Anda di halaman 1dari 26

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : EFEK FOTOLISTRIK

NAMA : NUR AFNI

STAMBUK : G 101 12 011

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui

Palu, Mei 2015

Mengetahui,

Kordinator Asisten Asisten

Sri Ayuni Basri Sri Ayuni Basri

G 101 11 006 G 101 11 006

i
ABSTRAK

Efek Fotolistik adalah satu dari gejala lepasnya elektron dari permukaan suatu benda.
Bila seberkas cahaya (yang memenuhi syarat tertentu) jatuh pada permukaan suatu
benda maka elektron-elektron pada permukaan benda itu akan terbebaskan dari
ikatannya sehingga elektron-elektron tersebut terlepas. Percobaan efek fotolistrik
dirancang untuk menentukan nilai fungsi kerja sel foto, konstanta Planck, dan tenaga
kinetik maksimum fotoelektron. Melalui percobaan ini diperoleh nilai Konstanta
Planck. Efek foto listrik sendiri merupakan peristiwa loncatan elektron dari suatu plat
karena pegaruh cahaya yang datang. Dimana energi kinetik elektron dapat diketahui dari
potensial penghenti melalui hubungan. Dengan hubungan energi kuantum Planck dapat
diperoleh nilai tetapan Planck h. Melalui percobaan fotolistrik dapat pula diketahui
bahwa laju pemancaran elektron dipengaruhi oleh intensitas cahaya namun tidak
terpengaruh oleh panjang gelombang cahaya yang digunakan. Energi kinetik
maksimum fotoelektron juga tidak tergantung intensitas cahaya, namun hanya
bergantung pada panjang gelombangnya, dengan frekuensi dan energi kinetik
berhubungan secara linear.

Kata Kunci: Efek fotolistrik, Konstanta planck, Potensial pengganti

ii
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang paling indah selain Alhamdulillah rabilalamin karena atas berkah dan

hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Walaupun dalam

penyusunan laporan ini, penulis mendapat cukup banyak kesulitan, tetapi berkat

bantuan semua pihak dan izin Allah swt, akhirnya terselesaikan.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat

banyak kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari

pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan laporan

selanjutnya. Akhirnya kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palu, Mei 2015

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... i

ABSTRAK ...................................................................................................................ii

KATA PENGANTAR................................................................................................iii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................vii

DAFTAR TABEL ....................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
1.3 Tujuan Percobaan ................................................................................................ 1
1.4 Manfaat Percobaan .............................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 3

BAB III METODOLOGI ......................................................................................... 10

3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................................ 10


3.2 Alat dan Bahan .................................................................................................. 10
3.3 Prosedur Kerja ................................................................................................... 10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 13

4.1 Hasil Pengamatan .............................................................................................. 13

iv
4,2 Pembahasan ....................................................................................................... 16

BAB V PENUTUP..................................................................................................... 18

5.1 Kesimpulan........................................................................................................ 18
5.2 Saran .................................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 19

LAMPIRAN
ANALISA DATA
BIOGRAFI
LAPORAN SEMENTARA
KARTU KONTROL

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Karakteristik garis Spektrum dengan celah D = 2 mm ........................... 14

Gambar 4.2 Karakteristik garis Spektrum dengan celah D = 4 mm ........................... 14

Gambar 4.3 Karakteristik garis Spektrum dengan celah D = 8 mm ........................... 15

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Untuk Diameter 2 mm................................................... 13

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Untuk Diameter 4 mm................................................... 14

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Untuk Diameter 8 mm................................................... 15

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Efek fotolistrik adalah pengeluaran elektron dari suatu permukaan (biasanya logam)

ketika dikenai, dan menyerap, radiasi elektromagnetik (seperti cahaya tampak dan

radiasi ultraungu) yang berada di atas frekuensi ambang tergantung pada jenis

permukaan. radiasi yang dihasilkan oleh atom yang tereksitasi yang terdiri dari

berbagai warna yang bersinambungan, yaitu ungu, biru, hijau, kuning, jingga, merah.

Semakin besar panjang gelombang maka semakin kecil energinya, maka artinya sinar

ungu mempunyai foton dengan energi terbesar, sedangkan sinar merah mempunyai

foton dengan energi terkecil.

Maka dari itu tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengetahui karakteristik

dan tegangan dari garis spektrum agar teori tentang materi ini lebih dipahami lagi saat

melakukan percobaan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana cara menentukan karakteristik arus dan tegangan dari garis spectrum?

1.3 Tujuan Percobaan

Menentukan karakteristik arus dan tegangan dari garis spectrum.

