Anda di halaman 1dari 32

Makalah Perpindahan Kalor

Pemicu I dan II - Konduksi Tunak dan Tak Tunak






Disusun oleh:
Kelompok 1
Angela Susanti / 1206247303
Rexy Darmawan / 1206202103
Reza Syandika / 1206240013
Seva Juneva / 1206241152
Wildan Nurasad / 1206202160






DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
19 MARET 2014
Makalah Perpindahan Kalor : Konduksi Tunak dan Tak Tunak | 1




BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Problem Statement
Pada jaman yang serba modern saat ini, keberadaan oven microwave semakin mudah
ditemui di rumah rumah, apalagi harga microwave sudah terjangkau. Memasak memakai oven
microwave menjadi pilihan karena mudah digunakan dan hemat energi. Sebelumnya, para ibu
rumah tangga lebih banyak menggunakan oven untuk pengerjaan memanggang masakan.
Namun, penggunaan microwave saat ini menimbulkan isu kesehatan yang kurang baik.
Dalam sebuah artikel kesehatan, dikatakan bahwa oven microwave secara signifikan mengurangi
nilai gizi makanan 60 hingga 90% dari tingkat normal, seperti vitamin B-12 yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah dan membangun sistem saraf, vitamin C, vitamin E, dan
mineral penting. Kandungan flavonoid dari makanan berkurang hingga 97%. Flavonoid
merupakan anti kanker. Kandungan glukosida, nitrilosides, alkaloid pada sayuran juga rusak.
Namun benarkah demikian?


Makalah Perpindahan Kalor : Konduksi Tunak dan Tak Tunak | 2




BAB II
ISI
Pemicu 1 : Konduksi Tunak
Tugas
1. Bagaimana anda menjelaskan pendapat anda, menanggapi isu kesehatan di atas?
Pengggunaan microwave pada saat ini semakin populer dikalangan masyarakat karena
kepraktisan dan hemat waktu. Pada kenyataannya microwave memiliki dampak negatif terhadap
isu kesehatan seperti jumlah nutrisi makanan yang hilang, hal ini desebabkan pemansan
dielektrik gelombang mikro yang akan terserap oleh makanan (Dr Joseph M.Mercola). Dalam
studi yang dipublikasikan di Journal of Agricultural and Food Chemistry ditunjukkan bahwa ada
30-40% vitamin yang hilang akibat paparan microwave. Penggunaan microwave juga dapat
memicu timbulnya zat-zat karsinogen pada makanan. Zat-zat ini dapat berasal dari penggunaan
pembungkus makanan saat pemanasan dalam microwave. Pembungkus makanan mengandung
bahan kimia beracun seperti BPA, polyethylene terpthalte (PET), benzena, toluena, dan xilena.
Wadah plastik pembungkus makanan yang digunakan akan melepaskan zat-zat berbahaya
tersebut yang akan diserap di dalam makanan. Microwave dapat memeberi efek langsusng
terhadap tubuh kita karena radiasi gelombang mikro 2.4 GHz yang dihasilkan. Sebuah studi yang
dilakukan DR Magda Havas dari Trent University menunjukkan bahwa tingkat radiasi yang
dipancarkan microwave mempengaruhi denyut jantung dan variabilitas denyut jantung.
Berdasarkan hasil penjelasan dampak negatif dari penggunaan microwave diatas, konsumen
harus lebih berhati-hati dalam menggunaan microwave untuk mengola makanan yang kita
konsumsi karena, baik secara langsung maupun tidak langsung, efek negatif tersebut dapat
merugikan kesehatan kita di kemudian hari.
2. Terlepas dari adanya isu negatif tentang penggunaan microwave, bagaimana menurut
anda mengenai penggunaan microwave dalam pekerjaan rumah tangga? Mengapa
dikatakan bahwa penggunaan microwaveitu lebih hemat energi dibandingkan oven?
Memasak menggunakan gelombang mikro akan lebih hemat dibanding menggunakan api.
Pada oven microwave energi listrik yang digunakan untuk memanaskan sepenuhnya digunakan
untuk memanaskan makanan karena sifat gelombang mikro yang menembus bahan non-logam.
Oleh karena itu, dalam pemanasan dengan menggunakan microwave tidak ada energi yang
terbuang untuk memanaskan wadah makanan maupun udara pada sistem.
Makalah Perpindahan Kalor : Konduksi Tunak dan Tak Tunak | 3




3. Dapatkah anda menjelaskan bagaimana fenomena perpindahan panas konduksi
secara tunak pada kasus pemanasan makanan dalam oven dan microwave di atas?
Fenomena perpindahan panas konduksi secara tunak pada kasus pemanasan makanan dalam
oven dapat dirumuskan berdasarkan persamaan neraca energi sebagai berikut :


Sumber energi dalam transfer panas pada microwave terjadi umumnya secara radiasi
gelombang elektromagnetik yang berasal dari vacuum tube (magnetron). Transfer energi tersebut
terjadi dari lingkungan menuju makanan (sistem). Akan tetapi, dalam makanan itu sendiri, baru
terjadi proses perpindahan kalor secara konduksi. Terdapat batasan-batasan tertentu untuk
menyatakan bahwa perpindahan panas secara konduksi dapat dikatakan sebagai perpindahan
secara tunak. Batasan-batasan tersebut adalah,
Sifat dari benda tidak berubah terhadap waktu pada posisi tertentu
Sifat dari benda meliputi konstanta perpindahan kalor secara konduksi (k), densitas benda
(), kalor jenis benda (), dan difusivitas termal (). Sifat-sifat tersebut tidak akan berubah
pada setiap posisi benda walaupun waktu berlalu.
Laju perpindahan kalor konstan
Fluks panas yang masuk pada sistem dari lingkungan bernilai konstan, tidak berubah
terhadap waktu dan bersifat 1 dimensi. Nilai fluks panas yang masuk pada sistem juga
dianggap tidak berubah terhadap gradien suhu pada sistem. Walaupun suhu pada sistem
meningkat, fluks panas yang masuk tetap bernilai sama. Apabila fluks panas dipengaruhi oleh
sistem konvektif, maka koefisien perpindahan kalor konveksi (h) akan bernilai konstan juga
terhadap waktu pada tiap posisi.
Suhu di setiap permukaan benda adalah sama
Suhu pada seluruh permukaan sistem terekspos pada nilai suhu yang sama.
Dalam pemanasan makanan dengan menggunakan microwave, fluks panas yang masuk
ke dalam makanan merupakan fluks panas yang dihasilkan oleh vacuum tube. Energi yang
diserap makanan dari radiasi vacuum tube akan didisipasikan menjadi bentuk panas dikarenakan
sifat makanan yang mempunyai sifat dielektrik sehingga menyerap gelombang elektromagnetik
untuk membuat molekul makanan bergetar dengan frekuensi tertentu. Selain itu, energi yang
Makalah Perpindahan Kalor : Konduksi Tunak dan Tak Tunak | 4




dihasilkan oleh vacuum tube juga dipengaruhi besarnya oleh frekuensi dari gelombang yang
diradiasikan. Dengan demikian, nilai energi yang didisipasikan menjadi bentuk panas dapat
ditulis sesuai dengan persamaan berikut.

