Anda di halaman 1dari 31

Nilai:

LAPORAN PRAKTIKUM
LINGKUNGAN PERTANIAN DAN BIOSISTEM
(7. Raised Bed Garden)
Oleh:
Kelompok/Shift : 1 /shift ALSIN
Hari, Tanggal Praktikum : Selasa, 26 Maret 2019
Nama (NPM) : 1. Putri Andrina Gianti (240110160020)
2. Riza Fajrun Najja (240110160040)
3. Intan Siti Sa’adah (240110160045)
4. M. Anfasa Nurrachman (240110160079)
5. Affuaja (240110160097)
6. Siti Fadhilah Nurul H (240110160101)
Asisten Praktikum : 1. Ade Sylvia Rosman
2. Albert Afandi Jr.
3. Alfi Khoiru Nisa
4. Dimas Habibie Achsyan
5. Imam Fauzan
6. Meisha Athaya Thifalny
7. N. Putri Purnasamasari K.
8. Nahda Balqis Salma
9. Rizal Hadyan Fadhlillah
10. Tiara Putri Dwi D.

LABORATORIUM KONSERVASI TANAH DAN AIR


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
Mochamad Anfasa N.

240110160079

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan setiap tanaman sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, di
antaranya jenis media tanam, kondisi lingkungan sekitar, kualitas bibit, hingga
pengairan pada pertumbuhan tanaman. Setiap faktor tersebut memegang peran
besar dalam menjaga kualitas pertumbuhan tanaman, baik hanya pada satu faktor
maupun beberapa faktor yang saling berkaitan. Tanaman yang tumbuh dengan
kualitas baik memiliki ciri-ciri yang dapat diamati, mulai dari kondisi fisik tanaman,
kandungan unsur hara pada media tanam yang digunakan, dan aman dari serangan
hama ataupun gulma.
Untuk meningkatkan kualitas tanaman, maka beberapa hal pun dilakukan
seperti meningkatkan unsur hara atau organik pada tanah dengan beberapa
campuran bahan organik pada tanah agar tanaman memiliki nutrisi yang cukup dan
tumbuh dengan sehat, serta tahan dari serangan hama atau serangga yang dapat
merusak tanaman.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mengamati pertumbuhan tanaman pada raised bed garden..
2. Mengetahui pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan tanaman.

1.3 Metodologi Pengamatan dan Pengukuran


Metodologi pengamatan yang dilakukan pada praktikum kali ini, yaitu,
sebagai berikut:
1.3.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini diantaranya yaitu:
1. Alat tulis, untuk menulis hasil pengukuran;
2. Cangkul, untuk menggemburkan tanah sebelum pindah tanam;
3. Gunting, untuk menggunting benang pada pembuatan raised bed;
4. Mistar, untuk mengukur tinggi tanaman dan lebar daun; dan
5. Sekop, untuk memasukan campuran bahan pupuk ke dalam keranjang.
1.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Air, untuk menyiram tanaman;
2. Benang nilon/cable ties, untuk mengikat plastic bening dengan keranjang;
3. Bibit tanaman;
4. Campuran tanah, arang sekam, cocopeat, kompos sebagai media tanam;
5. Kardus, sebagai alas agar tanah tidak jatuh kelubang yang ada pada
keranjang;
6. Keranjang, sebagai komponen raised bed; dan
7. Plastik bening, sebagai naungan pada lindungan terkendali.

1.4 Metode Pelaksanaan


Langkah-langkah yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:
1. Alat yang diperlukan untuk praktikum disiapkan;
2. Dilakukan pembuatan raised bed dengan mengikat plastic bening pada
bagian dalam dinding-dinding keranjang menggunakan benang nilon/cable
ties dan juga memasankan kardus pada dasar keranjang;
3. Dilakukan pencampuran tanah, arang sekam, cocopeat, dan kompos sebagai
media tanam;
4. Dimasukan campuran tanah, arang sekam, cocopeat dan kompos pada
keranjang;
5. Disiram dengan air campuran tanah tersebut sambil diaduk rata;
6. Dibuat lubang tanam sebanyak 10 lubang;
7. Dilakukan pindah tanam tanaman selada merah/selada hijau/ pakcoy yang
sudah disemai terlebih dahulu sebelumnya;
8. Tanaman yang sudah dipindah ditanam disiram terlebih dahulu; dan
9. Raised Bed disimpan di rooftop agar terkena sinar matahari dengan merata.
Putri Andrina Gianti