1
1.4 Manfaat Percobaan

Dapat menentukan karakteristik arus dan tegangan dari garis spectrum.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Efek Fotolistrik

Secara umum yang disebut efek fotolistrik adalah gejala yang bersangkutan dengan

pengaruh penyinaran cahaya pada permukaan logam terhadap sifat-sifat kelistrikan

logam. Pada efek fotolistrik, pengaruh cahaya terhadap sifat kelistrikan bahan bukan

hanya disebabkan oleh sifat cahaya sebagi gelombang elektromagnetik, tetapi juga sifat

cahaya sebagai pembawa tenaga. Meskipun gelombang elektromagnetik juga pembawa

arus tenaga, namun hal ini tidak dapat digunakan untuk menjelaskan gejala fotolistrik.

Albert Einstein mengemukakan hipotesa bahwa untuk menerangkan gejala efek

fotolistrik cahaya harus dipandang pula sebagai pancaran unit-unit tenaga atau

kuantum-kuantum tenaga yang disebut foton. Kemudian, muncullah istilah baru dalam

ilmu fisika mengenai dualisme partikel gelombang (Soedojo, 1998).

Sebelum Albert Einstein mengemukakan teorinya, pada tahun 1901 Planck telah

mempublikasikan hasil penemuannya tentang hukum radiasi cahaya elektromagnetik.

Planck mendapatkan bahwa kuanta yang berpautan dengan frekuensi tertentu dari

cahaya, semuanya harus berenergi sama dan bahwa energi E ini berbanding lurus

dengan v maka:

E = h v . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1)

Dimana:

3
E = Energi Kuantum

h = tetapan Planck (6,626 x 10 J.s)

v = Frekuensi

(Beiser, 1999).

1. Teori Kuantum Cahaya

Cahaya merupakan frekuensi tertentu yang terdiri dari foton yang

energinya berbanding lurus dengan frekuensi itu. Teori elektromagnetik cahaya dapat

menerangkan dengan baik banyak sekali gejala, sehingga teori itu mengandung

kebenaran. Namun teori yang berdasarkan kokoh ini tidak cocok untuk menerangkan

efek fotolistrik. Dalam tahun 1905 Einstein menemukan bahwa paradoks yang timbul

dalam efek fotolistrik dapat dimengerti hanya dengan memasukan radikal yang telah

diusulkan lima tahun sebelumnya oleh fisika teoritis Jerman Max Planck (Halliday dan

Resnick, 1996). Ketika itu Planck menerangkan radiasi karakteristik yang dipancarkan

benda mampat. Kita mengenal pijaran dari sepotong logam yang menimbulkan cahaya

tampak, tetapi panjang gelombang yang lain yang tak terlihat maya juga terdapat.

Sebuah benda tidak perlu sangat panas untuk dapat memancarkan gelombang

elektromagnetik semua benda memancarkan energi seperti seperti itu secara kontinu

tidak peduli seberapa besar temperaturnya. Pada temperatur kamar sebagian besar

radiasiny6a terdapat inframerah dari spektrum, sehingga tak terlihat. Sifat yang dapat

diamati dari radiasi benda hitam ini persamaan serupa itu akan ditemukan alasannya

4
(Halliday dan Resnik, 1996). Planck dapat menurunkan rumus yang dapat

menerangkan radiasi spektrum ini (yaitu kecerahan relatif dari berbagai panjang

gelombang yang terdapat) sebagai fungsi dari temperatur benda ytang meradiasikannya

jika dianggap bawa radiasi yang dipancarkan secara diskontinu. Planck mendapatkan

bahwa kuanta yang berpautan dengan frekuensi tertentu sebesar f dari cahaya,

semuanyta harus berenergi samadan bawa energi ini E berbanding lurus dengan f .

2. Energi Foton

Energi foton memberikan kita untuk mencari energi foton berfrekuensi f langsung

dalam elektrovolt. Jika diberikan panjang gelombang sebagai ganti f , maka:

f = . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2)

dengan: c = kecepatan cahaya (m/s)

f = frekuensi (Hz

(Tipler, 2001).

