pengukuran dengan menggunakan konduktometer dan dapat mengetahui pengaruh
perubahan konsentrasi terhadap konduktivitas suatu larutan.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Konduktivitas


Konduktivitas adalah kemampuan suatu bahan (larutan, gas, atau
logam)untuk menghantarkan arus listrik. Dalam suatu larutan, arus listik dibawa
oleh kation-kation dan anion-anion, sedangkan dalam logam arus listrik dibawa
oleh elektron-elektron. Daya hantar listrik (konduktivitas) adalah ukuran seberapa
kuat suatu larutan dapat menghantarkan listrik. Daya hantar listrik merupakan
kebalikan dari hambatan listrik. Konduktivitas suatu larutan elektrolit, pada setiap
temperature hanya bergantung pada ion-ion yang ada, dan konsentrasi ion-ion
tersebut. Ini sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya efek-efek antar ionic
untuk elektrolit-elektrolit kuat dan oleh kenaikan derajat disosiasi untuk elektrolit-
elektrolit lemah (Irwan & Afdal, 2016).
Daya hantar listrik disebut Konduktivitas, satuannya disingkat Ω-1cm-1.
Konduktivitas digunakan untuk pengukuran larutan/cairan elektrolit. Konsentrasi
elektrolit sangat menentukan besarnya konduktivitas. Energi listrik dapat di
transfer melalui materi berupa hantaran yang bermuatan listrik yang berwujud
arus listrik. Ini berarti bahwa harus terdapat pembawa muatan listrik di dalam
materi serta adanya gaya yang menggerakkan pembawa muatan tersebut.
Pembawa muatan dapat berupa elektron seperti logam, dapat pula berwujud ion
positif dan ion negatif seperti dalam larutan elektrolit dan lelehan garam.
Pembawa muatan yang berwujud logam disebut elektrolit atau metalik, sedangkan
pembawa muatan yang berupa larutan disebut ionik atau elektrolit (Irwan &
Afdal, 2016).
Gaya listrik yang membuat muatan bergerak biasanya berasal dari baterai,
generator atau sumber energi listrik yang lain. Perpindahan muatan listrik dapat
terjadi bila terdapat beda potensial antara satu tempat terhadap yang lain, dan arus
listrik akan mengalir dari tempat yang meiliki potensial tinggi ke tempat potensial
rendah (Irwan & Afdal, 2016).
4

Konduktivitas suatu larutan dipengaruhi oleh beberapa faktor :


a. Konsentrasi
b. Pergerakan ion-ion
c. Valensi ion
d. Suhu
Semakin besar jumlah ion dari suatu larutan maka akan semakin tinggi
nilai konduktivitasnya. Jumlah muatan dalam larutan sebanding dengan nilai daya
hantar molar larutan dimana hantaran molar juga sebanding dengan konduktivitas
larutan. Konsentrasi elektrolit sangat menentukan besarnya konduktivitas molar
(∆m). Konduktivitas molar adalah konduktivitas suatu larutan apabila konsentrasi
larutan sebesar satu molar. Larutan encer, ion-ion dalam larutan tersebut mudah
bergerak sehingga daya hantarnya semakin besar. Larutan yang pekat, pergerakan
ion lebih sulit sehingga daya hantarnya menjadi lebih rendah. Hal lain yang
mempengaruhi daya hantar listrik selain konsentrasi adalah jenis
larutan (Wuryanti, 2018).
Setiap unsur atau senyawa kimia mempunyai derajat konduktivitas yang
berbeda-beda. Air murni mempunyai konduktivitas yang sangat rendah, beberapa
senyawa atau unsur kimia yang terlarut dalam air dapat meningkatkan
konduktivitas air. Pada umumnya peningkatan konsentrasi zat kimia dalam suatu
larutan akan meningkatkan konduktivitas (Wuryanti, 2018).
Pengukuran konduktivitas dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi
suatu larutan kimia atau elektrolit seperti larutan NaCl, HCl, H 2SO4, dan NaOH.
Pengukuran konduktivitas secara luas digunakan dalam industri pengolahan air.
Pengolahan air limbah industri untuk menentukan tingkat kontaminasi air dan
lain-lain (Wuryanti, 2018).
Hantaran listrik merupakan kebalikan dari tahanan (resistanse) bila
tahanan mempunyai satuan dasar ohm maka satuan dasar hantaran adalah “mho”
atau biasa ditulis “Siemen/cm”, pada pengukuran konduktivitas air dan larutan-
larutan kimia pada umumnya digunakan dalam satuan Volt atau mV. Pengukuran
konduktivitas dapat dilakukan dengan menggunakan arus listrik yang dialirkan
pada dua elektroda yang dicelupkan ke dalam air atau larutan kimia, dan
5

