Anda di halaman 1dari 4

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR/1114-094/1-4

ANALISA TEGANGAN AC BIPOLAR JUNCTION TRANSISTOR


(E11)
Annisa Nurul Aini, Asrofi Khoirul Huda, Endarko
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: annisa@tantowi.com
AbstractHad been done an experiment titled
BJT DC Analysis which had a purposes to learn
characteristic of base configuration bipolar Junction
Transistor Common Base, Common Emitter, and
Common Collector. And the second purpose was to
analysis input and output signal. The principle of this
experiment is Alternating Current Voltage of Bipolar
Junction Transistor. From the output signal we had

got, We could analysis that signal of common base


has a graphic form as sinusoidal graphic, where the
voltage amplitude is bigger than current amplitude.
For common emitter signal, the graphic has a form
a negative sinusoidal, where the top of the hill of
current and voltage have a big value. And for
common collector signal, voltage graphic has a form
a cosines graphic and current has negative
sinusoidal graphic.
KeywordsCommon
Base,
Collector, Common Emitter, Transistor
I.

Common

PENDAHULUAN

alam kehidupan sehari-hari, kita tidak pernah

terlepas dari rangkaian elektronika. Mulai dari televisi,


kulkas, kipas angin, dan lain sebagainya. Peralatan
elektronika itu sendiri bergantung pada sebuah piranti
bernama transistor. Transistor merupakan piranti kecil
yang memiliki kemampuan untuk menguatkan sinyal.
Oleh karena itu, dilakukanlah percobaan ini agar dapat
mengetahui karakteristik konfigurasi dasar Bipolar
Junction Transistor common Base, common Emitor
dan common Collector, serta menganalisa sinyal input
dan output.
Cara Kerja Transistor cukup menarik untuk
dibahas, karena macam dan fungsinya yang unik.
Secara harfiah sendiri transistor merupakan gabungan
dari dua kata yaitu transfer dan resistor yang dapat
diartikan secara bebas sebagai pengalir arus atau
pengatur aliran arus. Triode merupakan istilah yang
memiliki arti tiga elektroda, dan didalam resistor
sendiri memang memiliki tiga elektroda tersebut, yaitu
basis atau dasar, emitor atau pemancar dan kolektor
atau pengumpul. Transistordapat mengalirkan arus
listrik atau juga menguatkan tegangan dikarenakan
memiliki ketiga elektroda tersebut. Fungsi lain dari
transistor adalah sebagai saklar pemutus dan
penyambung aliran listrik ketika pada dasar atau basis
diberikan arus yang sangat besar. untuk cara kerja dari
transistor sendiri tergantung dari transistor jenis apa
yang digunakan[1].

Gambar 1. Skema Kerja Transistor.

Pada dasarnya transistor ada dua jenis atau


tipe dari transistor. Ada transistor BJT atau bipolar
junction transistor atau juga lebih dikenal dengan
istilah transistor bipolar dan transistor FET atau field
effect transistor atau juga lebih dikenal dengan istilah
transistor effect. Berikut cara kerja transistor BJT.
Sesuai dengan namanya transistor bipolar (BJT)
menggunakan dua polaritas yang membawa muatan
untuk membawa arus listrik pada kanal produksinya.
Di dalam transistor bipolar (BJT) juga terdapat suatu
lapisan pembatas yang dinamakan depletion zone, yang
pada akhirnya setiap arus listrik yang akan masuk akan
melewati pembatas tersebut dan terbagi karena adanya
depletion zone ini[2].
Transistor effect (FET) Sedikit berbeda
dengan cara kerja pada transistor bipolar. Dimana pada
transistor effect (FET) ini hanya menggunakan satu
jenis polaritas atau pembawa muatan arus listrik. Hal
ini jelas berbeda dengan transistor bipolar yang
memiliki dua polaritas pembawa muatan. Untuk
transistor effect (FET), arus yang masuk tidak akan
terbagi menjadi dua aliran seperti pada transistor
bipolar. Karena posisi letak depletion zone dari resistor
effect terdapat di kedua sisi bukan berada di tengahtengah. Sebenarnya untuk tipe atau jenis transistor dari
BJT dan FET sendiri sama saja fungsinya, yang
membedakan adalah dari cara kerja transistornya saja.
semoga pembahasan kali ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca[2].
Transistor merupakan salah satu komponen
terpenting dalam sebuah produk elektronika, hampir

