Anda di halaman 1dari 26

I.

PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Dalam kajian ilmu Fisika, energi yang diartikan sebagai kemampuan untuk
melakukan kerja dikatakan tidak dapat diciptakan maupun dimusnakan, tetapi energi dapat
diubah (di konversi) dari satu bentuk ke bentuk yang lain, misalnya pada kompor di dapur,
energi yang tersimpan dalam minyak tanah diubah menjadi api. Selanjutnya jika api
digunakan untuk memanaskan air dalam panci, energi berubah bentuk lagi menjadi gerak
molekul-molekul air. Perubahan bentuk energi ini disebut konversi. Energi dalam suatu
sistem tertentu dapat dirubah menjadi usaha, artinya kalau energi itu dimasukkan ke dalam
sistem dan dapat mengembang untuk menghasilkan usaha. Sebagai contoh sistem konversi
energi, apabila bahan bakar bensin (premium) yang dimasukkan ke dalam silinder mesin
konversi energi jenis motor pembakaran dalam, misalnya sepeda motor. Energi (C 8H18/iso-
oktan atau nilai kalor) yang tersimpan sebagai ikatan atom dalam molekul bensin/premium
dilepas pada waktu terjadi pembakaran dalam silinder, hasil pembakaran ini ditransfer
menjadi energi panas atau kalor. (Syarif Hidayatullah, 2014)
Termodinamika merupakan suatu bidang ilmu pengetahuan tentang yang berurusan
dengan kalor, kerja, dan sifat substansi yang berkaitan dengan kerja atau kalor. Perpindahan
kalor merupakan fenomena alam yang seringkali kita dapatkan pada kehidupan sehari-hari
saat menanak nasi, mandi dengan air hangat, minum kopi, dan lain sebagainya. Perpindahan
panas diartikan sebagai mengalurnya panas dari satu benda yang bersuhu lebih tinggi menuju
benda yang suhunya lebih rendah. Dimana benda yang suhunya lebih tinggi akan berkurang
tingkat panasnya dan benda yang suhunya lebih rendah akan meningkat kadar panasnya. Hal
ini bisa terjadi apabila dua benda tersebut saling terhubung secara langusng. Tanpa adanya
hubungan secara langsung, perpindahan panas tidak akan terjadi.
Pada umumnya terdapat tiga proses perpindahan panas yaitu konduksi, konveksi, dan
radiasi. Ilmu perpindahan panas tidak hanya membahas bagaimana energi itu berpindah dari
suatu bagian ke bagian lainnya tetapi juga meramalkan laju perpindahan energi pada suatu
kondisi-kondisi tertentu. Termodinamika dapat digunakan untuk meramalkan energi yang
diperlukan untuk mengubah sistem dari keadaan setimbang satu ke keadaan setimbang
lainnya, tetapi tidak dapat meramalkan kecepatan perpindahan panas tersebut. Keadaan ini
disebabkan pada waktu perpindahan panas itu berlangsung, sistem tidak berada dalam
keadaan setimbang.

