Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya Indonesia merupakan negara agraris, yang merupakan negara
penghasil produk pertanian dalam jumlah yang besar. Namun kadangkala negra
Indonesia tidak mampu mengelola atau mengolah produknya tersebut, padahal
produk pertanian merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia di seluruh
dunia pada umumnya. Salah satu karakteristik yang perlu diketahui adalah
mengenai konduktivitas listrik suatu bahan hasil pertanian yang bersifat cair.
Konduktivitas listrik itu sendiri adalah kemampuan dari larutan, logam atau gas,
secara singkat semua bahan untuk melewati arus listrik.
Pada aplikasi bidang teknik, pengetahuan mengenai konduktivitas listrik
penting untuk merancang dan mengoptimasi berbagai proses dan peralatan,
terutama yang melibatkan sistem elektrokimia seperti peralatan elektrolisis dan
baterai. Konduktivitas listrik juga dapat digunakan untuk menambah wawasan
mengenai sifat-sifat larutan elektrolit dan menghitung besaran fisika seperti
konstanta disosiasi. Penelitian mengenai konduktivitas dewasa ini lebih
dikembangkan pada model teoritis untuk pengukuran konduktivitas larutan pekat
dan sistem pelarut campuran
Pada dasarnya pengolahan produk pertanian itu tidaklah sulit, asalkan kita
dapat memahami sifat dari produk pertanian tersebut berikut dengan masalah yang
dihadapi. Dengan itu semua kita dapat menciptakan alat atau mesin tertentu yang
benilai guna dan tidak merusak lingkungan atau bahkan tidak merusak produk
pertanian itu sendiri sebagai solusi cerdas dari masalah itu sendiri. Praktikum kali
ini mengenai konduktivitas listrik, diharapkan dapat mempermudah proses
penanganan bahan hasil pertanian setelah panen dan proses perancangan mesin
yang mendukung dalam kemajuan pangan Indonesia.

1.2 Tujuan Praktikum


1.2.1 Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa dapat mempelajari karakteristik dielektrik.
1.2.2 Tujuan Instruksional Khusus
Mahasiswa dapat menentukan besar konduktivitas listrik pada bahan
makanan cair.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konduktivitas Listrik


Konduktivitas adalah kemampuan dari larutan, logam atau gas, secara
singkat semua bahan untuk melewati arus listrik. Kemampuan ini dilakukan oleh
kation dan anion, sedangkan dalam logam dilakukan oleh elektron. Seberapa baik
larutan menghantarkan listrik tergantung pada beberapa faktor yaitu konsentrasi,
mobilitas ion, valence ion, dan suhu. Semua zat memiliki beberapa tingkat
konduktivitas. Dalam larutan air tingkat kekuatan ion bervariasi dari konduktivitas
rendah ultra air murni dengan konduktivitas yang tinggi dari sampel kimia
terkonsentrasi.Medan listrik diaktifkan maka arus listrik mengalir dalam
konduktor karena adanya gerakan partikel bermuatan, oleh karena itu
konduktivitas listrik sebanding dengan kepadatan jumlah partikel bermuatan dan
mobilitas (Manalu, 2014).
Air laut adalah air yang berasal dari laut atau samudra. Air laut memiliki
kadar garam yang terdapat didalam batu-batuan dan tanah antara lain contohnya
natrium, kalium, kalsium,dan lain-lain. Kadar garam yang terlalut dalam air
tersebut dapat menghantarkan ion ion listrik. Air tawar adalah air yang tidak
mengandung banyak larutan garam dan larutan mineral didalamnya. Air tawar
bisa didapatkan pada air dari sumur, danau, sungai, salju atau es.
Mobilitas elektron bebas dikendalikan oleh hamburan fonon, dan selain itu
mobilitas pembawa muatan dalam mineral sering sangat sensitif terhadap
temperatur. Konduktivitas listrik mineral tidak hanya sensitif terhadap suhu, tetapi
juga sensitif terhadap parameter yang mengontrol aktifitas ketidakmurnian air dan
fugositas oksigen.

