Anda di halaman 1dari 6

PRAKTIKUM FISIKA MODERN/ANNISA NURUL AINI/1114-094

Konstanta Planck
Annisa Nurul Aini, M. Afif Ismail & Alfian Putra S, Eddy Yahya
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: annisa@tantowi.com
AbstrakTelah dilakukan percobaan berjudul
Konstanta Planck yang berprinsi pada efek fotolistrik.
Percobaan ini bertujuan uuntuk menentukan nilai
Konstanta Planck dan nilai fungsi kerja. Dari percobaan
yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa
nilai Konstanta Planck (h) sebesar 3,2 10 -34 Js dan nilai
fungsi kerja (W) adalah -0,566 J.
Keywords- Efek Fotolistrik, Fungsi Kerja,
Radiasi Planck, Stopping Potential.

I.

PENDAHULUAN

alam kehidupan sehari-hari, cahaya merupakan


kebutuhan pokok setiap individu. Setiap rumah pasti
memerlukan cahaya untuk memermudah penglihatan
dan pekerjaan. Entah cahaya lampu atau cahaya lilin,
keduanya sangat berguna bagi manusia. Tanpa kita
sadari, cahaya memiliki sifat dualism atau dapat
bertindak sebagai gelombang dan partikel. Sebagai
partikel yang sangat berguna, ternyata cahaya terdiri
dari foton yang memiliki energi.

Gambar 1. Pengamatan Eksperimental Efek Fotolistrik.

Seperti yang kita tahu, apabila suatu bahan


semikonduktor dikenai cahaya, maka akan timbul efek
fotolistrik. Efek fotolistrik ini dipengaruhi beberapa
faktor. Faktor-faktor tersebut adalah Konstanta Planck
dan Fungsi Kerja. Oleh karena itu, dilakukanlah
percobaan ini agar dapat menentukan nilai Konstanta
Planck dan Fungsi Kerja suatu material.
Mendekati abad ke-20, berbagai rangkaian
eksperimen menyatakan bahwa elektron dipancarkan
dari permukaan logam jika cahaya yang frekuensinya
cukup tinggi, jatuh pada permukaan logam tersebut.
Tetapi, agar elektron tersebut dapat memancar,
diperlukan cahaya ultraviolet untuk hampir semua jenis
logam, kecuali logam Alkali. Gejala ini dikenal sebagai
Efek Fotolistrik. Ilustrasi jenis alat yang digunakan
pada eksperimen tersebut diilustrasikan pada gambar
1.1 di bawah ini[1].
Gambar di atas menggambarkan adanya
tabung yang divakumkan yang berisi dua elektrode
yang dihubungkan dengan rangkaian eksternal, dengan
keping logam yang permukaannya mengalami radiasi
digunakan sebagai anode. Sebagian dari elektrosfoto

