Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH FISIKA MODERN

“SIFAT PARTIKEL PADA GELOMBANG”

OLEH

JAINUARD TANDIBELO ( 21921406 )

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TORAJA

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayah – Nya sehingga dapat menyelesaikan Makalah Fisika Modern Tentang “
Siifat Partikel Dari gelombang” makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas Mata Kuliah Fisika Modern
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna,
baik dari segi penulisan, bahasan, ataupun penyusunannya. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari guru mata
pelajaran guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik
di masa yang akan datang.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1.....................................................................................................................Latar
Belakang.....................................................................................................1
1.2.....................................................................................................................Rum
usan masalah...............................................................................................
1.3.....................................................................................................................Tuju
an.................................................................................................................
1.4.....................................................................................................................Manf
aat ...............................................................................................................
BAB II ISI..................................................................................................................
2.1.......................................................................................................................Gelo
mbang Elektromagnetik...............................................................................
2.2.......................................................................................................................Efek
Fotolistrik.....................................................................................................
2.3.......................................................................................................................Teori
kuantum Cahaya...........................................................................................
2.4.......................................................................................................................Apak
ah Cahaya Itu...............................................................................................
2.5.......................................................................................................................Sinar
X...................................................................................................................
2.6.......................................................................................................................Difra
ksi Sinar X....................................................................................................
2.7.......................................................................................................................Efek
BAB III PENUTUP....................................................................................................
3.1........................................................................................................................Simp
ulan................................................................................................................
3.2........................................................................................................................Sara
n.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada fisika klasik kita memandang elektron, proton dan neutron sebagai
partikel, sedangkan radiasi elektromagnetik, cahaya sinar x dan sinar g
dipandang sebagai gelombang. Sebenarnya sifat gelombang dan sifat partikel
merupakan suatu sifat yang berkaitan satu sama lain yang hanya bergantung
pada jenis eksperimen yang diamati, berarti pada suatu keadaan tertentu partikel
dapat berkelakuan seperti gelombang, sedangkan dalam keadaan tertentu
lainnya gelombang dapat berkelakuan sebagai partikel jadi terdapat sifat
dualisme dari partikel dan gelombang.

Pada abad ke 17 Newton mengenalkan teori korpuskular (Corpuskular


theory) yang menganggap cahaya terdiri dari partikel-partikel yang dipancarkan
oleh suatu sumber. Sebaliknya teory gelombang dari Huygen menyatakan
bahwa cahaya terdiri dari gelombang-gelombang. Eksperimen yang menunjang
untuk teory Huygen yaitu (a) Eksperimen Young yang menunjukkan gejala
difraksi dan interferensi hanya dapat diterangkan dengan teory gelombang
cahaya (b) Persamaan-persamaan dari Maxwell tentang medan
elektromagnetik (c) Percobaan Herz (1887) yang membuktikan membuktikan
bahwa energi elektromagnetik (yang meliputi cahaya) mengalir secara
kontinu dan terdiri dari gelombang- gelombang.

Pada abad ke 20 terdapat beberapa eksperimen fisika yang tidak dapat


diterangkan dengan teori gelombang tapi dapat dijelaskan dengan memakai teori
korpuskular dari Newton diantaranya gejala fisika tersebut adalah :
Spektrum radiasi dari benda hitam; Efek foto listrik,Spektrum dari sinar x,
Hamburan Compton. Untuk selanjutnya kita misalkan bahwa aliran dari energi
radiasi elektromagnetik tidak lagi kontinu, tetapi dalam bentuk berkas-berkas
energi yang diskrit dan disebut foton, karena dengan asumsi ini gejala-gejala
diatas lebih mudah dijelaskan.

4
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah

1.3. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah sifat partikel dari gelombang adalah adalah

1.4. Manfaat

5
BAB II
ISI

Pada 1845 Faraday menemukan bahwa sudut polarisasi dari sebuah sinar
cahaya ketika sinar tersebut masuk melewati material pemolarisasi dapat diubah
dengan medan magnet.Ini adalah bukti pertama kalau cahaya berhubungan
dengan Elektromagnetisme. Faraday mengusulkan pada tahun 1847 bahwa
cahaya adalah getaran elektromagnetik berfrekuensi tinggi yang dapat bertahan
walaupun tidak ada medium. Teori ini diusulkan oleh James Clerk
Maxwell pada akhir abad ke-19, menyebut bahwa gelombang cahaya adalah
gelombang elektromagnet sehingga tidak memerlukan medium untuk merambat.
Pada permukaannya dianggap gelombang cahaya disebarkan melalui kerangka
acuan yang tertentu, seperti aether, tetapi teori relativitas khusus menggantikan
anggapan ini. Teori elektromagnet menunjukkan yang sinar kasat mata adalah
sebagian daripada spektrum elektromagnet. Teknologi penghantaran radio
diciptakan berdasarkan teori ini dan masih digunakan. Kecepatan cahaya yang
konstan berdasarkan persamaan Maxwell berlawanan dengan hukum-hukum
mekanis gerakan yang telah bertahan sejak zaman Galileo, yang menyatakan
bahwa segala macam laju adalah relatif terhadap laju sang pengamat.
Pemecahan terhadap kontradiksi ini kelak akan ditemukan oleh Albert Einstein.