2.2 Larutan Elektrolit dan Larutan Non-Elektrolit


Larutan elektrolit adalah suatu zat yang larut atau terurai dalam bentuk ion-
ion dimana ion-ion tersebut dapat menghantarkan arus listrik. Elektrolit yang
termasuk adalah asam, basa, dan garam. Elektrolit merupakan senyawa yang
berikatan ion dan kovalen polar. Pada umumnya senyawa yang berikatan ion
merupakan elektrolit, seperti ikatan ion NaCl, NaCl merupakan garam dapur dapat
menjadi elektrolit dalam bentuk larutan dan lelehan. atau bentuk liquid dan
aqueous. Larutan non eletrolit adalah larutan tersebut tidak dapat menghantarkan
arus listrik dengan memberikan gejala berupa tidak ada gelembung dalam larutan
atau lampu tidak menyala pada alat uji. Glukosa (C6H12O6), etanol (C2H5OH),
gula tebu (C12H22O11), larutan urea (CO(NH2)2) merupakan beberapa contoh
senyawa yang dalam bentuk padatan, lelehan maupun larutan tidak dapat
menghantarkan arus listrik. (Zaka, 2015)
Larutan dalam bentuk larutan Asam, basa dan garam akan terurai seperti
Asam akan terurai menjadi Ion Hidrogen, dan ion sisa asam akan bermuatan
listrik negatif, lalu pada basa terurai menjadi ion logam yang bermuatan listrik
positif dan ion hidroksil bermuatan listrik negatif. Sedangkan pada garam terurai
menjadi Ion logam bermuatan listrik positif dan ion sisa asam bermuatan listrik
negatif. Pada larutan elektrolit kuat memiliki komponen zat-zat terlarut dalam
kandungan ion hasil ionisasi. Jik ada dua macam larutan elektrolit yang
direaksikan maka akan terjadi reaksi antara ion-ion didalamnya yang disebut
dengan reaksi ion.

2.1.1 Jenis-Jenis Larutan Elektrolit dan Ciri-cirinya


Larutan elektrolit terbagi atas tiga, yang memiliki ciri-ciri yaitu sebagai
berikut:
a. Larutan Elektrolit Kuat
Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang menghantarkan arus listrik
dengan baik. Contoh larutan elektrolit kuat adalah asam kuat (HCl, HI, HBr,
H2SO4 dan Fe (OH3), basa kuat (NaOH, Ca(OH2), Mg(OH2), dan KOH), garam
kuat (NaCl, KCl, CuSO4, dan KNO3).
Ciri-Ciri Larutan Elektrolit Kuat
1. Penghantar arus listrik kuat atau baik
2. Terionisasi dengan sempurna
3. Tetapan atau derajat ionisasi (a) a = 1
4. Jika diuji, larutan elektrolit kuat memiliki nyala lampu yang terang dan
muncul gelembung gas yang banyak
b. Larutan Elektrolit Lemah
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang kurang baik dalam
menghantarkan arus listrik. Contoh Larutan Elektrolit Lemah adalah Asam
Lemah (HCN, H3PO4, CH3COOH, dan C2O3), Basa Lemah (NH4OH, Al(OH3),
dan Fe(OH)3).
Ciri-Ciri Larutan Elektrolit Lemah
1. Penghantar listrik yang kurang baik atau lemah
2. Terionisasi sebagian
3. Tetapan atau derajat ionisasi (a) 0< a <1
4. Jika diuji, larutan elektrolit lemah nyala lampunya lemah dan muncul
gelembung gas yang sedikit.