3. Panjang Gelombang

Panjang gelombang adalah jarak di antara unit berulang dari gelombang, yang diukur

dari satu titik pada gelombang ke titik yang sesuai di unit berikutnya. Sebagai contoh,

jarak dari atas disebut puncak satu unit gelombang ke puncak berikutnya adalah

satu panjang gelombang. Dalam notasi fisika, panjang gelombang sering ditunjuk oleh

huruf Yunani lambda (). Panjang gelombang berbanding terbalik dengan frekuensi

5
gelombang. Dengan kata lain, semakin pendek panjang gelombang, akan memiliki

frekuensi yang besar. Sebuah gelombang merupakan energi yang bergerak melalui

media. Di luar konteks fisika, gelombang laut adalah contoh yang sangat baik

bagaimana gelombang bekerja. Kecuali jika jeda gelombang, tidak begitu banyak air

yang bergerak seperti energi dalam air, yang menghasilkan gerakan naik-turun yang

terlihat jauh dari pantai. Fisikawan mempelajari gelombang cahaya dan suara, serta

jenis gelombang energi lain dan dalam konteks ini, panjang gelombang merupakan

faktor penting untuk penentuan dan pertimbang. Gelombang cahaya yang hadir di

sekitar kita, dalam rentang yang sangat besar panjang gelombang. Kisaran ini dikenal

sebagai spektrum elektromagnetik, sebagian kecil dari yang dirasakan oleh mata kita

disebut sebagai cahaya tampak. Cahaya dari matahari sebenarnya terdiri dari seluruh

spektrum elektromagnetik. Apakah jenis tertentu dari cahaya terlihat oleh kita

tergantung pada panjang gelombang. Jika gelombang cahaya memiliki panjang

gelombang antara 400 dan 700 nanometer, maka akan terlihat dengan mata manusia.

Di kedua sisi kisaran ini semakin pendek dan panjang gelombang semakin panjang.

Sinar-X memiliki panjang gelombang yang sangat pendek sehingga mereka dapat

melewati benda padat. Di ujung lain, beberapa gelombang radio memiliki panjang

gelombang dari 1 mil (1,6 km) atau lebih. Suara adalah bentuk lain dari energi yang

bergerak dalam gelombang. Gelombang suara yang mirip dengan gelombang cahaya,

setidaknya dalam dua cara: bagaimana kita memandang mereka tergantung pada

panjang gelombang mereka, dan ada banyak panjang gelombang yang terlalu pendek

atau terlalu panjang bagi kita untuk melihat. Perbedaannya adalah bahwa kita biasanya

6
mendefinisikan suara dalam hal frekuensi gelombang, daripada panjang gelombang,

tapi dua ini umumnya berhubungan erat, seperti yang sudah dibahas. Sebuah

gelombang suara dengan gelombang panjang akan memiliki frekuensi rendah, dan kita

mendengar gelombang ini sebagai suara bernada rendah. Suara bernada tinggi berasal

dari gelombang dengan panjang gelombang pendek, dan karena itu frekuensi tinggi

(Sucipto, 2010).

2.2 Interaksi Foton dengan Materi

1. Koefisien atenuasi

Jika radiasi g atau radiasi-X menembus materi, maka akan terjadi interaksi dengan

materi dan mengalami pengurangan energi. Atenuasi karena interaksi adalah proses

pengurangan energi foton atau perubahan arah foton. Rasio atenuasi foton dalam materi

yang tebalnya 1 cm disebut koefisien atenuasi (m). Pada umumnya, semakin besar

energi foton, semakin besar juga nilai m-nya. Oleh karena itu, daya tembus foton dalam

materi semakin besar bila panjang gelombangnya semakin pendek. Pada materi

tertentu, koefisien atenuasi dapat berubah berdasarkan rapat jenis materi tersebut,

disebut koefisien atenuasi massa ( ). Untuk materi tertentu, koefisien atenuasi massa

yang hanya berhubungan dengan panjang gelombang foton, dan merupakan rasio

atenuasi foton dengan luasan 1 cm 2 dan massa 1 g.

2. Efek fotolistrik

7
Peristiwa terlepasnya elektron orbital suatu atom karena interaksi dengan radiasi

dinamakan efek fotolistrik. Elektron yang dilepaskan pada peristiwa tersebut disebut

fotoelektron, dan energi geraknya adalah selisih antara energi ionisasi elektron orbital

dan energi radiasi g. Pada saat energi radiasi g kecil, kebanyakan fotoelektron terlepas

dengan arah tegak lurus pada arah radiasi, tetapi bila energinya besar maka

fotoelektron terpancar ke arah depan dalam jumlah yang banyak. Secara teori, semakin

besar ikatan antara elektron dan inti atom maka semakin besar persentase terjadinya

efek fotolistrik; untuk elektron pada kulit K akan terjadi efek fotolistrik sebesar kira-

kira 80%.

3. Efek Compton

Peristiwa terjadinya tumbukan antara foton dan elektron dalam suatu atom yang

mengakibatkan sebagian energi foton menjadi energi gerak elektron dan sebagian

energi hamburan foton disebut efek Compton. Bila energi foton cukup besar, efek

Compton dapat terjadi pada elektron orbital yang energi ikatnya dapat diabaikan.