240110160020
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Raised Bed


Untuk mendukung tumbuhnya benih dan kecambah yang disemai serta
penyapihan bibit yang baik, maka dibutuhkan suatu tempat yang sesuai dengan
keperluannya. Umumnya tempat pembibitan yang banyak digunakan antara lain
menggunakan Raised Bed. Raised Bed adalah tempat pembibitan yang berbentuk
bedengan atau guludan pada lahan datar tanpa menggunakan atap/naungan
diatasnya. Bedengan merupakan luasan lahan tertentu yang dibuat untuk
menghindari terjadinya genangan air pada tempat pembibitan yang dapat
mengakibatkan jeleknya aerasi. Bedengan dibuat memanjang dengan arah utara
selatan dengan maksud agar bedengan tersebut dapat menerima cahaya matahari
dengan cukup dan merata (Maharani, 2016). Umumnya macam bedengan yang
direkomendasikan untuk digunakan sebagai tempat tumbuhnya benih terdiri dari:
1) Bedengan yang digunakan sebagai tempat untuk menumbuhkan benih secara
langsung (Maharani, 2016).
Bedengan ini biasanya dibuat tempat untuk menyemai benih yang jenis
tumbuhnya agak lama dan mudah dipindahkan kecambah/bibitnya misal : ceisin,
tomat dan lain-lain Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pembuatan
bedengan ini antara:
a) Tanah dikondisikan gembur dan subur
b) pH tanah dikondisikan netral atau sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Kondisi fisik tanah yang gembur dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
lingkungan yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan akar, terutama
kebutuhan aerasi yang cukup. Sedangkan kesuburan dibutuhkan tanah sebagai
hara/makanan bagi benih setelah berkecambah agar dapat tumbuh dan berkembang
menjadi bibit. Untuk mengkondisikan tanah menjadi gembur dan subur dapat
dilakukan dengan cara mencampur pupuk organik (pupuk kandang, kompos), pasir
dan tanah dalam jumlah tertentu sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan jenis benih
yang disemai.
2) Bedengan sebagai tempat polibag, pot dan bak perkecambahan dari benih
yang disemai (Maharani, 2016).
Pada bedengan ini, tanah bedengan tidak perlu dibuat menjadi gembur dan
subur bedengan cukup ditinggikan dari permukaan tanah (misal 20 cm) dan
permukaannya dibuat rata. Benih yang disemai pada bedengan, pada awal
pertumbuhannya diperlukan kondisi lingkungan terutama suhu dan kelembaban
yang optimal untuk memenuhi pertumbuhannya. Untuk memenuhi kondisi tersebut
pada bedengan diberi naungan. Naungan yang dimaksud sebagai suatu atap
peneduh bagi benih kecambah yang disemai, kecambah ataupun bibit yang masih
muda yang belum mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan di lokasi
penanaman yang sebenarnya.
Raised Bed sering juga disebut bak berkebun atau bak tanaman. Raised Bed
merupakan salah satu konstruksi dalam kegiatan berkebun yang bagus untuk
ditanami sayuran dan bunga-bungaan. Raised Bed merupakan suatu kotak yang
dibangun di atas hamparan halaman atau lapangan, dan kotak tersebut dijadikan
wadah tanam lagi dengan diisi media tanam dan juga tanaman (Maharani, 2016).
Manfaat menggunakan bak tanaman atau raised bed yaitu:
 Mencegah tumbuhnya rumput-rumput liar pada keseluruhan lahan
 Mencegah tanah media tanam menjadi padat karena menyediakan drainase
yang baik
 Mengurangi kemungkinan tanaman diserang hama seperti bekicot atau
mollusca lainnya
 Menjaga agar tanah yang ditanami tanaman kesayangan benar-benar
terlindungi dari erosi atau terkikis banyak karena hujan deras
 Pada beberapa belahan dunia, pekebun akan bisa lebih cepat menanam
walau belum musimnya karena biasanya tanah yang ada pada garden box
lebih hangat dan drainase lebih baik apabila berada di atas level tanah
biasa.
Membuat bak tanaman atau raised bed juga secara otomatis menaikkan
tingkatan tanah, sehingga ketika berkebun tidak perlu terlalu tunduk atau
membungkuk. Ini adalah poin utama dari bak tanaman atau raised bed yaitu
kenyamanan saat berkebun. Pastikan bak didirikan di halaman yang terkena sinar
matahari paling tidak 6-8 jam per hari, dan juga pastikan bak diisi dengan tanah
yang subur & gembur, sehingga ketika digunakan dapat berguna dengan baik
(Maharani, 2016).

2.2 Lingkungan Terkendali


Pada suatu sistem lingkungan terkendali, elemen lingkungan berupa
kebutuhan air, unsur hara dan iklim mikro (suhu, kelembaban, pH, intensitas cahaya
dll) tanaman dapat diatur sedemikian rupa sehingga menjadi optimum bagi
tanaman. Demikian juga dengan persoalan hama dan penyakit tanaman, dapat
dicegah dengan membangun konstruksi ruang terkendali tertentu dan dengan
menggunakan bahan penutup yang khusus serta penerapan praktik sanitasi yang
baik. Keuntungan yang diperoleh dari melakukan kegiatan budidaya tanaman di
dalam ruang terkendali adalah hasil yang tinggi, baik secara kualitas maupun
kuantitas, serta dapat ter-penuhinya kebutuhan akan produk hortikultura secara
kontinu tanpa adanya hambatan musim (Jaya, 2017).
Penggunaan Greenhouse dalam budidaya tanaman bertujuan untuk
memberikan lingkungan yang mendekati kondisi optimum bagi pertumbuhan
tanaman atau biasa disebut dengan metode budidaya tanaman dalam lingkungan
yang terkendali (Controlled Environment Agriculture) (Jaya, 2017). Manfaat dari
greenhouse, antara lain:
a) meningkatkan hasil panen 5 - 15 kali atau lebih;
b) menekan biaya tenaga kerja;
c) mengurangi kebutuhan jumlah dan biaya pemupukan; d) menghemat
kebutuhan air;
d) mengeliminasi serangan hama dan penyakit tanaman;
e) membutuhkan area yang relatif kecil untuk memperoleh hasil panen dan
keuntungan,
f) memperbanyak tanaman yang akan dijadikan sebagai tanaman donor
(eksplan) untuk keperluan kultur jaringan;
g) membudidayakan tanaman langka (hampir punah) untuk tujuan konservasif
perlindungan biodiversitas tanaman: dan
h) mudah dalam mengoperasikan, memelihara dan mengendalikan peralatan dan
mesin yang ada dalam greenhouse tersebut.
Beberapa jenis mesin dan peralatan yang umum tersedia dalam greenhouse
adalah, antara lain: sistem irigasi dan pemupukan (drip/sprinkler irrigation
systems), sistem pengkabutan untuk mengatur kelembaban udara, ventilator untuk
membuka dan menutup celah udara masuk-keluar, jaring naungan (shading net),
kipas pendingin, sistem penghangat, alat kontrol suhu (termometer), kelembaban
(higrometer) dan radiasi, soil pH moister, serta tes NaCl (Jaya, 2017). Kondisi
lingkungan yang dikehendaki dengan dibuatnya suatu lingkungan yang terkendali
berupa greenhouse, antara lain:
1. Kondisi cuaca yang mendukung rentang waktu tanam lebih panjang.
2. Mikroklimat seperti suhu, kelembaban dan intensitas cahaya sesuai
dengan kebutuhan pertumbuhan tanaman.
3. Suplai air dan hara (pupuk) dapat dilakukan secara berkala dan terukur.
4. Sanitasi lingkungan sehingga tidak kondusif bagi hama dan penyakit.
5. Kondisi nyaman bagi terlaksananya aktivitas produksi dan pengawasan
mutu.
6. Bersih dari ekses lingkungan seperti polutan dan minimnya residu pestisida
7. Hilangnya gangguan fisik baik oleh angin maupun hewan.

2.3 Lingkungan Tak Terkendali


Lingkungan tak terkendali merupakan kesatuan ruang dengan semua benda
atau kesatuan mahluk hidup berupa lahan terbuka bebas yang berada di sekitar.
Perencanaan pengelolaan lahan, informasi yang dibutuhkan salah satunya
mengenai potensi lahan dan kesesuaian lahan untuk jenis tanaman tertentu. Elemen
pada lingkungan tak terkendali meliputi banyak hal, seperti suhu, kelembaban,
tekstur tanah, kecepatan angin, dan lainnya yang sukar untuk dikendalikan.
Beberapa contoh lingkungan tak terkendali antara lain sawah, hutan, ladang, sungai,
pantai dan sebagainya (Ritung, 2007).
Salah satu contoh lingkungan pertanian tak terkendali yaitu Hutan. Hutan
merupakan lahan pertanian yang secara fisik permukaannya tidak rata serta dapat
ditanami berbagai jenis tumbuh-tumbuhan lebat yang berisi antara lain pohon,
semak, paku-pakuan, rumput, jamur dan lain sebagainya serta menempati daerah
yang cukup luas. Kebanyakan hutan digunakan sebagai penampung karbon
dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, dan
pelestari tanah serta merupakan salah satu aspek biosfer bumi yang paling penting.
Hutan sebagai salah satu contoh dari lingkungan tak terkendali maka tentunya
dipengaruhi oleh elemen-elemen tertentu di alam, baik biotik maupun abiotik
(Ritung, 2007).