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR/1114-094/1-4


semua produk Elektronika menggunakannya sebagai
Penguat sinyal, Saklar dan Penggerak atau driver.
Dalam merangkai sebuah Transistor, terutama pada
Transistor bipolar yang memiliki 3 terminal kaki ini
terdapat 3 jenis rangkaian konfigurasi dasar yang
digunakan. Ketiga jenis Konfigurasi dasar tersebut
diantaranya adalah Common Base (Basis Bersama),
Common Collector (Kolektor Bersama) dan Common
Emitter (Emitor Bersama). Nama Common atau
bersama ini menunjukan kaki terminal yang dipakai
bersama untuk INPUT (masukan) atau OUTPUT
(keluaran). Setiap konfigurasi memiliki respon yang
berbeda-beda
terhadap
sinyal
Input
dalam
rangkaiannya. Berikut ini adalah ketiga konfigurasi
Transistor yang dimaksud[3].

Gambar 2. Tiga Konfigurasi Transistor.

Seperti namanya, yang dimaksud dengan


Konfigurasi Common Base (CB) atau Basis Bersama
adalah konfigurasi yang kaki Basis-nya di-ground-kan
dan digunakan bersama untuk INPUT maupun
OUTPUT. Pada Konfigurasi Common Base, sinyal
INPUT dimasukan ke Emitor dan sinyal OUTPUTnya diambil dari Kolektor, sedangkan kaki Basis-nya
di-ground-kan. Oleh karena itu, Common Base juga
sering disebut dengan istilah Grounded Base .
Konfigurasi Common Base ini menghasilkan
Penguatan Tegangan antara sinyal INPUT dan sinyal
OUTPUT namun tidak menghasilkan penguatan pada
arus[3].
Konfigurasi Common Collector (CC) atau
Kolektor Bersama memiliki sifat dan fungsi yang
berlawan dengan Common Base (Basis Bersama).
Kalau pada Common Base menghasilkan penguatan
Tegangan tanpa memperkuat Arus, maka Common
Collector ini memiliki fungsi yang dapat menghasilkan
Penguatan Arus namun tidak menghasilkan penguatan
Tegangan. Pada Konfigurasi Common Collector, Input
diumpankan ke Basis Transistor sedangkan Outputnya
diperoleh dari Emitor Transistor sedangkan Kolektornya di-ground-kan dan digunakan bersama untuk
INPUT maupun OUTPUT. Konfigurasi Kolektor
bersama (Common Collector) ini sering disebut juga
dengan Pengikut Emitor (Emitter Follower) karena
tegangan sinyal Output pada Emitor hampir sama
dengan tegangan Input Basis[3].