2.1. Gelombang elektromagnetik


Gelombang elektromagnetik dapat digambarkan sebagai dua buah
gelombang yang merambat secara transversal pada dua buah bidang tegak lurus
yaitu medan magnetik dan medan listrik. Merambatnya gelombang magnet akan
mendorong gelombang listrik, dan sebaliknya, saat merambat, gelombang listrik
akan mendorong gelombang magnet. Diagram di atas menunjukkan gelombang
cahaya yang merambat dari kiri ke kanan dengan medan listrik pada bidang
vertikal dan medan magnet pada bidang horizontal.

6
Gambar 2.1. Gelombang elektromagnetik

Pengandengan medan listrik dan megnetik yang bergerak dengan kelajuan


cahaya dan menimbulkan perilaku gelombang yang khusus.
Pada tahun 1864 James Clerk Maxwell mengemukakan bahwa muatan
listrik yang dipercepat menimbulkan gangguan listrik dan magnetik yang terkait
yang menjalar terus menerus melalui ruang hampa. Jika muatan bergetar periodis,
gangguannya adalah gelombang yang komponen listrik dan magnetiknya saling
tegak lurus pula pada arah gerak seperti dalam gambar 2.1.

Gambar 2.2 Gelombang elektromagnetik menjalar dengan kumparan medan


listrik dan medan magnet saling tegak lurus

Pada gambar 2.2 dapat dijelaskan bahwa saat saklar S ditutup maka aka
nada arus yang mengalir pada kumparan dan sampai di plat sejajar. Pada kumparan
akan timbul medan magnet dan pada plat sejajar akan timbul medan listrik. Pada
saat saklar dibuka dan ditutup secara bergantian dengan cepat seperti inductor
rumkorf maka pada kumparan dan plat sejajar dapat memancarkan gelombang
elektromagnetik karena ada medan listrik (E) dan medan magnet (B) yang berubah-
ubah secara bergantian dan terus menerus. Bukti bahwa disitu terjadi rambatan
energy adalah adanya gejala resonansi yang diterima pada loop. Gejala ini pertama

7
kali ditemukan oleh Heinrich Hertz. Gambaran gerak gelombang elektromagnetik
tersebut dapat dijelaskan dengan komponen gelombang medan magnet dan medan
listrik yang saling tegak lurus. Dari persamaan gambar itulah Maxwell dapat
menemukan hubungan persamaan berikut.

Em
c=
Bm

Dengan c = cepat rambat gelombang elektromagnetik (m/s)

Em = kuat medan listrik maksimum (N/C)

Bm = kuat medan maksimum (tesla)

Dari Faraday, Maxwell mengetahui bahwa medan magnetik yang berubah


dapat mengimbas arus dalam sosok (loop) kawat. Jadi medan magnetik yang
berubah mempunyai efek yang sama dengan medan listrik. Maxwell
mengemukakan kebalikannya ; medan listrik yang berubah menimbulkan medan
magnetik yang berkaitan. Medan listrik yang ditimbulkan oleh imbasan
elektromagnetik dapat diperlihatkan dengan mudah karena logam mempunyai
hambatan listrik yang kecil; medan yang lemah dapat menimbulkan arus listrik
dalam logam yang dapat diukur. Medan magnetik yang lemah lebih sulit diukur,
dan hipotesis Maxwell dilandasi oleh penalaran berdasarkan simetri dibanding
dengan penemuan eksperimental. Maxwell menunjukkan bahwa kelajuan
gelombang elektromagnetik dalam ruang hampa diberikan oleh
1 8
c= =2,998 x 10 m/s
√ ∈ 0 μ0
Dimana :
∈0 = permitivitas ruang hampa

μ0 = permeabilitas magnetic

Rumus tersebut sama dengan kelajuan cahaya. Maka, Maxwell mengambil


kesimpulan bahwa cahaya terdiri dari gelombang elektromanetik.

Pada tahun 1888, ahli fisika jerman Heinrich Hertz membuktikan bahwa
gelombang elektromagnetik betul ada dan berperilaku tepat sebagai ramalan

8
Maxwell. Hertz menimbulkan gelombang dengan menggunakan arus bolak balik
dalam celah udara antara dua bola logam. Lebar celah itu diatur sedemikian rupa
sehingga latu terjadi setiap kali arus mencapai maksimum. Sosok kawat dengan
celah kecil merupakan detector gelombang elektromagnetik; dalam kawat dapat
timbul arus bolak balik yang menimbulkan latu pada celah itu.