yang muncul dari permukaan yang mengalami viadiasi


mempunyai energi yang cukup untuk mencapai katode
walaupun muatannya negatif, dan elektron serupa
tersebut membentuk arus yang dapat diukur ammeter
dalam rangkaian itu. Ketika potensial perintang V
ditambah, lebih sedikit elektron yang mencapai katode
dan arusnya menurun. Akhirnya, ketika V sama dengan
atau melebihi suatu harga Vo yang besarnya dalam
orde beberapa volt, tidak ada elektron yang mencapai
katode dan arusnya terhenti[1].
Tidak mengherankan jika efek fotolistrik ini
terjadi. Mengingat bahwa gelombang cahaya
membawa energi, dan sebagian energi yang diserap
oleh logam dapat terkonsentrasi pada elektron tertentu
dan muncul kembali sebagai energi kinetik. Jika
diperiksa lebih teliti, akan didapatkan bahwa efek
fotolistrik tidak dapat ditafsirkan sedemikian
sederhana[1].
Salah satu sifat yang khususnya menimbulkan
pertanyaan pengamat ialah distribusi energi elektron
yang dipancarkan (fotoelektron), ternyata tidak
bergantung pada intensitas cahaya. Berkas cahaya yang
kuat menghasilkan fotoelektron lebih banyak daripada
berkas yang lemah yang berfrekuensi sama, tetapi
energi elektron rata-rata sama saja. Dan juga dalam
batas ketelitian eksperimen (10-9 s), tak terdapat
kelambatan waktu antara datangnya cahaya pada
permukaan logam dan terpancarnya elektron.
Pengamatan serupa itu tidak dapat dimengerti dengan
memakai teori elektromagnetik cahaya[1].
Apabila ditinjau cahaya yang jatuh pada
permukaan zat Natrium dalam peralatan seperti pada
gambar 1.1, arus fotolistrik terdeteksi jika energi
elektromagnetik 10-6 W/m2 terserap oleh permukaan.
Ada 1019 atom pada selapis Natrium setebal 1 atom
yang luasnya 1 m2, sehingga jika kita anggap cahaya
datang diserap ada lapisan teratas dari atom-atom
Natrium, masing-masing atom menerima energi ratarata dengan laju 10-25 W. Pada laju ini, 1,6 106 s atau
sekitar dua minggu diperlukan oleh sebuah atom untuk
mengumpulkan sekitar 1eV energi yang biasa dimiliki
fotoelektron, dan jika kita memasukkan beberapa
elektronvolt yang dierlukan untuk menarik elektron
keluar dari permukaan Natrium, waktu yang diperlukan
menjadi sekitar dua bulan. Dalam waktu maksimum
yang diperbolehkan 10-9 s, teori elektromagnetik
menyatakan bahwa atom Natrium rata-rata hanya
mengumpulkan 10-5 eV untuk diberikan pada satu
elektronnya[1].
Sama anehnya bila dipandang dari teori
gelombang, bahwa energi fotoelektron bergantung
pada frekuensi cahaya yang dipakai. Pada frekuensi di
bawah
frekuensi
kritis
yang
merupakan
karakteristikdari masing-masing logam, tidak terdapat
elektron apapun yang dipancarkan. Di atas frekuensi

PRAKTIKUM FISIKA MODERN/ANNISA NURUL AINI/1114-094


ambang ini, fotoelektron memiliki selang energi dari
nol sampai suatu harga maksimum tertentu, dan harga
maksimum ini bertambah secara linier terhadap
frekuensi. Frekuensi yang lebih tinggi menghasilkan
energi fotoelektron yang lebih tinggi pula. Jadi, cahaya
biru yang lemah menimbulkan elektron dengan energi
yang lebih tinggi daripada yang ditimbulkan oleh
cahaya merah yang kuat, walaupun cahaya merah
menghasilkan jumlah yang lebih besar. Hubungan
antara energi maksimum (Kmaks) dan frekuensi ()
mengandung tetapan pembanding yang dapat
ditetapkna dalam persamaan
(1)
Di mana vo menyatakan frekuensi ambang, di bawah
frekuensi tersebut tidak terdapat pancaran foton, serta h
menyatakan tetapan. Harga h akan selalu sama
meskipun harga vo selalu berubah untuk logam
berlainan yang disinari[1].
Satu hal dari sederetan ironi-ironi dari sejarah
ilmu pengetahuan, adalah saat eksperimen terkenal
milikHeinrich Hertz pada 1887 menghasilkan dan
dapat mendeteksi gelombang elektromagnetik. Selain
itu, Hertz mampu menkonfirmasi teori gelombang
Maxwell, serta menemukan efek fotolistrik, yang
secara langsung mampu mendasari bahwa partikel
adalah komposisi dari cahaya. Penemuan yang tak
terduga ini mengganggu Hertz karena bercampur aduk
dengan percobaan utamanya. Tetapi Hertz lebih
memilih untuk mendalami penemuannya ini hingga
dipublikasikan setahun kemudian. Pada percobaannya
tersebut, ditemukan partikel negatif yang mengalir dari
permukaan logam yang bersih saat lampu disinarkan.
P. Lenard pada 1900, mendefleksikan partikel-partikel
tersebut dalam medan magnet dan menemukan bahwa
mereka memiliki perbandingan muatan terhadap massa
dari titik yang sama yang telah diukur oleh Thomson.
Dan partikel yang mengalir tersebut adalah elektron[2].
Seperti pada gambar 1.1, apabila sinar datang
di atas permukaan logam yang bersih, maka elektronelektron akan mengalir. Apabila beberapa elektron
tersebut mencapai anode B, maka jumlah elektron yang
mencaai anode B tersebut dapat ditingkatkan dan
diturunkan bergantung dari anode dan katode. Dengan
V adalah beda potensial antara katoda dan anoda, saat
V positif, elektron bergerak ke anoda. Saat V berada
pada nilai yang besar, seluruh elektron mengalir ke
anoda dan arus berada pada nilai maksimum. Lenard
mengobservasi bahwa arus yang bernilai maksimum
sebanding dengan intensitas cahaya. Ini adalah hasil
yang sudah diduga sejak penggandaan energi per
satuan waktu yang datang di atas katoda yang
digandakan jumlahnya dari elektron yang mengalir.
Intensitas cahaya terlalu lemah untuk menangung
elektron-elektron dengan energi yang cukup kuat untuk
melepaskan diri dari logam dan seharusnya jumlahnya
tidak ada emisi untuk elektron. Saat V bernilai negatif,
elektron dipindah dari anoda. Hanya elektron-elektron
dengan energi kinetik awal sebesar
yang lebih besar
dari e|V| yang dapat mencapai anode. Potensial Vo
disebut potensial penghenti, yang memiliki hubungan
dengan energi kinetik seperti persamaan (2) di bawah
ini.