Konfigurasi Common Emitter (CE) atau


Emitor Bersama merupakan Konfigurasi Transistor
yang paling sering digunakan, terutama pada penguat
yang membutuhkan penguatan Tegangan dan Arus
secara bersamaan. Hal ini dikarenakan Konfigurasi
Transistor dengan Common Emitter ini menghasilkan
penguatan Tegangan dan Arus antara sinyal Input dan
sinyal Output. Common Emitter adalah konfigurasi
Transistor dimana kaki Emitor Transistor di-groundkan dan dipergunakan bersama untuk INPUT dan
OUTPUT. Pada Konfigurasi Common Emitter ini,
sinyal INPUT dimasukan ke Basis dan sinyal
OUTPUT-nya diperoleh dari kaki Kolektor[3].
II.
METODOLOGI
A. Alat
Pada percobaan BJT DC Analisis ini, dibutuhkan
beberapa peralatan berupa power supply, osiloskop,
resistor, kapasitor, dan sinyal generator AC. Power
supply berfungsi sebagai sumber tegangan. Osiloskop
berfungsi sebagai penampil grafik hasil rangkaian
sirkuit. Resistor berfungsi sebagai penghambat arus.
Kapasitor berfungsi sebagai penghalus ripple pada
grafik dalam osiloskop. Dan sinyal generator AC yang
berfungsi sebagai pembangit arus bolak-balik.
B. Rangkaian Alat
Setelah alat-alat pada sub-bab A di atas disiapkan,
alat-alat tersebut selanjutnya dirangkai seperti pada
gambar 3 di bawah ini.

Gambar 3. Rangkaian Alat Percobaan Analisa BJT AC.

C. Langkah Kerja
Hal pertama yang harus dilakukan untuk memulai
percobaan ini yaitu, alat dan bahan disiapkan.
Selanjutnya, peralatan dirangkai sesuai skema
rangkaian seperti pada gambar 3 yang merupakan
rangkaian common colector. Lalu sumber tegangan AC
dinyalakan dan diukur sumber tegangan yang
digunakan. Langkah ketiga adalah, sinyal yang
terbentuk pada osiloskop diamati. Kemudian,
dilakukan percobaan untuk rangkaian common base
dan common emitter.

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR/1114-094/1-4


Untuk mempermudah langkah kerja, prosedurprosedur diringkas menyerupai flowchart pada gambar
4 di bawah ini.
Start
Alat-alat disiapkan dan dirangkai
seperti pada gambar 3.
Gambar 7. Sinyal Output Rangkaian Common Collector.

Sumber tegangan dinyalakan dan


diukur.
Sinyal yang terbentuk pada osiloskop
dinamai.

Variasi
Common.

Ya

Tidak
End
Gambar 4. Flowchart pada Percobaan BJT DC Analisis.

III.
PEMBAHASAN
A. Hasil
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatlah
hasil berupa sinyal-sinyal yang terbentuk pada
osiloskop. Berikut gambar dari grafik-grafik tersebut
masing-masing grafik pada rangkaian common base,
rangkaian common emitter, serta rangkaian common
collector.

Gambar 5. Grafik Sinyal Output Rangkaian Common Base.

Gambar 6. Grafik Sinyal Output Rangkaian Common Emitter.

B. Pembahasan
Percobaan Analisis Tegangan BJT AC ini
bertujuan untuk mengetahui karakteristik konfigurasi
dasar Bipolar Junction Transistor common Base,
common Emitor dan common Collector, serta
menganalisa sinyal input dan output. Percobaan ini
berprinsip pada tegangan AC BJT. Pada percobaan
BJT DC Analisis ini, dibutuhkan beberapa peralatan
berupa power supply, osiloskop, resistor, kapasitor, dan
sinyal generator AC. Power supply berfungsi sebagai
sumber tegangan. Osiloskop berfungsi sebagai
penampil grafik hasil rangkaian sirkuit. Resistor
berfungsi sebagai penghambat arus. Kapasitor
berfungsi sebagai penghalus ripple pada grafik dalam
osiloskop. Dan sinyal generator AC yang berfungsi
sebagai pembangit arus bolak-balik.
Hal pertama yang harus dilakukan untuk memulai
percobaan ini yaitu, alat dan bahan disiapkan.
Selanjutnya, peralatan dirangkai sesuai skema
rangkaian seperti pada gambar 3 yang merupakan
rangkaian common colector. Lalu sumber tegangan AC
dinyalakan dan diukur sumber tegangan yang
digunakan. Langkah ketiga adalah, sinyal yang
terbentuk pada osiloskop diamati. Kemudian,
dilakukan percobaan untuk rangkaian common base
dan common emitter.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak pernah
terlepas dari rangkaian elektronika. Mulai dari televisi,
kulkas, kipas angin, dan lain sebagainya. Peralatan
elektronika itu sendiri bergantung pada sebuah piranti
bernama transistor. Transistor merupakan piranti kecil
yang memiliki kemampuan untuk menguatkan sinyal.
Dan piranti tersebut memiliki tiga macam konfigurasi,
yaitu common base, common emitter, dan common
collector.
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat
diketahui bahwa karakteristik konfigurasi awal dari
common base adalah kaki base disambung ke ground
dan berfungsi sebagai input maupun output. Pada
konfigurasi ini, sinyal input dimasukkan ke emitter,
sedangkan sinyal output diambil collector. Sehingga,
konfigurasi ini menghasilkan penguat tegangan, namun
bukan penguat arus. Sehingga, dari sinyal keluaran
yang didapatkan, dapat diamati bahwa sinyal dari
common base berbentuk grafik sinusoidal di mana
amplitudo tegangan lebih besar dari amplitudo arus.
Sedangkan konfigurasi awal common emitter, kaki
emmiter disambungkan dengan ground di mana
inputnya dimiliki basis dan outputnya dimiliki
collector. Karena kaki emitter di-ground-kan, maka
emitter memiliki fungsi sebagai pusat input dan output,

