No. Percobaan
Judul
Tanggal Percobaan
06 Januari 2014
Tanggal Penyerahan
20 Januari 2014
Nama Praktikan
NIM
1205061005
Kelas
TK-3B
Group
III ( TIGA )
Nama Partner
Instruktur
Nilai
Instruktur I
Instruktur 2
TUJUAN
1. Menentukan penguatan tegangan ( Av), penguatan arus (Ai) dan penguatan daya (Ap)
dari penguat CE.
2. Menentukan impedansi input (Zin) dan impedansin output (Zout) dari penguat CE.
3. Menentukan frekuensi respon serta lebar bidang frekuensi.
II.
DASAR TEORI
Penguat CE mempunyai impedansi input ( Zi ) lebih besar dari pada penguat CB dan
impedansi output ( Zo ) yang lebih kecil. Penguat arus ( Ai ) besar dan penguatan tegangan
( Av) relatif besar sehingga penguatan daya ( Ap ) lebih besar dari pada penguatn CB.
Besaran-besaran karakteristik dari penguat ini dapat dihitung dengan menggunakan
parameter h atau rangkaian ekivalen T.
Segala jenis penguat transistor beroperasi menggunakan input sinyal AC yang nilainya
bergantian antara positif dan negatif sehingga dibutuhkan cara untuk menyetel rangkaian
penguat agar bisa beroperasi di antara kedua nilai maksimum. Hal ini dapat dicapai melalui
sebuah proses yang disebut "biasing". Biasing sangat penting di dalam merancang sebuah
penguat karena dapat menghasilkan kondisi operasi yang tepat bagi transistor penguat untuk
menerima sinyal, serta mengurangi distorsi pada sinyal output.
Kita juga telah mengetahui bahwa garis beban statis atau DC dapat digambarkan ke
dalam kurva karakteristik output ini untuk menunjukkan segala kondisi operasi yang
mungkin bagi transistor mulai dari "aktif sepenuhnya" hingga "padam sepenuhnya" dan
hingga kondisi operasi diam atau titik Q amplifier dapat ditemukan. Tujuan penggunaan
amplifier sinyal lemah adalah untuk menguatkan semua sinyal input dengan jumlah distorsi
yang seminimal mungkin pada sinyal output. Dengan kata lain, sinyal output harus sama
persis dengan sinyal input dengan ukuran yang lebih besar karena penguatan.
Gambar 1
Gambar 1 memperlihatkan suatu penguat CE yang bekerja sebagai penguat sinyal
kecil pada frekuensi menengah. Transistor harus mendapat bias dalam daerah linear, yang
diberikan oleh tahanan R1,R2, dan R3.
Sebuah tahap yang ditunjukkan pada rangkaian penguat common emitter di atas
disebut sebagai "Bias Pembagi Tegangan".Pengaturan biasing jenis ini menggunakan dua
resistor sebagai sebuah jaringan pembagi potensial listrik dari sumber pembangkit dengan
titik tengah yang menyalurkan tegangan bias basis yang diperlukan ke transistor. Biasing
pembagi tegangan umumnya digunakan dalam merancang penguat transistor bipolar.
Metode biasing transistor ini sangat mengurangi pengaruh variasi Beta ( ) dengan menahan
bias basis pada nilai tegangan yang tetap sehingga menghasilkan stabilitas yang baik. Nilai
konstan tegangan bias ditentukan oleh jaringan pembagi potensial listrik yang dibentuk oleh
dua resistor (R1 dan R2) dan tegangan pembangkit (Vcc) sebagaimana yang ditunjukkan
dengan arus yang mengalir melalui kedua resistor.
Selanjutnya nilai tahanan total (RT) adalah sama dengan R1+R2 dengan arus i =
Vcc/RT. Level tegangan yang dihasilkan pada percabangan resistor R1 dan R2 menahan
nilai tegangan Basis (Vb) pada sebuah nilai yang tetap dibawah tegangan pembangkit. Maka
jaringan pembagi tegangan yang digunakan di dalam rangkaian amplifier common emitter
membagi sinyal input sesuai dengan perbandingan nilai tahanan. Tegangan bias acuan ini
dapat dihitung dengan mudah menggunakan rumus pembagi tegangan sederhana di bawah
ini:
III.
DIAGRAM RANGKAIAN
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3.
IV.
TUGAS PENDAHULUAN
4.
V.
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: secukupnya
: 4 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 3 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: I buah
: 1 buah
VI.
LANGKAH KERJA
1. Catu daya dalam keadaan mati, membuat rangkaian seperti dalam gambar 1.
2. Memeriksa kembali rangkaian, setelah benar melaporkan kepada instruktur.
3. Menghidupkan catu daya.
4. Ukurlah tegangan pada base, colector, dan emitter.
5. Aturlah generator sinyal pada gelombang sinus dengan frekuensi 1 Khz.
Hubungkan ke input rangkaian .
6. Amatilah outputnya dengan osiloskop.
7. Aturlah amplitude sinyal input, sehingga diperoleh amplitude maksimum yang
menghasilkan output tidak cacat.
8. Catalah nilai tegangan input dan output pada saat tersebut dan tentukanlah besarnya
penguatan tegangan ( Av ) seperti pada table 1.
9. Mematikan catu daya dan membuka kembali rangkaian.
10. Buatlah rangkaian sperti pada gambar 2.
11. Hubungkan generator sinyal ke input rangkaian dengan frekuensi 1 KHz pasanglah
osiloskop pada output.
12. Aturlah amplitude sinyal input, sehingga diperoleh amplitude maksimum yang
menghasilkan output tidak cacat.
13. Catalah nilai tegangan input dan output pada saat tersebut dan tentukanlah besarnya
penguatan tegangan ( Av ) seperti pada table 2.
14. Ukurlah tegangan pada titik B ( VB).
V B .10 k
V AV B
Z out=
V C .10 k
V SV C
VII.
FREKUENSI
(Hz)
Vin
( Volt)
Vout
( Volt)
Av
Ar ( dB )
100
0,035
0,06
1,7
4,6
150
0,023
0,054
2,3
7,2
200
0,02
0,046
2,3
7,2
250
0,019
0,042
2,2
6,8
300
0,018
0,041
2,2
6,8
350
0,018
0,040
2,2
6,8
400
0,017
0,039
2,2
6,8
1000
0,017
0,038
2,2
6,8
3000
0,016
0,036
2,2
6,8
10.000
0,015
0,033
2,2
6,8
30.000
0,015
0,032
2,2
6,8
40.000
0,015
0,03
2,2
6,8
50.000
0,014
0,028
60.000
0,014
0,025
1,7
4,6
65.000
0,014
0,023
1,6
70.000
0,014
0,021
1,6
75.000
0,014
0,018
1,5
3,5
80.000
0,011
0,015
1,2
1,5
100.000
0,010
0,013
1,3
2,2
VE = 0,11 V
AV = VOUT/ VIN
VB = 0,05 V
VC = 0,06 V
Ar = 20 LOG VOUT/VIN
VIII.