1
Penelitian mengenai perpindahan panas ini pernah dilakukan oleh seorang ilmuwan
yang hidup pada 1753-1814. Ilmuwan tersebut, Benyamin Thomson melakukan penelitian
dengan menggunakan sebuah logam yang dilubangi menggunakan alat bor. Dalam peristiwa
tersebut, maka bor seharusnya terasa sangat panas dan selanjutnya mata bor tersebut
dimasukkan ke dalam air dingin sampai air tersebut mendidih.
Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara umum,
untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu
benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh benda sangat besar,
begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit. Dari hasil
percobaan yang sering dilakukan, besar kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu benda (zat)
bergantung pada 3 faktor yaitu massa zat, jenis zat (kalor jenis), perubahan suhu.
Proses perpindahan panas memiliki manfaat yang tidak sedikit bagi manusia. Salah
satunya, mekanisme perpindahan panas memiliki manfaat yang tidak sedikit bagi manusia,
sebagai salah satu sumber energi yang bisa menggunakan ketergantungan manusia pada
sumber energi minyak. Hal ini mengingat sumber energi minyak merupakan salah satu
sumber energi bumi yang bersifat tidak terbarukan. Di sisi lain, jumlah energi minyak setiap
tahun selalu menyusut jumlahnya. Sementara energi yang memanfaatkan energi panas
memiliki jumlah yang berlimpah dan belum banyak dimanfaatkan oleh manusia.
Terdapat tiga macam proses perpindahan energi panas. Proses tersebut adalah
perpindahan energi secara konduksi, konveksi, dan radiasi. Perpindahan energi panas secara
konduksi merupakan perpindahan energi panas yang disalurkan secara langsung antar
molekul tanpa adanya perpindahan dari molekul yang bersangkutan. Proses konduksi terjadi
pada benda padat, cair maupun gas jika terjadi kontak secara langsung dari ketiga macam
benda tersebut. Jika zat mendapat energi panas maka energi panas tersebut digunakan untuk
menggetarkan partikel-partikel zat tersebut.
Partikel-partikel yang bergetar mempunyai energi kinetik lebih besar ini,
memberikan sebagian energi kinetiknya kepada partikel tetangganya melalui tumbukan
sehingga partikel tetangga bergetar dengan energi kinetik lebih besar pula. Begitu seterusnya
partikel tetangga ini memindahkan energi ke partikel tetangga berikutnya. Sampai semua
material telah rata mendapatkan panas. Perpindahan panas dengan proses konveksi terjadi
hanya pada benda cair. Perpindahan ini disertai dengan perpindahan benda cair secara fisik.
Pada saat energi panas yang diterima oleh benda cair tersebut melebihi titik batas maka benda
cair itu akan mengalami perubahan phasa. (Akbar Budiansyah, 2013)

2
I.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui konversi energi mekanik menjadi energi kalor.

I.3. Waktu dan Tempat


Praktikum Fisika Dasar tentang Konversi Energi Mekanik ini dilaksanakan pada hari
Jum’at, 27 Nopember 2015 pukul 09.00-11.00 WIB. Praktikum ini dilaksanakan di
laboratorium TTA-B (Teknik Tata Air), Politeknik Negeri Jember.

3
II. LANDASAN TEORI
A. Suhu dan Termometer
1) Suhu
Suhu merupakan salah satu besaran pokok dalam fisika. Pada saat SMP, suhu
didefinisikan sebagai ukuran atau derajat panas dinginnya suatu benda atau sistem. Namun
hakikatnya, suhu adalah ukuran energi kinetik rata-rata yang dimiliki oleh molekul-molekul
suatu benda. Suhu pada suatu benda dapat mengalami perubahan. Perubahan suhu tersebut
dapat mengakibatkan berubahnya sifat-sifat benda. Sifat-sifat benda yang dapat berubah
akibat adanya perubahan suhu disebut sifat termometrik. Sifat-sifat termometrik zat dapat
berupa :
a) Pemuaian zat padat,
b) Pemuaian zat cair,
c) Pemuaian zat gas,
d) Tekanan zat cair,
e) Tekanan gas,
f) Regangan zat padat,
g) Hambatan zat terhadap arus listrik, dan
h) Intensitas cahaya (radiasi benda)

2) Termometer
Termometer adalah alat untuk mengukur suhu sebuah benda. Termometer
pertama kali dibuat oleh seorang ilmuwan dari Italia yang bernama Galileo Galilei.
Pembuatan termometer menggunakan prinsip perubahan volume. Termometer menggunakan
air raksa atau alkohol, karena warnanya mengkilat sehingga mudah dibaca dan tidak
membasahi dinding termometer. Berdasarkan pada sifat-sifat termometrik zat, dapat dibuat
berbagai jenis termometer, seperti terlihat dalam tabel berikut ini.

4
Tabel 2.1 Jenis-Jenis Termometer
Jenis Termometer Jangkauan Ukur Suhu (ºC) Sifat Termometrik Zat
Volum zat cair bertambah (memuai)
Air raksa dalam pipa -39 s/d. 500 jika dipanaskan dan berkurang
(menyusut) jika didinginkan.
Hambatan listrk pada seutas kawat
Hambatan platina -200 s/d. 1.200 logam akan bertambah jika
dipanaskan.
Perbedaan pemuaian antara dua
logam berbeda yang ujungnya
Termokopel -250 s/d. 1.500
disentuhkan akan menghasilkan
gaya gerak listrik (ggl).
Gas yang dipanaskan pada volum
Gas volum konstan -270 s/d. 1.500 tetap mengakibatkan bertambahnya
tekanan.
Intensitas radiasi yang dipancarkan
Pyrometer Di atas 1.000
oleh benda yang sangat panas.

