Anda di halaman 1dari 23

Nilai :

LAPORAN PRAKTIKUM
KARAKTERISTIK BAHAN HASIL PERTANIAN
(Karakteristik Dielektrik : Pengukuran Konduktivitas Listrik Bahan Hasil
Pertanian)

Oleh:

Nama : Adit Djati Permana


NPM : 240110170026
Hari, Tanggal Praktikum : Kamis, 21 November 2018
Waktu / Shift : 07.30 – 09.00 WIB / A1
Asisten : 1. Agnes Klarasitadewi
2. Dina Aprilia
3. Intan Siti Sa’adah
4. Rini Nurul Fauziyah

LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara agraris, yang merupakan negara penghasil
produk pertanian dalam jumlah yang besar. Kadangkala negara Indonesia tidak
mampu mengelola atau mengolah bahan hasil pertanian tersebut, padahal produk
pertanian merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia di seluruh dunia pada
umumnya. Karakteristik yang perlu diketahui adalah mengenai konduktivitas listrik
suatu bahan hasil pertanian yang bersifat cair. Konduktivitas listrik merupakan
kemampuan dari larutan, logam atau gas, secara singkat semua bahan untuk
melewati arus listrik.
Penerapan dalam bidang teknik, pengetahuan mengenai konduktivitas listrik
digunakan dalam merancang dan mengoptimasi berbagai proses dan peralatan,
terutama yang melibatkan sistem elektrokimia seperti peralatan elektrolisis dan
baterai. Konduktivitas listrik juga dapat digunakan untuk menambah wawasan
mengenai sifat-sifat larutan elektrolit dan menghitung besaran fisika seperti
konstanta disosiasi. Penelitian mengenai konduktivitas dewasa ini lebih
dikembangkan pada model teoritis untuk pengukuran konduktivitas larutan pekat
dan sistem pelarut campuran
Pengolahan produk pertanian itu tidaklah sulit, asalkan kita dapat memahami
sifat dari produk pertanian tersebut berikut dengan masalah yang dihadapi.
Menciptakan alat atau mesin tertentu yang benilai guna dan tidak merusak
lingkungan atau bahkan tidak merusak produk pertanian itu sendiri sebagai solusi
cerdas dari masalah itu sendiri. Praktikum kali ini mengenai konduktivitas listrik,
diharapkan dapat mempermudah proses penanganan bahan hasil pertanian setelah
panen dan proses perancangan mesin yang mendukung dalam kemajuan pangan
Indonesia.
1.2 Tujuan Praktikum
1.2.1 Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa dapat mempelajari karakteristik dielektrik.

1.2.2 Tujuan Instruksional Khusus


Mahasiswa dapat menentukan besar konduktivitas listrik pada bahan
makanan cair.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sifat Dielektrik


Dielektrik adalah suatu bahan yang memiliki daya hantar arus yang sangat
kecil atau bahkan hampir tidak ada. Bahan dielektrik dapat berwujud padat, cair dan
gas.Tidak seperti konduktor, pada bahan dielektrik tidak terdapat elektron-elektron
konduksi yang bebas bergerak di seluruh bahan oleh pengaruh medan listrik. Medan
listrik tidak akan menghasilkan pergerakan muatan dalam bahan dielektrik. Sifat
inilah yang menyebabkan bahan dielektrik itu merupakan isolator yang baik.
Dalam bahan dielektrik, semua elektron-elektron terikat dengan kuat pada
intinya sehingga terbentuk suatu struktur regangan (lattices) benda padat, atau
dalam hal cairan atau gas, bagian-bagian positif dan negatifnya terikat bersama-
sama sehingga tiap aliran massa tidak merupakan perpindahan dari muatan. Karena
itu, jika suatu dielektrik diberi muatan listrik, muatan ini akan tinggal terlokalisir di
daerah di mana muatan tadi ditempatkan. Pada prakteknya tidak ada dielektrik yang
mampu memenuhi semua syarat-syarat diatas. Sehingga diperlukan kompromi
tentang sifat-sifat apa saja yang lebih diutamakan. (Juansah dan Irmansyah, 2008).