2.4 Komponen Biotik


Komponen biotik merupakan bagian ekosistem yang terdiri atas makhluk
hidup, seperti tumbuhan, hewan, ataupun makhluk hidup pengurai. Faktor biotik,
merupakan gambaran semua interaksi dari organisme hidup seperti kompetisi,
peneduhan dan lain – lain. Komponen biotik dapat mencakup tumbuhan primer,
tumbuhan sekunder dan juga hewan (Damson, 2012).
a) Tumbuhan Primer
Tumbuhan primer adalah tumbuhan yang sengaja ditanam dan dirawat
oleh petani agar dapat dipanen di kemudian hari. Tumbuhan primer berbeda-
beda sesuai dengan jenis sawah dan juga musim tanam. Contoh tumbuhan
primaer yakni padi, kacang hijau, kacang kedelai dan lain- lain (Damson,
2012).
b) Tumbuhan Sekunder
Tumbuhan sekunder yakni tumbuhan liar yang ikut tumbuh di sekitar
tumbuhan primer. Tumbuhan liar ini sebenarnya adalah gulma atau hama
tanaman yang harus dihilangkan karena dapat mengganggu pertumbuhan
tumbuhan primer. Jika tumbuhan sekunder dibiarkan maka dapat merebut
unsur hara di tanah yang sebenarnya dipersiapkan untuk tumbuhan primer.
Contoh dari tumbuhan sekunder adalah rumput dan tumbuhan semak
(Damson, 2012).
c) Hewan
Terdapat berbagai jenis hewan di ekosistem sawah. Ada hewan yang
tidak mengganggu perkembangan tumbuhan primer, tetapi lebih banyak
hewan yang merugikan. Diantara hewan yang tidak mengganggu yakni
cacing, ular, ikan, burung hantu dan elang. Sedangkan beberapa hewan yang
merugikan yakni tikus, burung pemakan biji- bijian, ulat, serangga dan keong
mas. Hewan-hewan tersebut saling berinteraksi (Interaksi dalam Ekosistem),
sehingga membentuk rantai makanan dan aliran energi dalam ekosistem
Salah satu contoh rantai makanan dalam ekosistem sawah yakni padi di
makan tikus, kemudian tikus dimakan ular (Damson, 2012).

2.5 Komponen Abiotik


Komponen abiotik adalah iklim dan tanah yang bekerja sendiri atau
berinteraksi dalam membatasi pertumbuhan dan penyebaran tanaman. Faktor
abiotik merupakan faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Faktor
abiotik yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yaitu iklim (unsur –
unsur iklim seperti cahaya, angin, kelembaban, dan suhu), tanah, air, nutrisi dan
ruang. Komponen biotik dapat mencakup cahaya, suhu, tekstur tanah, hujan,
kondisi drainase dan lain-lain (Damson, 2012).
a) Cahaya
Cahaya adalah suatu bentuk energi yang sangat dibutuhkan oleh makhluk
hidup yang ada di bumi secara langsung maupun tidak langsung untuk
keberlangsungan hidup yang efisien. Pada ekosistem sawah, cahaya sangat
dibutuhkan oleh tumbuhan untuk berfotosintesis. Ketika tanaman berfotosintesis
maka akan menghasilkan glukosa yang digunakan untuk tumbuh dan sebagian
besarnya disimpan dalam salah satu bagian tubuhnya. Bagian tumbuhan yang
mengandung glukosa itulah yang nantinya dapat dipanen oleh manusia (Damson,
2012).
b) Suhu
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas atau dingin suatu
benda. Pada ekosistem sawah, tanaman padi secara umum membutuhkan suhu
minimum 11°-25°C untuk perkecambahan, 22°-23 C untuk pembungaan, 20°-25°C
untuk pembentukan biji, dan suhu yang lebih panas dibutuhkan untuk semua
pertumbuhan karena merupakan suhu yang sesuai bagi tanaman padi khususnya di
daerah daerah tropika. Suhu udara dan intensitas cahaya di lingkungan sekitar
tanaman berkorelasi positif dalam proses fotosintesis, yang merupakan proses
pemasakan oleh tanaman untuk pertumbuhan tanaman dan produksi buah atau biji
(Damson, 2012).
c) Kelembaban Udara
Kelembaban udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam udara air
selalu terkandung dalam bentuk uap air (Damson, 2012).
d) Tekstur Tanah
Tekstur tanah merupakan salah satu dari beberapa sifat fisik tanah seperti
warna tanah, struktur tanah, kadar air, bulk density, dan lain sebagainya. Tekstur
Tanah adalah perbandingan relatif antara fraksi-fraksi debu, liat, dan pasir dalam
bentuk persen. Tekstur tanah erat hubungannya dengan kekerasan, permeabilitas,
plastisitas, kesuburan, dan produktivitas tanah pada daerah tertentu (Damson,
2012).
e) Hujan
Hujan adalah peristiwa turunnya butir-butir air dari langit ke permukaan
bumi. Hujan juga merupakan siklus air di bumi. air dibutuhkan oleh tumbuhan
dalam proses pertumbuhan, terutama pada tanaman padi yang membutuhkan
banyak air. Jumlah air evapotranspirasi untuk menghasilkan satu kilogram beras
paling sedikit 625 liter. Akan tetapi, jumlah air yang berlebihan tentunya bisa
merusak tumbuhan dikarenakan daya serap akarnya melebihi ambang batas
(Damson, 2012).
f) Kondisi Drainase
Drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi
untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan,
sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai
usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan sanitasi
(Damson, 2012).
Nama : Siti Fadhilah Nurul

NPM : 240110160101

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 HasilPraktikum
Jenis tanaman : selada merah dan pakcoy
Lama penanaman : ± 20 hari
Panen : Jumat, 24 Mei 2019 pukul 15.00 WIB
Berat hasil panen (total) : pakcoy 0,143 kg dan selada merah
(tanaman 4 &5) 0,01 kg