(2)
Hasil dari eksperimen menunjukkan bahwa Vo tidak
tergantung dari intensitas cahaya datang, cukup
mengejutkan. Meningkatkan energi pada katode tidak
meningkatkan energi kinetik pada elektron yang
mengalir. Pada 1905, Einstein menyatakan bahwa
energi kinetik maksimum yag meninggalkan
permukaan logam akan memenuhi persamaan (3) di
bawah ini.
(3)
Di mana f adlah frekuensi, yang mana

harus

sebanding dengan . Hal ini menunjukkan potensial


penghenti (Vo) bergantung pada frekuensi (f)[2].
Teori elektromagntik dapat menerangkan
banyak sekali teori. Namun teori fotolistrik tidak dapat
diterangkan dengan teori elektromagnetik ini. Hingga
akhirnya Eistein angkat bicara dengan mengusung
pengertian radikal oleh Max Planck. Ketika itu Planck
mencoba menerangkan radiasi karakteristik yang
dipancarkan oleh benda mampat. Dikenalinya pijaran
dari sepotong logam yang menimbulkan cahaya
tampak, tetapi panjang gelombang lain yang tak terlihat
mata juga menimbulkan cahaya tampak. Sebuah benda
tidak perlu sangat panas untuk bisa memancarkan
gelombang
elektromagnetik.
Semua
benda
memancarkan energi seperti itu secara kontinu tidak
peduli berapapun temperaturnya. Pada temperatur
kamar sebagian besar radiasinya terdapat pada bagian
inframerah pada spektrum, sehingga tidak terlihat.
Planck dapat menurunkan rumus yang dapat
menerangkan radiasi sektrum ini (yaitu kecerahan
relatif dari berbagai panjang gelombang yang ada)
sebagai fungsi dari temperatur dari benda yang
meradiasikannya kalau ia menganggap bahwa radiasi
yang dipancarkan terjadi secara tak malar (diskontinu),
dipancarkan dalam caturan kecil, suatu anggapan yang
sangat asing dalam teori elektromagnetik. Catuan ini
disebut kuanta. Planck mendapatkan bahwa kuanta
yang berpautan dengan frekuensi tertentu v dari cahaya
semuanya harus berenergi sama dan bahwa energi ini,
E berbanding lurus dengan v menjadi.
(4)
Persamaan di atas disebut persamaan energi kuantum
dengan h adalah Tetapan Planck seharga 6,626 10-34
Js[3].
Ketika ia harus menganggap bahwa energi
elektromagnetik yang dirasiasikan oleh benda timbul
secara
terputus-putus,
Planck
tidak
pernah
menyangsikan bahwa penjalarannya melalui ruang
merupakan gelombang elektromagnetik yang malar.
Einstein mengusulkan bukan saja cahaya dipancarkan
menurut suatu kuantum pada suatu saat, tetapi juga
menjalar menurut kuanta individual seperti yang
tertulis ada persamaa (1) di mana Kmaks adalah energi
fotoelektron maksimum, hv adalah isi energi dari
masing-masing kuantum cahaya datang, dan hvo adalah
energi minimum yang diperlukan untuk melepaskan
sebuah elektron dari permukaan logam yang disinari.
Harus ada energi minimum yang diperlukan oleh
elektron untuk melepaskan diri dari permukaan logam,
jika tidak demikian, tentu elektron akan terlepas