2.3 Karakteristik Dielektrik


Dielektrik adalah suatu bahan yang memiliki daya hantar arus yang sangat
kecil atau bahkan hampir tidak ada. Bahan dielektrik dapat berwujud padat, cair
dan gas. Tidak seperti konduktor, pada bahan dielektrik tidak terdapat elektron-
elektron konduksi yang bebas bergerak di seluruh bahan oleh pengaruh medan
listrik. Medan listrik tidak akan menghasilkan pergerakan muatan dalam bahan
dielektrik. Sifat inilah yang menyebabkan bahan dielektrik itu merupakan isolator
yang baik. (Santas, 2012)
Ada enam sifat-sifat listrik dielektrik yang perlu diketahui yaitu:
1. Kekuatan dielektrik
2. Konduktansi
3. Rugi-rugi dielektrik
4. Tahanan isolasi
5. Peluahan parsial (partial discharge)
6. Kekuatan kerak isolasi (tracking strength)
Berikut ini akan dijelaskan secara sederhana maksud dari keenam sifat di
atas:
1. Kekuatan Dielektrik
Semua bahan dielektrik memiliki tingkat ketahanan yang disebut dengan
kekuatan dielektrik, diartikan sebagai tekanan listrik tertinggi yang dapat
ditahan oleh dielektrik tersebut tanpa merubah sifatnya menjadi konduktif.
Apabila suatu dielektrik berubah sifatnya menjadi konduktif, maka dielekrik
tersebut telah tembus listrik (breakdown).
2. Konduktansi
Apabila tegangan searah diberikan pada plat-plat sebuah kapasitor
komersil dengan isolasi seperti mika, porselin atau kertas maka arus yang timbul
tidak berhenti mengalir untuk waktu yang singkat, tetapi turun perlahan-lahan.
Hal itu disebabkan oleh ketiga komponen arus yang terdapat di dalam dielektrik
tersebut .
3. Rugi-rugi Dielektrik
Rugi-rugi dielektrik untuk isolasi tegangan tinggi merupakan salah satu
ukuran penting terhadap kualitas material isolasi. Suatu bahan dielektrik tersusun
atas molekul-molekul dan elektron-elektron di dalamnya terikat kuat dengan inti
atomnya. Ketika bahan tersebut belum dikenai medan listrik, maka susunan
molekul dielektrik tersebut masih belum beraturan (tidak tersusun rapi).
4. Peluahan Parsial (Partial Discharge)
Peluahan parsial (partial discharge) adalah peluahan elektrik pada
medium isolasi yang terdapat di antara dua elektroda berbeda tegangan, di mana
peluahan tersebut tidak sampai menghubungkan kedua elektroda secara sempurna.
Peristiwa seperti ini dapat terjadi pada isolasi padat yang di dalamnya terdapat
rongga udara
5. Tahanan Isolasi
Jika suatu dielektrik diberi tegangan searah, maka arus yang mengalir
pada dielektrik terdiri dari dua komponen, yaitu Arus yang mengalir pada
permukaan dielektrik (Is) dan arus yang mengalir melalui volume dielektrik (Iv)
Sehingga hambatan dielektrik terdiri dari resistansi permukaan dan resistansi
volum.
6. Kekuatan Kerak Isolasi
Bila suatu sistem isolasi diberi tekanan elektrik, maka arus akan mengalir
pada permukaannya. Besar arus permukaan ini menentukan besarnya tahanan
permukaan sistem isolasi. Arus ini sering juga disebut arus bocor atau arus yang
menelusuri sirip isolator. Besar arus tersebut dipengaruhi oleh kondisi sekitar,
yaitu suhu, tekanan, kelembaban dan polusi.