Pembuatan skala pada termometer memerlukan dua titik referensi, yaitu titik
tetap atas atau disebut titik didih dan titik tetap bawah atau disebut titik beku. Terdapat empat
macam skala yang biasa digunakan dalam pengukuran suhu, yaitu skala Celcius, skala
Reamur, skala Fahrenheit, dan skala Kelvin. Perbandingan antara keempat skala tersebut
diperlihatkan dalam gambar berikut.

5
Gambar 2.1 Perbandingan antara keempat skala

Skala Kelvin disebut sebagai skala suhu mutlak (absolut) atau skala
termodinamik. Satuan ini digunakan sebagai satuan SI untuk suhu. Hubungan antara skala
Celcius, Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin adalah sebagai berikut.

5 5
℃= ° R= ( ℉−32 ) =K−273 …. (1)
4 9

6
B. Kalor
Kalor adalah suatu bentuk energi yang berpindah dari benda bersuhu tinggi ke benda
bersuhu rendah. Benda yang menerima kalor, suhunya akan naik atau wujudnya berubah.
Benda yang melepas kalor, suhunya akan turun atau wujudnya berubah. Besarnya kalor yang
diserap atau dilepas oleh suatu benda berbanding lurus dengan :
a) Massa benda,
b) Kalor jenis benda,
c) Perubahan suhu.
Besarnya kalor tersebut dirumuskan sebagai :
Q=mc ∆ T …. (2)
dengan : m = massa benda (kg, gram)
c = kalor jenis benda (kal/gºC, J/kg K)
∆T = T2 – T1 = kenaikan suhu (ºC, K)
Dalam sistem SI, satuan kalor adalah Joule (J).
1 kalori = 4,184 Joule
1 Joule = 0,24 kalori
Satu kalori adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu
1ºC air murni yang massanya 1 gram.

1) Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor


Kalor jenis (c) adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu
1 kg zat sebesar 1 K atau 1ºC. Zat yang paling tinggi kalor jenisnya adalah air, sehingga air
merupakan zat terbaik untuk menyimpan energi termal (dimanfaatkan pada panel surya) atau
memindahkan panas (dimanfaatkan pada radiator mobil). Kalor jenis setiap zat ditentukan
dengan persamaan :
Q
c= …. (3)
m∆T
Kapasitas kalor (C) adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan
suhu benda sebesar 1 K atau 1ºC dan dirumuskan sebagai berikut.
Q
C= …. (4)
∆T
Satuan kapasitas kalor adalah J/K atau JK -1. Hubungan kapasitas kalor (C)
dengan kalor jenis (c) dapat dinyatakan dengan persamaan :

7
Q
C=m . c atau c= ….(5)
m
Dalam bab ini juga membahas tentang Hukum Kekekalan Energi Kalor (Azas
Black) yang berbunyi, “Pada pencampuran dua zat, banyaknya kalor yang dilepas zat bersuhu
lebih tinggi sama dengan banyaknya kalor yang diterima zat bersuhu lebih rendah.” Atau
dapat ditulis dengan persamaan :
Qlepas = Qterima …. (6)
Hukum kekekalan energi kalor di atas hanya berlaku untuk sistem tertutup.
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kalor. Adapun jenis-jenis
kalorimeter adalah seperti di bawah ini.
 Kalorimeter aluminium
 Kalorimeter elektrik, digunakan untuk mengukur kalor jenis zat cair.
 Kalorimeter bom, digunakan untuk menentukan kandungan energi
dalam makanan dan lemak.

2) Perubahan Wujud Zat


Ada tiga jenis wujud zat, yaitu zat padat, zat cair, dan gas. Apabila sebuah zat
diberikan kalor, maka pada zat tersebut akan terjadi perubahan wujud zat, seperti terlihat
pada diagram berikut ini.