Selanjutnya elektron dianggap sebagai elektron bebas, energi dan momentumnya sama

besar sebelum dan sesudah bertumbukan. Dalam hal ini terjadi tumbukan elastis

sempurna antara foton dan elektron. Koefisien atenuasi pada efek Compton ialah

jumlah dari perbandingan energi gerak elektron antibonding dan perbandingan energi

hamburan foton. Koefisien atenuasi pada efek Compton sebanding dengan nomor atom

materi.

8
4. Produksi pasangan

Pada waktu foton yang berenergi lebih dari 1,02 MeV menembus materi dan mendekati

inti atom, karena pengaruh medan listrik yang kuat dari inti atom, foton berubah dan

membentuk satu pasangan yaitu positron dan elektron yang masing-masing berenergi

sebesar 0,51 MeV. Peristiwa ini disebut produksi pasangan. Energi sebesar 1,02 MeV

ini disebut nilai batas ambang produksi pasangan. Jumlah koefisien atenuasi radiasi g

pada produksi pasangan makin bertambah bersamaan dengan bertambahnya energi

foton, di sisi lain juga sebanding dengan Z (Z+1) dari materi. Jumlah koefisien atenuasi

efek fotolistrik, efek Compton dan produksi pasangan disebut koefisien atenuasi linear.

Pada Gambar 5 diperlihatkan koefisien atenuasi foton oleh timbal (Susanto, 2013).

9
BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Percobaan mengenai Efek Fotolistrik dilaksanakan pada :

Hari/tanggal : Selasa, 21 April 2015

Pukul : 13.30-15.30 WITA

Tempat : Laboratorium Fisika Material Energi dan Instrumentasi

Jurusan Fisika FMIPA UNTAD

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan Bahan yang digunakan dalam percobaan yakni:

1. Optical Filters, Apertures, Caps dan Screws

2. Mercury Light Source Enclosure Base

3. Power Supply

4. Photoelectric Effect Apparatus

5. Filters : 365 nm, 405 nm, 436 nm, 546 nm, 577 nm

6. Apertures : diameter 2 mm , 4 mm ., 8 mm

3.3 Prosedur Kerja

a. Kalibrasi alat

1. Sebelum memulai, memastikan lubang lampu merkuri dan lubangphotodiode

tertutup dan saling berjauhan.

10
2. Menyalakan power supply dan lampu merkuri, membiarkan lampu merkuri

dipanaskanselama lebih dari 20 menit. Pada fotoelektrik apparatus menekan

power pada posisi on.

3. Mengatur tegangan antara -2 sampai +2, memutar current ranges ke skala 10 -

13.

4. Untuk mengkalibrasi alat, mengatur arus (current ranges) menjadi nol. Caranya

dengan melepaskan kabel A, K dan ground dari belakang panel photodiode.

5. Mengatur phototube signal pada posisi calibration dan putar current calibration

hingga arus menjadi nol, kemudian tekan kembali phototube signal pada posisi

measure.

6. Memasang kembali kabel A, K dan ground.

b. Pengukuran (frekuensi tetap, intensitas berubah)

1. Membuka lubang photodiode tempatkan filter diameter 2 mm dan 436nm.

2. Membuka lubang lampu merkuri sehingga cahaya 436 nm menyinari katoda

di dalam photodiode.

3. Memutar current ranges ke skala 10-11 A.

4. Mengatur -20 sampai +30 V voltage adjust hingga arus bernilai nol. Mencatat

tegangan dan arus pada table.

5. Menaikkan tegangan sedikit demi sedikit (misalnya 1 V), mencatat perubahan

tegangan dan arus pada tabel.

11
6. Meneruskan pengukuran sampai tidak ada perubahan arus terhadap kenaikan

tegangan.

7. Mengulangi langkah 1-5 dengan menggunakan filter berdiameter 4 mm dan 8

mm.

12
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

a) Untuk Celah Diameter 2 mm dan Filter = 436 nm


Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Untuk Diameter 2 mm
=436 nm dan D= 2 mm
Tegangan (V) Arus ( )
-1,0 7
-0,8 11
-0,6 18
-0,4 23
-0,3 28
-0,2 31
0,1 44
0,3 53
0,5 61
0,6 66

grafik
70
0,6, 66
60

50

40
Arus (A)

30
Arus
20

10

0
0 2 4 6 8 10 12
Tegangan(V)