mengukur tegangan yang dihasilkan. Selama proses ini, kation berpindah ke


elektroda negatif dan anion berpindah ke elektroda positif, larutan bertindak
sebagai penghantar listrik (Mulia, 2020).
Beberapa jenis khusus konduktivimeter menggunakan arus listrik bolak-
balik (AC). Pada frekuensi optimal dengan dua elektroda aktif dan mengukur beda
tegangan yang dihasilkan suatu larutan. Kuat arus dan beda tegangan digunakan
untuk menghitung hantaran listrik (Conductance), Conductance = I/V (Mulia,
2020).
Konduktivitimeter kemudian menggunakan conductance dan cell konstan
untuk menampilkan nilai konduktivitas. Nilai konduktivitas merupakan ukuran
terhadap konsentrasi total elektrolit didalam air. Kandungan elektrolit yang pada
prinsipnya merupakan garam-garam yang terlarut dalam air, berkaitan dengan
kemampuan air didalam menghantarkan arus listrik (Mulia, 2020).

2.1.1 Pengaruh Konsentrasi dan Suhu


Setiap unsur atau senyawa kimia mempunyai derajat konduktivitas yang
berbeda-beda. Air murni mempunyai konduktivitas yang sangat rendah, beberapa
senyawa atau unsur kimia yang terlarut dalam air dapat meningkatkan
konduktivitas air. Pada umumnya peningkatan konsentrasi zat kimia dalam suatu
larutan akan meningkatkan konduktivitas (Putri et al., 2015).
Perubahan suhu suatu larutan juga mempengaruhi konduktivitasnya,
kenaikan suhu akan meningkatkan pergerakan ion-ion dalam larutan, sehingga
konduktivitas larutan meningkat. Temperatur berhubungan secara linier dengan
konduktivitas, peningkatan konduktivitas akibat kenaikan temperatur dapat
dinyatakan dalam persen per derajat celcius (slope) air murni mempunyai slope
yang relative besar yaitu 5.2 % per 0C. Air pada umumnya mempunyai slope
antara 1,8 - 2 % per 0C larutan garam, asam, atau alkali mempunyai slope sekitar
1,5 % per 0C (Putri et al., 2015).

2.1.2 Aplikasi Pengukuran Konduktivitas


Pengukuran konduktivitas dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi
suatu larutan kimia atau elektrolit seperti larutan NaCl, HCl, H 2SO4, dan NaOH.
6

Pengukuran konduktivitas secara luas digunakan dalam industri pengolahan air.


Pengolahan air limbah industri untuk menentukan tingkat kontaminasi air dan
lain-lain (Mubarak, 2022).

2.1.3 Satuan Konduktivitas


Hantaran listrik merupakan kebalikan dari tahanan (resistanse) bila
tahanan mempunyai satuan dasar ohm maka satuan dasar hantaran adalah “mho”
atau biasa ditulis “Siemen/cm”, pada pengukuran konduktivitas air dan larutan-
larutan kimia umumnya digunakan satuan Volt atau mV (Mubarak, 2022).

2.1.4 Alat Ukur Konduktivitas


Pengukuran konduktivitas dapat dilakukan dengan menggunakan arus
listrik yang dialirkan pada dua elektroda yang dicelupkan ke dalam air atau
larutan kimia, dan mengukur tegangan yang dihasilkan. Selama proses ini, kation
berpindah ke elektroda negative dan anion berpindah ke elektroda positif, larutan
bertindak sebagai penghantar listrik (Zamora et al., 2016).
Beberapa jenis khusus konduktivimeter menggunakan arus listrik bolak-
balik (AC). Pada frekuensi optimal dengan dua elektroda aktif dan mengukur beda
tegangan yang dihasilkan suatu larutan. Kuat arus dan beda tegangan digunakan
untuk menghiutng hantaran listrik (Conductance), Conductance = I/V.
Konduktivitimeter kemudian menggunakan conductance dan cell konstan untuk
menampilkan nilai konduktivitas (Zamora et al., 2016).