3.1.1 Tabel
Tabel 1. HasilPengamatan
Tanggal &
Parameter Tanaman
Waktu
Pengukuran
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kamis, 02- Diameter(cm) 0,48 0,28 0,45 0,23 0,25 0,3 0,42 0,4 0,43 0,36
05-2019 Jumlah Daun 4 6 7 3 3 6 6 6 5 6
(15.56 WIB) Tinggi (cm) 12 11,2 9,5 2,7 3,5 10,5 10,5 11 12 12,5
Jumat, 03- Diameter(cm) 0,65 0,3 0,5 1,5 0,7 0,49 0,6 0,47 0,6 0,65
05-2019 Jumlah Daun 6 6 7 5 4 6 7 6 6 7
(12.01 WIB) Tinggi (cm) 12,5 11,5 13,2 3 4,5 11,8 10,8 11,6 13,5 12,7
Selasa, 07- Diameter(cm) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,15 0,25 0,4 0,55 0,4 0,45
05-2019 Jumlah Daun 6 7 8 8 5 5 7 8 5 7
(13.35 WIB) Tinggi (cm) 14,9 11,4 12,9 12 4,75 6,61 11,7 12,4 13,8 9,5
Jumat, 10- Diameter(cm) 0,49 0,51 0,6 0,42 0,32 0,57 0,5 0,52 0,49 0,43
05-2019 Jumlah Daun 6 8 8 5 6 10 6 8 6 7
(09.45 WIB) Tinggi (cm) 12,5 11,8 13,2 3,5 6 11,8 11 11,5 12,5 12,5
Senin, 13-05- Diameter(cm) 0,56 0,53 0,64 0,5 0,37 0,62 0,52 0,54 0,51 0,48
2019 (16.11 Jumlah Daun 6 9 9 6 7 11 7 9 7 7
WIB) Tinggi (cm) 13,4 12,2 13,5 4,1 6,4 12,2 11,4 12 12,8 12,8
Diameter(cm) 0,59 0,57 0,7 0,52 0,41 0,68 0,59 0,58 0,53 0,54
Jumlah Daun 7 10 9 7 7 12 8 9 8 8
Tanggal &
Parameter Tanaman
Waktu
Pengukuran
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Rabu, 15-05- Tinggi (cm) 14 12,6 14,4 4,3 7,3 12,4 12,2 12,7 13,5 13,2
2019 (11.25
WIB)
Selasa,21-05- Diameter(cm) 0,66 0,65 0,77 0,54 0,43 0,72 0,62 0,64 0,56 0,61
2019 (15.34 Jumlah Daun 8 10 9 7 8 12 9 10 8 8
WIB) Tinggi (cm) 14,2 13,4 14,6 4,9 7,5 13,1 12,4 13,3 13,8 13,9
Kamis, 23- Diameter(cm) 0,69 0,69 0,84 0,58 0,51 0,76 0,65 0,66 0,59 0,66
05-2019 Jumlah Daun 8 10 10 7 9 12 9 10 8 8
(09.55 WIB) Tinggi (cm) 14,7 13,6 15,1 5,2 8,3 13,6 12,6 13,5 14 14,4
Putri Andrina Gianti

240110160020
3.2 Pembahasan
Praktikum lingkungan pertanian dan biosistem kali ini membahas mengenai
cara menanam dengan menggunakan raised bed garden. Raised bed merupakan
tempat pembibitan yang berbentuk bedengan atau guludan pada lahan datar tanpa
menggunakan atap/naungan diatasnya. Umumnya raised bed garden atau bak
tanaman tersebut menggunakan kayu sebagai wadah tanam, tetapi pada praktikum
ini kita menggunakan botol aqua sebagai wadah tanam. Secara umum tidak
berdampak apapun terhadap pertumbuhan tanaman apabila menggunakan kayu
ataupun keranjang sebagai wadahnya. Manfaat menggunakan raised bed yaitu
dapat mencegah tumbuhnya rumput liar pada lahan, dapat mencegah kemungkinan
tanaman diserang hama dan juga dapat menjaga agar tanah terlindungi dari erosi.
Tanaman yang ditaman pada praktikum ini terdapat dua jenis tanaman yaitu
selada merah dan pakcoy. Pertumbuhan tanaman tersebut dipengaruhi oleh faktor
lingkungan seperti suhu, kelembaban dan intensitas cahaya. Dua jenis tanaman
tersebut memiliki syarat tumbuh tanaman yang hampir mirip yaitu tanah yang
digunakan harus gemur (subur), ditanam di dataran tinggi dengan sekitar suhu udara
sekitar 15⁰C-25⁰C dan baik ditanam pada saat musim hujan. Selada merah dan
pakcoy pada praktikum ini dilakukan di rooftop dengan suhu sekitar 20⁰C-30⁰C.
Tinggi tanaman tersebut cenderung meningkat dari minggu ke minggu. Suhu yang
cukup tinggi tersebut maka tanaman tersebut membutuhkan air yang lumayan
banyak, karena jika tanaman kekurangan air maka tidak akan tumbuh dengan baik.
Kelompok kami awalnya hanya mananam satu jenis tanaman yaitu selada
merah saja, tetapi pada hari kedua penyiraman tanaman kami mati dikarenakan
terkena hujan yang sangat lebat. Barulah dua hari kemudian tanaman yang mati
diganti dengan pakcoy. Tanaman yang dihasilkan pada kelompok mendapatkan
berat hasil dari pakcoy dan selada merah yang ditanamkan yaitu untuk pakcoy
seberat 143 gram dan untuk selada merah 10 gram dengan rata-rata jumlah daunnya
yaitu 8 buah. Pertumbuhan tanaman tersebut sebenarnya lebih menjurus ke faktor
lingkungan terkendali tetapi terdapat beberapa elemen-elemen yang seharusnya
masuk ke faktor lingkungan tak terkendali. Pertumbuhan tanaman dengan faktor
lingkungan terkendali beberapa elemen yaitu kebutuhan air sangat bergantung
dengan intensitas air sesuai dengan kebutuhan tanaman dan intensitas cahaya
matahari pada lingkungan tersebut dapat dikurangi dengan menggunakan naungan.
Sedangkan elemen pertumbuhan tanaman tersebut dengan faktor lingkungan tak
terkendali yaitu unsur hara dan jenis tanah berbeda-beda di setiap tempatnya salah
satu indikatornya adalah ketinggian lahan dan juga suhu, kelembaban serta RH
sangat bergantung pada iklim dan cuaca suatu daerah.
Riza Fajrun Najja

