Anda di halaman 1dari 7

TEGANGAN EFFECTIVE (RMS),

PEAK DAN PEAK-TO-PEAK

ELEKTRONIKA ANALOG (5TEMA)


Dosen: Mujahidin

Oleh:
Lina (1221011)

PRODI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM
DESEMBER 2014
Teoritikal

Tegangan dapat didefiniskan sebagai energi yang dibutuhkan untuk memindahkan satu
muatan listrik (sebesar 1 Coulomb) dari sebuah kutub ke kutub lainnya yang berbeda potensial.
Dengan kata lain tegangan adalah perbedaan potensial listrik antara dua titik dalam rangkaian
listrik, dan dinyatakan dalam satuan volt. Besaran ini mengukur energi potensial dari sebuah
medan listrik yang mengakibatkan adanya aliran listrik dalam sebuah konduktor listrik. Ada lima
cara untuk menyatakan nilai magnituda dari tegangan, yaitu:

1. Nilai Sesaat (instantaneous)


Nilai sesaat suatu tegangan atau arus adalah nilai tegangan atau arus pada
sembarang waktu peninjauan.

Gambar 1. Nilai Sesaat

Gambar 1 di atas menjelaskan berbagai titik sebagai fungsi waktu dari gelombang
sinus, tegangan (arus) mempunyai nilai sesaat. Nilai sesaat ini berbeda untuk titik-titik
yang berbeda sepanjang kurva. Nilai sesaat tegangan dan arus di simbolkan dengan huruf
kecil yaitu v dan i.

2. Nilai Maksimum (peak)


Nilai maksimum dari gelombang sinus adalah nilai tegangan (arus) pada
maksimum positif atau maksimum negatif terhadap titik nol. Untuk gelombang sinus
tertentu nilai peak adalah konstan dan dinyatakan dengan Vm dan Im.

Gambar 2. Nilai Maksimum


3. Nilai Puncak ke Puncak (peak-to-peak)
Nilai peak-to-peak dari gelombang sinus adalah tegangan atau arus dari peak
positif ke peak negatif. Bila dua nilai maksimum tersebut dijumlahkan disebut sebagai
nilai puncak-ke-puncak (peak-to-peak). Dengan demikian, nilai peak-to-peak selalu dua
kali dari nilai peak yang dinyatakan dalam persamaan berikut:

Vpp = 2 Vm atau Ipp = 2 Im

Gambar 3. Nilai Peak-to-Peak

4. Nilai Rata-Rata (average)


Nilai rata-rata dari gelombang sinus selalu bernilai nol, karena nilai positif saling
meniadakan dengan nilai negatif. Nilai rata-rata adalah total area setengah siklus kurva
dibagi dengan jarak kurva sepanjang sumbu horisontal dalam radian. Nilai rata-rata
ditentukan setengah siklus karena rata-rata untuk siklus penuh adalah nol.

5. Nilai Efektif (rms=root mean square)


Dalam rangkaian arus bolak-balik, baik tegangan maupun kuat arusnya berubah-
ubah secara periodik. Oleh sebab itu untuk penggunaan yang praktis diperlukan besaran
listrik bolak-balik yang tetap, yaitu harga efektif. Harga efektif arus bolak-balik ialah
harga arus bolak-balik yang dapat menghasilkan panas yang sama dalam penghantar yang
sama dan dalam waktu yang seperti arus searah. Daya yang dikirim oleh suplai ac setiap
saat adalah:
dengan menggunakan persamaan trigonometri berikut:

sehingga diperoleh daya AC berikut:

Daya rata-rata yang dikirim oleh sumber ac adalah suku pertama pada persamaan
dimana suku kedua adalah nol karena nilai rata-rata dari gelombang kosinus adalah nol.
Sehingga daya rata-rata yang dikirim oleh sumber ac adalah sama dengan sumber dc
sebagai berikut:

Hubungan antara nilai maksimum dan nilai efektif (rms) sebagai berikut:

Dengan cara yang sama diperoleh :