Hertz menentukan panjang gelombang dan kelajuan gelombang yang


ditimbulkannya, dan memperlihatkan adanya komponen listrik dan magnetik, dia
juga mendapatkan bahwa gelombang ini dapat dipantulkan, dibias dan mengalami
difraksi.

Gelombang elektromagnetik ini banyak ditemukan dalam berbagai jenis


dengan panjang gelombang atau frekuensi berbeda tetapi memiliki sifat-sifat yang
sama. Penguraian gelombang elektromagnetik berdasarkan frekuensi atau panjang
gelombangnya inilah yang dinamakan spektrum gelombang elektromagnetik.
Gelombang radio, cahaya, radar, sinar-X dan sinar ultraviolet (UV) merupakan
gelombang elektromagnetik. Gelombang itu memiliki sifat-sifat yang sama. Tetapi
karena panjang gelombang dan frekuensinya berbeda maka gelombang-gelombang
itu juga memiliki perbedaan sifat.

Gelombang cahaya yang merupakan gelombang elektromagnetik yang


dapat ditangkap oleh mata, memiliki selang frekuensi yang pendek yaitu mulai dari
4,3 x 1014 Hz untuk cahaya merah hingga sekitar 7,5 x 10 14 Hz untuk cahaya ungu.
Gambar 2.2 memperlihatkan spectrum elektromagnetik dari frekuensi rendah yang
dipakai dalam komunikasi radio hingga frekuensi tinggi yang terdapat dalam sinar-
x dan sinar gama.

9
Gambar 2.3 Spektrum gelombang elektromagnetik

Dari spectrum gelombang elektromagnetik dapat dilihat bahwa cahaya


dapat digolongkan dalam gelombang elektromagnetik. Kecepatan cahaya besarnya
sama dengan kecepatan gelombang elektromagnetik yang lain. Di ruang hampa
atau uadara mendekati c = 3x10 8 m/s. hal inilah yang mendasari teori Maxwll
tentang cahaya: “Cahaya adalah gelombang yaitu gelombang elektromagnetik”.

sifat semua gelombang ialah bahwa gelombang itu memenuhi prinsip super
posisi: Bila dua atau lebih gelombang yang alamnya sama melalui satu titik
pada saat yang sama, maka amplitude sesaat disitu ialah jumlah dari
amplitude sesaat masing-masing gelombang.

Amplitude sesaat berarti harga rata-rata pada tempat dan waktu tertentu dari
kuantitas yang membentuk gelombang. “Amplitude” berarti harga maksimum dari
variabel gelombang.

Bila dua atau lebih deretan gelombang bertemu dalam suatu daerah,
gelombang itu akan berinterferensi menghasilkan gelombang baru yang amplitude
sesaatnya merupakan jumlah dari amplitude sesaat gelombang semula. Interferensi
konstruktif (membangun) berarti pada gelombang tersebut saling menguatkan
dengan fase sama sehingga menghasilkan amplitude yang lebih besar, dan
interferensi destruktif (menghancurkan) berarti gelombang tersebut sebagian atau
sepenuhnya saling meniadakan karena fasenya berbeda (Gambar 2.3). jika
gelombang semula memiliki frekuensi ynang berbeda, hasilnya merupakan
campuran dari interferensi konstruktif dan destruktif.

Interferensi gelombang cahaya mula-mula diperlihatkan oleh Thomas


young dalam tahun 1801. Ia memakai sepasang celah yang disinari cahaya
ekawarna dari sebuah sumber seperti Gambar 2.4. Dari masing-masing celah,
gelombang sekunder menyebar seolah-olah berasal dari celah; ini merupakan
contoh dari difraksi yang menunjukkan gejala gelombang karakteristik seperti juga
interferensi. Karena interferensi, layar tidak diterangi merata, teteapi
memperlihatkan pola garis terang dan gari yang gelap berselang-seling (Gambar
2.5). oada kedudukan di layar dengan panjang jalan dari kedua celah berbeda
dengan bilangan ganjil kali setengah panjang gelombang ( λ /2,3 λ /2 , 5 λ/2 …),

10
interferansi destruktif terjadi, sehingga hasilnya adalah garis gelap. Pada tempat-
tempat itu dimana panjang lintasannya adalah sama atau berbeda dengan jumlah
seluruh panjang gelombang ( λ ,2 λ , 3 λ , …), interferensi konstruktif terjadi, sehingga
hasilnya adalah garis terang. Diantara kedudukan garis terang, interferensi terjadi
sebagian, sahingga intensitas pada layar berubah secara gradual antara garis terang
dan gelap.

Interferensi dan difraksi merupakan sifat khusus dari gelombang-partikel


yang kita kenal tidak mempunyai sifat itu. Jadi eksperimen Young merupakan bukti
bahwa cahaya adalah gelombang. Lebih lanjut, teori Maxwell memberitahu kepada
kita jenis gelombang tersebut, yaitu elektromegnetik.

