Anda di halaman 1dari 7

PRAKTIKUM GELOMBANG-1114-094(1/7)

Getaran Teredam
Annisa Nurul Aini, Roihatur Rohmah & Deril Ristiani, Hasto Sunarno
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: annisa@tantowi.com
Abstrak--- Getaran teredam merupakan getaran
yang pada proses osilasinya diberi gangguan entah
berupa gesekan atau redaman, sehingga amplitudo
getaran tersebut semakin kecil hingga akhirnya menjadi
nol. Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk
mengetahui jenis redaman pada percobaan ini,
mengetahui nilai amplitudo mula-mula pada percobaan
ini, mengetahui besar konstanta redaman pada
percobaan ini, serta mengetahui nilai terhadap
simpangan. Langkah pertama yang harus dikerjakan
untuk melakukan percobaan yang berprinsip pada
Hukum Hooke ini adalah, alat-alat dirangkai dan bidang
miringnya diatur terhadap lantai. Setelah tinggi bidang
miring
diatur
dengan
variasi
tertentu,
bola
digelindingkan dari atas bidang miring yang pada dasar
bidang miring tersebut dipasang pegas. Waktu beserta
simpangannya dicatat hingga simpangan kelima.
Pengulangan dilakukan sebanyak delapan kali.
Selanjutnya percobaan diulangi dengan variasi
ketinggian yang berbeda. Langkah terakhir yang harus
dilakukan adalah, data diolah, dihitung, dan dianalisis
hingga diperoleh hasil dari percobaan ini. Dari
percobaan yang telah dilakukan ini, diperoleh hasil
Keyword Amplitudo, Hukum Hooke, Hukum
II Newton, Osilasi.

I.
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita jumpai
anak kecil yang sedang bermain ayunan. Tanpa kita
sadari, ayunan merupakan contoh dari getaran. Alasan
yang mendasari hal ini adalah karena saat seorang anak
bermain ayunan, ayunan tersebut akan melakukan
gerakan yang sama setiap detiknya, Apabila anak kecil
tersebut menambah kecepatan pada ayunan, maka
ayunan tersebut akan bergerak lebih tinggi. Sebaliknya,
apabila anak kecil tersebut meredam gerak ayunan,
ayunan tersebut akan berhenti. Contoh lain dari getaran
yang biasa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
adalah, saat kita memetik gitar. Saat sinar getar dipetik,
senar-senar tersebut akan bergetar seiring dengan irama
yang dipetik oleh pemetik. Jika pemetik memetik
senar-senar tersebut dengan cepat, maka getaran yang
terjadi pada senar akan cepat pula. Jika pemetik
meredam getaran pada senar, maka senar-senar tersebut
akan berhenti bergetar dan bersuara. Oleh karena itu,
diadakanlah percobaan Getaran Teredam ini agar dapat
mengetahui jenis redaman pada percobaan ini.
Getaran atau osilasi merupakan salah satu bentuk
gerak benda yang cukup banyak dijumpai gejalanya.
Contohnya, bandul jam yang berayun, piringan dalam
jam beker yang memutir, botol yang timbul tenggelam
dalam air, balok yang digantungkan pada sebuah
pegas, dan senar gitar yang dipetik. Getaran juga
dijumpai secara analogis pada rangkaian listrik yang
melibatkan induktor dan kapasitor. Dalam getaran,
sebuah benda melakukan gerak bolak-balik menurut
lintasan tertentu melalui titik setimbangnya. Waktu
yang diperlukan untuk melakukan satu gerakan bolak-

balik dinamakan periode (dilambangkan dengan T dan


satuannya sekon). Simpangan maksimum getaran
dinamakan amplitudo yang biasa dinotasikan sebagai
A[1].

Gambar 1. Contoh dari Penerapan Hukum Hooke.

