Hukum Ohm digunakan secara luas dalam rangkaian elektronika dan merupakan
hukum dasar pada rangkaian listrik. Dengan menggunakan hukum Ohm, kita tidak
hanya dapat menghitung, tapi juga dapat memperkecil arus listrik, memperkecil
tegangan pada rangkaian dan juga untuk memperoleh nilai resistansi atau hambatan
yang diperlukan.
Sesuai dengan bunyi hukum Ohm, secara matematis untuk menghitung besar
voltase listrik menggunakan rumus:
Dan untuk menghitung kuat arus listrik, rumus diatas dipakai kembali sehingga:
Rangkaian Listrik
Rangkaian adalah lintasan listrik yang dilalui dari sumber daya dan kembali lagi.
Semua bagian dari rangkaian sederhana harus menghantarkan listrik dan dan
terhubung satu sama lain. Ada dua jenis rangkaian,: seri dan paralel. Senter adalah
contoh rangkaian seri; semua komponen terhubung satu sama lain. Rangkaian
paralel memiliki baterai aatu komponen lain yang terhubung saling menyilang. Pada
rangkaian listrik, tegangan, resistansi, atau arus yang lewat dapat dihitung dengan
rumus hukum Ohm.
Makin besar resistansi atau hambatan dalam rangkaian, makin kecil arus yang
mengalir. Begitu pula sebaliknya, jika sumber daya yang diberikan terlalu besar,
maka beban juga harus mampu menerima daya yang besar. Jika beban menerima
daya diatas kemampuannya, maka dapat terjadi kerusakan komponen pada alat
tersebut (overload). Jika arus yang mengalir pada rangkaian terlalu besar untuk
dapat diterima beban, maka dipakai satu komponen listrik yang bernama resistor.
Resistor merupakan salah satu komponen listrik yang menyebabkan tegangan listrik
turun.
Jika di nilai Tegangan di Voltmeter (V) yaitu 12V dan nilai Arus Listrik (I) di
Amperemeter adalah 0.5A. Berapakah nilai Resistansi dalam Potensiometer ?
Masukan nilai Tegangan 12V dan Arus Listrik 0.5A kedalam Rumus Ohm seperti
dibawah ini :
R=V/I
R = 12 /0.5
R = 24 Ohm
nilai Resistansinya adalah 24 Ohm
2. Menghitung tegangan
Atur nilai resistansi atau hambatan Potensiometer ke 500 Ohm, kemudian atur DC
Generator sehingga mendapatkan Arus Listrik (I) 10mA. Berapakah Tegangannya ?
Konversikan dahulu unit Arus Listrik (I) yang masih satu miliAmpere hingga menjadi
satuan unit Ampere yaitu : 10mA = 0.01 Ampere. Masukan nilai Resistansi
Potensiometer 500 Ohm dan nilai Arus Listrik 0.01 Ampere ke Rumus Hukum Ohm
V=IxR
V = 0.01 x 500
V = 5 Volt
nilainya adalah 5Volt.
Setting DC Generator atau Power Supply agar menghasilkan Output Tegangan 10V,
lalu atur Nilai Potensiometer ke 10 Ohm. Berapakah nilai Arus Listrik ?
Masukan nilai Tegangan 10V dan Nilai Resistansi dari Potensiometer yaitu 10 Ohm
ke dalam Rumus Hukum Ohm
I=V/R
I = 10 / 10
I = 1 Ampere
hasilnya yaitu 1 Ampere
Jika besar ke-7 Resistor sama dan besar tegangan sumber baterai sebesar 10 Volt,
serta arus total yang mengalir pada rangkaian adalah 2 A. Tentukan berapa besar
resistor yang digunakan?
Pembahasan:
Diketahui:
Misalkan besar semua resistor adalah R, maka
R1 = R2 = R3 = .... = R7 = R
Vs = 10 Volt
It = 2 A
Ditanya : Tentukan Besar Resistor R = ...?
Langkah 1 : Selesaikan terlebih dahulu resistor yang tersusun secara paralel, yaitu
R4 sampai R7
Langkah 2 : Selanjutnya kita peroleh rangkaian seri dari semua resistor yang
besarnya
Rs = R1 + R2 + R3 + Rp
Rs = R + R + R + R/4
Rs = 3R + R/4 ; kemudian samakan penyebut
Rs = (12R + R) / 4
Rs = (13R)/4
Langkah 3 : Gunakan Hukum Ohm Untuk menentukan besarnya resistor R
Vs = It . Rs
10 Volt = (2 A) . [(13R)/4]
10 x 4 = 2 x 13R
26R = 40
R = 40 / 26 = 1,54 Ohm.