Gambar 2.2 Perubahan wujud zat

Pada proses melebur, menguap, dan deposisi diperlukan kalor. Sedangkan


pada proses membeku, mengembun, dan menyublim dilepaskan kalor. Besarnya kalor yang
diperlukan atau dilepaskan selama proses perubahan wujud zat memenuhi persamaan :
Q=m. L …. (7)
dengan : Q = kalor yang diperlukan/dilepaskan (J, kal)
m = massa zat (kg, gram)

8
L = kalor laten (J/kg, kal/gr)

Kalor laten adalah kalor yang diperlukan oleh tiap satuan massa zat untuk
mengubah wujudnya. Adapun jenis-jenis kalor laten adalah sebagai berikut.
a. Kalor lebur (Lf), adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk mengubah wujud 1
kg zat padat menjadi zat cair.
b. Kalor beku (Lb), adalah banyaknya kalor yang dilepaskan untuk mengubah 1 kg zat
cair menjadi zat padat.
c. Kalor uap atau kalor didih (Lv), adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk
mengubah wujud 1 kg zat cair menjadi gas.
d. Kalor embun (Le), adalah banyaknya kalor yang dilepaskan untuk mengubah 1 kg gas
menjadi zat cair.

Kalor lebur = Kalor beku dan kalor didih = Kalor embun

Gambar 2.3 Perubahan wujud pada es yang


dipanaskan sampai menjadi uap

9
C. Perpindahan Kalor
Kalor berpindah dari benda yang suhunya tinggi ke benda yang suhunya rendah. Ada
3 cara perpindahan kalor, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.
1. Perpindahan Kalor secara Konduksi
Konduksi adalah proses perpindahan kalor tanpa disertai perpindahan partikel.
Setiap zat dapat menghantar kalor secara konduksi, baik zat yang tergolong konduktor
maupun isolator. Laju konduksi kalor yang melalui sebuah dinding bergantung pada 4
besaran, yaitu :
a. Suhu, jika perbedaan suhu ∆T = T1 –T2 di antara kedua permukaan
semakin besar, maka perpindahan kalor semakin cepat.
b. Ketebalan dinding (d), semakin tebal dinding, maka perpindahan kalor
semakin lambat.
c. Luas permukaan (A), semakin besar luas permukaan, maka perpindahan
kalor semakin cepat.
d. Konduktivitas termal zat (k), merupakan ukuran kemampuan zat
menghantarkan kalor. Semakin besar nilai k, maka perpindahan kalor
semakin besar.
Dengan demikian, banyaknya kalor (Q) yang melalui dinding selama waktu t,
dinyatakan sebagai berikut.
Q k. A.∆T
= …. (8)
t d
Apabila terdapat 2 batang logam berbeda jenis yang disambungkan, maka
berlaku bahwa laju aliran kalor dalam kedua batang adalah sama besar. Atau dapat
dinyatakan sebagai berikut.
Q1 Q2 k 1 . A . ∆ T 1 k 2 . A . ∆ T 2
= ↔ = …. (9)
t t L1 L2
2. Perpindahan Kalor secara Konveksi
Konveksi adalah proses perpindahan kalor yang dilakukan oleh pergerakan
fluida akibat perbedaan massa jenis. Ada 2 jenis konveksi, yaitu konveksi alamiah dan
konveksi buatan. Laju kalor ketika sebuah benda panas memindahkan kalor ke fluida
sekitarnya secara konveksi adalah sebanding dengan luas permukaan benda (A) yang
bersentuhan dengan fluida dan beda suhu (∆T) di antara benda dan fluida. Atau ditulis :