Persamaan gerak getaran dapat diturunkan dari dua


buah hukum gerak, yaitu Hukum II Newton dan
Hukum Hooke. Jika sebuah benda dikaitkan pada
sebuah pegas, dan apabila pegas tidak ditarik atau
ditekan, simpangan benda adalah nol atau benda tetap
berada di titik setimbang. Apabila pegas ditarik,
simpangan benda akan bernilai positif. Pada saat itu,
pegas memberikan gaya kepada benda yang besarnya
sebanding dengan simpangannya, namun berlawanan
arah dengan pergeseran benda. Kenyataan ini
dinyatakan oleh Hooke dalam hukumnya yang
berformulasi
(1)
Di mana F adalah gaya pegas (gaya pemulih atau
restoring force) dan k adalah tetapan pegas. Rumus
pada persamaan (1) tersebut menyatakan bahwa gaya
yang dikerjakan oleh sebuah pegas pada sebuah benda
sebanding lurus dengan pergeseran benda namun
berlawanan arah dengannya. Bila gaya pegas adalah
satu-satunya gaya luar yang bekerja pada benda, maka
pada benda berlaku Hukum II Newton yang
dirumuskan sebagai
(2)
Di mana m adalah massa benda dan a adalah
percepatan benda. Percepatan tersebut didefinisikan
bahwa percepatan partikel bergerak lurus, misalnya ke
arah x. Dengan demikian, persamaan (2) di atas dapat
ditulis menjadi
(3)
Persamaan (3) di atas merupakan persamaan gerak
getaran selaras. Dalam getaran selaras, benda berisolasi
di antara dua posisi dalam waktu atau periode tertentu
dengan asumsi tanpa kehilangan energi mekaniknya.
Dengan kata lain, simpangan maksimum atau
amplitudo getaran tetap. Secara sederhana, persamaan

PRAKTIKUM GELOMBANG-1114-094(1/7)
differensial (3) di atas dapat diselesaikan menjadi
bentuk
(4)
Di mana A adalah amplitudo, adalah frekuensi sudut
yang dalam persamaan (4) di atas bernilai
, dan
adalah sudut fase awal. Besaran (t+) disebut fase
getaran. Sudut fase awal () adalah faktor dalam
persamaan yang dilibatkan untuk menggambarkan
posisi benda yang berisolasi. Persamaan (4) di atas
sering disebut sebagai persamaan simpangan getaran
selaras sederhana[2].
Dalam teori getaran yang lama, masih
dianggap bahwa titik massa yang melakukan getaran
selaras (dapat berupa bandul atau beban pada pegas),
tidak mengalami redaman karena gaya gesekan,
sehingga dapat berisolasi terus-menerus. Pada
kenyataanya, amplitudo osilasi makin lama makin
berkurang hingga akhirnya menjadi nol. Hal ini terjadi
karena pengaruh gaya gesekan, misalnya gaya gesekan
oleh udara. Osilasi yang demikian disebut gerak
harmonis atau getaran selaras teredam[2].
Pada umumnya, gaya gesek yang dialami titik
massa yang berosilasi ini berbanding lurus dengan
kecepatannya, dan dapat dituliskan secara matematik
seerti berikut
(5)
Dengan b adalah tetapan redaman dan v adalah
kecepatan. Apabila persamaan (5) tersebut dimasukkan
ke persamaan (2) dan dilanjutkan ke persamaan (3),
maka akan didapatkan rumus seperti persamaan di
bawah ini
(6)
Pada awalnya, kita mendiskusikan kasus dari sebuah
getaran harmoni sebuah bandul sederhana, di mana
total energi pada bandul tersebut konstan dan
perpindahannya membentuk kurva sinus, terutama
untuk waktu yang tak terbatas. Pada praktik kehidupan
sehari-hari, beberapa energi selalu diserap oleh proses
resistif. Seperti contohnya saja, amplitudo sebuah
pendulum yang berayun secara bebas, akan selalu
berkutat dengan waktu, bahwa energinya akan habis
seiring dengan berjalannya waktu. Keadaan sebuah
resistansi untuk bergerak berarti bahwa gaya yang lain
telah aktif, di mana energi tersebut diambil sebagai
bagian yang proporsional dengan kecepatan. Namun
gaya tesebut berlawanan arah dengan keceatan. Rumus
Hukum II Newton menjadi seperti persamaan (6)
namun menggunakan notasi yang berbeda seperti di
bawah ini
(7)
Di mana r adalah konstanta yang nilainya tetap dan
memiliki dimensi gaya per kecepatan. Masalahnya
sekarang adalah mencari nilai perpindahan x dari
rumus di bawah ini.
(8)
Di mana koefisien m, r, dan s adalah konstan[3].
Ketika koefisien-koefisien tersebut bernilai
konstan, solusi dari bentuk
dapat ditemukan.
Sejak sebuah eksponensial selalu dalam keadaan tanpa
dimensi, C memiliki dimensi dari x (panjang) dan