Praktikal

Sejauh ini kita tahu bahwa tegangan AC berubah-ubah polaritasnya dan arus AC
berubah-ubah arah arusnya. Dalam DC, dimana nilai tegangan dan arusnya secara umum adalah
konstan, adalah mudah untuk menyatakan nilai “tunggal” tegangannya. Tetapi dalam AC, kita
akan menemukan sedikit masalah saat akan menyatakan nilai arus atau tegangan dalam suatu
rangkaian.
Salah satu cara untuk menyatakan nilai AC, atau magnitudo (terkadang disebut juga
dengan amplitudo) dari suatu besaran AC adalah dengan mengukur tinggi puncak dari bentuk
gelombangnya. Nilai ini dikenal dengan peak atau crest dari gelombang AC.
Gambar 4. Nilai Peak

Cara lain untuk mengukur besar nilai AC adalah dengan mengukur tinggi total antara dua
puncak yang polaritasnya berlawanan. Atau lebih dikenal dengan nama nilai peak-to-peak (p-p)
dari gelombang AC.

Gambar 5. Nilai Peak-to-Peak

Hanya saja diantara kedua cara pengukuran magnitudo ini seringkali menimbulkan
ketidakakuratan saat membandingkan dua macam bentuk gelombang yang berbeda. Misalnya,
suatu gelombang kotak (square) yang mencapai puncak pada nilai 10 volt, tentu saja memiliki
nilai tegangan yang lebih besar dari pada gelombang segitiga (triangle) yang mempunyai puncak
10 volt juga. Kedua macam gelombang ini akan memberikan efek yang berbeda saat menyuplai
daya pada suatu beban. Penyerapan energi panas pada beban yang terhubung sumber tegangan
gelombang kotak lebih banyak dari pada beban yang terhubung dengan sumber tegangan
gelombang segitiga.

Gambar 6. Perbandingan penyerapan energi gelombang segitiga dan kotak


Salah satu cara untuk menyatakan amplitudo dari bentuk gelombang yang berbeda dalam
bentuk yang lebih ekivalen adalah dengan cara menghitung nilai rata-rata matematis dari semua
titik pada grafik gelombang tersebut menjadi nilai yang tunggal.
Pengukuran amplitudo seperti ini dikenal dengan nama nilai rata-rata (average) dari
gelombang AC. Apabila kita menghitung rata-rata pada semua titiik pada grafik itu secara aljabar
(tanda posistif dan negatifnya diperhitungkan juga) maka nilai rata-rata ini secara teknis
kebanyakan bernilai nol, karena semua titik yang bertanda positif akan saling mengurangi
dengan semua titik yang bertanda negatif dalam satu gelombang penuh.

Gambar 7. Nilai rata-rata

Nilai rata-rata yang sesungguhnya dari semua titik (dengan tetap memperhatikan
tandanya) adalah nol.
Luas daerah yang dilingkupi gelombang itu akan memiliki luasan yang sama antara
bagian luas yang berada diatas nilai/garis nol dengan luasan yang berada di bawah nilai/garis nol.
Tetapi, dalam pengukuran praktis pada suatu gelombang dinyatakan dalam nilai rata-rata
biasanya dinyatakan secara matematis tetapi nilai titik-titik yang diambil adalah nilai absolut
(semua nilai dianggap positif) dalam satu gelombang penuh. Ini berarti, gelombang tersebut
dianggap memiliki nilai-nilai yang positif semua seperti ditunjukkan pada gambar ini:

Gambar 8. Nilai rata-rata yang terbaca alat ukur, semua nilai dianggap bertanda positif