2.2. Efek Fotolistrik


Teori kuantum pertama kali dicetuskan pada tahun 1900 oleh seorang
ilmuwan berkebangsaan Jerman yang bernama Max Karl Ernst Ludwig Planck
(1858 – 1947). Dalam percobaannya Planck mengamati sifat-sifat
termodinamika radiasi benda-benda hitam hingga ia berkesimpulan bahwa
energi cahaya terkumpul dalam paket-paket energi yang disebut kuanta atau
foton. Dan pada tahun 1901 Planck mempublikasikan teori kuantum cahaya
yang menyatakan bahwa cahaya terdiri dari peket-paket energi yang disebut
kuanta atau foton. Akan tetapi dalam teori ini paket-paket energi atau partikel
penyusun cahaya yang dimaksud berbeda dengan partikel yang dikemukakan
oleh Newton . Karena foton tidak bermassa sedangkan partikel pada teori
Newton memiliki massa.
Pernyataan Planck ternyata mendapat dukungan dengan adanya
percobaan Albert Einstein pada tahun 1905 yang berhasil menerangkan gejala
fotolistrik dengan menggunakan teori Planck. Fotolistrik adalah peristiwa
terlepasnya elektron dari suatu logam yang disinari dengan panjang gelombang
tertentu. Akibatnya percobaan Einstein justru bertentangan dengan pernyataan
Huygens dengan teori gelombangnya.Pada efek fotolistrik, besarnya kecepatan
elektron yang terlepas dari logam ternyata tidak bergantung pada besarnya
intensitas cahaya yang digunakan untuk menyinari logam tersebut. Sedangkan
menurut teori gelombang seharusnya energi kinetik elektron bergantung pada
intensitas cahaya.

11
Kemudian dari seluruh teori-teori cahaya yang muncul dapat
disimpulkan bahwa cahaya mempunyai sifat dual (dualisme cahaya) yaitu
cahaya dapat bersifat sebagai gelombang untuk menjelaskan peristiwa
interferensi dan difraksi tetapi di lain pihak cahaya dapat berupa materi tak
bermassa yang berisikan paket-paket energi yang disebut kuanta atau foton
sehingga dapat menjelaskan peristiwa efek fotolistrik.
Efek fotolistrik adalah suatu proses dimana suatu cahaya dengan frekuensi
cukup tinggi mengenai permukaan sebuah logam, sehingga dari permukaan
logam itu terpancar elektron. Gambar ini memberi ilustrasi jenis alat yang
dipakai dalam eksperimen efek fotolistrik.

Gambar 2.4 Alat untuk mengamati efek fotolistrik.

Gambar diatas merupakan peralatan untuk mengamati efek fotolistrik.


Cahaya yang menyinari permukaan logam (katoda) menyebabkan electron
terpental keluar. Ketika elektron bergerak menuju anoda, pada rangkaian luar
terjadi arus elektrik yang diukur dengan Ammeter A.
Laju pancaran electron diukur sebagai arus listrik pada rangkaian luar
dengan menggunakan sebuah Ammeter, sedangkan energi kinetiknya ditentukan
dengan mengenakan suatu potensial perlambat (retarding potential) pada anoda
sehingga electron tidak mempunyai energi yang cukup untuk “memanjati” bukit
potensial yang terpasang. Secara eksperimen tegangan perlambat terus
diperbesar hingga pembacaan arus pada ammeter menurun ke nol. Tegangan

yang bersangkutan ini disebut potensial henti (


V o ). karena electron yang

berenergi tertimggi tidak dapat melewati potensial henti ini, maka pengukuran V
merupakan suatu cara untuk menentukan energi kinetik maksimum electron :

12
E kmak
Ek =e . V V=
mak Sehingga e

Berdasarkan hasil pengamatan :

1. Intensitas cahaya tidak mempengaruhi pergerakan electron


2. Intensitas cahaya mempengaruhi jumlah elektron yang lepas dari permukaan
logam
3. Energi kinetik hanya bergantung pada panjang gelombang cahaya atau
frekuensinya.

Untuk lebih jelas hubungan antara intesitas cahaya terhadap arus fotolistrik dan
kelajuan perhatikan gambar berikut

Gambar 2.5. Arus fotoelektron sebanding dengan intensitas cahaya untuk


semua tegangan perintang. Tegangan penghenti vo sama untuk semua
intensitas cahaya dari frekuensi v yang diberikan

13
Gambar 2.6 tegangan penghenti Vo bergantung dari frekuensi v dari cahaya. Bila
tegangan perintang V=0, arus fotolistrik sama unutk cahaya yang berintesitas
sama tak bergantung frekuensi.