memiliki dimensi dari invers waktu. Kita harus melihat


bahwa ada tiga bentuk yang mungkin untuk solusi
masalah ini, masing-masing mendeskripsikan perilaku
yang berbeda dari sebuah perpindahan x dengan
waktu[3].
Dua dari solusi-solusi itu, C muncul secara
eksplisit sebagai panjang yang konstan, tetapi pada
kasus ketiga, C muncul dengan bentuk seperti rumus di
bawah ini
(9)
Jumlah konstan yang diizinkan pada solusi umum dari
differensial yang berupa rumus adalah sama besar
dengan rumus asalnya. Dua hasil A dan B diizinkan
pula karena rumus (8) adalah orde kedua. Hasil dari
konstanta hanya untuk memuaskan kondisi awal[3].
II.
METODOLOGI PERCOBAAN
A. Peralatan
Alat-alat yang diperlukan pada percobaan Getaran
Teredam ini adalah satu set alat Getaran Teredam yang
terdiri dari bidang miring yang berfungsi sebagai
landasan tempat bola menggelinding, pegas yang
berfungsi sebagai gelombang, bola besi dengan massa
6,8 gram yang berfungsi sebagai pencipta gelombang
pada pegas, dan meteran yang berfungsi sebagai alat
ukur amplitudo. Selain itu, diperlukan pula stopwatch
yang berfungsi sebagai pengukur waktu bola besi saat
menggelinding.
B. Skema Alat
Untuk memulai percobaan, alat-alat pada sub bab
A di atas disusun seperti gambar 2 di bawah ini.

Bidang
Miring
Bola Besi

Meteran

Pegas
Gambar 2. Skema Alat Getaran Teredam.

C. Langkah Kerja
Langkah pertama untuk mengawali percobaan
Getaran Teredam ini adalah, alat-alat dirangkai dan
bidang miringnya diatur terhadap lantai. Setelah tinggi
bidang miring diatur dengan variasi 5cm, 6cm, 7cm,
11cm, 12cm, dan 13cm, bola digelindingkan dari atas
bidang miring yang pada dasar bidang miring tersebut
dipasang pegas. Waktu beserta simpangannya dicatat
hingga simpangan kelima. Pengulangan dilakukan
sebanyak delapan kali. Selanjutnya percobaan diulangi
dengan variasi ketinggian yang berbeda. Langkah
terakhir yang harus dilakukan adalah, data diolah,
dihitung, dan dianalisis hingga diperoleh hasil dari
percobaan ini.
D. Flowchart
Untuk mempersingkat dan memermudah langkah
kerja, dibuatlah flowchart seperti di bawah ini.

PRAKTIKUM GELOMBANG-1114-094(1/7)
B. Hasil Perhitungan
Data-data pada sub bab A di atas dihitung, dan
dihasilkan data-data yang telah disajikan di bawah ini.

Start

Alat-alat dirangkai dan bidang miring


diatur.