= 2

"

2
...(1)

di mana
Q
v
= panas yang didisipasi per unit volume [W/m
3
]
f = frekuensi dari gelombang elektromagnetik [Hz]

o
= permitivitas ruang bebas [8.845 x 10
-12
F/m]

= koefisien dielektrik makanan


E = medan listrik dalam makanan [V/m]
Nilai tersebut merupakan energi panas yang ditransfer melalui radiasi elektromagnetik.
Dengan asumsi bahwa nilai tersebut seluruhnya diserap oleh makanan, maka konduksi panas
yang terjadi dalam makanan bernilai sejumlah dengan panas tersebut.

=
...(2)

Pada kondisi akhir pemanasan, distribusi suhu makanan akan bersifat merata karena pada
oven microwave, pemanasan makanan ditransfer tidak berasal dari luar makanan namun secara
merata termasuk bagian terdalam dari makanan.
Untuk lebih memahami dan mendalami proses perpindahan kalor konduksi tunak,
maka anda diminta untuk dapat menjawab beberapa pertanyaan berikut ini :
4. Bagaimana anda menjelaskan proses perpindahan kalor secara konduksi dalam
dimensi tunggal dan dimensi rangkap?
Konduksi tunak (steady state) merupakan proses konduksi yang tidak mengalami perubahan
suhu menurut waktu. Konduksi tunak terjadi apabila perbedaan temperatur pada konduksi
bernilai konstan dan distribusi suhunya juga tidak berubah secara signifikan atau berada pada
kondisi yang konstan. Persamaan laju konduksi tunak dapat menggunakan hukum Fourier .
Hukum Fourier merupakan hukum empiris yang didasarkan hasil observasi. Hukum ini
menyatakan bahwa laju perpindahan kalor berbanding lurus dengan luas penampang yang
dilewati kalor dan perbedaan temperatur sepanjang aliran kalor tersebut. Hal ini dapat dilihat
pada Gambar 1 di bawah ini.
Makalah Perpindahan Kalor : Konduksi Tunak dan Tak Tunak | 5





Gambar 1. Volume elemental untuk analisis konduksi satu dimensi
(Sumber: Holman, J.P. 2010. Heat Transfer Tenth Edition)
Berdasarkan penjelasan tersebut, kita dapat menuliskan hukum Fourier untuk konduksi
panas sebagai berikut:
=

...(3)

di mana q ialah laju perpindahan kalor dan

merupakan gradien suhu ke arah perpindahan


kalor. Konstanta positif k disebut sebagai konduktivitas atau kehantaran termal (thermal
conductivity) benda yang dilalui panas tersebut. Tanda minus yang diselipkan pada persamaan
tersebut bertujuan untuk memenuhi hukum kedua termodinamika yang menyatakan bahwa kalor
mengalir ke tempat yang lebih rendah dalam skala suhu.
Pada umumnya, konduktivitas termal bergantung pada suhu. Dapat kita perhatikan bahwa
aliran kalor dinyatakan dalam watt, satuan untuk konduktivitas termal adalah watt per meter per
derajat celcius. Nilai konduktivitas termal menunjukkan seberapa cepat kalor mengalir dalam
bahan tertentu. Oleh karena itu, semakin besar nilai konduktivitas termal, maka semakin cepat
kalor mengalir dalam bahan tersebut.
Panas atau kalor merupakan energi atau bisa dikatakan sebagai perpindahan energi termal.
Energi termal berpindah dari temperatur yang lebih tinggi ke temperatur yang lebih rendah. Laju
perpindahan kalor menggambarkan seberapa cepat suatu kalor merambat dalam suatu medium.
Satuan dari laju perpindahan kalor adalah Watt (W) atau Joule per detik (J/s). Untuk menghitung
laju perpindahan kalor dengan proses konduksi dapat digunakan Hukum Fourier yang terdapat
pada persamaan
5. Bagaimana menentukan nilai koefisien perpindahan kalor menyeluruh dan tahanan
kontak termal?

Makalah Perpindahan Kalor : Konduksi Tunak dan Tak Tunak | 6




Koefisien Perpindahan Kalor Menyeluruh
Koefisien perpindahan kalor menyeluruh digunakan pada sistem di mana terdapat peristiwa
konduksi dan konveksi. Salah satu contoh sistem yang menggunakan koefisien perpindahan
kalor menyeluruh adalah sistem dinding datar dengan dua fluida yang berbeda di kedua sisinya.

Gambar 2. Skema sederhana distribusi kalor keadaan tunak
(Sumber: Holman, J.P. 2010. Heat Transfer Tenth Edition)
Pada sistem tersebut, perpindahan kalor dapat dinyatakan dengan:
=
1


1
=


1

2
=
2
(
2

)
.(4)

di mana k adalah konduktivitas termal dan h adalah koefisien perpindahan kalor konduksi. T
A

dan T
B
menunjukkan suhu fluida, sedangkan T
1
dan T
2
menunjukkan suhu pada dinding.
Perpindahan kalor kemudian dapat ditentukan dengan cara menganalogikan sistem dengan
rangkaian sistem. Laju perpindahan kalor adalah arus, lalu perbedaan tegangan yang
menyebabkan adanya aliran listrik adalah perbedaan suhu pada perpindahan kalor, sedangkan
hambatan dalam perpindahan kalor adalah tahanan konveksi dan konduksi. Tahanan konveksi
dan konduksi dapat dirumuskan dengan persamaan berikut :

(5)

=
1

(6)

Terdapat juga hambatan-hambatan yang digambarkan pada diagram alir berikut:

Gambar 3. Diagram alir tahanan
(Sumber: Holman, J.P. 2010. Heat Transfer Tenth Edition)
Makalah Perpindahan Kalor : Konduksi Tunak dan Tak Tunak | 7





Selanjutnya, persamaan untuk menghitung perpindahan kalor akan menjadi:
=

+
1

(7)

Bentuk persamaan di atas dapat disederhanakan kembali menjadi bentuk:
=
(8)

di mana U adalah koefisien perpindahan kalor menyeluruh. Oleh karena itu, didapatkanlah
persamaan untuk menghitung koefisien perpindahan kalor menyeluruh yakni:
=
1
1

1
+

+
1

2
...(9)

Tahanan Kontak Termal
Satu tahanan kontak termal dapat terjadi ketika kedua benda dihubungkan satu sama lain,
misalnya yang terlihat pada gambar berikut:

Gambar 6. Tahanan kontak termal
(Sumber: Holman, J.P. 2010. Heat Transfer Tenth Edition)
Jika pada kasus sistem seperti gambar diatas, temperatur satu lebih besar dari temperatur 3
sehingga terjadi aliran laju kalor dari material A ke material B. Pada penyambung antara material
A dan material B terdapat suatu kontak termal dan terdapat suatu tahanan yang membuat
distribusi suhu juga berubah. Profil temperatur untuk daerah sambungan A dan B akan
mengalami penurunan temperatur secara tiba-tiba, peristiwa ini yang dinamakan sebagai tahanan
kontak termal. Konduktivitas termal kedua bahan mungkin berbeda, tetapi jika sisinya diisolasi,
maka fluks kalor yang melewati kedua bahan itu dalam keadaan tunak harus sama. Maka
diperolehlah suatu rumus hubungan kalor:
=

=

2

2
1

...(10)

=

1

+1


.
..(11)