2.4 CMC (Carboxymethyl Cellulose)


CMC / Carboxymethyl Cellulose, adalah zat kimia turunan selulosa pada
kelompok karboksimetil. CMC ini mempunyai banyak fungsi dalam berbagai
macam bidang, baik dalam industri pangan (berfungsi sebagai pengental dan
menstabilkan emulsi dalam berbagai produk) dan non-pangan (Sudarma, 2013)
Sifat fungsional CMC tergantung pada derajat substitusi dari struktur
selulosa serta panjang rantai struktur polymer selulosa dan tingkat
pengelompokan yang karboksimetil substituen. Secara luas, CMC juga digunakan
untuk mengkarakterisasi aktivitas enzim dari Endoglucanases.
Secara fisik CMC mempunyai ciri dan sifat sebagai berikut :
1. Berbentuk cair
2. Kental
3. Mengembang bila dilarutkan dalam air
Berikut ini adalah beberapa kegunaan dan fungsi CMC dalam berbagai
bidang :
1. CMC berfungsi sebagai bahan untuk membuat sabun krim
2. Pasta gigi
3. Obat pencahar
4. Cat berbasis air
5. Produk kertas
6. CMC berfungsi membentuk campuran eutektik yang mengakibatkan titik
beku pada es lebih rendah hal ini biasa digunakan dalam paket es.
7. CMC juga bermanfaat dalam bidang obat obatan sebagai agen penebalan.
8. CMC juga digunakan dalam bidang pengeboran minyak sebagai bahan
lumpur pengeboran, dimana ini bertindak sebagai viskositas dan agen
retensi air.
9. CMC juga bisa digunakan untuk menjaga stabilitas dingin dalam anggur.
2.5 Konduktivitimeter
Konduktivitimeter adalah alat untuk mengukur nilai konduktivitas listrik
(specific electric conductivity) suatu larutan atau cairan. Sebuah sistem
konduktivitimeter tersusun atas dua elektrode, yang dirangkaikan dengan sumber
tegangan serta sebuah ampere meter. Elektrode-elektrode tersebut diatur sehingga
memiliki jarak tertentu antara keduanya (biasanya 1 cm). Pada saat pengukuran,
kedua elektrode ini dicelupkan ke dalam sampel larutan dan diberi tegangan
dengan besar tertentu. Nilai arus listrik yang dibaca oleh ampere meter, digunakan
lebih lanjut untuk menghitung nilai konduktivitas listrik larutan. Prinsip kerja
konduktivitimeter dimana besar tegangan listrik (V) ditentukan oleh sistem, besar
arus listrik (I) adalah parameter yang diukur, serta konstanta (C) didapatkan
sebelumnya dari proses kalibrasi konduktivitimeter dengan menggunakan larutan
yang diketahui nilai konduktivitas spesifiknya (Onny, 2011).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:
1. Kertas tisu
2. Konduktivitimeter
3. Microwave
4. Termokopel
5. Wadah plastik
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:
1. Larutan CMC
2. Larutan garam
3. Larutan jeruk
4. Susu segar
5. Susu UHT