10
Q
=h . A . ∆ T …. (10)
t

3. Perpindahan Kalor secara Radiasi


Radiasi atau pancaran adalah perpindahan energi kalor dalam bentuk
gelombang elektromagnetik. Sebagai contoh, perpindahan kalor dari matahari ke permukaan
bumi. Hukum Stefan Boltzman menyatakan bahwa, “Energi yang dipancarkan oleh suatu
permukaan hitam dalam bentuk radiasi kalor tiap satuan waktu ¿) sebanding dengan luas
permukaan (A) dan sebanding dengan pangkat empat suhu mutlak permukaan itu (T 4)”.
Secara matematis ditulis :
Q
=σ . A .T4 …. (11)
t
dengan : σ = tetapan Stefan – Boltzmann = 5,67 x 10-8 W/m2 K4
Persamaan di atas hanya berlaku untuk benda hitam sempurna. Agar dapat
berlaku untuk setiap benda, maka persamaan Stefan-Boltzmann ditulis menjadi :
Q
=e . σ . A .T4 …. (12)
t
dengan : e = emisitas
Emisitas adalah suatu ukuran seberapa besar pemancaran radiasi kalor suatu
benda dibandingkan dengan benda hitam sempurna. Emisitas tidak memiliki satuan, nilainya
0 sampai dengan 1. Permukaan mengkilat memiliki nilai e yang lebih kecil daripada
permukaan kasar. Pemantul sempurna (penyerap paling buruk) memiliki e = 0, sedangkan
penyerap sempurna sekaligus pemancar sempurna (benda hitam sempurna) memiliki e = 1.
(Ahmad Zaelani, Cucun Cunayah, Etsa Indra Irawan. 2006)

11
III. METODOLOGI
III.1. Alat dan Bahan
 Alat:
 Kalorimeter

 Termometer

 Kalkulator

 Alat Putar

12
 Tali

 Bandulan

 Bahan:
 Oli (Untuk melumasi alat putar agar dapat berputar dengan baik).

13
III.2. Prosedur Kerja
Pertama, menyiapkan semua bahan yang diperlukan kemudian mengukur diameter
kalorimeter (d). Kedua, merangakai alat pemutar, kalorimeter tembaga, tali dan termometer.
Setelah itu kaitkan beban 2 kg. Kemudian, membaca termometer sebelum melakukan
percobaan (T0). Setelah itu memutar kalorimeter tembaga dengan memutar engkol alat putar
sebanyak 100 kali pada tembaga, 200 kali pada aluminium kecil, dan 300 kali pada
aluminium besar, sehingga suhunya meningkat. Kemudian ukur suhunya kembali
menggunakan termometer (Tn). Setelah itu menghitung efisiensi energi. Langkah terakhir
adalah melaporkannya dalam bentuk laporan.

14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Data
Tabel 4.1 Data Spesifikasi Kalorimeter

No Jenis Kalorimeter Bahan d (m) Ck (J/K) Cw Ct C Total


1 Tembaga Tembaga 0,047 264 4,2 5 273,2
2 Alumunium Kecil Alumunium Kecil 0,047 188 4,2 5 197,2
3 Alumunium Besar Alumunium Besar 0,047 384 4,2 5 393,2

Tabel 4.2 Data Pengamatan Tembaga


Kalori yang Dihasilkan Qn (J) Energi Mekanik, W mech (J)
No. Kalorimeter
C Total Tn (K) To (K) ΔT (K) Qn m (Kg) n d (m) W mech Effisiensi
1 Tembaga 273,2 303 302 1 273,2 2 100 0,047 289,2568 94,44895
2 Tembaga 273,2 305 303,5 1,5 409,8 2 200 0,047 578,5136 70,83671
3 Tembaga 273,2 303,5 303,2 0,3 81,96 2 300 0,047 867,7704 9,444895
4 Tembaga 273,2 305 304,5 0,3 81,96 2 200 0,047 578,5136 14,16734

15
Tabel 4.3 Data Pengamatan Alumunium Kecil
Kalori yang Dihasilkan Qn (J) Energi Mekanik, W mech (J)
No. Kalorimeter
C Total Tn (K) To (K) ΔT (K) Qn m (Kg) n d (m) W mech Effisiensi
1 Aluminium 197,2 303,5 303,3 0,2 39,44 2 200 0,047 578,5136 6,817472
2 Aluminium 197,2 305 303 2 394,4 2 200 0,047 578,5136 68,17472
3 Aluminium 197,2 308,5 305 3,5 690,2 2 300 0,047 867,7704 79,53717
4 Aluminium 197,2 311 308,5 2,5 493 2 200 0,047 578,5136 85,21839