Makalah Perpindahan Kalor : Konduksi Tunak dan Tak Tunak | 8




Sehingga diperoleh nilai
1

yang dimana nilai tersebut merupakan nilai tahanan kontak


termal pada sistem tersebut.
Tahanan kontak termal diperkirakan dapat terjadi karena pada daerah sambungan
permukaan lebih kasar, sehingga terdapat ruang kosong yang terisi oleh fluida seperti udara.
Nilai konduktivitas dari udara jauh lebih kecil dari zat padat, hal ini yang menyebabkan
penurunan temperatur secara tiba-tiba di daerah sambungan material. Aliran kalor yang melintasi
daerah sambungan :
=

2


+

2

=

2

2
1/

...(12)

Sehingga diperoleh:

=
1

) +

...(13)

Dimana:
Ac : bidang kontak
Av : bidang ruang kosong
Lg : lebar ruang kosong
Kf : konduktivitas yang mengisi ruang kosong
A : luas penampang total
6. Bagaimana menentukan nilai laju perpindahan kalor konduksi tunak pada sistem
dengan penampang yang berbeda dan sistem dengan sumber kalor?
Pada konduksi kondisi tunak (steady) dalam satu dimensi distribusi suhu konstan, suhu
hanya merupakan fungsi posisi dan akumulasi sama dengan nol (konduktivitas termal dianggap
tetap) sehingga hukum Fourier dapat diintegrasi menjadi:
=

(
2

1
)
...(14)

Namun, bila konduktivitas termal berubah menurut hubungan linear dengan suhu, maka
persamaannya menjadi:
=


2

1
+

2
(
2
2

1
2
)
...(15)

a. Dinding Lapis Rangkap
Jika dalam sistem lebih dari satu macam bahan, seperti dinding lapis rangkap, analisisnya
akan menjadi seperti berikut:
Makalah Perpindahan Kalor : Konduksi Tunak dan Tak Tunak | 9




Gambar 7. Perpindahan kalor pada dinding datar lapis rangkap
(Sumber: Holman, J.P. 2010. Heat Transfer Tenth Edition)
Untuk gradien suhu seperti gambar diatas, laju perpindahan panasnya adalah sebagai
berikut:
=

...(16)

Aliran panas pada setiap bagian adalah sama. Jika ketiga persamaan akan diselesaikan
bersamaan maka aliran kalor dapat dituliskan sebagai berikut:
=

1

...(17)

Persamaan Fourier terhadap kasus ini:
=


; =


...(18)

b. Silinder
Untuk sistem radial silinder yang panjangnya sangat besar dibanndingkan dengan
diameternya diasumsikan aliran kalor berlangsung pada arah radial, sehingga koordinat
ruang yang kita perlukan untuk menentukan sistem itu adalah r.
Sehingga hukum Fourier menjadi:

= 2

...(19)

Penyelesaian persamaan: =
2(
1

0
)
ln(
0
1
)
...(20)

Dan tahanan termal ini:

=
ln(
0
1
)
2
...(21)

Sedangkan untuk sistem tiga lapis, analisanya dan penyelesaiannya adalah sebagai berikut:
=
2(
1

4
)
ln

2
1

+ln

3
2

+ln
(
4
3
)

...(22)

Gambar 8. Perpindahan kalor pada sistem radial/silinder lapis rangkap
(Sumber: Holman, J.P. 2010. Heat Transfer Tenth Edition)
Makalah Perpindahan Kalor : Konduksi Tunak dan Tak Tunak | 10




c. Bola
Kemudian untuk sistem yang berbentuk bola dapat ditangani dalam satu dimensi apabila
suhu merupakan fungsi jari-jari saja, sehingga aliran kalornya menjadi seperti berikut:
=
4(
1

0
)
1
1

1
0
...(23)

Laju Perpindahan Kalor Konduksi Tunak pada Sistem dengan Sumber Kalor
Pada sistem dengan sumber kalor, hal yang perlu diperhatikan adalah jumlah kalor yang
dibangkitkan pasti sama degan rugi kalor pada permukaan. Hal ini berlaku baik untuk dinding
datar maupun dinding silinder.
a. Bidang datar

Gambar 9. Konduksi satu dimensi dengan pembangkitan kalor
(Sumber: Holman, J.P. 2010. Heat Transfer Tenth Edition)
Pada Gambar 3, sebuah dinding datar dengan sumber kalor yang terbagi rata memiliki tebal
dinding di arah x sebesar 2L sedangkan dimensi di kedua arah lain dianggap cukup besar
sehingga aliran kalor dapat dianggap satu dimensi. Kalor yang dibangkitkan per satuan
volume adalah q, dan diandaikan pula konduktivitas termalnya tidak berubah dengan suhu.
Keadaan ini dapat terjadi jika arus listrik dialirkan melalui bahan penghantar. Persamaan
diferensial yang mengatur aliran kalor adalah

2
+

= 0
...(24)

Sebagai kondisi batas ditentukan suhu kedua muka dinding, yaitu T = T
w
pada x = L
Dari kedua persamaan tersebut di atas, didapatkan penyelesaian
=

2

2
+
1
+
2

...(25)

Oleh karena suhu pada masing-masing sisi dinding diharuskan sama, maka C
1
nol. Suhu
pada bidang tengah adalah T
o
, sehingga dari persamaan diatas didapat T
o
= C
2
Makalah Perpindahan Kalor : Konduksi Tunak dan Tak Tunak | 11




Jadi distribusi suhu

=

2

2
atau

2
merupakan distribusi parabola.
Rumus untuk suhu bidang tengah T
o
bisa didapatkan dari neraca energi . Pada keadaan
tunak, jumlah kalor yang dibangkitkan harus sama dengan kehilangan kalor pada
permukaan.
Hasil yang sama dapat diperoleh melaui subtitusi T=T
w
pada x= L ke dalam persamaan
(23a). Persamaan distribusi suhu dapat pula ditulis dalam bentuk sebagai berikut

= 1

2
...(26)

b. Silinder
Suatu silinder berjari jari R memiliki sumber kalor yang terbagi rata dan konduktivitas
termal tetap di tiap titik. Jika silinder ini cukup panjang, maka suhu dapat dianggap sebagi
fungsi jari jari saja.
Sesuai persamaan diferensial tentang konduksi pada koordinat silinder:

2
+
1

+
1

2

2

2
+

2

2
+

=
1

...(27)

Perubahan temperatur terhadap suhu dapat ditentukan dengan cara mengabaikan suku suku
yang bergantung waktu, azimuth dan poros, yaitu :

2
+
1

= 0
...(28)

dengan kondisi batas R r T T
w
pada dan kalor yang dibangkitkan sama dengan kalor
yang dilepas di permukaan

2
= 2

=
...(29)

Dengan memperhatikan

2
+

hasil integrasi dari persamaan (38) akan


menghasilkan :

2
2
+
1
dan =

2
4
+
1
ln +
1

Dari kondisi batas kedua di atas didapat C
1
= 0 sedangkan dari kondisi batas pertama di atas
didapat
2
=

+

2
4
. Penyelesaian akhir distribusi suhu menjadi

=

4
(
2

2
)
...(41)
atau

= 1

2
...(30)

Dengan T
o
adalah suhu pada r = 0 didapatkan:
Makalah Perpindahan Kalor : Konduksi Tunak dan Tak Tunak | 12



2
4
+
...(31)

Persamaan ini tidak berlaku pada silinder bolong, dengan kondisi batas T = T
i
pada r = r
i

pada muka dalam dan T = T
o
pada r = r
o
pada muka luar. Jadi, untuk silinder bolong
dengan sumber kalor terbagi rata, dengan menggunakan cara yang sama didapat
persamaan

=

4

2
+
1
ln

...(32)

di mana konstanta C
1
diberikan oleh

1
=

+(

)/4
ln(

)
...(33)

7. Bagaimana anda menentukan laju perpindahan kalor dalam sistem yang melibatkan
perpindahan kalor konduksi dan konveksi?
Sistem konduksi-konveksi umumnya diterapkan pada tabung bersirip untuk membuang
kalor dari cairan panas. Kalor dihantarkan melalui bahan, dan akhirnya dilepaskan ke lingkungan
melalui konveksi.