3.2 Prosedur Praktikum


Adapun prosedur pelaksanaan praktikum kali ini adalah:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
2. Menyiapkan masing-masing sample dalam konsentrasi tertentu.
3. Mengukur suhu dan konduktivitas bahan dengan menggunakan alat
konduktivitimeter.
4. Membersihkan alat dengan menggunakan tisu saat akan digunakan untuk
larutan lain atau bahan lain.
5. Memanaskan bahan dengan menggunakan microwave selama 5 menit
dengan suhu sedang.
6. Mengukur suhu dan konduktivitas bahan yang telah dipanaskan dengan
menggunakan konduktivitimeter.
BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum karakteristik bahan hasil pertanian kali ini membahas dan
melakukan percobaan mengenai karakteristrik dielektrik tentang konduktivitas
listrik. Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui sifat konduktivitas listrik
pada bahan hasil pertanian yang berwujud cair. Menganalisis sifat konduktivitas
listrik ini dapat dimanfaatkan untuk pesiapan data dalam perancangan mesin dan
produksi alat dan mesin prapanen. Pengamatan sifat konduktivitas listrik kali ini
dibantu dengan alat yang bernama konduktivitimeter terhadap bahan- bahan yang
disiapkan yaitu larutan CMC, larutan jeruk, susu segar, susu UHT, dan larutan
garam.
Konduktivitas listrik ini merupakan ukuran pada suatu larutan dapat
menghantarkan listrik. Arus listrik di dalam larutan dihantarkan oleh ion yang
terkandung di dalamnya. Ion memiliki karakteristik tersendiri dalam
menghantarkan arus listrik. Maka dari itu nilai konduktivitas listrik hanya
menunjukkan konsentrasi ion total dalam larutan. Banyaknya ion di dalam larutan
juga dipengaruhi oleh padatan terlarut di dalamnya. Semakin besar jumlah
padatan terlarut di dalam larutan maka kemungkinan jumlah ion dalam larutan
juga akan semakin besar, sehingga nilai konduktivitas listrik juga akan semakin
besar. Konduktivitemer yang digunakan memiliki sistem yang tersusun dari dua
elektrode yang dirangkai dengan sumber tegangan dan sebuah amperemeter,
dimana ketika elektrode tersebut dicelupkan pada sebuah larutan dan diberi
tegangan maka nilai arus akan terbaca oleh amperemeter. Nilai arus listrik yang
dibaca oleh ampere meter, digunakan lebih lanjut untuk menghitung nilai
konduktivitas listrik larutan.
Larutan CMC yang dijadikan sebagai bahan pengamatan dibedakan menjadi
tiga sample, yaitu 0,1%, 0,2%, dan 0,3%. Pada percobaan kali ini menunjukan
bahwa nilai kontuktivitas listrik yang terukur pada larutan CMC bahwa semakin
besar nilai konsentrasinya maka nilai konduktivitas listriknya semakain besar
pula, yang berarti nlai konsentrasi berbanding lurus dengan nilai konduktivitas
listrik. Kemudian dengan terjadinya perubahan suhu, hal tersebut juga dapat
mempengaruhi besarnya nilai konduktivitas listriknya. Hasil yang didapatkan
pada praktikum kali ini adalah perubahan suhu, nilai konduktivitas listrik yang
terbaca semakin naik. Hal tersebut berarti bahwa nilai suhu berbanding lurus
dengan nilai konduktivitas listrik. Semakin naik suhu larutan maka nilai
konduktivitasnya pun semakin bertambah.
Larutan kedua yaitu larutan jeruk 200 mL dengan konsentrasi 5%, 12.5%,
dan 25%. Hasil percobaan menunjukan bahwa ketika nilai konsentrasinya
semakin membesar maka hasil yang didapatkan untuk nilai konduktifitas
listriknyapun semakin besar. Kemudian pada suhu dari larutan jeruk pada
konsentrasi 5% konduktifitas listrik mengalami penurunan disaat suhunya
bertambah. Untuk konsentrasi jeruk 12.5%, dan 25% semakin besar suhunya
maka hasil yang didapatkan untuk nilai konduktifitas listriknya pun semakin
bertambah.
Larutan selanjutnya yang menjadi objek pengamatan adalah larutan garam
200 mL dengan masing-masing konsentrasi 0,3%, 0,5% dan 0,7%. Pada sampel
garam ini semakin besar konsentrasinya maka semakin besar juga nilai
konduktifitasnya. Hasil dari larutan garam untuk konsentrasi 0.3% dan 0.7%
mengalami penurunan konduktifitas ketika suhu meningkat. Kemudian untuk nilai
konduktifitas pada konsentrasi 0.5% mengalami nilai peningkatan ketika suhu
meningkat.
Bahan selanjutnya adalah susu segar 200 mL dengan konsentrasi 100%.
Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa kenaikan suhu pada susu ini akan
menaikan nilai konduktivitas listriknya. Lalu terakhir adalah susu UHT ready to
drink dengan konsentrasi 100%. Hasil yang diperoleh sama dengan hasil pada
susu segar ketika suhu mengalami kenaikan maka nilai konduktifitasnyapun
mengalami kenaikan. Namun jika dibandingkan antara susu segar dengan susu
UHT, pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa pada susu UHT memiliki
nilai konduktifitas listrik yang lebih besar dibandingkan dengan susu segar.
Praktikum kali ini juga berhubungan erat kaitannya dengan hubungan
anatara konduktivitas listrik dan dengan jenis larutan, yaitu larutan elektrolit dan
larutan non-elektrolit. Elektrolit itu merupakan sebuah senyawa, apabila
dilarutkan dalam pelarut dalam fokus praktikum kali ini adalah berupa air, akan
menghasilkan larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Suatu elektrolit ini
dapat berupa asam, basa maupun garam. Analisis kimia yang didasarkan pada
daya hantar listrik berhubungan dengan pergerakan suatu ion didalam larutan ion
yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar. Sedangkan
larutan non-elektrolit merupakan suatu larutan yang tidak dapat meghasilkan arus
listrik. Hubungan nilai konduktivitas listrik dengan larutan elektrolit dan larutan
non elektrolit adalah berbanding terbalik. Nilai konduktivotas listrik untuk larutan
elektrolit akan memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan dengan nilai konduktivitas
listrik pada larutan non-elektrolit. Apabila dilihat dari nilai yang dihasilkan pada
praktikum kali ini, semua larutan memiliki nilai konduktivitas listrik.
Kelima larutan pada praktikum kali ini jika menurut literatur yang ada
apabila konsentrasi larutan dan suhu meningkat maka kondutivitas listrik yang
terukur pun seharusnya ikut bertambah. Namun terdapat ketidaksesuaian hasil
yang diperoleh pada beberapa bahan. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan ketika
proses pengukuran nilai konduktivitas listrik, konduktivitimeter yang telah
dicelupkan pada larutan satu ujunganya tidak sepenuhnya bersih sehingga adanya
kontaminasi antara konsentrasi satu dengan konsentrasi lainnya yang dapat
mempengaruhi nilai konduktivitas listrik yang terbaca. Penggunaan
konduktivitimeter juga tersendat ketika pengukuran untuk larutan garam, nilai
konduktivitas listrik tidak terbaca dikarenakan praktikan tidak mengetahui
bagaimana mengatur range nilai pada konduktivitimeter. Selain itu, ketika proses
menaikkan suhu menggunakan microwave, waktu pemanasan tidak begitu lama
sehingga perubahan suhu pada larutan tidak begitu signifikan sehingga nilai
konduktivitas listrik tidak mengalami perubahan secara drastis.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah :
1. Konduktivitas listrik merupakan kemampuan suatu bahan dalam
menghantakan arus litrik.
2. Semakin tinggi nilai suhu maka konduktivitas listriknya akan bertambah.
3. Semakin besar konsentrasi terlarutnya maka akan semakin banyak ion yang
terkandung nya sehingga dapat meningkatkan nilai konduktivitas listriknya.
4. Nilai konduktivitas tinggi akan dimiliki oleh larutan elektrolit dan
sebailknya larutan non-elektrolit memiliki nilai konduktivitas rendah bahkan
tidak ada.
5. Larutan elektrolit terdiri diri larutan asam, basa dan garam.
6. Seberapa baik larutan menghantarkan listrik tergantung pada beberapa
faktor yaitu konsentrasi, mobilitas ion, valence ion, dan suhu.