Tabel 2. Data Hasil Perhitungan saat h=11cm


Xi^2/del
No
Xi
Yi 1/ del I^2 1/del i
I^2

Bola digelindingkan dari atas bidang


miring.
Waktu dan simpangan dicatat.

Percobaan
diulangi delapan
kali

Xi/del
I^2

xi Yi /
del I^2

1,31

2,77

796,44

28,22

1372,00

1045,33

2898,28 2208,21

0,96

2,39 1358,54

36,86

1255,29

1305,90

3116,48 3242,11

0,69

2,20

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,60

2,08

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,50

1,95

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

2154,98

65,08

2627,29

2351,23

Ya

6014,75 5450,32

Tidak

Percobaan
diulangi dengan
variasi tinggi.

Ya

C. Grafik
Setelah didapatkan hasil perhitungan, dibuatlah
tiga buah grafik dengan dua grafik untuk dua jenis
redaman, dan satu grafik hubungan antara simpangan
dengan . Berikut grafik-grafik yang telah dibuat.

Tidak
End
Gambar 3. Flowchat Getaran Teredam.

III.
ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Analisa Data
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan
data-data berupa ketinggian dan waktu. Berikut datadata tersebut disajikan dalam data.
Tabel 1. Data Hasil Percobaan saat h=11cm

no

s1
s2
t (s)
t (s) s3 (cm)
(cm) 1
(cm) 2

yi/del
I^2

t3
(s)

s4
(cm)

t4
(s)

s5
(cm)

t5
(s)

16

0,00

1,32

11

0,02

1,02

0,00

0,78

19

9,00

1,69

12

1,27

1,04

0,00

0,74

15

1,00

1,37

10

0,77

0,83

0,00

0,65

17

1,00

1,48

11

0,02

0,98

0,00

0,69

15

1,00

1,22

11

0,02

0,89

0,00

0,67

14

4,00

1,13

10

0,77

0,87

0,00

0,53

15

1,00

1,17

10

0,77

0,92

0,00

0,70

17

1,00

1,12

12

1,27

1,14

0,00

0,75

Grafik 1. Grafik pada Percobaan Tak Terpental.

Grafik 2. Grafik pada Percobaan Terpental.

PRAKTIKUM GELOMBANG-1114-094(1/7)

Grafik 3. Grafik Hubungan antara Simpangan dengan Sudut .

D. Pembahasan
Pada percobaan Getaran Teredam, awal mula
terjadinya proses getaran teredam ini adalah, saat bola
berada di posisi puncak dengan kecepatan nol, bola
memiliki energi potensial yang besar dan energi kinetik
nol. Saat bola berada pada ketinggian yang besar, maka
energi potensial yang dimiliki bola akan semakin besar
pula. Saat bola digelindingkan ke bawah, maka
perlahan kecepatan bola akan lebih besar dan
ketinggian bola semakin kecil. Hal ini berakibat pada
hilangnya energi potensial dan semakin besarnya
energi kinetik. Sehingga, dengan energi kinetik yang
besar ini, bola menumbuk pegas dengan energi yang
besar pula, dan energi pemulih yang didapat bola dari
pegas akan besar. Sehingga, bola akan menciptakan
amplitudo yang besar.
Ditinjau dari tujuan dilakukannya percobaan ini,
jenis redaman pada percobaan ini terdapat dua macam,
yakni redaman kecil dan redaman besar. Hal ini
terbukti dari bola yang tidak memantul saat mendapat
redaman besar, dan bola memantul saat mendapat
rendaman yang kecil. Untuk besar amplitudo mulamula pada percobaan ini adalah 16cm pada ketinggian
11 cm, 14.5cm pada ketinggian 12 cm, 14.38 cm pada
ketinggian 13 cm, 22.38 cm pada ketinggian 5 cm,
23.50 cm pada ketinggian 6 cm, dan 22.88cm pada
ketinggian 7 cm. Sedangkan untuk nilai konstanta
redaman, 1.10 untuk ketinggian 11 cm, 1.04 untuk
ketinggian 12 cm, 0.93 untuk ketinggian 13 cm, 0.28
untuk ketinggian 5 cm, 0.26 untuk ketinggian 6 cm,
dan 0.38 untuk ketinggian 7 cm. Dan tujan yang
terakhir yaitu untuk mengetahui pengaruh terhadap
simpangan. Seperti yang telah dijelaskan pada paragraf
pertama pembahasan, bahwa semakin tinggi ketinggian
bidang miring, semakin besar pula sudut . Semakin
besar ketinggian, amplitudo semakin besar pula.
Sehingga, semakin besar sudut akan semakin besar
pula simpangan.
Amplitudo merupakan simpangan terjauh. Saat
bola berada di posisi puncak dengan kecepatan nol,
bola memiliki energi potensial yang besar dan energi
kinetik nol. Saat bola berada pada ketinggian yang
besar, maka energi potensial yang dimiliki bola akan
semakin besar pula. Saat bola digelindingkan ke
bawah, maka perlahan kecepatan bola akan lebih besar
dan ketinggian bola semakin kecil. Hal ini berakibat
pada hilangnya energi potensial dan semakin besarnya
energi kinetik. Sehingga, dengan energi kinetik yang
besar ini, bola menumbuk pegas dengan energi yang