2.2 Konduktivitas dan Resistivitas Listrik


Konduktivitas listrik adalah ukuran kemampuan suatu larutan untuk
menghantarkan arus listrik. Arus listrik di dalam larutan dihantarkan oleh ion yang
terkandung di dalamnya. Ionmemiliki karakteristik tersendiri dalam menghantarkan
arus listrik. Maka dari itu nilaikonduktivitas listrik hanya menunjukkan konsentrasi
ion total dalam larutan (Manalu, 2014).
Banyaknya ion di dalam larutan juga dipengaruhi oleh padatan terlarut di
dalamnya. Semakin besar jumlah padatan terlarut di dalam larutan maka
kemungkinan jumlah ion dalam larutanjuga akan semakin besar, sehingga nilai
konduktivitas listrik juga akan semakin besar. Jadi,disini dapat dilihat bahwa
terdapat hubungan antara jumlah zat padat terlarut yang dinyatakandengan TDS
(total dissolved solid) dengan nilai konduktivitas listrik. Konduktivitas listrik
ditentukan oleh sifat elektrolit suatu larutan, konsentrasi dan suhu larutan (Irwan,
2016).
Nilai konduktivitas listrik suatu larutan bergantung pada nilai konduktivitas
listrik pelarutnya (air). Menurut Arrhenius, senyawa asam merupakan senyawa
yang melepas ion H+ saat terjadi ionisasi sedangkan senyawabasa adalah senyawa
yang melepas ion OH- saat terjadi ionisasi. Berdasarkan pemahaman tersebut maka
air menurut Arrhenius memiliki sifat dualisme yaitubersifat asam maupun basa
karena saat terjadi ionisasi, air melepas ion H+ danOH-. Berdasarkan konsep
Arrhenius dan konsep air sangat murni (ultrapure water) maka air memiliki dua
potensi yang seimbang untuk menjadi asam maupunbasa. Karena dua potensi yang
seimbang tersebut maka masing-masing ion memiliki nilai beda potensial yang
sama. Persamaan nilai beda potensial tersebutmenyebabkan arus listrik yang
mengalir dalam air menjadi 0 sehingga nilai hambatan air adalah tak hingga
(Kurniawan, et al.,2009).

2.3 Konduktivitimeter
Konduktivitimeter adalah alat untuk mengukur nilai konduktivitas listrik
(specificelectric conductivity) suatu larutan atau cairan. Sebuah sistem
konduktivitimeter tersusun atas dua elektrode, yang dirangkaikan dengan sumber
tegangan serta sebuah ampere meter. Elektrode-elektrode tersebut diatur sehingga
memiliki jarak tertentu antara keduanya (biasanya 1 cm). Pada saat pengukuran,
kedua elektrode ini dicelupkan ke dalam sampel larutan dan diberi tegangan dengan
besar tertentu. Nilai arus listrik yang dibaca oleh ampere meter, digunakan lebih
lanjut untuk menghitung nilai konduktivitas listrik larutan. Prinsip kerja
konduktivitimeter dimana besar tegangan listrik (V) ditentukan oleh sistem, besar
arus listrik (I) adalah parameter yang diukur, serta konstanta (C) didapatkan
sebelumnya dari proses kalibrasi konduktivitimeter dengan menggunakan larutan
yang diketahui nilai konduktivitas spesifiknya (Onny, 2011).