Tabel 4.4 Data Pengamatan Alumunium Besar


Kalori yang Dihasilkan Qn (J) Energi Mekanik, W mech (J)
No. Kalorimeter C
Tn (K) To (K) ΔT (K) Qn m (Kg) n d (m) W mech Effisiensi
Total
1 Alumunium besar 393,2 304,5 304 0,5 196,6 2 100 0,047 289,2568 67,96729
2 Alumunium besar 393,2 303,3 303,2 0,1 39,32 2 100 0,047 289,2568 13,59346

16
3 Alumunium besar 393,2 305 304 1 393,2 2 300 0,047 867,7704 45,31152
4 Alumunium besar 393,2 308 306,5 1,5 589,8 2 200 0,047 578,5136 101,9509

17
Grafik Hubungan Q dan n
 Tembaga

Hubungan antara Qn dengan n


450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
50 100 150 200 250 300 350

 Alumunium Kecil

Hubungan antara Qn dengan n


800

700

600

500

400

300

200

100

0
180 200 220 240 260 280 300 320

18
 Alumunium Besar

Hubungan antara Qn dengan n


700

600

500

400

300

200

100

0
50 100 150 200 250 300 350

19
IV.2. Perhitungan
Qn = C.dT
Qn tembaga = C . dT
= 273,2 . 1
=273,2 J
Qn alumunium kecil = C . dT
=197,2 . 2
= 394,4 J
Qn alumunium besar = C . dT
=393,2 . 1
=393,2 J
Wmech =m.g.n.d.π

Menghitung Wmech
a) Tembaga
Wmech = m . g . n . d .π
= 2 . 9,8 . 100 . 0,047 . 3,14
=289,2568 J

b) Aluminium Kecil
Wmech = m . g . n . d .π
= 2 . 9,8 . 200 . 0,047 .3,14
= 578,5136 J

c) Alumunium Besar
Wmech = m . g . n . d .π
= 2 . 9,8 . 300 . 0,047 .3,14
= 867,7704 J

20
Menghitung Efisiensi Energi
a) Tembaga
Qn
eff = X 100 %
w mech
273,2
eff = X 100 %=94,45 %
289,2568

b) Aluminium Kecil
Qn
eff = X 100 %
w mech
394,4
eff = X 100 %=68,17 %
578,5136

c) Alumunium Besar
Qn
eff = X 100 %
w mech
393,2
eff = X 100 %=45,31 %
867,7704

21
IV.3. Pembahasan
Energi dalam pengetahuan teknologi dan Fisika dapat diartikan sebagai kemampuan
melakukan kerja. Energi di dalam alam adalah suatu besaran yang kekal (hukum
termodinamika pertama). Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi
dapat dikonversikan/berubah dari bentuk energi yang satu ke bentuk energi yang lain,
misalnya pada kompor di dapur, energi yang tersimpan dalam minyak tanah diubah menjadi
api. Selanjutnya jika api digunakan untuk memanaskan air dalam panci, energi berubah
bentuk lagi menjadi gerak molekul-molekul air. Perubahan bentuk energi ini disebut
konversi. Sedangkan perpindahan energi disebabkan adanya perbedaan temperatur yang
disebut kalor. Energi juga dapat dipindahkan dari suatu sistem ke sistem yang lain melalui
gaya yang mengakibatkan pergeseran posisi benda. Transfer energi ini adalah kemampuan
suatu sistem untuk menghasilkan suatu kerja yang pengaruh/berguna bagi kebutuhan manusia
secara positif. Jadi energi adalah suatu kuantitas yang kekal, dapat berubah bentuk, dan dapat
pindah dari satu sistem ke sistem yang lain, akan tetapi jumlah keseluruhannya adalah tetap.
Kalor yang diserap suatu zat tidak selalu menyebabkan kenaikan suhu/temperatur zat
tersebut. Kadangkala kalor yang diserap oleh suatu zat dapat mengubah wujud zat tersebut
tanpa menaikkan suhunya, contoh es yang dipanaskan lama kelamaan akan menjadi air,
sebaliknya air yang didinginkan, lama kelamaan akan menjadi es. Zat dapat berada dalam
tiga wujud, yaitu padat, cair, dan gas. Pada saat terjadi perubahan wujud, misalnya dari padat
menjadi cair atau dari cair menjadi gas, selalu disertai dengan pelepasan atau penyerapan
kalor. Akan tetapi perubahan wujud tidak disertai dengan perubahan suhu.
Suatu zat apabila diberi kalor terus-menerus dan mencapai suhu maksimum, maka zat
akan mengalami perubahan wujud. Peristiwa ini juga berlaku jika suatu zat melepaskan kalor
terus-menerus dan mencapai suhu minimumnya. Oleh karena itu, selain kalor dapat
digunakan untuk mengubah suhu zat, juga dapat digunakan untuk mengubah wujud zat (Lina
Indriani, 2013).
Kalorimeter adalah alat untuk menentukan besarnya kalor jenis suatu zat. Prinsip kerja
kalorimeter didasarkan pada Azas Black :
 Jika suatu benda yang suhunya berbeda didekatkan satu sama lain, maka suhu
akhir benda akan sama.
 Jumlah kalor yang diterima sama denga kalor yang diberikan.