besar pula, dan energi pemulih yang didapat bola dari


pegas akan besar. Sehingga, bola akan menciptakan
amplitudo yang besar.
Konstanta redaman merupakan kemampuan suatu
peredam gelombang untuk meredam gelombang.
Sehingga, semakin besar konstanta redaman, amplitudo
gelombang akan semakin kecil. Sedangkan konstanta
redaman bergantung pada ketinggian pula. Semakin
tinggi bola diluncurkan, maka energy kinetik yang
dimiliki bola saat meluncur akan semakin besar pula.
Hal ini menyebabkan energi yang ditumbukkan ke
pegas akan besar dan gaya pulih dari pegas akan besar
pula. Sehingga, amplitudo yang dimiliki bola akan
besar pula. Semakin besar amplitudo, maka semakin
kecil konstanta redaman, karena bola masih mampu
mendapat gaya pemulih yang besar.
Seperti yang dijelaskan pada paragraf dua
pembahasan, bahwa besar sudut sebanding dengan
besar ketinggian. Saat bola berada pada ketinggian
yang besar, maka energi potensial yang dimiliki bola
akan semakin besar pula. Saat bola digelindingkan ke
bawah, maka perlahan kecepatan bola akan lebih besar
dan ketinggian bola semakin kecil. Hal ini berakibat
pada hilangnya energi potensial dan semakin besarnya
energi kinetik. Sehingga, dengan energi kinetik yang
besar ini, bola menumbuk pegas dengan energi yang
besar pula, dan energi pemulih yang didapat bola dari
pegas akan besar pula. Sehingga, bola akan
menciptakan amplitudo yang besar. Sehingga, semakin
besar sudut , besar amplitudo akan semakin besar
pula.
Error yang terjadi pada percobaan ini adalah
hubungan antara ketinggian dan amplitudo. Secara
teori, semakin besar ketinggian, amplitudo semakin
besar. Tetapi pada percobaan ini terjadi sebaliknya.
Semakin besar ketinggian, semakin kecil amplitudo.
Hal ini kemungkinan terjadi karena pegas juga
memiliki konstanta pegas di samping sebagai peredam.
Menurut Hukum Hooke, besar suatu gaya pegas
sebanding dengan hasil kali antara konstanta pegas
dengan perpindahan karena pegas (
).
Sehingga perpindahan karena pegas besarnya
berbanding terbalik dengan konstanta pegas. Sehingga,
kemungkinan konstanta pegas yang dimiliki pegas
bernilai besar, sehingga amplitudo atau perindahan
karena pegas bernilai kecil. Error selanjutnya adalah
hubungan antara konstanta redaman dengan ketinggian.
Pada ketinggian 7cm besar konstanta redaman
seharusnya lebih kecil dari yang ketinggiannya 6cm.
Tetapi pada praktikum ini semakin besar. Hal ini
kemungkinan karena konstanta yang dimiliki pegas
adalah besar, di mana semakin besar konstanta pegas,
benda akan sulit memantul. Sehingga besar konstanta
pegas sebanding dengan besar konstanta redam.
Sehingga, perpindahan amplitudonya kecil dan
konstanta redamnya besar.
IV.
KESIMPULAN
Dari percobaan Getaran Teredam yang telah
dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa, jenis
redaman pada percobaan ini terdapatdua macam, yakni
redaman kecil dan redaman besar. Untuk besar
amplitudo mula-mula pada percobaan ini adalah 16cm