Gambar 10. Bagan konduksi-konveksi satu dimensi melalui sirip siku empat
(Sumber: Holman, J.P. 2010. Heat Transfer Tenth Edition)
Gambar di atas adalah sirip satu dimensi yang bersinggungan dengan fluida lingkungan.
Suhu di dasar sirip adalah T
o
, dan suhu fluida adalah T. Asumsi yang digunakan adalah sirip
cukup tipis sehingga gradien suhu hanya terhadap arah x. Untuk unsur sirip setebal dx seperti
pada gambar, neraca energinya adalah:
Energi masuk di muka kiri = energi keluar di muka kanan + rugi energi karena konveksi

=
+
+ (

+

2

2
+ (

)
Makalah Perpindahan Kalor : Konduksi Tunak dan Tak Tunak | 13



= 0
...(34)

Dengan =

, maka:

= 0
...(35)

Kondisi batasnya =

pada = 0
Ada beberapa keadaan fisik yang mempengaruhi kondisi batas. Untuk meninjau hal tersebut,
digunakan persamaan (2) yang telah disubstitusi dengan
2
= / sebagai berikut:
=
1

+
2

...(36)

Efektivitas sirip dalam memindahkan sejumlah kalor tertentu (efisiensi sirip) dirumuskan
dengan:

=



...(37)

8. Jelaskan bagaimana penyelesaian masalah dalam perpindahan kalor konduksi tunak
dimensi rangkap baik secara analisis matematik, grafik maupun numerik, serta
aplikasi faktor bentuk konduksi!
Dalam analisis permasalahan perpindahan kalor konduksi tunak dimensi rangkap, persamaan
Fourier dapat diselesaikan dengan menggunakan metode pemisahan variabel (separation
variables method). Kunci dari metode ini adalah persamaan differensial dapat dianggap
mempunyai bentuk hasil perkalian ( T = XY). Untuk menentukan bentuk fungsi X dan Y, dapat
diterapkan syarat syarat batas atau boundary condition. Syarat syarat sistem berbeda beda,
dapat bergantung pada distribusi suhunya.
Analisi grafik perpindahan kalor konduksi dapat dilakukan dengan cara membuat garis
garis aliran kalor dan isoterm yang membentuk berkas berkas garis lengkung kurvilinear.
Aliran kalor melintasi bagian kurvilinear ini dapat dinyatakan dalam hukum Fourier dengan
mengandaikan suatu kedalaman bahan :
= (1)

...(38)
Karena aliran kalor bersifat konstan, maka T yang melintasi masing masing unsur harus
sama dalam jalur aliran kalor yang sama, sehingga
=

...(39)
dengan N sebagai banyaknya jenjang suhu (temperature increment) antara permukaan dalam dari
luar. Oleh karena itu, perpindahan kalor total dapat dinyatakan sebagai
Makalah Perpindahan Kalor : Konduksi Tunak dan Tak Tunak | 14




=

(
2

1
)
...(40)
dengan M sebagai jumlah aliran kalor.
Untuk suatu sistem dengan kondisi batas dan geometri yang sedemikian rupa sehingga
penyelesaian analitis tidak dapat digunakan, analisis numerik dapat digunakan sebagai suatu
pendekatan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Dalam metode ini, suatu sistem dapat
dibagi atas sejumlah increment kecil yang sama pada arah x dan y. Titik titik node diberi tanda
dengan lokasi m menunjukkan tambahan pada arah x, dan lokasi n menunjukkan tambahan pada
arah y. Pendekatan beda berhingga digunakan untuk mendekati tambahan differensial pada
koordinat ruang dan suhu. Semakin kecil tambahan berhingga yang digunakan, semakin baik
pula pendekatan terhadap distribusi suhu sebenarnya.
Faktor bentuk konduksi dapat didefinisikan dalam sistem dua dimensi, di mana terlibat
hanya dua batas suhu.
=
...(41)
Nilai S untuk beberapa bentuk geometri telah terangkum dalam Daftar 3-1 (Holman, J.P, 1986)
9. Dapatkah anda menjelaskan bilamana insulasi dalam diperlukan dalam suatu sistem
penghantaran panas?
Insulasi diperlukan untuk suatu sistem penghantaran panas yang dioperasikan secara
langsung oleh manusia. Apabila sistem ini tidak dilengkapi insulasi, tentu sistem ini dapat
membahayakan manusia ketika pengoperasian sedang dilakukan. Dapat dibayangkan akan sangat
berbahaya dan menyulitkan ketika kita ingin mengambil roti yang telah selesai dipanggang
apabila seluruh bagian dari pemanggang roti terbuat dari teflon. Contoh beberapa alat dalam
kehidupan sehari-hari yang memerlukan sistem insulasi adalah pemanggang roti, oven, panci,
dan lain-lain.
Selain contoh-contoh alat peralatan rumah tangga, sistem insulasi juga diperlukan ketika
membangun rumah. Insulasi diperlukan untuk menjaga rumah tetap sejuk saat musim panas dan
sebaliknya, tetap hangat saat musim dingin/hujan. Metode yang umum digunakan untuk
menahan laju perpindahan kalor secara konduksi adalah bulk insulation, berikut ilustrasinya:
Makalah Perpindahan Kalor : Konduksi Tunak dan Tak Tunak | 15




Gambar 11. Metode Bulk Insulation
(sumber: http://www.russellroofing.com)
Metode ini menggunakan isolator yang di dalamnya terdapat udara bebas/gas tertentu yang
memiliki nilai konduktivitas termal rendah yang terperangkap di suatu rongga-rongga. Udara
bebas umum digunakan pada metode ini karena nilai konduktivitas termalnya yang rendah.
Dengan begitu kalor yang melewati media ini akan berkurang secara signifikan.
10. Bagaimana anda memilih suatu bahan / material yang akan dimanfaatkan sebagai
isolator?
Isolator diartikan sebagai suatu bahan yang mempunyai karakteristik untuk mengurangi nilai
perpindahan kalor, atau dengan kata lain sulit menghantarkan panas. Tidak semua bahan dapat
dikategorikan sebagai isolator. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan
suatu bahan sebagai isolator. Beberapa faktor tersebut antara lain:
A. Konduktivitas Termal
Konduktivitas termal diartikan sebagai mudah tidaknya suatu bahan untuk menghantarkan
panas. Apabila nilai konduktivitas termal semakin kecil maka semakin sulit benda itu untuk
menghantarkan panas. Konduktivitas termal dilambangkan dengan k, satuannya adalah
W/m.
0
C. Sehingga bahan isolator yang baik tentunya memiliki nilai konduktivitas termal yang
rendah.
B. Tahanan Termal
Nilai perpindahan panas secara konduksi konsepnya hampir dapat disamakan seperti
hukum Ohm. Variabel yang bersifat seperti resistansi adalah tahanan termal. Bila dituliskan
dalam bentuk persamaan:
=