13
Gambar 4.1 Karakteristik garis Spektrum dengan celah D = 2 mm

b). Untuk Untuk Celah Diameter 4 mm dan Filter =436 nm

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Untuk Diameter 4 mm


=436 nm dan D=4 mm
Tegangan (V) Arus (A)
-0,6 3
-0,5 4
0 18
0,4 211
0.8 229
1,2 351
1,6 428
3,0 649
5,9 847
3,6 702

grafik
900
800
700 10, 711
600
Tegangan (v)

500
400
Arus (A)
300
200
100
0
-100 0 2 4 6 8 10 12
Arus (A)

Gambar 4.2 Karakteristik garis Spektrum dengan celah D = 4 mm

14
(c). Untuk Untuk Celah Diameter 8 mm dan Filter = 436 nm

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Untuk Diameter 8 mm


=436 nm dan D=8 mm
Tegangan (V) Arus (A)
-1,7 0
-1,0 4
-0,7 15
-0,4 385
-0,1 553
0 634
0,2 746
0,7 1051
1,1 1340
1,9 1880
2,1 1921

2500

2000

1500
Arus ()

1000

500

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Tegangan (v)

Arus (A)

Gambar 4.3 Karakteristik garis Spektrum dengan celah D = 8 mm

15
4,2 Pembahasan

efek fotolistrik adalah gejala yang bersangkutan dengan pengaruh penyinaran cahaya

pada permukaan logam terhadap sifat-sifat kelistrikan logam. Pada efek fotolistrik,

pengaruh cahaya terhadap sifat kelistrikan bahan bukan hanya disebabkan oleh sifat

cahaya sebagi gelombang elektromagnetik, tetapi juga sifat cahaya sebagai pembawa

tenaga. Meskipun gelombang elektromagnetik juga pembawa arus tenaga, namun hal

ini tidak dapat digunakan untuk menjelaskan gejala fotolistrik. Albert Einstein

mengemukakan hipotesa bahwa untuk menerangkan gejala efek fotolistrik cahaya

harus dipandang pula sebagai pancaran unit-unit tenaga atau kuantum-kuantum tenaga

yang disebut foton.

Pada percobaan ini menggunakan tiga buah celah yang berbeda, namun dengan celah

dan panjang gelombang yang tetap. Fungsi dari celah tersebut adalah untuk menyaring

panjang gelombang yang dihasilkan dari celah yang berbeda. Dari percobaan ini

mendapatkan arus yang dihasilkan berbeda-beda dengan tegangan yang tetap. Hal ini

disebabkan karena celah yang digunakan berbeda-beda. Dimana diameter celah

mempengaruhi arus karna pada diameter celah tedapat hambatan dan yang

mempengaruhi arus yaitu adanya perbandingan pada tengangan dengan hambatan yang

terdapat pada diameter. intensitas cahaya yang dihasilkan berpangaruh pada tegangan

yang diberikan apabila teganggan yang diberikan besar maka intensitas cahaya akan

terang dan sebaliknya.Serta Intensitas cahaya yang meksimal didapat pada celah

16
berdiameter 8 mm karena pada celah tersebut terjadi penyempitan celah sehingga

cahaya di teruskan dan penyebarannya kecil.

Pada percobaan ini didapatkan bentuk kurva karakteristik dari garis spektrum dengan

celah yang berbeda. Dimana tegangan berbanding lurus dengan arusnya. Hal ini

tergambarkan karena bila tegangan antara katoda dan anoda lebih besar daripada

potensial penghalang, photocurrent akan meningkat dengan cepat dan akhirnya

mencapai saturasi. Arus saturasi ini sebanding dengan intensitas cahaya.

17
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang sudah dilakukan didapatkan bahwa tegangan dan arus

pada garis spectrum berbanding lurus pada keduanya. Dan diameter yang digunakan

untuk setiap celah mempengaruhi intensitas cahaya yang dihasilkan.

5.2 Saran

Sebaiknya pada saat praktikum berlangsung, alat yang dipergunakan berfungsi lebih

baik, sehingga data yang diperoleh lebih akurat dan waktu yang dipergunakan menjadi

lebih singkat.

18
DAFTAR PUSTAKA

Anam, Choirul ,dkk. 2007. Buku Ajar Mata Kuliah. Fisika Nuklir. UNDIP. Semarang.

Haliday dan Resnick. 1996. Fisika jilid 2. Erlangga. Jakarta.

Krane, Kenneth. 1992. fisika modern . Universitas Indonesia. Jakarta.

Sucipto, 2010. Getaran dan Gelombang. Jurusan Fisika. Universitas Sumatra Utara.

Susanto, Efinda. 2013. Efek Fotolistrik. Jurusan Fisika. Universitas Airlangga.

Beisser, A., 1999. Applied Physics. McGraw-Hill, Inc. New York.

19

Anda mungkin juga menyukai