2.4 Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit


Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik.
Dalam larutan elektrolit molekul-molekulnya terurai (terdisosiasi) menjadi
partikel-partikel bermuatan listrik positif dan negatif yang disebut ion (ion positif-
ion negatif). Ion positif yang dihasilkan dinamakan kation dan ion negatif yang
dihasilkan dinamakan anion. Jumlah dari muatan ion positif dan ion negatif akan
sama sehingga muatan ion-ion dalam larutan netral. Ion-ion inilah yang kemudian
menghantarkan arus listrik. Perubahan kimia larutan ini ditandai dengan perubahan
warna, timbulnya gelembung gas dan adanya endapan, serta bila diuji dengan alat
uji elektrolit larutan ini dapat menyalakan sebuah lampu. Semakin banyak ion yang
terbentuk, maka semakin kuat sifat elektrolit larutan tersebut (Arifin, 2004).
Larutan non-elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus
listrik. Larutan-larutan non-elektrolit terdiri atas zat-zat yang terlarut dalam air
namun tidak terurai menjadi ion (tidak terionisasi). Dalam larutan, zat not-elektrolit
tetap seperti molekul yang tidak bermuatan listrik. Itulah mengapa larutan ini tidak
dapat menghantarkan arus listrik (Arifin, 2004).
1.Tidak dapat Terionisasi
2.Tidak dapat menghantarkan listrik
3.Tetapan/derajat ionisasi (α) = 0
4.Jika diuji dengan alat uji elektrolit, larutan ini tidak menghasilkan reaksi
apapun. Ditandai dengan lampu tidak menyala dan tidak munculnya
gelembung gas.
Contoh larutan elektrolit kuat diantaranya sebagai berikut.
a) Asam Kuat: HCl, HBr, HI, HNO3, H2SO4, HClO3, HClO4
b) Basa Kuat: NaOH, KOH, Mg(OH)2, Ca(OH)2, Ba(OH)2
c) Garam pada umumnya merupakan elektrolit kuat, contoh NaCl, BaCl2.
Contoh larutan elektrolit lemah diantaranya sebagai berikut.
a) Asam lemah, contoh: CH3COOH (asam cuka), H3PO4 (asam fosfat), dll.
b) Basa Lemah, contoh: Al(OH)3, Fe(OH)2, AgOH, dll.
Contoh larutan non elektrolit adalah larutan selain asam, basa dan garam juga
gula, alkohol, glukosa, urea, dll.
Tabel 1. Gambaran bentuk molekil dari elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan non
elektrolit.
Jenis Sifat Larutan Contoh Reaksi Ionisasi
Larutan Senyawa
Elektrolit - Terionisasi sempurna NaCl Na+ + Cl-
Kuat - Menghantarkan arus NaOH Na+ + OH-
listrik KCl K+ + Cl-
- Lampu menyala terang H2SO4 2H+ + SO42-
- Terdapat gelembung
gas
Elektrolit - Terionisasi sebagian CH3COOH H+ + CH3COOH-
Lemah - Menghantarkan arus HCN H+ + CN-
listrik
- Lampu menyala redup
- Terdapat gelembung gas
Non - Tidak terionisasi C6H12O6
Elektrolit - Tidak menghantarkan
arus listrik
- Lampu tidak menyala
- Tidak terdapat
gelembung gas
Sumber : (Arifin, 2004)

2.5 Pemanasan Ohmic


Ohmic heating pada prinsipnya bekerja berdasarkan hukum Ohm, yaitu bila
beda tegangan antara dua titik penghantar sebasar satu volt, mengalir arus satu
amper pada pengantar yang mempunyai tahanan sebesar satu ohm konstan, dengan
rumus dinyatakan :
V = R.I……………………………………………………(1)
Dimana V = tegangan (volt), R = tahanan (ohm) dan I = arus (Ampere).
Semua bahan pertanian yang mempunyai sifat elektro-kimia mengandung muatan
listrik negative (elektron) dan muatan listrik positif (proton) yang tersusun secara
seimbang, bila diberikan beda potensial listrik maka arus listrik akan mengalir
melalui bahan tersebut. Untuk mengetahui sifat-sifat elektron maupun proton pada
bahan pertanian, dapat dilihat dari kandungan unsur-unsur kimia dari bahan
pertanian (Elih, 2002).
Dalam bidang pengolahan pangan, ohmic heating didefinisikan sebagai suatu
proses dimana bahan pangan (cair, padatan, atau campuran antara keduanya)
dipanasi secara simultan dengan mengalirkan arus listrik melaluinya (Salengke,
2000). Bahan pangan yang dilewati arus listrik memberi respon berupa
pembangkitan panas secara internal akibat adanya tahanan listrik dalam bahan
pangan tersebut. Jumlah panas yang dibangkitkan dalam bahan pangan akibat aliran
arus berhubungan langsung dengan kerapatan arus yang ditimbulkan oleh besarnya
medan listrik (field strength) dan konduktifitas listrik dari bahan pangan yang
diolah (Sastry and Barach, 2002).
Pemanasan ohmic merupakan suatu proses dimana arus listrik (khususnya
arus bolak-balik AC) dilewatkan melalui bahan pangan. Akibatnya, terjadi
pembangkitan energi internal pada bahan pangan. Prinsip dasar pemanasan ini akan
menghasilkan sebuah pola pemanasan luar dan dalam. Konstruksi pemanas ohmic
terdiri dari sumber arus dan reaktor yang disisipi dengan elektroda. Vibrasi sel
menyebabkan terjadinya friksi dan disipasi dalam bentuk panas (Silva, 2002).