...(42)

Makalah Perpindahan Kalor : Konduksi Tunak dan Tak Tunak | 16




Dari persamaan 1 tersebut dapat dilihat bahwa apabila nilai tahanan termal semakin besar
maka nilai laju panas yang dihasilkan akan semakin kecil. Oleh karena itu, bahan isolator
yang baik tentunya memiliki nilai tahanan termal yang tinggi. Nilai tahanan termal dari suatu
bahan berbeda-beda, tergantung dari bentuk sistemnya (perhitungan tahanan termal dari
sistem radial dengan tembok/plat berbeda walaupun bahan yang digunakan adalah sama).
C. Difusivitas Termal
Difusivitas termal diartikan sebagai seberapa cepat panas berdifusi/berpindah ketika
melewati suatu material, dan dirumuskan:
=


=

...(43)

Untuk suatu bahan yang memiliki nilai konduktivitas termal rendah atau nilai
kemampuan menyimpan panas yang tinggi maka nilai difusivitas termalnya pun juga rendah.
Nilai difusivitas termal yang rendah diartikan bahwa ketika benda tersebut dialirkan panas,
maka sebagian besar panas tersebut disimpan/terserap di dalam benda dan hanya sebagian
kecil yang diteruskan secara konduksi. Oleh karena itu, bahan isolator yang baik tentunya
memiliki nilai difusivitas termal yang rendah.
D. Nilai R
Istilah lain yang umum digunakan dalam bidang industri untuk mengetahui performa
material dalam menginsulasi adalah nilai R, yaitu rasio dari perbedaan suhu antara 2 sisi
isolator yang berbeda dengan heat flux yang melaluinya. Bentuk persamaannya adalah:
=

...(44)

Cara menghitung heat flux (q/A) dalam persamaan 3 pun berbeda-beda, bergantung pada
bentuk sistem perpindahan kalor yang terjadi. Bahan isolator yang baik tentunya memiliki
nilai R yang tinggi.
11. Bagaimana anda menilai kinerja isolator yang baik?
Parameter untuk menentukan kinerja isolator adalah apakah isolator ini mampu mengurangi
laju kalor dalam sistem sesuai kebutuhan yang diinginkan. Nilai ketebalan suatu isolator yang
diperlukan untuk menurunkan suhu permukaan luar sistem dapat diperoleh dari penurunan
persamaan Fourier, tetapi angka ini adalah nilai analitis. Tentunya dalam kehidupan nyata ada
kemungkinan nilai analitis ini tidak selalu tepat 100%, pasti ada sedikit perbedaan dengan hasil
sebenarnya. Banyak faktor luar yang bisa menjadi penyebabnya, seperti kualitas bahan,
Makalah Perpindahan Kalor : Konduksi Tunak dan Tak Tunak | 17




kemurnian, cara pemakaian, dan cara perawatannya. Isolator yang mampu mengurangi suhu
permukaan luar sistem secara tepat seperti hasil perhitungan tentunya akan semakin baik.
Contohnya adalah dalam mendesain oven. Apabila kita tidak mengetahui benar nilai
konduktivitas termal bahan isolator yang ingin digunakan karena tidak mengetahui secara pasti
bahan material tersebut dan bagaimana kemurniannya tentu akan sangat merugikan. Bayangkan
ketika mendesain suatu oven ketebalan isolator yang diperlukan untuk membuat suhu permukaan
menjadi 35

C sebenarnya hanyalah 1 mm. Namun, akibat kesalahan desain tebal isolator yang
dipasang adalah 2 mm. Tentunya nilai 1 mm ini akan berdampak besar bila oven diproduksi
dalam jumlah yang sangat banyak, karena adanya tambahan biaya produksi untuk menambah
ketebalan isolator sebesar 1 mm yang sebenarnya tidak diperlukan.
Tugas Perhitungan
12. Usulkan suatu sistem insulasi untuk sebuah oven pemanas yang beroperasi pada suhu
200C. Sistem insulasi tersebut diharapkan dapat menahan laju kalor sebesar 225
W/m
2
dan menjadikan suhu di bagian luar oven menjadi 40C.
Asumsi:
Sistem perpindahan kalor dimensi tunggal
Material bagian oven yang dipergunakan untuk pemanas : Al-Cu (duralumin),
k1(200
0
C) = 194 W/m.
0
C
Ketebalan duralumin (x1) = 5mm = 0,005 m
Heat output (q) : 1000 W
Luas yang ditembus heat flux (A) = 169 inch
2
(13 x 13)= 0,1089 m
2

Bahan isolator yang digunakan : calcium silicate board, k2=0,032 W/m.
0
C
Menghitung ketebalan isolator:

=
(
1

2
)
1
1
+
2
2

1000
0,1089
2
225

2
=
200
0
40
0

0,005
194

.
0

+
2
0,032

.
0


0,0000258

+
2
0,032

.
0

= 0,017862


Makalah Perpindahan Kalor : Konduksi Tunak dan Tak Tunak | 18




2 = 0,017862

0,0000258

0,032

.
0


2 = 0,00057 = 0,57
Jadi sistem insulasi yang kami usulkan untuk membuat suhu bagian luar oven menjadi 40
o
C
adalah dengan menambahkan bahan calcium silicate board setebal 0,57 mm di dalam oven.
Alasan penggunaan calcium silicate board sebagai insulasi adalah karena nilai konduktivitas
termalnya yang sangat kecil, hingga mampu menurunkan suhu sebesar 160

C hanya dengan
ketebalan 0,57 mm.
13. Sebuah pipa uap ditanam di dalam tanah tanpa isolasi. Diameter pipa 4 inchi, panjang
100 yard, dan di dalamnya mengalir uap pada suhu tidak kurang dari 300F. Pipa
ditanam pada kedalaman 9 inci diukur dari sumbu pipa. Asumsi : konduktivitas
termal tanah = 1,2 W/m
2
.C. Menurut anda, amankah instalasi pipa tersebut?
Asumsi dan diketahui:
konduktivitas termal tanah = 1,2 W/m.
0
C
suhu permukaan tanah = 5
0
C
jari-jari pipa (r) = 2 inci = 5,08 cm = 0,0508 m
panjang pipa (L) = 100 yard = 91,44 m
kedalaman penanaman pipa (D) = 9 inci = 22,86 cm = 0,2286 m
suhu permukaan pipa = 300
0
F = 148,9
0
C
Pipa memiliki dimensi L>>r dan D>3r maka berdasar tabel 3-1 mengenai faktor bentuk konduksi
pada buku Heat Transfer 8
th
edition oleh J.P. Holman,
=
2
ln(