PRAKTIKUM GELOMBANG-1114-094(1/7)
pada ketinggian 11 cm, 14.5cm pada ketinggian 12 cm,
14.38 cm pada ketinggian 13 cm, 22.38 cm pada
ketinggian 5 cm, 23.50 cm pada ketinggian 6 cm, dan
22.88cm pada ketinggian 7 cm. Sedangkan untuk nilai
konstanta redaman, 1.10 untuk ketinggian 11 cm, 1.04
untuk ketinggian 12 cm, 0.93 untuk ketinggian 13 cm,
0.28 untuk ketinggian 5 cm, 0.26 untuk ketinggian 6
cm, dan 0.38 untuk ketinggian 7 cm. Dan semakin
besar sudut akan semakin besar pula simpangan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada Roihatur Rohmah dan
Deril Ristiani selaku asisten laboratorium yang
bersedia membagi ilmunya kepada kelompok kami.
Terima kasih pula kepada Bapak Hasto Sunarno selaku
dosen pembimbing yang telah membimbing kami
untuk mempelajari Gelombang lebih dalam lagi. Dan
terima kasih untuk teman-teman satu kelompok, Natsza
Putri, Tri Ilma, Ria Dwi, Nurul Maulidiyah, Indria
Hanandini, dan Fauzi yang bersedia membantu dalam
menyelesaikan laporan.
DAFTAR PUSTAKA
[1]Halliday, David.Fisika Dasar.Erlangga. Jakarta(2011)
[2]Dosen-Dosen Fisika ITS.Fisika Dasar I.Yanasika.
Surabaya(2013)
[3]Pain, H. J.The Physics of Vibrations and Waves.John Wiley &
Sons. England(2005)

PRAKTIKUM GELOMBANG-1114-094(1/7)
Tabel 6. Tabel Hasil Percobaan untuk h = 6 cm

LAMPIRAN
Tabel 3. Tabel Hasil Percobaan untuk h = 12 cm
s1
no (cm)

t1 (s)

s2
(cm)

t3
(s)

s4
(cm)

t4
(s)

s5
(cm)

t5
(s)

14

0,25

1,19

10

0,56

0,90

0,00

0,61

15

0,25

1,12

11

0,06

0,81

0,00

0,69

14

0,25

0,99

10

0,56

0,78

0,00

0,69

15

0,25

1,21

11

0,06

0,85

0,00

0,65

14

0,25

1,17

11

0,06

0,89

0,00

0,56

16

2,25

1,22

12

1,56

0,87

0,00

0,54

13

2,25

0,92

10

0,56

0,69

0,00

0,57

15

0,25

1,17

11

0,06

0,90

0,00

0,69

t2 (s) s3 (cm)

no

s1
(cm)

t1 (s)

s2
(cm)

t3
(s)

s4
(cm)

t4
(s)

s5
(cm)

t5
(s)