240110160040
3.3 Pembahasan
Pertumbuhan tanaman yang sering dibuat makanan atau obat-obatan sehari-
hari merupakan praktikum yang dilaksanakan kali ini mengenai cara menanam
dengan menggunakan raised bed garden, umumnya raised bed garden atau bak
tanaman tersebut menggunakan kayu sebagai wadah tanam. Tanaman pada
kelompok kami, yaitu selada merupakan sayuran daun yang berasal dari daerah
(negara) beriklim sedang atau subtropik. Selada merupakan jenis sayur yang
digemari oleh masyarakat Indonesia. Konsumennya mulai dari kalangan
masyarakat kelas bawah hingga kalangan masyarakat kelas atas. Selada sering
dikonsumsi mentah sebagai lalap lauk makan yang nikmat ditemani sambal.
Masakan asing seperti salad menggunakan selada untuk campuran, begitu juga
hamburger, hot dog, dan beberapa jenis masakan lainnya. Hal tersebut
menunjukkan dari aspek sosial bahwa masyarakat Indonesia mudah menerima
kehadiran selada untuk konsumsi sehari-hari.
Tanaman selada (Lactuca stiva) termasuk jenis tanaman sayuran daun dan
tergolong ke dalam tanaman semusim (berumur pendek). Tanaman tumbuh pendek
dengan tinggi berkisar antara 20 cm – 40 cm atau lebih, bergantung pada tipe dan
varietasnya. Tanaman selada ada yang membentuk krop (kumpulan daun – daun
yang saling merapat membentuk kepala) dan ada varietas yang tidak membentuk
krop. Tinggi tanaman selada daun berkisar antara 30 cm – 40 cm dan tinggi tanaman
selada kepala berkisar antara 20 cm – 30 cm. Menggunakan sebuah keranjang yang
bagian bawah nya dilapisi oleh kardus sebagai alas agar tanah tidak berjatuhan
kelubang yang ada dibagian bawah keranjang, sedangkan untuk bagian samping
keranjang dilapisi oleh plastik bening sebagai naungan pada lingkungan terkendali.
Media tanam yang digunakan praktikan adalah pupuk kompos, cocopeat, dan arang
sekam, dengan perbandingan 3 : 1, media tanam tersebut nantinya di campurkan
dan diaduk secara merata. Setaip kelompok diberikan tanaman 1 jenis dimana setiap
jenis nya kelompok menanam 10 tanaman di dalam keranjang. Tanaman yang
ditanam pada raise bed garden ini terdapat 3 jenis tanaman, diantaranya pakcoy,
selada hijau, dan selada merah dengan suhu rooftop antara 25 - 32 °C.
Kerusakan pada komoditas selada bisa disebabkan faktor mekanis,
fisiologis. Kerusakan yang disebabkan oleh faktor mekanis umumnya terjadi karena
penanganan yang kurang baik pada saat pengangkutan dan bongkar muat, sehingga
banyak daun yang robek – robek dan patah. Kerusakan ini harus dicegah. Sebab
kerusakan fisik yang terjadi pada daun sangat membantu parasit yang dapat
mempercepat kerusakan daun.
Kerusakan karena faktor fisiologis disebabkan aktivitas biologis yang masih
berlangsung dari daun selada yang telah dipanen, yaitu hasil tanaman yang telah
dipanen masih melangsungkan proses penguapan (transpirasi), pernapasan
(respirasi), dan aktivitas – aktivitas biologis lainnya. Peristiwa ini secara langsung
menyebabkan berkurangnya berat (penyusutan) dan menurunkan kualitas daun.
Perubahan – perubahan biologis lainnya seperti perubahan tepung (karbohidrat
menjadi gula, perubahan kandungan nutrisi, dan sebagainya juga akan menurunkan
kualitas daun selada. Perubahan – peruban biologis ini menyebabkan daun selada
yang telah dipanen mudah diserang parasit sehingga kerusakan dapat lebih cepat,
selain itu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman selada, yaitu pada
lingkungan terkendali dan tak terkendali, contohnya pada naungan yang ada pada
tanaman tersebut. Bila dibandingkan lebih baik tanaman pada lingkungan
terkendali, karena diberi naungan sehingga intensitas cahaya, udara, serta suhunya
stabil.
Intan Siti Sa’adah

240110160045
3.4 Pembahasan
Praktikum kali ini membahas tentang pertumbuhan tanaman pada media
tanaman pada media tanam berupa raised bed garden. Raised bed merupakan media
tanaman yang berbentuk bak pertumbuhan yang biasanya berbentuk balok tanpa
tutup, terkadang juga raised bed garden disebut juga bak pertumbuhan. Tanaman
yang ditanam pada raised bed garden terdapat tiga jenis yaitu selada merah, selada
hijau dan juga pakcoy. Setiap kelompok menanam satu jenis tanaman pada raised
bed garden.
Metode yang digunakan pada penanaman kali ini adalah raised bed garden.
Metode ini merupakan cara yang bagus untuk menumbuhkan beragam tanaman,
dan sangat populer untuk menanam buah dan sayuran. Metode ini adalah cara yang
baik untuk meningkatkan drainase dan dapat digunakan untuk menggunakan jenis
tanah yang berbeda pada kebun. Metode ini memiliki kelebihan, yaitu dapat
memperbaiki drainase dengan cara tanah untuk penanaman di simpan di atas
permukaan tanah, namun ini dapat merugikan karena pada saat kekeringan akan
terjadi banyak penyiraman. Selain itu, metode ini dapat meningkatkan suhu tanah,
meningkatkan kesehatan akar, meningkatkan kemudahan manajemen, mencocokan
tanah dengan tanaman dan meningkatkan kemudahan akses.
Seperti yang sudah dijelaskan di awal, praktikum ini menggunakan tiga
jenis tanaman yaitu selada merah, selada hijau dan pakcoy. Kelompok praktikan
menanam selada dengan dibantu oleh naungan plastik bening untuk mengatur
intensitas cahaya yang masuk. Pada suatu lingkungan terkendali, elemen
lingkungan yang mempengaruhi adalah kebutuhan air, unsur hara dan iklim mikro
seperti intensitas cahaya, kelembaban, pH, temperature dan lain-lain. Keuntungan
yang didapatkan dari melakukan penanaman pada lingkungan terkendali adalah
hasil yang tinggi, baik secara kualitas maupun kuantitas, serta dapat terpenuhinya
kebutuhan akan produk tanaman secara kontinu tanpa adanya hambatan musim.
Kebutuhan akan setiap tanaman adalah berbeda, sama halnya antara selada
merah, selada hijau dan pakcoy. Keduanya memiliki kebutuhan yang berbeda.
Tanaman selada mempunyai kebutuhan intensitas cahaya yang lebih sedikit
dibandingkan dengan pakcoy, sehingga pada tanaman selada diberi naungan untuk
mengatur besarnya intensitas cahaya yang masuk. Bukan hanya intensitas
cahayanya saja yang berbeda, tetapi kebutuhan akan airnya pun berbeda,
kelembaban, suhu dan pHnya pun berbeda. Didapatkan berat hasil dari pakcoy dan
selada merah yang ditanamkan yaitu untuk pakcoy seberat 143 gram dan untuk
selada merah 10 gram dengan rata-rata jumlah daunnya yaitu 8 buah.
Berdasarkan hasil percobaan yang didapatkan oleh praktikan, masih
terdapat beberapa tanaman yang mati, hal ini disebabkan oleh perawatan tanaman
yang dilakukan kurang maksimal. Namun hal itu tidak menjadi masalah besar
karena masih banyak tanaman yang tumbuh dan segar. Jumlah daun dan ukuran
daun yang didapatkan pun relatif bagus. Bibit tanaman yang dipakai untuk tanaman
selada merah pun tidak terlalu bagus karena pada saat turun hujan bibit menjadi
hancur, sehingga hanya beberapa saja bibit tanaman selada merah yang dapat
tumbuh dengan baik dan tanaman yang lainnya diganti dengan bibit yang baru.
M. Anfasa Nurrachman