2.6 Daya Hantar Listik (DHL)


Daya hantar listrik (DHL) merupakan kemampuan suatu cairan untuk
menghantarkan arus listrik (disebut juga konduktivitas). DHL pada air merupakan
ekspresi numerik yang menunjukkan kemampuan suatu larutan untuk
menghantarkan arus listrik. Oleh karena itu, semakin banyak garam-garam terlarut
yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai DHL. Besarnya nilai DHL
bergantung kepada kehadiran ion-ion anorganik, valensi, suhu, serta konsentrasi
total maupun relatifnya.
Pengukuran daya hantar listrik bertujuan mengukur kemampuan ion-ion
dalam air untuk menghantarkan listrik serta memprediksi kandungan mineral dalam
air. Pengukuran yang dilakukan berdasarkan kemampuan kation dan anion untuk
menghantarkan arus listrik yang dialirkan dalam contoh air dapat dijadikan
indikator, dimana semakin besar nilai daya hantar listrik yang ditunjukkan pada
konduktivitimeter berarti semakin besar kemampuan kation dan anion yang terdapat
dalam contoh air untuk menghantarkan arus listrik.Hal ini mengindikasikan bahwa
semakin banyak mineral yang terkandung dalam air.
Konduktivitas dinyatakan dengan satuan p mhos/cm atau p Siemens/cm.
Dalam analisa air, satuan yang biasa digunakan adalah µmhos/cm. Air suling
(aquades) memiliki nilai DHL sekitar 1 µmhos/cm, sedangkan perairan alami
sekitar 20 – 1500 µmhos/cm (Boyd, 1998).
Besarnya daya hantar listrik bergantung pada kandungan ion anorganik (TDS)
yang disebut juga materi tersuspensi. Hubungan antara TDS dan DHL dinyatakan
dalam persamaan sebagai berikut (Metcalf dan Eddy, 1991).
Nilai konduktivitas listrik dari beberapa bahan dapat dilihat pada Paper Basic
of Conductometry antara lain sebagai berikut.
Tabel 2. Nilai Konduktivitas Listrik Beberapa Bahan
T Konduktivitas
Konduktor Penyebab Konduksi Ionik
(K) Listrik (S/cm)
Air minum 298 Disosiasi garam dan asam
10-2000
karbonat
Air distilasi 273 Kontaminasi garam, disosiasi
0,06-10
H2O dan asam karbonat
Air Ultrapure 273 Low-self disosiation 0,056
Sumber: Paper Basic of Conductometry, (2004)
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Microwave
2. Konduktivitimeter
3. Tisu
4. Wadah plastik

3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Larutan CMC 150 mL dengan konsentrasi 0.1%, 0.2%, dan 0.3%
2. Larutan garam 150 mL dengan konsentrasi 0.3%, 0.5%, dan 0.7%
3. Larutan jeruk 150 mL dengan konsentrasi 10%, 25%, dan 50%
4. Susu ready to drink (Susu UHT dan Susu Segar) 150 mL dengan
konsentrasi 100% dan 100%

3.2 Prosedur Praktikum


Langkah-langkah yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
2. Mengukur suhu dan konduktivitas bahan dengan menggunakan alat
konduktivitimeter.
3. Membersihkan alat dengan menggunakan tisu saat akan digunakan untuk
larutan lain atau bahan lain.
4. Memanaskan bahan dengan menggunakan microwave selama 5 menit
dengan suhu sedang.
5. Mengukur suhu dan konduktivitas bahan yang telah dipanaskan dengan
menggunakan konduktivitimeter.
BAB IV
HASIL

4.1 Tabel Hasil Pengukuran


Tabel 3. Hasil Pengukuran Konduktivitas Listrik
Konduktivitas
Suhu (0C)
No Bahan Konsentrasi Listrik (S/m)
T awal T akhir T awal T akhir
0,1% 24.8 51.0 0.354 1.112
Larutan CMC
1 0,2% 24.9 54.3 0.922 1.571
150 ml
0,3% 25 50.9 1.322 1.844
5% 25 49.1 0.942 1.468
Larutan Jeruk
2 12,5% 24.1 44.6 1.780 1.168
150 ml
25% 23.6 47.3 1.838 1.688
0,3% 24.4 41.3 0.886 1.019
Larutan Garam
3 0,5% 24.6 41.9 1.001 1.831
150 ml
0,7% 24.7 41.3 0.634 0.821
Susu Segar
4 100% 21.2 43 1.392 1.795
150 ml
Susu UHT
5 100% 20.6 42.5 1.173 1.398
150 ml
4.2 Grafik

2
y = 3.66x + 0.777

Konduktivitas Listrik (s/m)


1.8
1.6 R² = 0.9789
1.4
1.2 Tawal
1
0.8 Takhir
y = 4.84x - 0.102
0.6 R² = 0.9901 Linear (Tawal)
0.4 Linear (Takhir)
0.2
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4
Konsentrasi Larutan (%)