HUKUM KIRCHOFF 1
Pengertian Hukum Kirchoff 1
Hukum Kirchhoff 1 yaitu Hukum Kirchhoff yang selalu berkaitan dengan arah
arus yang menghadapi titik percabangan. Kemudian Hukum Kirchhoff 1 ini
sering juga disebut dengan Hukum Arus Kirchhoff atau Kirchhoff’s Current
Law (KCL).
HUKUM KIRCHOFF 2
Pengertian Hukum Kirchoff 2
Hukum Kirchhoff 2 yaitu hukum yang dipakai untuk menganalisis tegangan
(beda potensial) komponen-komponen elektronika pada suatu rangkaian
tertutup. Pada Hukum Kirchhoff 2 ini jufa pada umumnya dikenal dengan
sebutan Hukum Tegangan Kirchhoff atau Kirchhoff’s Voltage Law (KVL).
Penyelesaian:
2.) Pada rangkaian listrik berikut ini, tentukanlah daya yang melalui hambatan R3.
Diketahui ε1 = 8V, ε2 = 8V, ε3 = 2V. Harga masing-masing hambatan adalah
R1 = 5Ω, R2 = 1Ω, R3 = 2Ω, R4 = 1Ω, dan R5 = 5Ω.
Penyelesaian:
Seperti yang telah diuraikan di atas, terlebih dahulu kita tentukan arah
loopnya. Lihat bahwa ggl kedua (ε2) yang berada di tengah nilainya lebih kecil
dari ggl lainnya sehingga asumsikanlah arah loopnya menuju ke tengah
seperti berikut ini.
Dari gambar jelas terlihat bagaimana hubungan antara arus pada titik
percabangan yaitu: I3 = I1 + I2
Selanjutnya tinjaulah masing-masing loop.
Tinjau Loop I
∑ε + ∑ I.R = 0
⇒ ε1 + ε3 + (R1 + R2) I1 + R3.I3 = 0
⇒ -8 + 2 + 6 I1 + 2 I3 = 0
⇒ -6 + 6 I1 + 2 (I1 + I2) = 0
⇒ -6 + 6 I1 + 2 I1 + 2 I2 = 0
⇒ -6 + 8 I1 + 2 R2 = 0
⇒ 8 I1 + 2 I2 = 6
⇒ 4 I1 + I2 = 3
⇒ I2 = 3 - 4 I1
Tinjau Loop II
∑ ε + ∑ I.R = 0
⇒ ε2 + ε3 + (R4 + R5) I2 + R3.I3 = 0
⇒ -8 + 2 + 6 I2 + 2 I3 = 0
⇒ -6 + 6 I2 + 2 (I1 + I2) = 0
⇒ -6 + 6 I2 + 2 I1 + 2 I2 = 0
⇒ -6 + 8 I2 + 2 I1 = 0
⇒ 8 I2 + 2 I1 = 6
⇒ 4 I2 + I1 = 3
⇒ I1 + 4 I2 = 3
Dari dua persamaan yang telah kita peroleh, tentukan nilai I1 dan I2 dengan
metode eliminasi ataupun substitusi. Dengan substitusi diperoleh:
I1 + 4 I2 = 3
⇒ I1 + 4 (3 - 4 I1) = 3
⇒ I1 + 12 - 16 I1 = 3
⇒ -15 I1 = 3 - 12
⇒ -15 I1 = -9
⇒ I1 =9⁄15
⇒ I1 =3⁄5 A
Dengan begitu diperoleh arus kedua:
I2 = 3 - 4 I1
⇒ I2 = 3 - 4 (3⁄5)
⇒ I2 = 3 - 12⁄5
⇒ I2 = 15⁄5 - 12⁄5
⇒ I2 = 3⁄5 A
Arus loop adalah arus yang dimisalkan mengalir dalam suatu loop (lintasan tertutup).
Arus loop sebenarnya tidak dapat diukur (arus permisalan). Analisa arus mesh pada
dasarnya adalah pengembangan dari aplikasi hukum Kirchoff II (KVL) dimana jumlah
tegangan pada satu lintasan tertutup sama dengan nol atau arus merupakan
parameter yang tidak diketahui. Analisis ini dapat diterapkan pada rangkaian sumber
searah/DC maupun sumber bolak-balik/AC.
2. Buatlah pada setiap loop arus asumsi yang melingkari loop. Pengambilan arus
loop terserah kita yang terpenting masih dalam satu lintasan tertutup. Arah arus
dapat searah satu sama lain ataupun berlawanan baik searah jarum jam maupun
berlawanan dengan arah jarum jam.
3. Biasanya jumlah arus loop menunjukkan jumlah persamaan arus yang terjadi.
Dalam analisa loop, arah arus dapat dipilih bebas tetapi harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut.
a. Apabila arah arusnya sama dengan arah tegangan, maka arus dianggap
positif (+).
b. Apabila hasil perhitungan ternyata arus mempunyai tanda negatif (-) berarti
arah arus berlawanan dengan sumber tegangan.