240110160079

3.5 Pembahasan
Praktikum ini merupakan praktik penanaman tanaman pada wadah tanam
yang berisi media tanam dan tanaman di dalamnya. Yang membedakan antara rice
bed garden (RBG) dengan penanaman konvensional yaitu dapat menggunakan
wadah yang berbahan kayu, batu bata, logam, botol, dan bahan-bahan lain.
Kelebihan yang dimiliki oleh RBG yaitu lebih hemat tempat karena RBG dapat
dibuat dengan ukuran yang tidak terlalu besar sehingga RBG dapat ditempatkan di
tempat yang ukurannya terbatas. Selain itu, RBG juga mencegah tanah dari
kemungkinan erosi karena media tanamnya tidak berada langsung di alam dan RBG
juga lebih minim gulma karena sirkulasi udara media tanamnya lebih baik.
Tanaman yang tumbuh sehat sendiri dipengaruhi oleh beberapa hal, mulai
dari bibit yang digunakan hingga media tanam yang digunakan. Apabila bibitnya
memiliki kondisi yang sangat baik, maka bibit akan tumbuh sempurna dan tanpa
cacat, sehingga ketika tanaman telah tumbuh besar, tanaman akan tampak sehat dan
segar. Pada kasus yang kami hadapi, kami menanam bibit selada merah pada media
tanam, namun karena kondisi bibit yang digunakan sangat kurang baik, maka selada
merah tersebut tidak dapat tumbuh dengan optimal karena bibitnya sudah layu dan
tidak segar, sehingga memerlukan waktu yang lebih lama jika hendak menyuburkan
kembali. Karena itu pula, beberapa bibit selada yang kurang baik diganti dengan
bibit pakcoy yang lebih segar. Pertumbuhan tanaman juga dapat dilihat dari titik
penanamannya, apabila masing-masing tanaman ditanam terlalu berdekatan, maka
setiap tanaman akan berbenturan dan saling menyilang, sehingga tanaman tumbuh
dengan kondisi fisik yang kurang baik. Selain itu, setiap titiknya dibuat sedikit
renggang agar dapat memberi jarak pada setiap tanaman mengingat tanaman
pakcoy dapat tumbuh dengan ukuran yang besar.
Media tanam yang digunakan sendiri berpengaruh besar pada pergerakan zat
hara dan penyerapan air untuk penanaman, karena itu pula tanah sebagai bahan
dasar dicampur dengan sekam kelapa dan pupuk kompos agar media tanam dapat
menyerap air lebih cepat dan mempercepat pergerakan unsur hara yang dibutuhkan
oleh tanaman. Perlakuan terhadap media tanam ini sangat efektif untuk beberapa
tanaman yang menyerap air dan unsur hara dengan lambat, sehingga dengan
campuran media tanam ini dapat membantu tanaman untuk menyerap air dan unsur
hara.
Pertumbuhan tanaman sendiri bergantung pada lingkungan sekitarnya, bibit
yang ditanam sendiri harus cocok dengan karakteristik lingkungan yang ada di
sekitar penanaman, sebab beberapa elemen lingkungan memiliki tingkat yang
berbeda dan dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Setiap tanaman sendiri
memiliki karakteristik fisik dan kecocokan dengan lingkungan yang berbeda,
sehingga tidak sembarang tanaman dapat ditanam di setiap tempat, seperti tanaman
kopi dan teh di dataran tinggi. Pada proses pengairan, air mudah terserap oleh media
tanam karena tanah telah tercampur dengan sekam yang dapat membuat media
tanam tidak meluap ketika tanaman mengalami kelebihan air di musim hujan. Jika
tanaman mengalami kelebihan air, maka tanaman dapat mengalami pembusukan
karena terlalu banyak air yang diresap oleh tanah.
Affuaja

240110160097

3.6 Pembahasan
Praktikum mata kuliah lingkungan pertanian dan biosistem kali ini
membahas mengenai hubungan lingkungan dengan pertumbuhan tanaman dimana
prakitkan membuat raised bed garden. Raised bed garden sering juga disebut bak
berkebun atau bak tanaman yang merupakan salah satu konstruksi dalam kegiatan
berkebun yang sangat bagus untuk ditanami oleh sayuran ataupun bunga-bungaan.
Bentuk dari raised bed sendiri adalah kotak yang dibeangun di hamparan halaman,
dan dijadikan wadah tanam yang didalamnyha diisi media tanam dan juga
tanamannya. Pada praktikum ini raised bed dibuat dari keranjang. Media tanam
yang dipakai adalah sekam dan kompos yang selanjutnya ditanami sayuran.
Kelompok kami mendapatkan jenis sayuran selada merah dan pokcoy. Pola tanam
yang dibuat di dalam raised berjumlah 10 tanaman yang ditanam secara horizontal
lalu 3 tanaman yang ditanam secara vertikal. Setiap raised memliki perbedaan
perlakuan dimana sebagian diberi naungan dengan menggunakan plastik uv dan
sisanya tidak diberi naungan, namun kelompok kami tidak menggunakan naungan
sehingga tidak terkendali lingkungannya.
Hasil yang didapatkan pada praktikum kali ini selama pengamatan 26 hari
RH tanah dan lingkungan yang didapatkan sangat beragam hal tersebut disebabkan
oleh waktu pengukuran yang tidak konsisten, dimana pengukuran dilakukan bisa
pada pagi hari, siang hari, dan sore hari dimana pada saat itu RH lingkungan dan
suhu lingkungan berbeda-beda, begitu pula dengan RH tanah yang berubah-ubah
dikarenakan terjadi hujan sehingga air ditanah berlebih dan juga pada saat tanah
tidak sempat disiram sehingga tanah menjadi kering. RH lingkungan dan tanah
tertinggi terdapat pada pengamatan ke-14 pada suhu 31 °C. Jumlah tanaman yang
ditanam sebanyak 12 buah, namun seiring dengan berjalannya waktu terdapat
beberapa tanaman yang mati yang disebabkan oleh kurangnya air, terdapat ulat
pada tanaman, dan bibit yang tidak bagus pada saat awal penanaman. Pada awal
penanaman, kelompok kami mendapatkan bibit salada yang kurang bagus,
berukuran kecil dan batangnya tidak kuat. Jumlah tanaman di akhir pengamatan
sekaligus pemanenanan adalah 12 tanaman yang berarti 0 tanaman yang lainnya
mati.
Jumlah rata-rata daun hingga akhir masa pemanenan berjumlah 9 daun sedangkan
rata-rata tinggi dan diameter daun adalah 12.5 dan 0.54 cm. Berat selada saat
dilakukan pemanenan adalah sebesar 143 gram. Kehilangan tanaman yang terjadi
pada raised kelompok kami salah satunya disebabkan oleh elemen lingkungan
yang tidak terkendali, dimana pada tanaman yang diberi naungan sehingga elemen
lingkungannya terkendali, jumlah tanaman yang dapat dipanen lebih banyak
dibandingkan dengan yang tidak diberi naungan. Kelebihan menggunakan sistem
raised bed ini adalah mencegah tumbuhnya rumput-rumput liar, mencegah media
tanam menjadi padat, mengurangi kemungkinan tanaman diserang hama , dan
menjaga agar tumbuhan terlindungi dari erosi atau terkikis karena hujan deras.
Siti Fadhilah Nurul H