2.1.5 Pengukuran Daya Hantar Listrik


Menurut Kholida (2015), pengukuran daya hantar memerlukan sumber
listrik sel untuk menyimpan larutan dan jembatan (rangkaian elektronik) untuk
mengukur ketahanan larutan.
1. Sumber listrik Hantaran atau DC (missal arus yang berasal dari baterai)
melalui larutan merupakan proses faraday, yaitu oksidasi dan reduksi
terjadi pada kedua elektroda. Sedangkan arus AC tidak memerlukan reaksi
elektro kimia pada elektroda-elektrodanya, dalam hal ini aliran arus listrik
bukan akibat proses faraday.
7

2. Tahanan jembatan-jembatan Wheatstone merupakan jenis alat yang


digunakan untuk pengukuran daya hantar.
3. Sel salah satu bagian konduktometer adalah sel yang terdiri dari sepasang
elektroda yang terbuat dari bahan yang sama. Biasanya elektroda berupa
logam yang dilapisi logam platina untuk menambah efektifitas permukaan
elektroda.

2.1.6 Penunjukan Harga Ukur Secara Digital


Penunjukan harga ukur secara digital adalah suatu cara penunjukan yang
diskrit dari harga yang diukur, misalnya penunjukan harga dengan angka. Pada
penunjukan harga ukur secara digital, kesalahan membaca lebih kecil
dibandingkan dengan cara penunjukkan analog. Syarat untuk memperoleh nilai
ukur lebih lanjut, misalnya pada pencetak dan computer, adalah bahwa nilai sinyal
terdapat dalam bentuk digitak (arus listrik yang berpusat atau sinyal pneumatic).
Karena adanya kebanyakan nilai ukur atau sinyal terdapat dalam bentuk analog,
dibutuhkan suatu instalasi (converter) untuk mengubahnya menjadi bentuk digital
(Nawir et al., 2018).
Ketepatan pengukuran adalah kecocokan nilai yang ditunjukan alat dengan
nilai yang sebenarnya. Perbedaan keduanya disebut besar kesalahan. Tiap hasil
pengukuran selalu mengandung kesalahan, misalnya diakibatkan karena
ketidaksempurnaan alat ukur dan cara pengukuran, karena pengaruh lingkungan
yang tidak dikehendaki, pengaruh orang yang mengukur (menyimang dari cara
pengukuran yang telah ditentukan, kurang cermat pada waktu membaca, cara
pengukuran yang dipilih kurang tepat. Kesalahan keseluruhan dari satu
pengukuran merupakan jumlah dari masing-masing kesalahan yang terjadi.
Kesalahan alat ukur dapat berubah dengan waktu, oleh karena itu alat ukur
tertentu perlu dikalibrasi (Nawir et al., 2018).

2.1.7 Kalibrasi
Dalam teknik pengukuran, mengkalibrasi berarti menyetl alat ukur hingga
penunjukkannya menyimpang sedikit mungkin dari nilai sebenarnya. Untuk
mengkalibrasi suatu alat yang digunakan lat kedua yang biasanya lebih teliti dari
8

alat yang dikalibrasi. Beberapa alat ukur yang dikalibrasi dengan komputer.
Secara hokum mengkalibrasi berarti pengujian resmi untuk menentukan bahwa
alat ukur tersebut memenuhi syarat yang ditentukan (misalnya batas kesalahan)
(Nawir et al., 2018).