25

2,25

4,47

14

1,27

1,87

0,00

1,23

22

2,25

4,27

12

0,77

1,90

0,00

1,18

23

0,25

4,40

13

0,02

1,83

0,00

1,14

22

2,25

3,97

12

0,77

1,85

0,00

1,17

25

2,25

4,27

14

1,27

2,64

0,00

1,27

23

0,25

4,53

13

0,02

1,90

0,00

1,35

22

2,25

4,44

12

0,77

1,86

0,00

1,28

26

6,25

4,07

13

0,02

2,12

0,00

1,22

t2 (s) s3 (cm)

Tabel 7. Tabel Hasil Percobaan untuk h = 7 cm


Tabel 4. Tabel Hasil Percobaan untuk h = 13 cm
t3
(s)

s4
(cm)

t4
(s)

s5
(cm)

t5
(s)

0,14

1,03

10

0,06

0,81

0,02

0,49

14

0,14

1,00

10

0,06

0,80

0,77

0,61

14

0,14

0,99

11

0,56

0,78

0,02

0,56

14

0,14

1,18

10

0,06

0,86

0,02

0,60

14

0,14

1,34

10

0,06

0,75

0,02

0,50

14

0,14

1,03

10

0,06

0,69

0,02

0,58

15

0,39

1,05

10

0,06

0,87

0,02

0,65

16

2,64

1,12

11

0,56

0,92

0,02

0,65

s1
(cm)

t1 (s)

s2
(cm)

t3
(s)

s4
(cm)

t4
(s)

s5
(cm)

t5
(s)

21

3,52

3,45

12

0,39

1,41

0,02

0,92

24

1,27

3,48

13

0,14

1,72

0,02

1,08

23

0,02

3,59

14

1,89

1,70

10

0,77

1,17

23

0,02

3,54

12

0,39

1,75

0,02

1,00

23

0,02

3,45

12

0,39

1,52

0,02

0,83

23

0,02

3,44

13

0,14

1,85

0,02

1,21

24

1,27

3,53

13

0,14

1,71

0,02

1,14

22

0,77

3,49

12

0,39

1,62

0,02

0,99

Tabel 8. Tabel Hasil Perhitungan untuk h = 12 cm

t3
(s)

s4
(cm)

t4
(s)

s5
(cm)

t5
(s)

20

5,64

5,10

10

1,89

2,30

1,00

1,35

23

0,39

5,26

12

0,39

2,38

0,00

1,09

24

2,64

5,25

12

0,39

2,38

1,00

1,09

t2 (s) s3 (cm)

23

0,39

5,05

12

0,39

2,46

0,00

1,21

21

1,89

5,35

11

0,14

2,02

0,00

1,25

23

0,39

5,82

11

0,14

1,90

0,00

1,18

24

2,64

4,56

12

0,39

2,39

0,00

1,35

21

1,89

5,02

11

0,14

1,84

0,00

1,24

yi/del I^2

s2
(cm)

1,1
2

2,6
7

1962,
33

44,
30

2478,0
6

2205,1
7

5896,96

5247,
6

0,8
4

2,3
7

1849,
00

43,
00

1293,0
3

1546,2
3

3672,14

4391,
20

0,6
3

2,2
0

0,00

0,0
0

0,00

0,00

0,00

0,00

0,5
0

2,0
8

0,00

0,0
0

0,00

0,00

0,00

0,00

0,4
1

1,9
5

0,00

0,0
0

0,00

0,00

0,00

0,00

3811,
33

87,
30

3771,0
9

3751,4
0

9569,10

9638,
77

Xi

t1 (s)

No

s1
(cm)

xi Yi / del
I^2

Tabel 5. Tabel Hasil Percobaan untuk h = 5 cm


no

t2 (s) s3 (cm)

Xi/del I^2

14

no

Xi^2/del I^2

t2 (s) s3 (cm)

1/del i

s2
(cm)

1/ del I^2

t1 (s)

Yi

s1
no (cm)

PRAKTIKUM GELOMBANG-1114-094(1/7)
Tabel 9. Tabel Hasil Perhitungan untuk h = 13 cm