240110160101

3.7 Pembahasan
Praktikum lingkungan pertanian dan biosistem kali ini yaitu melakukan
pengamatan pada tumbuhan yang ditanam diatas rised bed garden. Rised bed
garden merupakan tempat atau wadah yang digunakan untuk menanam tanaman
yang biasanya dapat dibuat dengan berbagai bentuk yang biasanya media tanamnya
berupa pupuk kompos dan sekam. Penggunaan rised bed garden ini selain sebagai
tempat menanam tanaman bisa juga dipakai untuk memisahkan lahan yang diolah
selain sebagai tempat menanam tetapi juga dapat berfungsi untuk memisahkan
lahan yang diolah atau digunakan dengan lahan yang tidak digunakan. Fungsi lain
biasanya digunakan untuk membuat lingkungan terkendali dalam skala kecil.
Biasanya rised bed garden digunakan untuk menanam tanaman hortikultura ang
lumayan mudah untuk ditanam dan dirawat.
Rised bed garden yang dibuat oleh praktikan kali ini menggunakan sebuah
keranjang yang bagian bawah nya dilapisi oleh kardus sebagai alas agar tanah tidak
berjatuhan kelubang yang ada dibagian bawah keranjang, sedangkan untuk bagian
samping keranjang dilapisi oleh plastik bening sebagai naungan pada lingkungan
terkendali. Media tanam yang digunakan praktikan adalah pupuk kompos,
cocopeat, dan arang sekam, dengan perbandingan 3 : 1, media tanam tersebut
nantinya di campurkan dan diaduk secara merata. Setaip kelompok diberikan
tanaman 1 jenis dimana setiap jenis nya kelompok menanam 10 tanaman di dalam
keranjang. Tanaman yang ditanam pada raise bed garden ini terdapat 3 jenis
tanaman, diantaranya pakcoy, selada hijau, dan selada merah.
Pengamatan dilakukan oleh praktikan selama kurang lebih 20 hari dengan
mengamati pertumbuhan dan perkembangan dari setiap tanaman yang telah di
tanami. Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat dilihat bahwa setiap harinya
terdapat penambahan rata-rata panjang dan lebar daun, juga disertai dengan
penambahan jumlah rata-rata daun pada setiap tanaman. Pertumbuhan panjang dan
lebar daun serta jumlah daun menunjukan penambahan yang konsisten setiap
harinya, hal ini menunjukan tanaman yang ditanam dapat tumbuh cukup subur
dengan kondisi cucaca serta perlakuan yang dilakukan oleh praktikan. Di salah satu
tanaman yang diatanam masih terdapat beberapa daun yang mati. Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yang disebabkan oleh lingkungan dan kesalahan
praktikan.
Faktor lingkungan yang menyebabkan kegagalan dalam pertumbuhan
antara lain adalah tanaman terkena iintensita cahaya matahari yang terlalu banyak,
karena rised bed garden praktikan tidak memakai naungan sehingga sinar matahari
langsung menyinari tanaman, hal ini dapat mengambat pertumbuhan tanaman.
Faktor lingkungan yang lain adalah cuaca ataupun suhu yang tidak menentu juga
menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, suhu yang terlalu panas atau terlalu
dingin menyebabkan tanaman kesulitan melakukan pertumbuhan. Adanya hama
atau penyakit pada tanaman juga merupakan faktor lingkungan yang dapat
menyebabkan kegagalan dalam pertumbuhan.
Faktor kegagalan pertumbuhan tanamna yang disebabkan oleh kesalahan
praktikan antara lain adalah praktikan tidak bisa selalu menyiram air pada tanaman
secara rutin. Hal ini menyebabkan tanaman kekurangan air yang dapat menghambat
pertumbuhan tanaman tersebut, bahkan tanaman dapat mati karena kekurangan air.
Kekurangan air ditunjukan pada keadaan tanaman dan media tanam yang sangat
kering karena terkena sinar matahari yang sangat terik. Cuaca saat dilakukan
pengamatan juga memasuki musim kemarau sehingga hujan turun dalam intensitas
yang kecil.
Putri Andrina Gianti
240110160020

BAB IV 240110150046
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:
1. Raised bed merupakan tempat pembibitan yang berbentuk bedengan atau
guludan pada lahan datar tanpa menggunakan atap/naungan diatasnya.
2. Manfaat raised bed yaitu dapat mencegah tumbuhnya rumput liar pada lahan,
dapat mencegah kemungkinan tanaman diserang hama dan juga dapat
menjaga agar tanah terlindungi dari erosi.
3. Dengan suhu yang lumayan tinggi tersebut maka tanaman tersebut
membutuhkan air yang lumayan banyak, karena jika tanaman kekurangan air
maka tidak akan tumbuh dengan baik.
4. Jika tanaman ditanam lebih dari 30°C menghambat pertumbuhan tanaman
dan merangsang tumbuhnya tangkai bunga (bolting)
5. Selada dapat tumbuh di dataran rendah dengan suhu tinggi asalkan tanaman
tersebut cukup diberi air (disiram).