2.2 Konduktivitas Molar


Meskipun hantaran jenis dapat diukur dengan mudah, tetapi besaran ini
tidak biasa digunakan dalam membahas proses penghantaran listrik dalam suatu
larutan elektrolit. Suatu larutan dengan konsentrasi yang berbeda akan memiliki
hantaran jenis yang berbeda karena volume larutan dengan konsentrasi yang
berbeda mengandung jumlah ion yang berbeda. Karena itu untuk memperoleh
ukuran kemampuan mengangkut listrik dari sejumlah tertentu elektrolit
didefinisikan sebagai konduktivitas molar (A) (Nawir et al., 2018).
Ls
A= ………………………………………………………………………… (1.1)
C
Keterangan:
C = konsentrasi molar zat terlarut (mol dm-3)
Ls = daya hantar jenis (S m-1)

2.3 Mekanisme Penghantar Listrik


Aliran listrik melalui suatu konduktor (penghantar) melibatkan
perpindahan elektron dari potensial negatif yang tinggi ke potensial lainnya yang
lebih rendah. Dalam penghantar elektronik, seperti padatan dan lelehan logam,
penghantaran berlangsung melalui perpindahan elektron langsung melalui
penghantar dengan pengaruh dari potensial yang diterapkan. Dalam hal ini atom-
atom penyusun penghantar tidak terlibat dalam proses tersebut. Akan tetapi pada
penghantar elektrolitik, yang mencakup larutan elektrolit dan lelehan garam-
garam, penghantaran berlangsung melalui perpindahan ion-ion baik positif
maupun negatif menuju elektroda-elektroda. Mekanisme elektrolisis adalah bahwa
elektron masuk dan keluar dari larutan terjadi melalui perubahan kimia pada
elektroda-elektrodanya. NaCl merupakan senyawa ionik sehingga jika dilarutkan
kedalam air, maka menjadi larutan elektrolit dan dapat terionisasi sempurna dan
9

berubah menjadi ion-ion dalam larutannya yaitu ion Na+ dan Cl- yang dapat
menghantarkan listrik (Nawir et al., 2018).
Daya hantar listrik disebut Konduktivitas, satuannya disingkat Ω-1cm-1.
Konduktivitas digunakan untuk pengukuran larutan/cairan elektrolit. Konsentrasi
elektrolit sangat menentukan besarnya konduktivitas. Energi listrik dapat di
transfer melalui materi berupa hantaran yang bermuatan listrik yang berwujud
arus listrik. Ini berarti bahwa harus terdapat pembawa muatan listrik di dalam
materi serta adanya gaya yang menggerakkan pembawa muatan tersebut.
Pembawa muatan dapat berupa elektron seperti logam, dapat pula berwujud ion
positif dan ion negatif seperti dalam larutan elektrolit dan lelehan garam.
Pembawa muatan yang berwujud logam disebut elektrolit atau metalik, sedangkan
pembawa muatan yang berupa larutan disebut ionik atau elektrolit (Nawir et al.,
2018).

2.3.1 Pembuatan Larutan


Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat
yang terdispersi baik sebagai molekul, atom, maupun ion yang komposisinya
dapat bervariasi tetapi memiliki komposisi merata atau serba sama diseluruh
volumenya. Suatu larutan mengandung satu zat terlarut atau lebih dari satu
pelarut. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan
pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah yang banyak. Pengenceran
adalah proses mencampur larutan (zat terlarut) yang berkonsentrasi tinggi dengan
cara menambahkan zat pelarut hingga diperoleh volume yang lebih besar dan
konsentrasi zat terlaru yang lebih rendah. Pengenceran juga dapat meningkatkan
jumlah pH dalam larutan (Mentari, 2017).
Bila dua atau lebih zat yang tidak bereaksi dicampur, campuran yang
terjadi ada 3 kemungkinan, yaitu campuran kasar, disperse colid, dan larutan
sejati. Dua jenis campuran yang pertama bersifat heterogen dan dapat dipisahkan
secara mekanis. Sedang larutan yang bersifat homogen dan tidak dapat dipisahkan
secara mekanis. Atas dasar ini campuran larutan didefinisikan sebagai campuran
homogen antara dua zat atau lebih. Keadaan fisika larutan dapat berupa gas, cair,
10

atau padat dengan perbandingan yang berubah-ubah pada jarak yang luas (Hamid
et al., 2021).
Pencampuran larutan merupakan penggabungan dua zat atau lebih yang
jenisnya sama. Namun larutan tersebut mempunyai konsentrasi yang berbeda.
Pencampuran tidak menyebabkan adanya perubahan fisik (Hamid et al., 2021).