Tabung yang divakumkan berisi dua elektroda yang dihubungkan


dengan rangkaian eksternal, dengan keping logam yang permukaannya
mengalami iradiasi dipakai sebagai anoda. Sebagian dari elektron yang muncul
dari permukaan yang mengalami iradiasi mempunyai energi yang cukup untuk
mencapai katoda. Ketika potensial perintang V ditambah, lebih sedikit elektron
yang mencapai katoda dan arusnya menurun. Ketika V sama atau melebihi suatu
harga Vo yang besarnya dalam orde beberapa volt, tidak ada elektron yang
mencapai katoda dan arus terhenti. Terdapatnya efek fotolistrik menunjukkan
bahwa gelombang cahaya membawa energi, dan sebagian energi yang diserap
oleh logam dapat terkonsentrasi pada elektron tertentu pada dan muncul sebagai
energi kinetik.
Banyaknya elektron yang dapat dipancarkan dari permukaan logam
sangat tergantung pada intensitas penyinaran cahaya dan energinya tergantung
pada frekuensi (ν). Jika diketahui konstanta Planck h = 6,626 E-34 J.s maka
energi suatu fotolistrik dirumuskan
E = hν …(2.1)
Jika suatu elektron terikat dengan energi W, yang disebut sebagai fungsi kerja,
maka besar energi foton menjadi :
E = hν – W …(2.2)
Oleh karena energi foton merupakan suatu energi kinetik maka berlaku rumus
Einstein
½mV2 = hν – W …(2.3)
Dimana
m : massa elektron
V : kecepatan elektron
W : kerja yang diperlukan untuk mengeluarkan elektron dari katoda
Dengan tegangan perlambat yang diperlukan disebut restarding potensial maka
berlaku persamaan :

14
hν – W = e Uo …(2.4)

Efek fotolistrik hanya terjadi pada frekuensi cahaya yang lebih besar
daripada harga minimum tertentu (frekuensi ambang) yang bergantung pada
jenis logam yang disinari. Terjadinya efek fotolistrik hampir bersamaan dengan
saat datangnya sinar pada plat logam. Energi kinetik maksimum elektron
fotolistrik pada logam tertentu hanya bergantung pada frekuensi berkas cahaya
yang datang, tidak bergantung pada intensitas cahaya yang datang. Besar arus
fotolistrik sebanding dengan intensitas cahaya yang datang. Cahaya yang datang
pada permukaan logam diperlakukan sebagai paket-paket energi yang disebut
foton (Einstein, 1905). Efek fotolistrik hanya dapat terjadi jika energi foton
datang lebih besar daripada rata-rata energi yang diperlukan untuk melepaskan
elektron dari permukaan logam. Jadi rumus empiris efek fotolistrik. Besar energi
elektron fotolistrik dapat ditentukan dengan memberikan potensial perintang
atau stopping potential (V0) dalam rangkaian untuk menghentikan arus
fotolistrik.Dengan e menyatakan besar muatan elektron, yaitu 1,602.10-19 C.
Efek fotolistrik merupakan gejala terlepasnya elektron dari permukaan
logam karena disinari gelombang elektromagnetik tertentu.

Gambar 2.7. Fotolistrik

Syarat terjadinya efek fotolistrik adalah:


1. panjang gelombang ambang sinar (datang) > panjang gelombang bahan
2. frekuensi sinar (f) > frekuensi ambang bahan (fo)
3. energi foton sinar (Ef) >energi ambang bahan (Wo)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan efek fotolistrik adalah:
1. elektron akan segera terlepas – tanpa perlu waktu tunda

15
2. Penambahan intensitas dari cahaya akan menambah jumlah elektron yang
terlepas, tetapi tidak menambah besar energi kinetik
3. Cahaya merah tidak akan menyebabkan keluarnya elektron, berapapun
besar intensitasnya. Cahaya violet (ungu) yang lemah akan mengeluarkan
sedikit elektron, tetapi besar energi kinetik maksimum akan bertambah
dibandingkan untuk intensitas cahaya yang panjang gelombannya lebih
besar.

Aplikasi Efek Foto Listrik Dalam Kehidupan Sehari-Hari


Dengan bantuan peralatan elektronika saat itu suara dubbing film direkam
dalam bentuk sinyal optik di sepanjang pinggiran keping film. Pada saat film
diputar, sinyal ini dibaca kembali melalui proses efek fotolistrik dan sinyal
listriknya diperkuat dengan menggunakan amplifier tabung sehingga
menghasilkan film bersuara.
Aplikasi paling populer di kalangan akademis adalah tabung foto-pengganda
(photomultiplier tube). Dengan menggunakan tabung ini hampir semua
spektrum radiasi elektromagnetik dapat diamati. Tabung ini memiliki efisiensi
yang sangat tinggi, bahkan ia sanggup mendeteksi foton tunggal sekalipun.
Dengan menggunakan tabung ini, kelompok peneliti Superkamiokande di
Jepang berhasil menyelidiki massa neutrino yang akhirnya dianugrahi hadiah
Nobel pada tahun 2002. Di samping itu efek fotolistrik eksternal juga dapat
dimanfaatkan untuk tujuan spektroskopi melalui peralatan yang
bernamaphotoelectron spectroscopy atau PES.
Efek fotolistrik internal memiliki aplikasi yang lebih menyentuh masyarakat.
Ambil contoh foto-diode atau foto-transistor yang bermanfaat sebagai sensor
cahaya berkecepatan tinggi. Bahkan, dalam komunikasi serat optik transmisi
sebesar 40 Gigabit perdetik yang setara dengan pulsa cahaya sepanjang 10
pikodetik (10-11 detik) masih dapat dibaca oleh sebuah foto-diode.
foto-transistor yang sangat kita kenal manfaatnya dapat mengubah energi
matahari menjadi energi listrik melalui efek fotolistrik internal. Sebuah
semikonduktor yang disinari dengan cahaya tampak akan memisahkan elektron
dan hole. Kelebihan elektron di satu sisi yang disertai dengan kelebihan hole di
sisi lain akan menimbulkan beda potensial yang jika dialirkan menuju beban
akan menghasilkan arus listrik.