)
=
2 91,44
ln(
9
2
)
= 381,8
Sehingga perhitungan heat flow pada pipa tersebut,
= = 381,8 1,2
W
m
148,95 = 65929,224 W
Apabila uap yang mengalir pada pipa adalah saturated steam, maka energi yang dibawa oleh 10
kg uap (asumsi) pada suhu 300
0
F berdasar tabel kukus adalah(h = 1180 btu/lbm = 2744,68 kJ/kg)
Energi yang dibawa uap = 2744,68 kJ/kg x 10 kg = 27446,8 kJ
Makalah Perpindahan Kalor : Konduksi Tunak dan Tak Tunak | 19




Instalasi pipa tergolong aman atau baik apabila energi yang hilang akibat heat lost tidak melebihi
30% dari energi total yang dibawa uap, dengan kata lain heat lost maksimum yang
diperbolehkan adalah
Q lost max = 0,3 x 27446,8 kJ = 8234,04 kJ
Dengan memperhitungkan laju heat lost yaitu 65,93 kJ/s maka waktu tempuh minimum yang
diperlukan oleh uap agar heat lost yang terjadi tidak melebihi batas maksimum adalah
=
8234,04
65,93 /
= 124,9
Dengan kata lain kecepatan minimum uap adalah 91,44 m / 124,9 detik = 0,73 m/s = 2,628
km/jam. Nilai kecepatan uap ini masuk akal dalam kehidupan nyata sehingga kesimpulannya
adalah sistem instalasi pipa uap ini tergolong aman dan baik.

Pemicu 2 : Konduksi Tak Tunak
Tugas
1. Bagaimana anda menjelaskan fenomena perpindahan panas konduksi secara tak
tunak pada kasus pemanasan makanan dalam oven dan microwavedi atas? Di mana
letak perbedaannya dengan perpindahan kalor konduksi tunak?
Apabila kita memanaskan suatu benda, misalnya logam pada suhu 100C, logam yang
dipanaskan tersebut tidak akan langsung mencapai suhu 100C secara instan. Pada saat logam
mencapai suhu 100C, logam tersebut berada dalam keadaan tunak (steady-state), sedangkan
keadaan logam ketika hendak mencapai suhu 100C disebut keadaan tak tunak (unsteady-state).
Perbedaan waktu kejadian menyebabkan analisis keadaan tak tunak sedikit berbeda dengan
analisis untuk keadaan tunak. Jadi, yang dimaksud dengan keadaan tak-tunak (unsteady state)
adalah keadaan dimana terjadi proses pemanasan atau pendinginan yang bersifat transient (fana)
dan peka terhadap waktu yang berlangsung sebelum tercapainya kesetimbangan, sehingga
analisisnya harus disesuaikan untuk memperhitungkan perubahan energi dalam benda menurut
waktu. Demikian pula kondisi atau syarat-syarat batas (boundary conditions) harus disesuaikan
agar sesuai dengan situasi fisis yang terdapat dalam masalah perpindahan-kalor keadaan tak
tunak (unsteady-state heat-transfer). Akan tetapi, pada keadaan tunak analisis tidak perlu
diperhitungkan perubahan energi dalam benda menurut waktu

Makalah Perpindahan Kalor : Konduksi Tunak dan Tak Tunak | 20




Tabel 1. Perbedaan Perpindahan Kalor Konduksi Tunak Dengan Tak Tunak
No Konduksi Tunak Konduksi Tak Tunak
1. Keadaan sistem tidak berubah dengan
waktu
Terjadi perubahan dalam sistem terhadap waktu,
baik berupa perubahan laju, komposisi, massa
maupun suhu.
2. Akumulasi massa tidak harus
diperhitungkan (tidak ada perubahan
akumulasi masa)
Karena adanya perubahan laju maka terdapat
perubahan akumulasi di dalam sistem sehingga
akumulasi massa harus diperhitungkan
3. Tidak perlu dibuat terlebih dahulu neraca
energinya.
Terdapat sumber kalor di dalam benda sehingga
perlu dibuat terlebih dahulu neraca energinya.
4. Persamaan perpindahan kalornya :

2
=

2
+

2

2
+

2

2
=
1


Persamaannya : (perlu dibuat neraca energi)

+ =


2. Bagaimana peranan jenis material, bentuk, dan ukuran wadah makanan yang
digunakan dalam proses pemanasan menggunakan oven atau microwave tersebut?
Jenis material berhubungan dengan nilai konduktivitas termal (k) wadah tersebut, ukuran
wadah berhubungan dengan ketebalan (L) wadah tersebut, dan bentuk wadah berhubungan
dengan perpindahan panas pada wadah tersebut. Ketiga parameter ini berhubungan dengan nilai
angka Biot (Bi) yang menentukan besarnya fraksi kenaikan suhu wadah terhadap suhu yang
dihasilkan oleh panas microwave. (T
0
T

/ T

).
Angka Biot (Bi)
1
Bi
=
k
hL
...(1)

Besarnya nilai angka Biot (Bi) diplot pada Grafik 4.13 Buku Perpindahan Panas Cengel
sehingga didapatkan nilai fraksi kenaikan suhu wadah terhadap suhu yang dihasilkan oleh panas
microwave. (T
0
T

/ T

).
3. Batasan batasan apa saja yang harus dipenuhi jika anda ingin menerapkan analisis
kapasitas kalor tergabung dalam menyelesaikan permasalahan perpindahan kalor
konduksi tak tunak?
Penerapan analisis kapasitas kalor tergabung berlaku dalam sistem dengan tahanan konveksi
permukaan (surface-convection resistance) yang lebih besar daripada tahanan konduksi dalam
Makalah Perpindahan Kalor : Konduksi Tunak dan Tak Tunak | 21




(internal conduction resistance). Analisis demikian diharapkan memberikan hasil yang memadai
apabila kondisi berikut terpenuhi :
(

< 0,1
...(2)
dengan k sebagai nilai konduktivitas termal benda padat.
4. Bagaimana anda menerapkan analisis aliran kalor transien dalam menyelesaikan
permasalahan perpindahan kalor konduksi tak tunak?
Terdapat berbagai metode yang dapat digunakan dalam menyelesaikan permasalahan kalor
konduksi tak tunak. Pertama tama, kita dapat memeriksa apakah sistem dapat diselesaikan
dengan menggunakan analisis sistem kapasitas kalor tergabung atau analisis benda padat semi
tak berhingga (dengan menggunakan batasan untuk masing masing analisis). Selain itu, kita
juga dapat memeriksa apakah baga Heisler dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Apabila seluruh analisis di atas tidak dapat digunakan, maka perlu dilakukan
penyelesaian masalah dengan menggunakan Metode Numerik.
5. Apa yang anda ketahui tentang batas konveksi, angka Biot, angka Fourier, dan bagan
Heisler serta bagaimana menerapkannya dalam menyelesaikan permasalahan
perpindahan kalor konduksi tak tunak?
A. Batas Konveksi
Masalah perpindahan kalor transien tentunya tidak selalu murni konduksi, akan tetapi
bisa juga secara konveksi. Perpindahan kalor konveksi pada permukaan dinyatakan dengan
persamaan:
(

)
=0
=

=0

...(3)