Gambar 1. Kurva Hubungan Konduktivitas Listrik terhadap Konsentrasi


Larutan CMC

2.5
Konduktivitas Listrik (s/m)

y = 0.0407x + 0.9434
2 R² = 0.6727

1.5 Tawal
y = 0.0141x + 1.2413 Takhir
1
R² = 0.2988
Linear (Tawal)
0.5 Linear (Takhir)

0
0 10 20 30
Konsentrasi Larutan (%)

Gambar 2. Kurva Hubungan Konduktivitas Listrik terhadap Konsentrasi


Larutan Jeruk
35
30

Konduktivitas Listrik (s/m)


25 y = 70.953x - 24.726
20 R² = 0.7714
Tawal
15
Takhir
10
Linear (Tawal)
5 y = -0.63x + 1.1553
R² = 0.4506 Linear (Takhir)
0
-5 0 0.2 0.4 0.6 0.8
-10
Konsentrasi Larutan (%)

Gambar 3. Kurva Hubungan Konduktivitas Listrik terhadap Konsentrasi


Larutan Garam

2 1.795
Konduktivitas Listrik (s/m)

1.8
1.6 1.398
1.392
1.4
1.2 Tawal
1 1.173
0.8 Takhir
0.6 Linear (Tawal)
0.4 Linear (Takhir)
0.2
0
0% 50% 100% 150%
Konsentrasi Larutan (%)

Gambar 4. Kurva Hubungan Konduktivitas Listrik terhadap Konsentrasi


Susu Segar dan Susu UHT
2 1.844
1.8

Konduktivitas Listrik (s/m)


1.571
1.6
1.322
1.4
1.112
1.2
0.922
1 0,1 %
0.8 0,2 %
0.6
0.354 0,3 %
0.4
0.2
0
0 20 40 60
Suhu (°C)

Gambar 5. Kurva Hubungan Konduktivitas Listrik terhadap Suhu Larutan


CMC

3
2.5
Konduktivitas Listrik (s/m)

2.5

2 1.838
1.78
1.468
1.5 1.168 5%
0.942 12.50%
1
25%
0.5

0
0 20 40 60
Suhu (°C)

Gambar 6. Kurva Hubungan Konduktivitas Listrik terhadap Suhu Larutan


Jeruk
2 1.831
1.8

Konduktivitas Listrik (s/m)


1.6
1.4
1.2 1.001 1.019
1 0.886 0.821 0.30%
0.8 0.634 0.50%
0.6
0.70%
0.4
0.2
0
0 20 40 60
Suhu (°C)

Gambar 7. Kurva Hubungan Konduktivitas Listrik terhadap Suhu Larutan


Garam

2 1.795
1.8
Konduktivitas Listrik (s/m)

1.6 1.392 1.398


1.4 1.173
1.2
1 100.00%
0.8 100.00%
0.6
0.4
0.2
0
0 20 40 60
Suhu (°C)