2.3.2 Proses Pengenceran Larutan


Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi)
dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar.
Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah
panas dilepaskan (Fazlia, 2018).
Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil solute,
relative terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang
mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut, sedangkan solvent
(pelarut) adalah medium dalam mana solute terlarut (Fazlia, 2018).

2.4 Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit


Menurut Kholida (2015), berdasarkan daya hantar listriknya (daya
ionisasinya), larutan dibedakan dalm dua jenis, yaitu larutan elektrolit dan non
elektrolit. Larutan elektrolit dibedakan atas :
a. Elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar listrik yang
kuat, karena zat terlarutnya di dalam pelarut (umumnya air), seluruhnya
berubah menjadi ion-ion (α = 1).
b. Yang tergolong elektrolit kuat adalah asam-asam kuat, seperti : HCl,
HClO3, H2SO4, HNO3, HClO4.
Listrik sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia, manfaatnya sangat
luas diantaranya sebagai sumber penerangan, sumber energi, penghasil panas,
penghasil gerak dan lain-lain. Energi listrik terjadi karena adanya aliran muatan
listrik. Pada dasarnya suatu larutan asam dapat menghantarkan electron dan
hubungan kuat arus listrik menghasilkan arus listrik (Kholida et al., 2015).
Asam sulfat murni yang tidak diencerkan tidak dapat ditentukan secara
alami di bumi karena sifatnya higroskopis. Asam sulfat terbentuk secara alami
11

melalui oksidasi mineral sulfida, misalnya besi sulfida. Air asam hasil oksidasi ini
mampu melarutkan logam-logam yang ada dalam biji sulfida, yang menghasilkan
uap berwarna cerah yang beracun. Apabila air ditambahakan asam sulfat pekat,
maka akan mendidih. Jika melarutkan asam sulfat pekat, tambahkan asam sulfat
pekat itu kedalam air, bukan air yang dimasukkan kedalam asam sulfat (Fazlia,
2018).
Asam sulfat merupakan zat pengering yang baik, asam sulfat digunakan
dalam pengolahan kebanyakan buah-buah yang kering di atmosfer. Asam sulfat
merupakan salah satu bahan kimia yang menyebabkan hujan asam. Tidak mudah
membayangkan bahan kimia yang sangat aktif seperti asam sulfat ini adalah bahan
kimia yang banyak dipakai dan merupakan produk yang penting. Zat ini
digunakan sebagai bahan untuk pembuatan garam-garam sulfat untuk sulfonasi,
namun sering digunakan karena merupakan asam anorganik yang kuat dan
lumayan murah. Bahan kimia seperti asam sulfat, ini sering dipakai di industry,
namun pada produk akhir asam sulfat itu jarang muncul. Asam sulfat dipakai
dalam pembuatan pupuk, plat timah, pengolahan minyak dan pewarna tekstil
(Fazlia, 2018).
Asam sulfat mempunyai larutan H2SO4 yang merupakan asam mineral
(anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam ai pada semua perbandingan. Asam
sulfat 100% dapat dibuat namun ia akan melepaskan SO 3 pada titik didihnya dan
menghasilkan asam 98,3%. Asam sulfat 98% umumnya disebut sebagai asam
sulfat pekat. Asam murni berupa cairan bening seperti minyak dan karena itu
didefinisikan pada dahulu kala sebagai minya vitriol (Fazlia, 2018).
Menurut Fazlia ( 2018), aliran muatan listrik didapatkan salah satunya dari
larutan elektrolit. Salah satu larutan elektrolit yaitu larutan garam (NaCl)
sebagaimana dari yang menyatakan bahwa “Larutan elektrolit kuat adalah larutan
yang dapat menghantarkan listrik dengan baik terdapat pada larutan NaCl dan
larutan HCl”. Dari pernyataan tersebut jelas bahwa garam dapur (NaCl)
merupakan elektrolit kuat yang dapat menghasilkan arus listrik (Fazlia, 2018).
Menurut Putri (2015), tinjauan secara kimia ketika garam terlarut dalam
air, bahan ini akan terurai menjad partikel-partikel Natrium dan Klor yang
12