= 1 erf exp

+

2

2
1 erf +


...(4)

dengan = /(2)
=

=
Penyelesaian persamaan 3 dibentuk dalam grafik distribusi suhu yang terlampir dalam buku
Heat Transfer 10th Edition (Holman, J.P.)
Cara menggunakan grafik 1 adalah pertama kita menentukan nilai

dan

(4)
1/2
. Kedua
nilai tersebut kita plot dalam grafik 1 sehingga akan terbentuk titik perpotongannya. Dari titik
Makalah Perpindahan Kalor : Konduksi Tunak dan Tak Tunak | 22




perpotongan tersebut kita tarik garis lurus menuju sumbu Y. Nilai yang ditunjukan pada sumbu
Y adalah distribusi suhu yang diinginkan.
Untuk sistem dalam bentuk lain tentunya memerlukan grafik lain yang sesuai. Dalam
pengerjaan sistem batas konveksi suhu lingkungan selalu dinotasikan

dan suhu pusat benda


dinotasikan
0
. Sedangkan suhu benda padat saat = 0 dinotasikan . Sehingga berlaku
definisi
= ,

atau ,
...(5)


...(6)
dan
0
=
0

.
..(7)

Jika hanya suhu pada bagian pusat yang dicari maka hanya satu grafik yang diperlukan
untuk mendapatkan
0
dan
0
, sedangkan untuk suhu di luar pusat diperlukan dua grafik untuk
menghitung

=

0

0
...(8)

Misal apabila kita ingin menghitung suhu diluar pusat dari suatu silinder tak hingga dengan
radius
0
maka untuk mendapatkan nilai

kita gunakan grafik 2, sedangkan untuk

0
kita
gunakan grafik 3.
Grafik 1. Suhu axis pada silinder tak hingga dengan radius
0

(Sumber: Holman, J.P. 2009. Heat Transfer 10th Edition. New York: McGraw-Hill)
Makalah Perpindahan Kalor : Konduksi Tunak dan Tak Tunak | 23




Grafik 2. Suhu sebagai fungsi suhu axis pada silinder tak hingga dengan radius
0

(Sumber: Holman, J.P. 2009. Heat Transfer 10th Edition. New York: McGraw-Hill)
Cara penggunaan grafik 2 dan 3 mirip dengan grafik 1. Untuk grafik 2 pertama kita perlu
mencari nilai dari Fourier dan k/hr
0
kemudian kita cari titik perpotongannya, dan dihubungkan
ke arah sumbu Y. Untuk grafik 3 kita perlu mencari nilai 1/angka Biot dan r/r
0
, lalu hasil
perpotongannya akan dihubungkan ke arah sumbu Y.
B. Angka Biot dan Fourier
Angka Biot dan Fourier merupakan parameter tanpa dimensi yang berguna untuk
menggambarkan distribusi suhu dan laju alir kalor. Angka Biot dan Fourier ini merupakan
bagian dari bagan Heisler seperti yang ditunjukan pada grafik 2 dan 3.
= =

...(9)

= =

2
=


2
...(10)

Variabel s menunjukan setengah tebal untuk plat atau jari-jari untuk silinder dan bola.
Semakin rendah angka Biot berarti tahanan konduksi-dalam dapat diabaikan terhadap tahan
konveksi-permukaan. Hal ini berarti pula bahwa suhu akan mendekati seragam di seluruh benda,
dan tingkah laku ini dapat didekati dengan metode analisis kapasitas tergabung. Jika
perbandingan V/A dianggap sebagai dimensi karakteristik s, maka



2
=
...(11)


Makalah Perpindahan Kalor : Konduksi Tunak dan Tak Tunak | 24




C. Bagan Heisler
Bagan Heisler merupakan grafik yang menggambarkan distribusi suhu pada sistem yang
memperhitungkan batas konveksi. Di dalam bagan ini terdapat parameter tanpa dimensi yang
disebut angka Biot dan Fourier. Grafik 2 dan 3 merupakan contoh dari bagan Heisler. Namun
apabila kita perhatikan lebih seksama bagan Heisler ini tidak bisa menggambarkan distribusi
suhu sistem yang mempunyai angka Fourier lebih rendah dari 0,2 (Fo < 0,2). Seperti yang bisa
dilihat pada grafik 2, garis 1/Bi terputus pada titik tertentu (tidak berlanjut sampai daerah sumbu
x = 0). Nilai sumbu x ini disebut dengan angka Fourier. Terputusnya garis 1/Bi ini terletak
ketika Fo = 0,2. Untuk menghitung distribusi suhu sistem yang nilai Fo < 0,2 harus
menggunakan metode lain, seperti metode numerik transien atau analisis grafik.
6. Bagaimana pula menyelesaikan permasalahan perpindahan kalor konduksi tak tunak
pada sistem dimensi rangkap?
Permasalahan perpindahan kalor tak tunak yang ditinjau dalam dimensi rangkap dapat
terjadi saat perbedaan antar dimensi suatu benda tidak terlalu besar, misalkan sebuah dinding
yang perbedaan antara panjang ,lebar dan tebalnya tidak besar atau sebuah silender yang
memiliki panjang tidak terlalu besar dibandingkan dengan dimensi diameternya.
Untuk dimensi rangkap, persamaan yang dimiliki sama dengan yang dimiliki pada kondisi
tunggal, perbedaannya hanya terletak pada pandangannya (orientasinya), bagaimana suatu
perpindahan kalor tersebut dilihat diberbagai sudut tertentu, sehingga rumus dasar untuk
menentukan perpindahan kalor konduksi dimensi rangkap adalah:

2
+

2

2
=
1

...(12)

Di mana pada persamaan tersebut terdapat dua buah dimensi yaitu dimensi terhadap sumbu-x
dan sumbu-y.
Dalam pemecahan sistem tak-tunak dimensi rangkap dapat dilakukan dengan metode secara
analisis, metode numerik dan metode grafik. Metode analisis dapat memberikan solusi pada
beberapa kasus saja, terdapat kondisi dimana sistem yang tersedia tidak dapat diselesaikan
dengan metode analisis sehingga terdapat metode numerik beserta metode grafik.
7. Pada sistem seperti apa Metode Numerik Transien dan Analisis Grafik Schmidt dapat
diaplikasikan?
Metode numerik transien digunakan ketika aliran kalor transien terjadi di dalam benda yang
mempunyai bentuk geometri tidak teratur dan kondisi batas yang berubah terhadap waktu
Makalah Perpindahan Kalor : Konduksi Tunak dan Tak Tunak | 25




sehingga cara matematis tidak bisa menyelesaikannya. Berikut ilustrasi penyelesaian
perpindahan kalor transien secara konduksi pada sistem 2 dimensi.