Gambar 8. Kurva Hubungan Konduktivitas Listrik terhadap Suhu Susu


Segar dan Susu UHT
BAB V
PEMBAHASAN

Praktikum kali ini mengenai karakteristik dielektrik yang secara khusus


melakukan pengukuran konduktivitas listrik bahan hasil pertanian. Konduktivitas
listrik merupakan kemampuan suatu bahan dalam menghantarkan arus litrik. Bahan
hasil pertanian perlu diketahui nilai konduktivitasnya karena nilai konduktivitas
tesebut berpengaruh kepada beberapa hal diantaranya yaitu untuk mengisolasi
antara penghantar dengan pengahantar yang lain, misalnya antara konduktor fasa
dengan konduktor fasa, atau konduktor fasa dengan tanah, menahan gaya mekanis
akibat adanya arus pada konduktor yang diisolasi, mampu menahan tekanan yang
diakibatkan panas dan reaksi kimia.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu larutan CMC 150 ml
dengan komposisi 0.1 %, 0.2%, dan 0.3%, larutan Jeruk 150 ml dengan komposisi
5%, 12,5%, dan 25%, larutan garam 150 ml dengan komposisi 0.3%, 0.5%, dan
0.7%, larutan susu ready to drink (UHT dan Susu segar) 150 ml dengan komposisi
100%. Bahan tersebut di ukur nilai konduktivitas listrik dengan tingkat konsetrasi
dan suhu yang berbeda. Konsentrasi tersebut dimaksudkan terhadap bersarnya
konsentarasi pelarut dan konsetrasi terlarut, sedangkan untuk suhu dilakukan
menggunakan pemanasan ohmic. Pemanasan ohmic pada prinsipnya yaitu ketika
suatu bahan (cair, padatan, atau campuran antara keduanya) dipanasi secara
simultan dengan mengalirkan arus listrik melaluinya maka bahan yang dialiri arus
listrik akan memberi respon berupa pembangkitan panas secara internal akibat
adanya tahanan listrik dalam bahan tersebut. Menurut (Efendi,2003) larutan EMC
(Carboxy Methyl Cellulose) merupakan turunan dari selulosa dan isi sering dipakai
dalam industri makanan untuk mendapatkan tekstur yang baik, fungsi CMC yaitu
sebagai pengental, stabilisator, pembentuk gel, sebagai pengemulsi, dan beberapa
hal dapat merekatkan antibiotik.
Pengukuran nilai konduktivitas listrik yang pertama dilakukan pada larutan
CMC 150 ml. Larutan tersebut di ukur dalam konsentrasi yang berbeda-beda yaitu
larutan CMC 150ml dengan konsetrasi 0,1 %, 0,2 %, 0,3 %. Ketiga konsentrasi
tersebut dilakukan pemanasan dengan lama waktu lima menit pada microwave
sehingga diperoleh besarnya nilai suhu pada setiap konsentrasi setelah dilakukan
pemanasan (Takhir). Nilai konsentrasi yang pertama 0,1 % di ukur suhu awal yaitu
sebesar 24.8 o C dan suhu akhir sebesar 51.0 o C. Nilai konduktivitas yang diperoleh
pada suhu awal dan suhu akhir pada konsetrasi 0,1 % masing-masing sebesar 0.354
s/m serta 1.112 s/m. Konsentrasi CMC 0,2 % nilai suhu awal sebesar 24.9 o C dan
suhu akhir sebesar 54.5o C. Nilai konduktivitas yang diperoleh pada suhu awal dan
suhu akhir dengan konsetrasi 0,2 % sebesar 0.922 s/m dan 1.571 s/m. Konsentrasi
CMC 0.3 % mendapatkan nilai suhu awal yaitu sebesar 25oC dan suhu akhir sebesar
50.9o C. Nilai konduktivitas yang diperoleh pada suhu awal dan suhu akhir dengan
konsentrasi 0,3 % sebesar 1.397 s/m dan 1.009 s/m.
Larutan jeruk 150ml, mendapatkan nilai suhu awal pada konsentrasi 5%,
12.5%, 25% secara berturut – turut sebesar 25o C, 24.1o C serta 23.6o C.
Mendapatkan nilai suhu akhir pada konsentrasi 5%, 12.5%, 25% secara berturut –
turut sebesar 49.1o C, 44.6o C serta 47.3o C. Nilai Konduktivitas yang diperoleh pada
suhu awal dan akhir pada ketiga konsentrasi tersebut sebesar 0.942 s/m dan 1.468
s/m, 1.280 s/m dan 1.168 s/m, serta 1.838 dan 1.688.
Larutan garam dengan konsentrasi 0.3%, 0.5%, dan 0.7%. Nilai suhu awal dan
akhir yang didapatkan sebesar 24.4o C dan 41.5o C, 24.6o C dan 41.9o C, 24.7o C dan
41.3oC dengan konduktivitas yang diperoleh pada suhu awal dan akhir pada setiap
konsentrasinya sebesar 0.886 s/m dan 1.019 s/m, 1.001 s/m dan 1.831 s/m, 0.634
s/m dan 0.821 s/m
Larutan susu UHT dan susu segar 150 ml, mendapatkan nilai suhu awal yaitu
sebesar 21.2o C dan 20.6o C, nilai suhu akhir yang diperoleh sebesar 43o C dan 42.5o
C. Nilai konduktivitas yang diperoleh pada suhu awal dan suhu akhir pada
konsetrasi 100 % yaitu masing-masing sebesar 1.392 s/m dan 1.173 s/m serta 1.795
s/m dan 1.398 s/m.
Nilai konduktivitas listrik T awal tertinggi dan terendah secara berturut – turut
sebesar 1.838 s/m yaitu pada larutan jeruk dengan konsentrasi 25% serta 0.354 s/m
yaitu pada larutan CMC dengan konsentrasi 0.1%. Nilai konduktivitas listrik T
akhir tertinggi dan terendah secara berturut – turut sebesar 1.844 s/m yaitu pada
larutan CMC dengan konsentrasi 0.3% serta 0.821 s/m yaitu pada larutan garam
dengan konsentrasi 0.7%. Nilai hasil pengukuran yang diperoleh dapat disimpulkan
bahwa suhu mempengaruhi hasil akhir pengukuran semakin besar suhu yang
didapatkan maka nilai konduktivitas listriknya semakin besar. Suhu larutan setelah
dipanaskan memiliki suhu yang hampir serupa, dikarenakan memasukan bahan ke
oven dengan waktu yang sama serta menggunakan microwave yang sama namun
melihat hasil percobaan nilai suhu yang didapatkan tidak semuanya hampir serupa
setiap konsentrasi bahan tersebut disebabkan karena proses pemanasan pada
microwave yang tidak merata selain itu bisa disebabkan karena microwave dengan
keadaan yang kurang baik. Suhu mempengaruhi nilai konduktivitas larutan,
semakin tinggi suhu suatu bahan/larutan, maka semakin besar pula nilai