22
Secara ideal, tidak mungkin terjadi perpindahan kalor yang diberikan dari lingkungan
sekitar ke dalam sistem atau sistem ke lingkungan sekitar. Kondisi yang ideal itu,
direalisasikan melalui rancangan dan konstruksi kalorimeter yang baik. Kalorimeter tersusun
dari sebuah wadah yang terbuat dari logam yang tahan lama, kaca atau bahan lainnya yang
kuat yang biasanya dilingkupi oleh suatu bahan isolator yang baik dari stereofoam, yang
menghalangi perpindahan kalor. Wadah diisi dengan suatu materi yang diketahui komposisi,
suhu, dan tingkah laku termalnya. Benda yang akan diuji coba, dengan kandungan termal
yang belum diketahui, dimasukkan ke dalam wadah tersebut.
Metode–metode dikembangkan untuk melakukan pengukuran jumlah panas yang
meninggalkan suatu benda secara kuantitatif, dan ditemukan bahwa bila dua benda dalam
kontak termis, maka jumlah panas yang meninggalkan satu benda sama dengan jumlah panas
yang memasuki benda lain. Penemuan ini digunakan sebagai prinsip kerja kalorimeter
(Aydiw Widiya, 2011).
Pertukaran energi kalor merupakan dasar teknik yang dikenal dengan nama
kalorimetri, yang merupakan pengukuran kuantitatif dari pertukaran kalor. Kalorimetri adalah
pengukuran kalor yang menggunakan alat kalorimeter. Kalorimetri adalah pengukuran
kuantitas perubahan panas. Sebagai contoh, jika energi dari reaksi kimia eksotermal diserap
air, perubahan suhu dalam air akan mengukur jumlah panas yang ditambahkan.
  Prinsip dari kalorimeter adalah memanfaatkan perubahan fase dari sifat fisik suatu zat
untuk membandingkan kapasitas penerimaan kalor dari zat-zat yang berbeda. Prinsip
pengukuran pada percobaan ini disebut kalorimetri. Alat pengukur kalor jenis zat berdasarkan
prinsip kalorimetri disebut kalorimeter. Pengukuran kalor jenis dengan kalorimeter
didasarkan pada Azas Black.
Teori yang dikemukakan oleh Joseph Black atau lebih dikenal dengan azas Balck.
Yaitu, apabila dua benda yang suhunya berbeda dan dicampur, maka benda yang lebih panas
melepas kalor kepada benda yang lebih dingin sampai suhu keduanya sama. Banyaknya kalor
yang dilepas benda yang lebih panas sama dengan banyaknya kalor yang diterima benda yang
lebih dingin. Sebuah benda untuk menurunkan ΔT akan melepaskan kalor yang sama
besarnya dengan banyaknya kalor yang dibutuhkan benda itu untuk menaikkan suhunya
sebesar  ΔT juga. Energi yang diterima air dingin tidak sama dengan yang dilepas oleh air
panas. Ini dikarenakan sifat dari kalorimeter yang dapat menyerap kalor sehingga tidak
semuanya kalor dapat diterima oleh air dingin (Asia Astuti, 2013).