bermuatan listrik (NaCl) merupakan elektrolit kuat yang nantinya terurai


sempurna, partikel-partikel bermuatan ini akan mengerjakan dua hal yaitu yang
pertama mereka mengelilingi molekul-molekul air, sehingga mengurangi
kemampuan mereka untuk membebaskan diri lepas ke udara berubah menjadi uap,
yang kedua partikel-partikel bermuatan ini akan menarik molekul-molekul air
karenan molekul-molekul air sendiri bermuatan (kutub positif disatu ujung dan
kutub negative di ujung lain, dengan kata lain molekul air bersifat polar).
Hal ini juga terintegrasi dengan konduktivitas listrik sebuah bahan atau
laruta, sebagaimana penelitian yang dilakukan yang menyebabkan bahwa
“penentuan konduktivitas listrik larutan elektrolit, yaitu kemampuan suatu larutan
untuk menghantarkan arus listrik”. Berdasarkan ketersediaan bahan atau larutan,
larutan garam (NaCl) sangat mudah didapatkan dalam kehidupan sehari-hari
begitu juga dengan air kelapa mudah untuk didapatkannya (Putri et al., 2015).
Hal ini senada dengan penelitian Fazlia yang menyatakan bahwa yaitu
“larutan elektrolit kuat adalah larutan yang dapat menghantarkan listrik dengan
baik terdapat pada larutan NaCl dan larutan HCl. Semakin besar volume larutan
elektrolit maka semakin besar arus yang diperoleh dan semakin kecil hambatan
yang terdapat pada larutan elektrolit tersebut sehingga semakin besar kemampuan
konduktivitas listrik pada larutan tersebut (Fazlia, 2018).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum pengukuran konduktivitas
antara lain :
1. Konduktometer
2. Neraca analitik
3. Batang pengaduk
4. Gelas kimia 100 ml, 150 ml, 250 ml
5. Labu ukur 100 ml
6. Corong kaca
7. Cawan
8. Gelas ukur 10 ml
9. Pipet tetes
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum pengukuran konduktivitas adalah
NaOH, NaCl, H2 SO4 98%, dan aquadest.
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Pembuatan Larutan Induk NaOH 1%
1. Padatan NaOH ditimbang sebanyak 1 gram kemudian dimasukkan ke
dalam gelas kimia.
2. Ditambahkan sedikit aquadest ke dalam gelas kimia untuk melarutkan
NaOH, aduk hingga homogen.
3. Setelah homogen, dimasukkan larutan kedalam labu ukur 100 ml
4. Ditambahkan aquadest hingga tanda batas, kemudian ditutup dan
dihomogenkan kembali.
3.3.2 Pengenceran Larutan Induk NaOH 1% dengan variasi 0,05 %; 0,1%;
0,15%.

13
1. Larutan induk yang telah dibuat kemudian diencerkan 0,05% sebanyak 5
ml menggunakan gelas ukur kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur
100 ml.

14
15

2. Ditambahkan sedikit aquadest pada gelas ukur untuk melarutkan larutan


yang tersisa pada gelas ukur lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml.
3. Ditambahkan aquadest hingga tanda batas, kemudian ditutup dan
dihomogenkan.
4. Larutan yang telah homogen dituang ke dalam gelas kimia.
5. Dilanjutkan pengenceran dengan varian 0,1%; 0,15% dengan melakukan
langkah sebelumnya sesuai varian yang ingin dibuat.
3.3.3 Pengukuran konduktivitas larutan induk NaOH 1% yang telah
diencerkan.
1. Larutan yang telah diencerkan dengan varian yang ditentukan diukur
menggunakan alat konduktometer.
2. Dicelupkan elektroda pada alat konduktometer ke dalam larutan yang telah
diencerkan.
3. Dicatat nilai konduktivitas yang dapat dilihat pada display alat
konduktometer jika telah konstan. (Setiap melakukan pengukuran alat
konduktometer dikalibrasi terlebih dahulu lalu dilanjutkan pengukuran
selanjutnya).
4. Dilakukan prosedur diatas pada larutan yang telah diencerkan lainnya.
Dilihat nilai konduktivitasnya jika telah konstan dicatat.
3.3.4 Pembuatan Larutan Induk NaCl 1%
1. Padatan NaCl ditimbang sebanyak 1 gram kemudian dimasukkan ke dalam
gelas kimia.
2. Ditambahkan sedikit aquadest ke dalam gelas kimia untuk melarutkan
NaCl, aduk hingga homogen.
3. Setelah homogen, dimasukkan larutan kedalam labu ukur 100 ml
4. Ditambahkan aquadest hingga tanda batas, kemudian ditutup dan
dihomogenkan kembali.
3.3.5 Pengenceran Larutan Induk NaCl 1% dengan variasi 0,05 %; 0,1%;
0,15%; 0,2%.
16