Gambar 1. Nomenklatur penyelesaian numerik sistem 2 dimensi transien
(Sumber: Holman, J.P. 2009. Heat Transfer 10th Edition. New York: McGraw-Hill)
Pada gambar tersebut subskrip mmenunjukan posisi x, dan subskrip n menandakan posisi y.
Nilai x dan y menunjukan inkremen jarak. Persamaan diferensial yang mengatur aliran kalor
pada benda 2 dimensi adalah:

2
+

2

2
=

...(12)

Lalu apabila nilai dari

2
,

2
, dan

diderivatifkan berdasar gambar 2, dan hasilnya kita


gabungkan akan membentuk persamaan:

+1,

+
1,

+2
,

()
2
+

,+1

+
,1

+2
,

()
2
=

,
+1

...(13)

Subskrip p menunjukan tambahan waktu (inkremen waktu). Persamaan ini berfungsi untuk
mencari nilai suhu sesudah tambahan waktu (
,
+1
). Persamaan ini dapat digunakan terus
menerus untuk mencari distribusi suhu sesuai inkremen waktu yang ditentukan. Bila kita
umpamakan nilai x = y maka persamaan 5 bisa diubah menjadi:

,
+1
=

+1,

+
1,

+
,+1

+
,1

+1
4

2

,

...(14)

Metode numerik transien ini juga dapat digunakan untuk menyelesaikan sistem perpindahan
kalor secara konveksi namun perlu mengubah kondisi-kondisi batas yang diperlukan, sehingga
hasilnya tidak persis sama seperti persamaan 2 dimensi maupun persamaan 1 dimensi.
Metode analisis grafik Schmidt dapat digunakan pada sistem perpindahan kalor transien
satu dimensi, namun metode ini sebenarnya adalah cara alternatif karena terlalu sulit dan lama
bila dibandingkan metode numerik yang memanfaatkan kerja komputer.
Makalah Perpindahan Kalor : Konduksi Tunak dan Tak Tunak | 26




Dengan begitu suhu tiap node pada tambahan waktu adalah rata-rata aritmatik dari suhu-
suhu node disebelahnya pada awal tambahan waktu. Distribusi suhu secara aritmatik akan mudah
digambarkan dalam grafik, berikut contohnya.

Gambar 2. Konstruksi Grafis Perpindahan Kalor Transien 1 Dimensi
(Sumber: Holman, J.P. 2000. Heat Transfer 6th Edition. New York: McGraw-Hill)
Seperti yang terlihat pada gambar 3, nilai

+1
didapat dengan menarik garis lurus antara

dan
+1

. Jadi untuk menentukan distribusi suhu dalam benda padat sesudah waktu
tertentu adalah dengan membagi-bagi benda menjadi inkremen jarak x. Kemudian dengan
menggunakan rumus parameter (persamaan 9) akan didapat nilai . Nilai ini berarti jumlah
tambahan waktu yang diperlukan untuk menyusun distribusi suhu. Konstruksi grafis ini
dilakukan terus menerus sampai mendapatkan distribusi suhu akhir. Berikut contoh gambar
konstruksi grafik Schmidt untuk 4 inkremen tambahan waktu.
Makalah Perpindahan Kalor : Konduksi Tunak dan Tak Tunak | 27





Gambar 3. Konstruksi Grafik Schmidt Untuk 4 Tambahan Waktu
(Sumber: Holman, J.P. 2000. Heat Transfer 6th Edition. New York: McGraw-Hill)
Gambar 4 menunjukan proses pendinginan, dan diketahui distribusi suhu awal. Bisa dilihat
bahwa seiring pertambahan inkremen waktu, konstruksi distribusi suhu makin mendekati garis
lurus yang menunjukan sistem mulai memasuki keadaan tunak.
Tugas Perhitungan
8. Dalam proses pembuatan bakso, adonan bola daging berdiameter 5 cm dan suhu awal
25C dimasukkan ke dalam air mendidih. Berapakah waktu yang dibutuhkan agar
bola daging tersebut matang dengan baik? Bola daging dapat dikatakan matang
dengan baik jika suhu bagian tengah tidak kurang dari 60C.
Untuk mengetahui waktu pemanasan yang dibutuhkan () diperlukan nilai

.
dan

.
=
0,453

.
3000

2
.
. 0,025
= 0,00604

=
(60 100)
25 100
= 0,53
Dengan menggunakan kedua nilai tersebut, diperoleh nilai

0
2
sebesar 0,2 dari bagan Heisler.
Dari nilai tersebut, nilai dapat ditentukan.
Makalah Perpindahan Kalor : Konduksi Tunak dan Tak Tunak | 28




0
2
= 0,2
1,56 10
7

0,025
2
= 0,2
= 801,28 = 13,35
9. Sebuah panci yang baru saja digunakan untuk mendidihkan air, didinginkan dengan
cara mencelupkannya ke dalam bak air bersuhu 25C. Setelah dicelupkan selama 10
detik, apakah menurut anda panci sudah aman untuk digunakan kembali?
Panci berbahan aluminium memiiliki beberapa properti pada suhu 100C (Appendix A, Holman)

Untuk menentukan apakah panci dapat dianalisis dengan menggunakan analisis kapasitas kalor
tergabung, kita dapat menentukan angka Biot terlebih dahulu.
(

=
1000 0,2
206
= 0,0097 < 0,1
Karena batasan sistem terpenuhi, analisis kapasitas kalor tergabung dapat digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan sistem. Batasan suhu yang digunakan untuk menyatakan panci
aman digunakan kembali atau tidak adalah 40C.

=
1000 0,21368
2707 896 4,2736 10
4
= 0,206
1


40 25
100 25
=
0,206

= 7,8128
Berdasarkan nilai yang diperoleh, panci dapat dikatakan sudah aman untuk digunakan kembali
karena waktu perendaman yang dibutuhkan hanya sekitar 8 detik.
Makalah Perpindahan Kalor : Konduksi Tunak dan Tak Tunak | 29








Makalah Perpindahan Kalor : Konduksi Tunak dan Tak Tunak | 30




BAB III
PENUTUP

III. 1 Kesimpulan
Penyelesaian permasalahan konduksi tunak dan tak tunak dimensi rangkap dapat dilakukan
dengan menggunakan analisis matematis, grafik, dan numerik
Satu tahanan kontak termal dapat terjadi ketika kedua benda dihubungkan satu sama lain
yang menyebabkan perubahan profil temperatur secara tiba-tiba.
Koefisien perpindahan kalor menyeluruh digunakan pada sistem dimana terdapat peristiwa
konduksi dan konveksi
Sistem insulasi diperlukan tergantung dari kebutuhan manusia
Karakteristik bahan yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan isolator yang baik adalah
konduktivitas termal, tahanan termal, difusivitas termal, dan nilai R
Penilaian kinerja suatu isolator dilihat dari kemampuannya dalam mengurangi laju
perpindahan panas
Sistem yang memperhitungkan batas konveksi mempunyai kondisi batas yang berbeda
dengan konduksi murni
Batasan yang menyatakan apakah suatu sistem dapat dianalisis dengan sistem kapasitas
kalor tergabung adalah angka Biot (yang nilainya lebih kecil dari 0,1)
Analisis kalor transien dapat dilakukan dengan menggunakan analisis sistem kapasitas kalor
tergabung, bagan Heisler, serta metode numerik.
Angka Biot dan Fourier merupakan parameter tanpa dimensi yang berguna untuk
menggambarkan distribusi suhu dan laju alir kalor
Bagan Heisler merupakan grafik yang menggambarkan distribusi suhu pada sistem yang
memperhitungkan batas konveksi
Metode numerik transien digunakan untuk sistem perpindahan kalor transien namun
mempunyai bentuk geometri yang tidak beraturan dan kondisi batas yang berubah terhadap
waktu
Metode grafik Schmidt digunakan pada sistem perpindahan kalor transien 1 dimensi


Makalah Perpindahan Kalor : Konduksi Tunak dan Tak Tunak | 31





DAFTAR PUSTAKA

Cengel, Y. 2006. Heat Transfer 2nd Edition. USA: Mc Graw-Hill
Holman, J.P. 2009. Heat Transfer 10th Edition. New York: McGraw-Hill.

Anda mungkin juga menyukai