PRAKTIKUM FISIKA MODERN/ANNISA NURUL AINI/1114-094


walaupun tidak ada cahaya datang. Energi hvo
merupakan karakteristik dari permukaan itu, dan
disebut fungsi kerja. Sehingga, fungsi kerja dapat
dirumuskan sebagai
(5)
Dengan persamaan frekuensi

[3]

II.
METODOLOGI
A. Alat
Peralatan yang digunakan pada percobaan ini
adalah Plancks Constant Experiment Apparatus,
power supply 220 V, dan filter warna merah, kuning,
hijau, dan biru. Pada Plancks Constant Experiment
Apparatus terdapat delapan buah tombol yang memiliki
fungsi masing-masing. Tombol-tombol tersebut adalah
zero Adj yang berfungsi sebagai pengkalibrasi alat.
Gain ADJ yang berfungsi sebagai tombol yang
memperkuat arus. Sensitivity untuk memberikan
variasi sensitivitas, di mana semakin kecil sensitivitas,
cahaya akan semakin mudah dideteksi dan lebih
diteliti. Light ADJ untuk memberi variasi intensitas
cahaya, di mana terdapat empat variasi intensitas. Ada
pula INT/EXT yang berfungsi untuk membaca filter
warna. Measure/calibration untuk mengukur atau
mengkalibrasi. Tombol power untuk menghidupkan
atau mematikan alat. Dan Anode Voltage ADJ yang
berfungsi untuk mengenolkan arus dan mengukur besar
tegangan. Power supply berfungsi sebagai sumber
tegangan, dan filter warna berfungsi sebagai pemfilter
sumber warna cahaya yang sesuai dengan filternya.
B. Skema Kerja
Peralatan-peralatan pada sub bab A di atas,
terlebih dahulu harus dirangkai seperti pada gambar 2
di bawah ini sebelum digunakan.

Langkah keenam yaitu light adjusting dial diputardan


nilai arus dicatat. Langkah ketujuh yaitu nodic voltage
adjusting diputar ke kanan hingga ampermeter
menunjukkan angka nol dan tegangan dicatat. Dan
langkah yang terakhir adalah percobaan diulang dari
langkah pertama hingga ketujuh dengan menggunakan
filter dan intensitas yang berbeda, dan hasilnya dicatat.

Start

Peralatan disiapkan.
Peralatan dirangkai seperti gambar 1
serta ampermeter dan voltmeter dalam
posisi nol.
Alat dihubungkan dengan power supply
dan dinyalakan.
Posisi meas dan inter diatur.
Filter warna dimasukkan pada folter dan
ditutup kembali.
Light adjusting dial diputar dan nilai
arus dicatat.
Nodic voltage adjusting diputar dan nilai
tegangan ditentukan.