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR/1114-094/1-4


di mana pada sinyal keluaran rangkaian common
emmiter membentuk grafik sinusoidal negatif dengan
puncak arus maupun tegangan memiliki nilai yang
besar. Hal ini
berarti bahwa common emitter
menghasilkan penguat arus dan penguat tegangan.
Dan pada common collector, kaki collector
disambungkan dengan ground yang mana collector
berfungsi sebagai input dan output. Input pada
konfigurasi ini diumpankan ke base dan outputnya ke
emitter. Konfigurasi ini kebalikan dari konfigurasi
common base. Di mana pada konfigurasi common
collector
menghasilkan
penguat
arus
tanpa
menghasilkan penguat tegangan. Dan untuk sinyal
common collector, tegangan membentuk grafik cosinus
dan arus membantuk grafik sinusoidal negatif, dan
grafik arus mendahului.
IV.
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik
kesimpulan bahwa karakteristik konfigurasi awal dari
common base adalah kaki base disambung ke ground.
Sedangkan konfigurasi awal common emitter kaki
emmiter disambungkan dengan ground. Dan pada
common collector, kaki collector disambungkan
dengan ground. Dari sinyal keluaran yang didapatkan,
dapat diamati bahwa sinyal dari common base
berbentuk grafik sinusoidal di mana amplitudo
tegangan lebih besar dari amplitudo arus. Untuk sinyal
common emmiter membentuk grafik sinusoidal negatif
di mana puncak arus maupun tegangan memiliki nilai
yang besar. Dan untuk sinyal common collector,
tegangan membentuk grafik cosinus dan arus
membantuk grafik sinusoidal negatif, dan grafik arus
mendahului.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada Asrofi Khoirul Huda
selaku asisten laboratorium yang bersedia membagi
ilmunya kepada kelompok 5. Terima kasih pula kepada
Bapak Endarko selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing kami untuk mempelajari Elektronika
Dasar lebih dalam lagi. Dan terima kasih untuk temanteman satu kelompok, Silvia, Haidar, Levina, Azmi,
Firsta, Doni, Herliansyah, Ryan, dan Yishar, yang
bersedia membantu dalam menyelesaikan laporan.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]

Riedel, Nelsson,Electric Circuits 9th Edition, Pearson. New


Jersey(2011)
Charles K.Alexander, Matthew N. O. Sadiku, Fundamental of
Electric Circuit, McGraw-Hill Companies. New York (2009)
Budianto,Joko,Panduan
Rangkaian
Elektronika,Citra
Grafika. Surakarta(1994)

Anda mungkin juga menyukai