23
Praktikum kali ini adalah mengenai konversi energi mekanik. Praktikum ini bertujuan
untuk mengetahui konversi energi mekanik ke energi kalor. Kalorimeter yang digunakan
adalah kalorimeter tembaga, kalorimeter alumunium kecil, dan kalorimeter besar. Untuk
mengukur suhunya digunakan termometer. Dalam praktikum ini, ketiga kalorimeter
mendapat perlakukan yang berbeda. Dimana kalorimeter tembaga diputar sebanyak 100 kali,
kalorimeter alumunium kecil sebanyak 200 kali, dan kalorimeter alumunium besar sebanyak
300 kali. Di bagian bawah kalorimeter, digantung beban dengan massa 2 kg. Suhu diukur
sebelum dan sesudah alatnya di engkol.
Setelah dilakukan percobaan, suhu awal kalorimeter tembaga adalah 302 K dan suhu
akhirnya adalah 303 K. Suhu awal kalorimeter alumunium kecil adalah 303,5 K dan suhu
akhirnya adalah 303,5 K. Kemudian, suhu awal kalorimeter alumunium besar adalah 304 dan
suhu akhirnya adalah 304,5 K. Setelah dilakukan perhitungan Wmech yang diperoleh
kalorimeter tembaga adalah 289,2568 J, kalorimeter alumunium kecil adalah 578,5136 J, dan
kalorimeter alumunium besar adalah 867,7704 J. Kemudian efisiensi energi (Eff) yang
diperoleh kalorimeter tembaga adalah 94,45 % , kalorimeter alumunium kecil adalah 68,17 % ,
dan kalorimeter alumunium besar adalah 45,31 % .
Berdasarkan hasil yang diperoleh, kalorimeter tembaga memiliki efisiensi energi
paling besar, yaitu 94,45%. Hal ini berarti tembaga adalah bahan yang mempunyai
kemampuan untuk menyerap panas dengan baik dibandingkan dengan alumunium. Hal yang
mempengaruhi dalam praktikum ini adalah kecepatan pada saat memutar engkol. Apabila
putarannya konstan, maka hasil yang di dapat juga maksimal. Dalam hal ini, beban juga
mempengaruhi hasil dari praktikum. Apabila bebannya semakin berat, maka kenaikan suhu
akan sulit diketahui.

24
V. PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan teori yang telah diperoleh dan praktikum yang telah dilakukan, dapat
diperoleh kesimpulan bahwa :
1) Energi adalah suatu kuantitas yang kekal, dapat berubah bentuk, dan dapat
pindah dari satu sistem ke sistem yang lain, akan tetapi jumlah keseluruhannya
adalah tetap.

V.2. Saran
Dalam praktikum ini, kecepatan pada saat memutar engkol sangat mempengaruhi
hasil yang diperoleh, maka disarankan untuk memutar engkol dengan kecepatan yang konstan
agar suhu dan hasil yang diperoleh maksimal.

25
DAFTAR PUSTAKA
Zaelani, Ahmad, Cucun Cunayah, Etsa Indra Irawan. 2006. 1700 Bank Soal Bimbingan
Pemantapan Fisika. Bandung: Yrama Widya.

Website
Astuti, Asia. 2013. “Laporan Praktikum Fisika Dasar 1 Kalor”.
http://asiiahw.blogspot.co.id/2013/11/laporan-praktikum-fisika-dasar-1-kalor.html, 15
Nopember 2015
Budiansyah, Akbar. 2013. “Laporan Praktikum Fisika Dasar (Suhu)”.
http://peternakan11.blogspot.co.id/2013/04/laporan-fisika-suhu.html, 16 Nopember
2015
Indriani, Lina. 2013. “Pengaruh Kalor terhadap Suhu dan Wujud Zat”.
http://narilisia.blogspot.co.id/2013/06/pengaruh-kalor-terhadap-suhu-dan-wujud.html,
15 Nopember 2015
Hidayatullah, Syarif. 2014. “Laporan FISDAS 2 Konversi Energi”.
http://syariffisika.blogspot.co.id/2014/04/laporan-fisdas-2-konversi-energi.html, 01
Desember 2015

Widiya, Aydiw. 2011. “Laporan Fisika Kalor Jenis”.


http://widya-sm.blogspot.co.id/2011/05/lapora-fisika-kalor-jenis-boleh-copas.html, 16
Nopember 2015

26

Anda mungkin juga menyukai