Diukur dengan
filter dan
intensitas berbeda
berbeda

Ya

Tidak
End
Gambar 3. Flowchart Percobaan Planck.
Gambar 2. Skema Alat Percobaan Planck.

C. Langkah Kerja
Langkah pertama yang harus dilakukan pada
percobaan ini adalah semua alat dan bahan disiapkan.
Langkah kedua yaitu peralatan dirangkai seperti pada
gambar 2 di atas serta ampermeter dan voltmeter pada
Plancks constant experiment apparatus dipastikan nol.
Langkah ketiga yaitu, alat dihubungkan pada tegangan
listrik AC 220 Volt, dan dinyalakan dengan memutar
power switch pada on. Langkah keempat,
measure/calibration diatur pada posisi measure serta
inter/exter diatur pada posisi inter. Selanjutnya, filter
warna dimasukkan pada folter dan ditutup kembali.

Setelah dilakukan percobaan, dan didapatkan


beberapa data berupa arus dan tegangan, selanjutnya
dilakukanlah
perhitungan
untuk
mendapatkan
frekuensi, Kontanta Planck, dan fungsi kerja. Berikut
persamaan-persamaan yang digunakan, dimulai dari
persamaan untuk mencari nilai frekuensi pada
persamaan (6).
(6)
(7)
Di mana b adalah nilai yang sama dengan fungsi kerja
(w) dan a akan digunakan untuk menentukan nilai
Kontanta Planck menggunakan persamaan (8) di
bawah ini.

PRAKTIKUM FISIKA MODERN/ANNISA NURUL AINI/1114-094


(8)
Dengan e adalah muatan elektron yang memiliki nilai
1,6 10-19 eV.
III.

Intensitas 2

ANALISA DATA DAN


PEMBAHASAN
V (Vot)

A. Analisa Data
Setelah percobaan selesai dilakukan, akan
didapatkan beberapa data berupa arus dan tegangan
berdasarkan intensitas pada masing-masing filter warna
yang digunakan. Berikut data-data tersebut disajikan
pada tabel 1 di bawah ini.

1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0

Tabel 1. Data Hasil Percobaan Planck.

Intensitas

Merah

Kuning

Hijau

Biru

I (A)

(nm)

V (V)

17

0.31

23

0.48

28

0.6

31

0.8

30

0.3

45

0.42

54

0.48

60

0.51

30

0.55

47

0.42

58

0.7

70

0.82

30

0.75

55

71

1.1

85

1.15

5E+14

1E+15

f (Hz)
Grafik 2. Grafik antara Tegangan dan Frekuensi pada Intensitas 2.

675

Intensitas 3
1.5
575

V(Volt)

Warna

y = 2E-15x - 0.7051
R = 0.5953

y = 2E-15x - 0.6225
R = 0.7119

1
0.5
0

525

5E+14

1E+15

f (Hz)
. Grafik 3. Grafik antara Tegangan dan Frekuensi pada Intensitas 3.

450

Intensitas 4
1.5
V (Volt)

B. Grafik
Setelah didapatkan data-data berupa arus dan
tegangan seperti pada tabel 1 di atas, dibuatlah grafik
antara tegangan dengan frekuensi. Untuk mendapatkan
frekuensi, dihitungan menggunakan persamaan (6)
dengan panjang gelombang () ditentukan menurut
sumber yang terpercaya. Berikut grafik-grafik yang
didapatkan menurut intensitas.

5E+14
f (Hz)

C. Perhitungan
Setelah data dan grafik didapatkan, dilakukanlah
perhitungan untuk mendapatkan nilai Konstanta Planck
(h) dan nilai fungsi kerja (W). Berikut masing-masing
contoh perhitungan untuk mencari besar Konstanta
Planck, fungsi kerja, serta error pada nilai Kontanta
Planck menggunakan intensitas 1.

y = 2E-15x - 0.71
R = 0.8684

0.4
0.2
0
0

5E+14

1E+15

Grafik 4. Grafik antara Tegangan dan Frekuensi pada Intensitas 4.