konduktivitas listriknya. Suhu berbanding lurus dengan nilai konduktivitas suatu
bahan, hal ini dikarenakan kenaikan suhu akan meningkatkan pergerakan ion-ion
dalam larutan sehingga konduktivitas larutan akan semakin meningkat.
Melihat hasil praktikum dapat diketahui bahwa suhu larutan setelah dipanaskan
memiliki suhu yang hampir serupa, hal ini menunjukan salah satu manfaat adanya
karakteristik dielektrik bahan adalah dapat memanaskan bahan secara menyeluruh
dengan panas yang sama. Konduktivitas listrik bahan digunakan dalam proses
pemanasan atau pengeringan dimana kandungan listrik didalam bahan dirubah
menjadi energi panas yang mengakibatkan panas yang mengalir didalam bahan
akan seragam. Hasil tersebut pun menunjukan bahwa adanya faktor suhu yang
mempengaruhi nilai konduktivitas larutan, dimana semakin tinggi suhu suatu
bahan/larutan, maka senakin besar pula nilai konduktivitas listriknya. Dikarenakan
kenaikan suhu akan meningkatkan pergerakan ion-ion dalam larutan sehingga
konduktivitas larutan akan semakin meningkat.
Melihat nilai konsentrasi bahan semakin besar nilai konsentrasi terlarutnya
maka semakin besar pula nilai konduktivitas nya. Dikarenakan semakin besar
konsentrasi terlarutnya maka akan semakin banyak ion yang terkandung nya
sehingga dapat meningkatkan nilai konduktivitas listriknya.
Jumlah konsentrasi bahan dan jenis bahan mempengaruhi nilai konduktivitas
listriknya. Disebabkan karena larutan tersebut memiliki jumlah ion terlarut yang
banyak, semakin banyak ion terlarut dalam suatu lrutan, maka semakin besar pula
kemampuan larutan tersebut dalam menghantarkan listrik. Jenis larutan
mempengaruhi nilai konduktivitas listrik bahan, dimana larutan dengan kadar
garam dan asam yang tinggi akan memiliki nilai konduktivitas listrik yang besar
pula. Grafik menunjukan bahwa semakin tinggi konsentrasinya, nilai konduktivitas
listriknya semakin kecil. Larutan CMC memiliki ion terlarut yang kecil, larutan
tersebut menjadi penghantar listrik yang baik pada keadaan larutan yang encer atau
konsentrasinya rendah. Disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil akhir
pengukuran seperti suhu bahan, jenis larutan, konsentrasi larutan, alat dengan
keaadaan kurang baik, kurang meratanya proses pemanasan, kesalahan praktikan
dalam membaca hasil percobaan dan sebagainya.
Menurut (Arifin dkk, 2004) yang dimaksud larutan elektrolit kuat merupakan
larutan yang banyak menghasilkan ion, dikarenakan ion terurai secara sempurna
seperti asam kuat, basa kuat dan garam yang mudah larut sehingga dapat
disimpulkan bahwa larutan jeruk, susu, dan larutan garam digolongkan sebagai
elektrolit kuat. Menurut (Arifin dkk, 2004) yang dimaksud elektrolit lemah
merupakan larutan dengan daya hantar listrik yang lemah, yang digolongkan
sebagai bahan tersebut seperti asam dan basa lemah serta garam yang sukar larut.
Menurut (Arifin dkk, 2004) larutan non elektrolit merupakan larutan yang tidak
dapat menghantarkan listrik karena zat pelarutnya tidak dapat menghasilkan ion –
ion, yang tergolong dalam larutan ini seperti urea, larutan sukrosa, glukosa, dan
sebagainya. Larutan CMC dapat digolongkan sebagai larutan non elektrolit karena
kandungan selulosa dikarenakan selulosa merupakan rantai panjang dari gula.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah :
1. Konduktivitas listrik merupakan kemampuan suatu bahan dalam
menghantakan arus litrik.
2. Nilai konduktivitas listrik perlu diketahui untuk mengetahui kemampuan
larutan tersebut dapat mengisolasi antara penghantar dengan pengahantar
yang lain, Menahan gaya mekanis akibat adanya arus pada konduktor yang
diisolasi, mampu menahan tekanan yang diakibatkan panas dan reaksi
kimia.
3. Pemanasan ohmic pada prinsipnya yaitu ketika suatu bahan (cair, padatan,
atau campuran antara keduanya) dipanasi secara simultan dengan
mengalirkan arus listrik maka bahan yang dialiri arus listrik akan memberi
respon berupa pembangkitan panas secara internal akibat adanya tahanan
listrik dalam bahan tersebut.
4. Semakin tinggi suhu pada bahan tersebut maka nilai konduktivitas
listriknya semakin besar.
5. Semakin besar konsentrasi terlarutnya maka akan semakin banyak ion
yang terkandung nya sehingga dapat meningkatkan nilai konduktivitas
listriknya
6. Faktor yang mempengaruhi hasil akhir pengukuran seperti suhu bahan,
jenis larutan, konsentrasi larutan, alat dengan keaadaan kurang baik,
kurang meratanya proses pemanasan, kesalahan praktikan dalam
membaca hasil percobaan dan sebagainya.
7. Larutan CMC digolongkan menjadi golongan non elektrolit dikarenakan
selulosa merupakan rantai panjang dari gula. Larutan jeruk, garam dan
susu digolongkan menjadi larutan elektrolit karena dapat menghasilkan
listrik.
6.2 Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah:
1. Sebaiknya ketika bahan dikeluarkan dari microwave bahan tersebut
langsung diukur suhu dan konduktivitas listriknya sehingga hasil yang
didapat lebih akurat mengingat terdapat proses penyesuaian bahan dengan
suhu lingkungan.
2. Seharusnya mencatat nilai yang diperoleh pada display dicatat saat nilai
yang tertera stabil.
5. Sebaiknya menggulung kabel pada alat konduktivitimeter dikarenakan
kondisi alat yang kurang baik sehingga perlu menggulungnya agar hasil
yang didapat sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Asep Jamal. 2004. Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Jakarta.