16
Akhir-akhir ini kita dibanjiri oleh produk-produk elektronik yang dilengkapi
dengan kamera CCD (charge coupled device). Sebut saja kamera pada ponsel,
kamera digital dengan resolusi hingga 12 Megapiksel, atau pemindai kode-
batang (barcode) yang dipakai diseluruh supermarket, kesemuanya
memanfaatkan efek fotolistrik internal dalam mengubah citra yang dikehendaki
menjadi data-data elektronik yang selanjutnya dapat diproses oleh komputer.
Jadi, tanpa kita sadari kita telah memanfaatkan efek fotolistrik baik internal mau
pun eksternal dalam kehidupan sehari-hari.

2.3. Teori Kuantum Cahaya


Foton awalnya dinamakan sebagai kuantum cahaya (das Lichtquant)
oleh Albert Einstein. Nama modern "photon" berasal dari kata Bahasa
Yunani untuk cahaya φῶς, ditransliterasi sebagaiphôs, dan ditelurkan oleh
kimiawan fisik Gilbert N. Lewis, yang menerbitkan teori spekulatif yang
menyebutkan foton sebagai "tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan".
Meskipun teori Lewis ini tidak dapat diterima karena bertentangan dengan hasil
banyak percobaan, nama barunya ini, photon, segera diadopsi oleh kebanyakan
fisikawan. Isaac Asimov menyebut Arthur Comptonsebagai orang yang pertama
kali mendefinisikan kuantum cahaya sebagai foton pada tahun 1927
Teori elektromagnetik cahaya dapat menerangkan sangat baik banyak
sekali gejala, sehingga teori ini tentu mengandung kebenaran. Namun teori
yang berdasar kokoh ini tidak cocok untuk menerangkan efek fotolistrik. Dalam
tahun 1905 Einstein menemukan bahwa paradoks yang timbul pada efek
fotolistrik dapat dimengerti hanya dengan memasukkan pengertian radikal yang
pernah disusulkan lima tahun sebelumnya oleh fisikawan teoretis Jerman Max
Planck. Ketika itu Planck mencoba menerangkan radiasi karakteristik yang
dipancarkan oleh benda mampat. Kita mengenal pijaran dari sepotong logam
yang menimbulkan cahaya tampak, tetapi panjang gelombang lain yang terlihat
mata juga juga terdapat. Sebuah benda tidak perlu sangat panas untuk bisa
memancarkan gelombang elektromagnetik- semua benda memancarkan energi
seperti secara malar (kontinu) tidak perduli berapa temperaturnya. Pada
temperature kamar sebagian besar radiasinya terdapat pada bagian inframerah
dari spectrum, sehingga terlihat.

17
Sifat yang dapat diamati dari radiasi benda hitam ini –penamaan serupa
itu akan dikemukakan alasannya pada bab 9, di situ pembahasan lengkap
persoalan dan pemecahannya diberikan –tidak dapat diterangkan berdasrkan
prinsip fisis yang dapat diterima pada waktu itu. Planck dapat menurunkan
rumus yang dapat menerangkan radiasi spectrum ini (yaitu kecerahan relatif dari
berbagai panjang gelombang yang terdapat) sebagai fungsi dari temperature dari
benda yang meradiasikannya kalau ia menganggap kalau radiasi yang
dipancarkan terjadi secara tak malar (diskontinu), dipancarkan dalam caturan
kecil, suatu anggapan yang sangat asing dalam teori electromagnet. Catuan ini
disebut kuanta. Planck mendapatkan bahwa kuanta yang berpautan dengan
frekuensi tertentu v dari cahaya semuanya harus berenergi sama dan bahwa
energi ini E berbanding lurus dengan v. Jadi
E=hf
.............(2.5 ) Energi kuantum