0.8
V (Volt)

0.5
0

Intensitas 1
0.6

y = 2E-15x - 0.2262
R = 0.4563

1E+15

f (Hz)
Grafik 1. Grafik antara Tegangan dan Frekuensi pada Intensitas 1.

y
W
h

=
=
=
=
=
=
=

ax+b
2 10-15x-0,71
b
-0,71 J
ae
2 10-15 1,6 10-19
3,2 10-34 Js

PRAKTIKUM FISIKA MODERN/ANNISA NURUL AINI/1114-094


Error

=
=
=

51,51%

Berikut hasil perhitungan disajikan dalam


tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Hasil Perhitungan Data Percobaan Planck.

Intensitas

Warna

h (Js)

W (J)

Error
(%)

3.2E-34

-0.71

51.5152

3.2E-34

-0.7051

51.5152

3.2E-34

-0.6225

51.5152

3.2E-34

-0.2262

51.5152

3.2E-34

-0.566

51.5152

Merah
1

Kuning
Hijau
Biru
Merah

Kuning
Hijau
Biru
Merah

Kuning
Hijau
Biru
Merah

Kuning
Hijau
Biru
Rata-rata

D. Pembahasan
Telah dilakukan percobaan Konstanta Planck yang
berprinsi pada efek fotolistrik. Percobaan ini bertujuan
uuntuk menentukan nilai Konstanta Planck dan nilai
fungsi kerja. Percobaan ini memerlukan beberapa
peralatan seperti Plancks Constant Experiment
Apparatus, power supply 220 V, dan filter warna
merah, kuning, hijau, dan biru. Pada Plancks Constant
Experiment Apparatus terdapat delapan buah tombol
yang memiliki fungsi masing-masing. Tombol-tombol
tersebut adalah zero Adj yang berfungsi sebagai
pengkalibrasi alat. Gain ADJ yang berfungsi sebagai
tombol yang memperkuat arus. Sensitivity untuk
memberikan variasi sensitivitas, di mana semakin kecil
sensitivitas, cahaya akan semakin mudah dideteksi dan
lebih diteliti. Light ADJ untuk memberi variasi
intensitas cahaya, di mana terdapat empat variasi
intensitas. Ada pula INT/EXT yang berfungsi untuk
membaca filter warna. Measure/calibration untuk
mengukur atau mengkalibrasi. Tombol power untuk
menghidupkan atau mematikan alat. Dan Anode
Voltage ADJ yang berfungsi untuk mengenolkan arus
dan mengukur besar tegangan. Power supply berfungsi
sebagai sumber tegangan, dan filter warna berfungsi
sebagai pemfilter sumber warna cahaya yang sesuai
dengan filternya.
Langkah pertama yang harus dilakukan pada
percobaan ini adalah semua alat dan bahan disiapkan.