1. Larutan induk yang telah dibuat kemudian diencerkan 0,05% sebanyak 5


ml menggunakan gelas ukur kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur
100 ml.
2. Ditambahkan sedikit aquadest pada gelas ukur untuk melarutkan larutan
yang tersisa pada gelas ukur lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml.
3. Ditambahkan aquadest hingga tanda batas, kemudian ditutup dan
dihomogenkan.
4. Larutan yang telah homogen dituang ke dalam gelas kimia.
5. Dilanjutkan pengenceran dengan varian 0,1%; 0,15%; 0,2% dengan
melakukan langkah sebelumnya sesuai varian yang ingin dibuat.
3.3.6 Pengukuran konduktivitas larutan induk NaCl 1% yang telah
diencerkan.
1. Larutan yang telah diencerkan dengan varian yang ditentukan diukur
menggunakan alat konduktometer.
2. Dicelupkan elektroda pada alat konduktometer ke dalam larutan yang telah
diencerkan.
3. Dicatat nilai konduktivitas yang dapat dilihat pada display alat
konduktometer jika telah konstan. (Setiap melakukan pengukuran alat
konduktometer dikalibrasi terlebih dahulu lalu dilanjutkan pengukuran
selanjutnya).
4. Dilakukan prosedur diatas pada larutan yang telah diencerkan lainnya.
Dilihat nilai konduktivitasnya jika telah konstan dicatat.
3.3.7 Pengenceran Larutan Induk H2 SO4 98%
1. Larutan H2 SO4 0,5 % dibuat dengan mengencerkan H2 SO4 98% sebanyak
0,5 ml menggunakan gelas ukur kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur
100 ml.
2. Ditambahkan sedikit aquadest pada gelas ukur untuk melarutkan larutan
yang tersisa pada gelas ukur lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml.
3. Ditambahkan aquadest hingga tanda batas, kemudian ditutup lalu
dihomogenkan.
17

3.3.8 Pengenceran Larutan Induk H2 SO4 98% dengan variasi 0,1%;


0,15%; 0,2%.
1. Larutan induk yang telah dibuat kemudian diencerkan 0,1% sebanyak 0,1
ml menggunakan gelas ukur kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur
100 ml.
2. Ditambahkan sedikit aquadest pada gelas ukur untuk melarutkan larutan
yang tersisa pada gelas ukur lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml.
3. Ditambahkan aquadest hingga tanda batas, kemudian ditutup dan
dihomogenkan.
4. Larutan yang telah homogen dituang ke dalam gelas kimia.
5. Dilanjutkan pengenceran dengan varian 0,1%; 0,15%; 0,2% dengan
melakukan langkah sebelumnya sesuai varian yang ingin dibuat.
3.3.9 Pengukuran konduktivitas larutan induk H 2 SO4 98% yang telah
diencerkan.
1. Larutan yang telah diencerkan dengan varian yang ditentukan diukur
menggunakan alat konduktometer.
2. Dicelupkan elektroda pada alat konduktometer ke dalam larutan yang telah
diencerkan.
3. Dicatat nilai konduktivitas yang dapat dilihat pada display alat
konduktometer jika telah konstan. (Setiap melakukan pengukuran alat
konduktometer dikalibrasi terlebih dahulu lalu dilanjutkan pengukuran
selanjutnya).
4. Dilakukan prosedur diatas pada larutan yang telah diencerkan lainnya.
Dilihat nilai konduktivitasnya jika telah konstan dicatat.
3.3.10 Proses Kalibrasi Alat Konduktometer.
1. Dimasukkan aquadest ke dalam gelas kimia.
2. Dihidupkan alat konduktometer dengan menekan tombol on.
3. Dicelupkan elektroda pada alat konduktometer ke dalam aquadest.
4. Dikalibrasikan alat konduktometer.
LAMPIRAN A
LAPORAN SEMENTARA