Dengan h, pada waktu itu disebut tetapan Planck, berharga

h = 6,626 X 10-34 J.s Tetapan Planck

Ketika ia harus menganggap bahwa energi elektromagnetik yang


diradiasikan oleh benda timbul secara terputus-putus, Planck tidak pernah
menyangsikan bahwa penjalarannya melalui ruang merupakan gelombang
elektromagnetik yang malar. Einstein mengusulkan bukan saja cahaya
dipancarkan menurut suatu kuantum pada suatu saat, tetapi juga menjalar
menurut kuanta individual; anggapan yang lebih berlawanan dengan fisika
klasik. Menurut hipotesis ini efek fotolistrik dapat diterangkan dengan mudah.
Rumusan empiris persamaan 2.5 dapat ditulis

K mak =hf −W o ..............(2.6) Efek fotolistrik

W o =hf o

Pengusulan Einstein berarti bahwa tiga suku dalam persamaan 2.6 dapat
ditafsirkan sebagai berikut:

hf = isi energi dari masing-masing kuantum cahaya datang

18
K mak = enegi kinetik fotoelektron maksimum

hf o = energi minimum yang diperlukan untuk melepaskan sebuah elektron


dari permukaan logam yang disinari

Beberapa fungsi kerja fotolistrik terlihat dalam tabel 2.1. Untuk melepaskan
elektron dari permukaan logam biasanya memerlukan separuh dari energi yang
diperlukan untuk melepaskan electron dari atom bebas dari logam bersangkutan
(lihat Tabel 10.1), sebagai contoh, energi ionisasi cesium 3,9 eV dibandingkan
dengan fungsi kerja 1,9 eV. Karena spectrum cahaya tampak berkisar dari 4,2
hingga 7,9 X 1014 Hz yang bersesuaian dengan energi kuantum 1,7 hingga 3,3
eV, jelaslah dari table 2.1 bahwa efek fotolistrik ialah suatu gejala yang terjadi
dalam daerah cahaya tampak dan ultraungu. Seperti telah kita lihat, foton cahaya

berfrekuensi f berenergi hf . hf dapat dinyatakan dalam elektronvolt (eV),


yaitu 1 eV = 1,60 x 10-19

Tabel 2.1 Fungsi Kerja Fotolistrik

Metal Lambang Fungsi Kerja, eV

Cesium Cs 1,9

Kalium K 2,2

Natrium Na 2,3

Lithium Li 2,5

Kalsium Ca 3,2

Tembaga Cu 4,5

Perak Ag 4,7

Platina Pt 5,6

hc
E=
Jadi rumus energi foton λ dperoleh sebagi berikut

19
2. 7

Dengan λ dinyatakan dalam meter. Bila λ dinyatakan dalam satuan angstrom


(Ǻ), dengan 1 Ǻ = 10-10 m, maka

1 , 24 x 10 4 eV .
E=
λ Ǻ ...........(2.8) Energi foton

Kesalahan penafsiran yang lalu mengenai efek fotolistrik diteguhkan


dengan studi mengenai emisi termionik. Telah lama diketahui bahwa
terdapatnya benda panas menambah konduktivitas listrik udara yang ada di
sekelilingnya, dan menjelang abad ke sembilan belas penyebab gejala itu di
temukan yaitu emisi electron dari benda panas itu. Emisi termonik
memungkinkan bekernyanya peralatann seprti tabung gambar televise yang
didalamnya terdapat filament logam atau katoda berlapisan khusus yang pada
temperature tinggi mentajikan arus electron yang rapat. Jelaslah bahwa electron
yang dipancarkan memperoleh energi dari agitasi termal partikel pada logam,
dan dapat diharapkan bahwa electron harus mendapat energi minimum tertentu
supaya dapat lepas. Energi minimum ini dapat ditentukan untuk berbagai
permukaan dan selalu berdekatan dengan fungsi kerja fotolistrik, foton cahaya
menyediakan energi yang diperlukan oleh electron untuk lepas, sedang dalam
emisi termionik kalor yang menyediakannya: dalam kasus itu proses fisis yang
bersangkutan dengan timbulnya electron dari permukaan logam sama.

Jika cahaya diamati dengan metode gelombang, maka ia akan


menghasilkan sifat gelombang. Yaitu, cahaya mempunyai panjang gelombang,
bisa dibiaskan, bisa didifraksikan, dan lain sebagainya. Tetapi, jika diteliti
dengan metode partikel, ia akan menunjukkan sifat partikel. Yaitu, cahaya bisa
mempengaruhi elektron dan mempunyai energi yang terkuantisasi.