Loop I
20𝑖3 − 20𝑖2 + 10𝑖3 + 36 = 0
−20𝑖2 + 30𝑖3 = −36 …….(i)
Loop II
−24 + 5𝑖1 + 20𝑖2 − 20𝑖3 = 0
5𝑖1 + 20𝑖2 − 20𝑖3 = 24 …….(ii)
𝑖2 − 𝑖1 = 2
𝑖2 = 2 + 𝑖1……….. (iii)
𝑖1 = 1,143 𝐴
Jawab:
Tinjau loop I1 :
∑𝑣 = 0
−16 + 2𝐼1 + 9 + 3 (𝐼1 − 𝐼2 ) = 0
5𝐼1 − 3𝐼2 = 7…………………(1)
Tinjau loop I2 :
∑𝑣 = 0
−9 + 6 + 6𝐼2 + 3 (𝐼1 − 𝐼2 ) = 0
3𝐼1 − 9𝐼2 = 3…………………(2)
Substitusikan persamaan (1) dan (2) :
5𝐼1 − 3𝐼2 = 7 ...... x 3
3𝐼1 − 9𝐼2 = 3 ……. X 1 +
12𝐼1 = 24
24
𝐼1 = =2𝐴
12
Sehingga : I = I1 = 2 A
3. Tentukan nilai arus i dengan analisis mesh
4. Tentukanlah I1 dan I2pada rangkaian !
Jawab:
Diketahui:
VA = 4V VB = 2V
Z1 = 2 Z2 = 1 + j0 Z3 = -j
b. Persamaan loop
Loop 1
∑V = 0
VA – I1 ZI – I1 Z3 + I2 Z3 = 0
VA – I1 (Z1 + Z3) + I2 Z3 = 0
I1(Z1 + Z3) – I2 Z3 = VA
(2-j) I1 – (-j) I2 = 4∠ 0............ (1)
Loop 2
∑V = 0
-VB – I2 Z2 – I2 Z3 + I1 Z3 = 0
-VB – I2 (Z2 + Z3) + I1 Z3 = 0
I1 Z3 – I2(Z2 + Z3) = VB
(-j) I1 – (1+j) I2 = 2 ∠ 0........... (2)
2−𝑗 𝑗 𝐼 4∠0
[ ] [ 1] = [ ]
𝑗 1 + 𝑗 𝐼2 −2∠0
4+𝑗0 𝑗
| |
−2+𝑗0 1+𝑗
I1 = 2−𝑗 𝑗
| |
𝑗 1+𝑗
(4)(1+𝑗)−(−2)(𝑗)
I1 = (2−𝑗)(1+𝑗)−(𝑗)(𝑗)
4+𝑗4+𝑗2
I1 =
2+𝑗−𝑗 2 −𝑗 2
4+𝑗6
I1 =
2+𝑗−2𝑗 2
4+𝑗6
I1 =
4+𝑗
7,2 ∠ 56,30
I1 =
4,1 ∠ 14,03
I1 = 1,75 ∠ 42,27
2−𝑗 4+𝑗0
| |
𝑗 −2+𝑗0
I2 = 2−𝑗 𝑗
| |
𝑗 1+𝑗
(−2)(2−𝑗)−(4)(𝑗)
I2 = (2−𝑗)(1+𝑗)−(𝑗)(𝑗)
−4+𝑗2−𝑗4
I2 =
2+𝑗−𝑗 2 −𝑗 2
−4−𝑗2
I2 =
2+𝑗−2𝑗 2
−4−𝑗2
I2 =
4+𝑗
4,5∠ 26,56
I2 =
4,1 ∠ 14,03
I2 = 0,4∠12,53
Langkah-langkahnya adalah:
a. Tentukan impedansi (Z) dari setiap bagian rangkaian dan sumber tegangannya.
Z1 = 1 + j2
Z2 = 4 – j8
Z3 = j6
VA = 8 ∠ 200
VB = 10 ∠ 00
Gambar 1.7. Arah loop, arus dan tegangan pada analisis Mesh
Loop 2:
ΣV=0
-VB – I2 Z2 – I2 Z3 + I1 Z2 = 0
- VB – (Z2 + Z3).I2 + I1 Z2 = 0
(4-j2).I2 - I1.(4-j8) = – 10 ∠ 00 ....................................... (2)
5 − j6 − (4 − j8) 𝐼1 8 ∠ 200 + 10 ∠ 00
[ ][ ] = [ ]
4 − j8 4 − j2 𝐼2 – 10 ∠ 00
Mencari I1:
8 ∠ 200 + 10 ∠ 00 − (4 − j8)
[ ]
– 10 ∠ 00 4 − j2
𝐼1 =
5 − j6 − (4 − j8)
[ ]
4 − j8 4 − j2
𝐼1 = 1,27 ∠ -86,92