4.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum kali ini adalah, sebaiknya praktikan lebih
memperhatikan lagi dalam proses penyiraman dan pengukuran agar proses
pertumbuhan tanaman lebih baik lagi.
Riza Fajrun Najja

240110160040

4.3 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:
1. Pertumuhan tanaman akan berkembang dengn baik apabila tanamn tersebut
diperlakukan dengan sesuai agar hasil panen yang didapatkan lebih optimal.
2. Tanaman yang diberi naungan seharusnya tumbuh dan berkembang dengan baik,
karena lingkungan pada tanaman tersebut lebih terkendali.
3. Tanaman selada akan tumbuh dengan baik pada suhu 15-25℃.
4. Apabila tanaman selada tersebut diberikan suhu lebih dari 30℃, maka
pertumbuhan tanaman tersebut akan akan terhambat.
5. Konsep raised bed garden ini merupakan konsep yang sangat baik, karena dapat
menghasilkan hasil panen yang optimal jika diberi perlakukan sesuai dengan
prosedur yang benar.

4.4 Saran
Adapun saran yang diberikan pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut :
1. Sebaiknya praktikan dapat merawat tanaman tersebut dengan baik agar hasil
panen yang didapatkan lebih optimal.
2. Ketelitian praktikan dalam pelaksaan praktikum sangat berpengaruh terhadap
nilai yang diperoleh dalam praktikum dan juga dalam perhitungan yang didapat.
3. Mengecek alat-alat yang akan digunakan sebelum dilaksanakannya praktikum.
Intan Siti Sa’adah

240110160045

4.5 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:

1. Metode yang digunakan pada penanaman kali ini adalah raised bed garden.
Metode ini merupakan cara yang bagus untuk menumbuhkan beragam
tanaman, dan sangat populer untuk menanam buah dan sayuran.
2. Hasil menunjukan jumlah tanaman yang dipanen sebanyak 10 tanaman
dengan rata-rata jumlah daun 8 buah.
3. Berat yang didapat saat panen untuk tanaman pakcoy yaitu seberat 143 gram
dan untuk selada merah seberat 10 gram.
4. Praktikum ini menggunakan tiga jenis tanaman yaitu selada merah, selada
hijau dan pakcoy setiap kelompok menanam satu jenis.

4.6 Saran
Saran pada praktikum kali ini adalah:
1. Pembagian jadwal penyiraman alangkah baiknya dibagi oleh asisten dosen
agar tidak terjadi ketimpangan jadwal yang berulang-ulang; dan
2. Pengontrolan tumbuhan alangkah baiknya dilakukan pendampingan dari
asisten dosen agar tidak terjadi kesalahan pada saat pengamatan.
M. Anfasa Nurrachman

240110160079

4.7 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Bibit selada merah yang digunakan layu sehingga selada merah tidak dapat
tumbuh dengan baik dan diganti dengan bibit pakcoy;
2. Sekam lebih mudah menyerap air karena sekam jauh lebih renggang daripada
tanah humus;
3. Media tanam yang digunakan dapat menyerap air dengan cepat sehingga
tanaman tidak mengalami kelebihan air.

4.8 Saran
Saran untuk kesimpulan di atas yaitu bibit yang digunakan harus tidak boleh
layu karena dapat mempengaruhi hasil jadi tanaman ketika sudah tumbuh dan
mengurangi kesegaran tanaman itu sendiri.
Affuaja

240110160097

4.9 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:
1. Pertumuhan tanaman akan berkembang dengn baik apabila tanamn tersebut
diperlakukan dengan sesuai agar hasil panen yang didapatkan lebih optimal.
2. Tanaman yang diberi naungan seharusnya tumbuh dan berkembang dengan
baik, karena lingkungan pada tanaman tersebut lebih terkendali.
3. Tanamn selada akan tumbuh dengan baik pada suhu 15-25℃.
4. Apabila tanaman selada tersebut diberikan suhu lebih dari 30℃, maka
pertumbuhan tanaman tersebut akan akan terhambat.
5. Konsep raised bed garden ini merupakan konsep yang sangat baik, karena
dapat menghasilkan hasil panen yang optimal jika diberi perlakukan sesuai
dengan prosedur yang benar.

4.10 Saran
Adapun saran yang diberikan pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut :

1. Sebaiknya praktikan dapat merawat tanaman tersebut dengan baik agar hasil
panen yang didapatkan lebih optimal.
2. Ketelitian praktikan dalam pelaksaan praktikum sangat berpengaruh terhadap
nilai yang diperoleh dalam praktikum dan juga dalam perhitungan yang
didapat.
3. Mengecek alat-alat yang akan digunakan sebelum dilaksanakannya
praktikum.
Siti Fadhilah Nurul H

240110160101

4.11 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah :
1. Rised bed merupakan tempat untuk menanam tanaman yang biasanya media
tanamnya berupa sekam dan pupuk kompos;
2. Fungsi dari rised bed garden antara lain sebagai tempat menanam, untuk
memisahkan lahan yang diolah dengan lahan yang tidak diolah, serta untuk
membuat lingkungan terkendali dalam skala kecil;
3. Rised bed yang dibuat praktikan menggunakan sebuah keranjang yang
dilapisi oleh kardus sebagai alas dan plastik bening sebagai naungan;
4. Pengamatan pada tanaman dilakukan selama kurang lebih 20 hari dengan
menujukkan penambahan panjang dan lebar daun serta jumlah daun secara
konstan setiap harinya;
5. Kegagalan dalam pertumbuhan tanaman dapat disebabkan oleh factor dari
lingkungan serta dari kesalahan yang dilakukan oleh praktikan.

4.12 Saran
Saran daripraktikum kali ini adalah sebaiknya jadwal penyiraman dan
perawatan tanaman dilakukan secara rutin sehingga tanaman tidak mengalami
kekurangan air.
DAFTAR PUSTAKA

Jaya, I Komang Damar. (2017). Budidaya Tanaman Dalam Lingkungan


Terkendali. Mataram : Pustaka Bangsa.

Ritung, Sofyan, dkk. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan. Bogor: Balai Penelitian
Tanah dan World Agroforestry Center

Damson, Raymon. 2012. Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan


Tanaman. Jambi. Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Negeri Jambi. Terdapat pada :
https://www.sumberajaran.com/2012/11/faktor-lingkungan-yang-
mempengaruhi.html (Diakses pada tanggal 24 Mei 2019, pada pukul 11.28
WIB)

Maharani, Vita. 2016. Membuat Bak Tanaman Raised Garden atau Garden Box.
Terdapat pada: http://www.kebunpedia.com/threads/membuat-bak-tanaman-
raised-garden-bed-atau-garden-box.4677/ (Diakses pada tanggal 24 Mei
2019, pada pukul 12.08 WIB)

Anda mungkin juga menyukai