Alat ukur gerak mekanik yang tidak sensitif terhadap polaritas (alat ukur yang didesain
sehingga dapat merespon setengah siklus yang bernilai positif dan negatif secara sama pada
listrik AC) akan mampu membaca nilai rata-rata gelombang ini (rata-rata nilai yang absolut),
karena inersia dari jarum penunjuk akan melawan gaya pegas secara alami yang besarnya adalah
rata-rata dari nilai arus atau tegangan AC pada selang waktu tertentu. Sebaliknya, alat ukur gerak
mekanik yang sensitif terhadap polaritas akan menghasilkan pengukuran yang sia-sia apabila
digunakan untuk mengukur arus atau tegangan AC, jarum penunjuknya akan berosilasi secara
cepat disekitar angka nol, menunjukkan bahwa hasil pengukuran rata-ratanya sama dengan nol
(saat digunakan untuk mengukur gelombang AC yang simetris).
Metode lain untuk mendapatkan nilai rata-rata dari amplitudo suatu gelombang adalah
berdasarkan dari kemampuan gelombang untuk melakukan kerja yang berguna/efektif saat
dipasangkan pada suatu resistansi beban. Hanya saja pengukuran AC berdasarkan kerja yang
dapat dilakukan gelombang ini tidak sama seperti nilai “rata-rata” gelombang, karena
penyerapan daya oleh beban (kerja yang dilakukan per satuan waktu) tidak berbanding lurus
dengan magnitudo dari nilai arus dan tegangan pada beban itu. Tetapi, penyerapan daya oleh
beban itu berbanding lurus dengan kuadrat tegangan atau arus yang dipasangkan pada beban itu
(P = V2/R dan P = I2R).
Pengukuran amplitudo RMS adalah cara terbaik untuk menghubungkan nilai AC
terhadap nilai DC, atau hubungan antara berbagai macam gelombang AC, saat kita melakukan
pengukuran daya listrik. Untuk pertimbangan lain, terkadang pengukuran amplitudo secara peak-
to-peak (puncak ke puncak) lebih dibutuhkan. Misalkan, untuk menentukan ukuran kawat yang
tepat yang digunakan untuk mengkonduksikan daya listrik dari sumber menuju beban, lebih baik
menggunakan pengukuran nilai RMS, karena prinsip RMS berkaitan dengan arus yang dapat
memanaskan kawat (dissipasi daya ditentukan dari arus yang melewati resistansi kawat tersebut).
Namun, saat menentukan rating insulator yang akan digunakan pada peralatan AC bertegangan
tinggi, pengukuran nilai tegangan puncak (peak) lebih diprioritaskan, karena prinsip pengukuran
“puncak” ini berkaitan dengan nilai tegangan yang tidak bergantung dengan variabel waktu.
Pengukuran peak atau peak-to-peak mudah diterapkan apabila kita menggunakan
osiloskop, dimana alat ini dapat menangkap nilai puncak dari gelombang dalam keakuratan yang
tinggi karena kerja dari tabung cahaya-katoda nya yang cepat dalam merespon perubahan nilai
tegangan. Untuk pengukuran RMS, alat ukur analog seperti alat ukur gerak elektromekanik
(D’Arsonval, Weston, iron vane, elektrodinamometer) akan memberikan hasil pembacaan yang
telah dikalibrasikan dalam bentuk RMS. Karena inersia mekanik dan efek redaman pada meteran
gerak elektromekanik membuat simpangan pada jarum penunjuknya secara alamiah proporsional
dengan nilai rata-rata dari AC, bukan nilai RMS, alat ukur analog harus dikalibrasi secara khusus
(atau tanpa dikalibrasi, tergantung dari segi mana anda membacanya) untuk menampilkan nilai
tegangan atau arus AC dalam satuan RMS. Keakuratan dari kalibrasi ini bergantung dari bentuk
gelombang mana yang kita umpamakan, biasanya yang digunakan sebagai perumpamaan adalah
gelombang sinus.
Tegangan yang ditunjukkan pada meteran AC merupakan nilai RMS dari tegangan.
Dalam penggunaan sehari-hari, tegangan atau arus AC selalu diberikan dalam nilai RMS karena
ini memungkinkan perbandingan yang masuk akal yang harus dibuat dengan tegangan atau arus
DC stabil, seperti pada baterai.

Anda mungkin juga menyukai