2573
,44

3177 7393,9 9128,


,09
7
36

0,58

2,18

5041,0
0
71,00

1695
,79

2923 6383,3 11005


,78
1
,70

0,51

2,08 0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,38

1,95 0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

7833
,54

9363 22473, 28093


,39
50
,99

Xi/del I^2

xi Yi / del I^2

yi/del I^2

3180
4,82

7392
,17

2333
7,09

5424
,08

2,0
0

2,5
6

190
4,18

43,
64

7588
,18

3801
,22

9713
,21

4865
,73

1,2
3

2,2
0

0,00

0,0
0

0,00

0,00

0,00

0,00

0,9
0

2,0
8

0,00

0,0
0

0,00

0,00

0,00

0,00

10,
02

1,9
5

0,00

0,0
0

0,00

0,00

0,00

0,00

362
2,29

85,
09

3939
3,01

1119
3,39

3305
0,30

1028
9,80

0,8
0

1,9 3025,0
3
0 55,00 1929,952416,22

4658,
21

5831,
87

0,6
4

1,7 2209,0
7
0 47,00 908,34 1416,52

2508,
24

3911,
49

10661,
61946,419290,5
229,60
94
7
9

5016
5,88

2350
4,99

yi/del I^2

Tabel 2. Tabel Hasil Perhitungan untuk h = 7 cm


xi Yi / del I^2

3726,
36

Xi/del I^2

4546,
16

3,5
0

3,1
3

4262,
24

65,
29

5210
0,57

1490
1,84

4664
3,44

1334
0,99

1,6
6

2,5
4

2303,
45

47,
99

6347,
39

3823,
73

9695,
75

5840,
81

1,0
4

2,2
1

5329,
00

73,
00

5791,
59

5555,
48

1228
3,27

1178
2,51

0,8
5

2,0
9

4225,
00

65,
00

3061,
55

3596,
53

7534,
54

8851,
15

0,6
2

1,9
6

0,00

0,0
0

0,00

0,00

0,00

0,00

1611
9,69

251
,28

6730
1,10

2787
7,59

7615
7,00

3981
5,46

yi/del I^2

xi Yi / del
I^2

Xi/del I^2

Xi^2/del I^2

1/del i

1/ del I^2

Yi

Xi

No

Tabel 11. Tabel Hasil Perhitungan untuk h = 11 cm

1,31

2,77

796,4
1372,
28,22
4
00

1045
,33

2898 2208,
,28
21

0,96

2,39

1358,
1255,
36,86
54
29

1305
,90

3116 3242,
,48
11

0,69

2,20

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,60

2,08

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

Yi

41,
45

Xi

Xi^2/del I^2

2,0 1792,0
8
0 42,33 2667,212186,24

6014 5450,
,75
32

Xi^2/del I^2

1,2
2

2351
,23

171
8,11

Xi

yi/del I2

2154,
2627,
65,08
98
29

3,1
6

No

xi Yi / del I2

4546,
52

Xi/del I2

1004
2,12

Xi2/del I2

2,4 1869,9
3
0 43,24 9122,474130,15

1/del i

2,2
1

1/ del I2

Yi

5488,
75

Xi

2841
1,15

No
1

3,1 1766,0
47318,4
1
4 42,02
9 9141,46

0,00

4,3
0

Tabel 10. Tabel Hasil Perhitungan untuk h = 5 cm

5,1
8

0,00

Yi

11949,
188,28
62

0,00

Tabel 12. Tabel Hasil Perhitungan untuk h =6 cm

No

0,00

1/del i

3922,3
3
62,63

0,00

1/del i

2,33

0,00

1/ del I^2

0,81

1,95

1/ del I^2

3262 8696,2 7959,


,52
2
93

0,50

yi/del I^2

Xi/del I^2

3564
,31

xi Yi / del I^2

Xi^2/del I^2

2986,2
9
54,65

1/del i

2,67

1/ del I^2

Yi

1,09

No

Xi

Anda mungkin juga menyukai