Langkah kedua yaitu peralatan dirangkai seperti pada


gambar 2 di atas serta ampermeter dan voltmeter pada
Plancks constant experiment apparatus dipastikan nol.
Langkah ketiga yaitu, alat dihubungkan pada tegangan
listrik AC 220 Volt, dan dinyalakan dengan memutar
power switch pada on. Langkah keempat,
measure/calibration diatur pada posisi measure serta
inter/exter diatur pada posisi inter. Selanjutnya, filter
warna dimasukkan pada folter dan ditutup kembali.
Langkah keenam yaitu light adjusting dial diputardan
nilai arus dicatat. Langkah ketujuh yaitu nodic voltage
adjusting diputar ke kanan hingga ampermeter
menunjukkan angka nol dan tegangan dicatat. Dan
langkah yang terakhir adalah percobaan diulang dari
langkah pertama hingga ketujuh dengan menggunakan
filter dan intensitas yang berbeda, dan hasilnya dicatat.
Setelah percobaan selesai dilakukan, didapatlah
data-data berupa arus dan tegangan, di mana nilai arus
dan tegangan ini bergantung dari panjang gelombang
pada tiap-tiap filter warna. Mulai dari merah, kuning,
hijau, dan biru, memiliki panjang gelombang yang
semakin kecil. Dan semakin kecil panjang gelombang,
tegangan dan arus akan semakin besar.
Selanjutnya, setelah didapatkan data berupa arus
dan tegangan, data dihitung menggunakan persamaan
(6), (7), dan (8) untuk mencari nilai frekuensi,
Konstanta Planck, dan fungsi kerja. Untuk persamaan
(6), di mana persamaan tersebut adalah persamaan
untuk mencari nilai frekuensi, frekuensi dicari nilainya
dan dikelompokkan berdasarkan intensitas, kemudian
frekuensi tersebut digunakan untuk mencari bentuk
grafik, sehingga didapatlah grafik 1, 2, 3, dan 4. Dari
keempat grafik tersebut, memiliki pola yang sama,
yaitu grafik akan membentuk linier naik saat warna
kuning, hijau, dan biru. Saat warna merah mengarah ke
ketiga warna tersebut, grafik berbentuk linier turun
atau linier negatif. Hal ini menunjukkan bahwa,
semakin kecil panjang gelombang, frekuensi semakin
tinggi, kecuali warna merah yang ada percobaan ini
mengalami anomali.
Dari empat grafik yang didapat, masing-masing
memiliki nilai y seperti pada persamaan (7), di mana
pada persamaan y tersebut mengandung a dan b. Dari
keemat grafik, memiliki nilai a yang sama, yakni 2 1015
dan nilai b yang semakin besar nilai intensitas, nilai b
semakin besar pula. Nilai b menunjukkan nilai fungsi
kerja, sehingga nilai fungsi kerja semakin besar apabila
intensitas cahaya semakin besar pula. Sedangkan nilai
a adalah komponen yang akan digunakan untuk
mencari nilai Konstanta Planck (h) yang akan
dipoerasikan dengan nilai besar elektron 1,6 10 -19 eV.
Karena nilai a sama dan nilai e sama, maka nilai h yang
didapatpun juga sama dari keempat intensitas. Hal ini
menyimpulkan bahwa besar Konstanta Planck tidak
bergantung pada jumlah intensitas cahaya dan nilainya
tetap pada intensitas 1, 2, 3, maupun 4 sebesar 3,2 10-34
Js.
Nilai Konstanta Planck yang diketahui ini
memiliki error sebesar 51,612% jika dibanding dengan
nilai Konstanta Planck yang telah ditentukan secara
teori, yaitu 6,6 10-34 Js. Hal ini dikarenakan
kekurangtelitian dalam pembacaan alat atau terjadinya
paralaks.

PRAKTIKUM FISIKA MODERN/ANNISA NURUL AINI/1114-094


IV.
KESIMPULAN
Setelah dilakukan percobaan Planck, dapat ditarik
kesimpulan bahwa nilai Konstanta Planck (h) sebesar
3,2 10-34 Js dan nilai fungsi kerja (W) adalah -0,566 J.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada M. Afif Ismail & Alfian
Putra S selaku asisten laboratorium yang bersedia
membagi ilmunya kepada kelompok kami. Terima
kasih pula kepada Bapak Eddy Yahya selaku dosen
pembimbing yang telah membimbing kami untuk
mempelajari Fisika Modern lebih dalam lagi. Dan
terima kasih untuk teman-teman satu kelompok,
Kurnia, Andi, Rifki, Nusur, Fachrina, dan Firman yang
bersedia membantu dalam menyelesaikan laporan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Beiser, Arthur.Konsep Fisika Modern.Erlangga. Jakarta(1982)
[2] Tipler, Paul & Llewellyn, Ralph. Modern hysics 5th Edition.
W. H. Freeman and Company. New York(2008)
[3]Halliday, David & Resnick.Fisika Dasar II.Erlangga.
Jakarta(2011)

Anda mungkin juga menyukai