Boyd, T. 1998. Introduction of Water and Piping Engineering. CRC Press: New
York

Elih, M., 2002.Aplikasi Metoda Ohmic Heating Untuk Ekstraksi Minyak Lemon.
ITB. Bogor.

Effendi, K. 2003. Pengolahan Bahan Pangan dan Penggunaan Peralatan Pengolahan


Pangan. Gramedia: Jakarta

Manalu, Oyem.2014.Research Journal of Environmental Science 8.

Irwan, Fadhilah. 2016. Analisis Hubungan Konduktivitas Listrik dengan Total


Dissolved Solid (TDS) dan Temperatur pada Beberapa Jenis Air. Jurusan
Fisika. Universitas Andalas.

Juansah, Jajang dan Irmansyah. 2008. Kajian Sifat Dielektrik Buah Semangka
dengan Pemanfaatan Sinyal Listrik Frekuensi Rendah. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Kurniawan, A., Nugroho, A.T., Hermawan, A., Ari, Y.P., dan Wibowo, A.W. 2009.
Identifikasi Kualitas Air Berdasarkan Nilai Resistivitas Air Studi Kasus : Kali
Gajahwong. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Onny. 2011. Prinsip Kerja Conductivity Meter. Jakarta.

Salengke, S. 2000. Electrothermal Effects of Ohmic Heating on Biomaterials. Ph.D.


Dissertation. The Ohio State University. Columbus.

Sastry, S. K., and Barach. 2002. Ohmic Heating and Moderate Electric Field
(MEF) Processing. Journal of Engineering and Food for The 21st Century
(47): 785-791.

Silva, Juan L. 2002. Dielectric, Ohmic and Infrared Heating. Bandung.


LAMPIRAN

Dokumentasi Praktikum

Gambar 9. Hasil percobaan Gambar 10. Proses Pengukuran Suhu


Bahan

Gambar 11. Larutan CMC Gambar 12. Proses Pengukuran


Konduktivitas Listrik

Anda mungkin juga menyukai