Judul Percobaan : Pengukuran Konduktivitas


Hari/Tanggal Praktikum : Kamis/27 Oktober 2022
Dosen Pengampu : Dra. Wisrayetti, M.Si
Asistensi : Helmi Syahputra
Kelompok : I (satu)
1. Eka Selphia Riyanti
2. Oktavia Dewa Yani
3. Daniel Andica Siahaan
4. Winarno
No Larutan Konsentrasi (%) Konduktivitas (µs/cm)
1 0301
0,05 0257
1 NaCl 0,1 0302
0,15 0455
0,2 0590
1 0431
0,05 0300
2 NaOH
0,1 0366
0,15 0574
0,05 1023
0,1 1547
3 H2 SO4
0,15 1772
0,2 2070
Hasil Percobaan :

Mengetahui, Pekanbaru, 21 Oktober 2022


Asisten, Praktikan,

(Helmi Syah Putra) (Daniel Andica Siahaan)


Nim. 1907036445 Nim. 2007036669

LAMPIRAN B

24
PERHITUNGAN

Hasil Percobaan :
1. Pembuatan larutan sample
a. Larutan NaCl
Konsentrasi larutan induk : 1%
 Larutan NaCl 0,05%
V1 × N1 = V2 × N2
100ml × 0,05% = V2 × 1%
5 = V2 × 1%
5
V2 =
1
V2 = 5 ml
 Larutan NaCl 0,1%
V1 × N1 = V2 × N2
100ml × 0,1% = V2 × 1%
10 = V2 × 1%
10
V2 =
1
V2 = 10 ml
 Larutan NaCl 0,15%
V1 × N1 = V2 × N2
100ml × 0,15% = V2 × 1%
15 = V2 × 1%
15
V2 =
1
V2 = 15 ml
 Larutan NaCl 0,2%
V1 × N1 = V2 × N2
100ml × 0,2% = V2 × 1%
20 = V2 × 1%

25
26

20
V2 =
1
V2 = 20 ml

b. Larutan H2SO4 98%


Pengenceran larutan 0,5% dari 98% dalam 100 ml
V1 × N1 = V2 × N2
100ml × 0,5% = V2 × 98%
50 = V2 × 98%
50
V2 =
98
V2 = 0,5 ml
Konsentrasi larutan induk : 0,5 %
 Larutan H2SO4 0,05%
V1 × N1 = V2 × N2
100ml × 0,05% = V2 × 0,5%
5 = V2 × 0,5%
5
V2 =
0,5
V2 = 10 ml
 Larutan H2SO4 0,1%
V1 × N1 = V2 × N2
100ml × 0,1% = V2 × 0,5%
10 = V2 × 0,5%
10
V2 =
0,5
V2 = 20 ml
 Larutan H2SO4 0,15%
V1 × N1 = V2 × N2
100ml × 0,15% = V2 × 0,5%
15 = V2 × 0,5%
15
V2 =
0,5
27

V2 = 30 ml
 Larutan H2SO4 0,2%
V1 × N1 = V2 × N2
100ml × 0,2% = V2 × 0,5%
20 = V2 × 0,5%
20
V2 =
0,5
V2 = 40 ml

c. Larutan NaOH
Konsentrasi larutan induk : 1%
 Larutan NaOH 0,05%
V1 × N1 = V2 × N2
100ml × 0,05% = V2 × 1%
5 = V2 × 1%
5
V2 =
1
V2 = 5 ml
 Larutan NaOH 0,1%
V1 × N1 = V2 × N2
100ml × 0,1% = V2 × 1%
10 = V2 × 1%
10
V2 =
1
V2 = 10 ml
 Larutan NaOH 0,15%
V1 × N1 = V2 × N2
100ml × 0,15% = V2 × 1%
15 = V2 × 1%
15
V2 =
1
V2 = 15 ml
28
29

 Larutan NaOH 0,2%


V1 × N1 = V2 × N2
100ml × 0,2% = V2 × 1%
20 = V2 × 1%
20
V2 =
1
V2 = 20 ml

Anda mungkin juga menyukai