Oleh :
Nama : Dimas Suryo Bintoro
NPM : 240110160024
Hari, Tanggal : Jum’at, 9 November 2018
Waktu/Shift : 15.30-16.00/A1
Co.Ass 1. Bonnie Pamungkas :
2. Elviera Rahmadina
3. Irene June Sidabutar
4. Zahrah Eza Aprima
5. Umaya Nur Uswah
Jumlah kandungan air pada bahan hasil pertanian akan mempengaruhi daya
tahan bahan tersebut terhadap serangan mikroba, dan dinyatakan sebagai water
activity (Aw). Water activity adalah jumlah air bebas bahan yang dapat
dipergunakan oleh mikroba untuk pertumbuhannya. Untuk memperpanjang daya
awet suatu bahan maka sebagian air pada bahan dihilangkan sehingga mencapai
kadar air tertentu. Mikroba hanya tumbuh pada kisaran Aw tertentu. Untuk
mencegah pertumbuhan mikroba, maka Aw bahan harus diatur. Bahan pangan yang
mempunyai Aw di bawah 0,70 biasanya dianggap cukup baik dan tahan dalam
penyimpanan.
Kandungan air yang terdapat di dalam suatu bahan terdiri atas tiga jenis,
masing-masing air bahan itu adalah sebagai berikut :
Pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air secara simultan,
yang memerlukan energi panas untuk menguapkan kandungan air yang
dipindahkan dari permukaan bahan, yang dikeringkan oleh media pengering yang
biasanya berupa panas. Tujuan pengeringan adalah mengurangi kadar air bahan
sampai batas dimana perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang
dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti. Dengan demikian bahan
yang dikeringkan dapat mempunyai waktu simpan yang lebih lama.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada 2 macam, yaitu faktor yang
berhubungan dengan udara pengering dan faktor yang berhubungan dengan sifat
bahan. Faktor yang berhubungan dengan udara pengering anatra lain suhu,
kecepatan volumetrik aliran udara pengering, dan kelembaban udara. Sedangkan
faktor yang berhubungan dengan sufat bahan antara lain ukuran bahan, kadar air
awal, dan tekanan parsial dalam bahan. Bahan pangan yang dihasilkan dari produk-
produk pertanian pada umumnya mengandung kadar air. Kadar air tersebut apabila
masih tersimpan dan tidak dihilangkan, maka akan dapat mempengaruhi kondisi
fisik bahan pangan. Contohnya, akan terjadi pembusukan dan penurunan kualitas
akibat masih adanya kadar air yang terkandung dalam bahan tersebut (Sudaryanto
Zain, dkk., 2005).
Pembusukan terjadi akibat dari penyerapan enzim yang terdapat dalam bahan
pangan oleh jasad renik yang tumbuh dan berkembang biak dengan bantuan media
kadar air dalam bahan pangan tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan
adanya suatu proses penghilangan atau pengurangan kadar air yang terdapat dalam
bahan pangan sehingga terhindar dari pembusukan ataupun penurunan kualitas
bahan pangan. Salah satu cara sederhananya adalah dengan melalui proses
pengeringan.
Pengeringan merupakan tahap awal dari adanya pengawetan.
Prinsip dasar pengeringan adalah terjadinya penguapan air dari bahan menuju udara
karena adanya perbedaan suhu dan tekanan antara udara dengan bahan yang
dikeringkan.
Tujuan pengeringan antara lain agar produk dapat disimpan lebih lama,
mempertahankan daya fisiologi biji-bijian/benih, mendapatkan kualitas yang lebih
baik. Proses pengeringan tebagi dalam tiga kategori, yaitu
pengeringan udara dan pengeringan yang berhubungan langsung di bawah tekanan
atmosfir. Dalam hal ini panas dipindahkan menembus bahan pangan, baik dari
udara maupun permukaan yang dipanaskan. Uap air dipindahkan dengan udara
(Naynie, 2007).
Pengeringan hampa udara. Keuntungan dalam pengeringan hampa udara
didasarkan pada kenyataan bahwa penguapan air terjadi lebih cepat pada tekanan
rendah daripada tekanan tinggi. Panas yang dipindahkan dalam pengeringan hampa
udara pada umumnya secara konduksi, kadang-kadang secara pemancaran.
Pengeringan beku. Pada pengeringan beku, uap air disublimasikan keluar dari
bahan pangan beku. Struktur bahan pangan dipertahankan dengan baik pada kondisi
ini. Suhu dan tekanan yang sesuai harus dipersiapkan dalam alat pengering untuk
menjamin terjadinya proses sublimasi (Sudaryanto Zain, dkk., 2005).
Kadar air kesetimbangan merupakan hal yang sangat penting dalam proses
pengeringan. Kada air kesetimbangan suatu bahan hasil pertanian adalah kadar air
padatan basah bahan hasil pertanian yang berada dalam keseimbangan dengan
udara sekelilingnya pada suhu dan kelembaban relatif tertentu. Hubungan kadar air
bahan hasil pertanian dengan kelembaban relatif udara dapat digambarkan pada
gambar 1 (Zain, 2005)
A B Desorpsi
Adsorpsi
Gambar 1. Hubungan kadar air bahan hasilpertanian dan
X *
M X *
T wtetap
Dimana:
T = suhu (K)
Hadiwiyoto, Ir. Soewedo Cs. 1980. Penanganan Lepas Panen. Depdikbud, Jakarta.
Rusendi, Dadi, Ir., M.Sc. Cs. 2010/2011. Penuntun Praktikum MK. Teknik
Penanganan Hasil Pertanian. Lab. Teknik Pasca Panen, TMIP, Unpad.
Widiyasanti, Asri S.T.P., M.Eng. 2010. Karakteristik Bahan Hasil Pertanian. Hand
Out Perkuliahan. Jurusan TMIP, Unpad.
Zain, Sudaryanto. Teknik Penanganan Hasil Pertanian. 2005. Bandung: Giratuna
FPIK.2011.Teknik Pengaweatan dengan Metode Pengeringan dan Pengasapan.
Tersedia pada : http://www.fpik.bunghatta.ac.id/files/downloads/E-book/Dasar
Dasar%20Teknologi%20Hasil%20Perikanan/bab_5.pdf .diakses pada tanggal 9
November 2014 pukul 09.06 WIB