6.2 Saran
Saran pada praktikum kali ini adalah:
1. Sebelum praktikum dimulai hendaknya membaca terlebih dahulu modul
praktikum praktikum dapat berjalan lancar.
2. Memeriksa kelayakan alat pengukuran sebelum praktikum berlangsung.
3. Lebih teliti pada saat melakukan pengukuran.
DAFTAR PUSTAKA

Onny. 2011. Prinsip Kerja Conductivity Meter. Jakarta.

Manalu, Oyem.2014. Research Journal of Environmental Science 8.

Santas, Dimas. 2012. Sifat-sifat Dielektrik. Program Studi Fisika. Jurusan


Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Jember.

Zaka. 2015. Pengertian Larutan Elektrolit Ciri-Ciri Jenis Contoh. Available at:
http://www.artikelsiana.com/2015/01/pengertian-larutan-elektrolit-ciri-
ciri-jenis-contoh.html (Diakses pada tanggal 05 Desember 2016, pukul
07.27 WIB)

Sudarma, 2013. Apa Itu Cmc Carboxymethyl Cellulose Dan Fungsi Cmc.
Available at: http://www.caramembuatmu.com/2013/09/apa-itu-cmc-
carboxymethyl-cellulose-dan-fungsi-cmc.html (Diakses pada tanggal 05
Desember 2016, pukul 08.07 WIB)
LAMPIRAN

Dokumentasi Praktikum

Gambar 9. Konduktivitimeter

Gambar 10. Proses Pengukuran Gambar 11. Susu UHT 100%

Gambar 12. Larutan Jeruk Gambar 13. Larutan CMC

Anda mungkin juga menyukai