2.4. Apakah cahaya itu

20
Menurut teori gelombang, gelombang cahaya menyebar dari
permukaan air jika kita menjatuhkan batu ke permukaan air. Energy
yang dibawa cahaya menurut analog ini terdistribusi secara kontinu ke
seluruh pola gelombang. Sebaliknya, menurut teori kuantum, cahaya
menyebar dari sumbernya sebagai sederetan konsentrasi energy yang
terlokalisasi, masing-masing cukup kecil sehingga dapat diserap oleh
sebuah elektron (Gambar 2.4). yang mengherankan ialah teori kuantum
cahaya yang memperlakukan sepenuhnya sebagai gejala partikel secara
eksplisit berkaitan dengan frekuensi cahaya v , merupakan konsep
geombang.
Jika ditinjau dari gelombang elektromagnetik berfrekuensi
v yang jatuh pada sebuah layar, Intensitas I dari gelombang itu yang
merupakan leju energy transport per satuan luas penampang
bergantung dari besar E dan B dari medan listrik dan megnetik. Karena
E dan B berhubungan melalui persamaan E=cB, maka bisa dipilih salah
satu E atau B untuk menggambarkan intensitas gelombang, biasanya E
yang dipilih. Intensitas I dari gelombang pada layar diberikan oleh
2
Gambaran Gelombang I =∈0 c E ...................(2.9)
Dengan E2 menyatakan rata-rata kuadrat besaran sesaat dari gelombang
medan listrik dalam satu siklus. Dinyatakan dalam model foton dari
gelombang elektromagnetik yang sama energinya ditransport oleh N
foton tiap detik tiap satuan luas. Karena tiap foton berebergi hv ,
intensitas pada layar ialah

Gambaran foton I =Nhv .....................(2.10)

Kedua gambaran itu harus memberikan harga I yang sama, sehingga


laju kedatangan foton menjadi

∈0 c 2
N= E .................................(2.11)
hv

a) Jika n cukup besar, orang yang melihat layar akan


mendapatkandistribusi cahaya yang kontinu, polanya bersesuaian

21
dengan distribusi E2, dan ia tidak mempunyai alas an untuk
menyangsikan teori gelombang cahaya tersebut. Jika N sangat kecil-
demikian kecilnya hingga satu foton saja pada tiap saat yang sampai
pada layar- pengamat akan mendapatkan sederetan denyar random
yang menunjukkan bahwa cahaya menyerupai gejala kuantum.
b) Jika pengamat itu mengikuti pola dengan yang terjadi cukup lama, ia
akan mendapatkan pola yang terbentuk sama dengan yang sebelumnya.
Sehingga ia terpaksa mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan
menemukan foton pada tertentu bergantung dari harga E2 di tempat itu

2.5. Sinar-X
Dalam tahun 1895 Wilhelm Roentgen mendapatkan bahwa radiasi yang
kemampuan tembusnya besar yang sifatnya belum diketahui, ditimbulkan jika
electron cepat menumbuk materi. Sinar X ini didapatkan menjalar menurut garis
lurus walaupun melalui medan magnetik dapat menembus bahan, dengan mudah,
menyebabkan bahan fosforesen berkilau dan menyebabkan perubahan plat
fostografik. Bertambah cepat electron semula, bertambah hebat kemampuan
tembus sinar X dan bertambauh banyak jumlah elektron, bertambah besar pula
intensitas berkas sinar X. .

Gambar 2.8. Kemampuan tembus sinar X, menimbulkan kemampuan untuk


memperlihatkan struktur interior dari benda seperti mesin kapal terbang

Belum lama setelah penemuan itu orang menduga bahwa sinar X merupakan
gelombang elektromagneti. Bahkan teori elektromagnetik meramalkan bahwa
muatan listrik yang dipercepat akan meradiasikan gelombang elektromagnetik, dan
electron yang bergerak cepat yang tiba-tiba dihentikan jelas mengalami percepatan.
Radiasi yang ditimbulkan dalam keadaan serupa itudiberi nama bahasa Jerman

22
bremsstrahlung (“radiasi pengereman”). Tidak ditemukannya pembiasan (refraksi0
sinar X pada pekerjaan dini disebabkan sangat kecilnya panjang gelombang,

Sifat gelombang sinar X, mula-mula ditegakkan oleh Barkla dalam


tahun1906 yang bias menunjukkan polarisasinya. Pengaturan eksperimen Barkla
disketsa dalam gambar 2-5. Marilah kita anggap sinar X sebagai gelombang
elektromagnetik. Pada bagian kiri seberkas sinar X takterpolarisasi menjalar dalam
arah –z menumbuk sekelimit karbon. Sinar X didihambur oleh karbon , ini berarti
bahwa electron pada atom karbon digetarkan oleh vector listrik dari sinar X,
kemudian meradiasikan kembali. Karena vector listrik dalam gelombang
elektromagnetik tegak lurus pada arah penjalaran, berkas sinar X semula yang
mengandung vector listrik hanya terletak pada bidang xy. Electron target terimbas
untuk bergetar pada bidang xy. Sinar X yang terhambur yang menjalar pada arah
+x hanya dapat memiliki vector listrik pada arah y saja, sehingga sinar itu
mengalami polarisasi bidang datar. Untuk memperlihatkan polarisasi ini sekelumit
karbon yang lain diletakkan pada lintasan sinar X yang menjalar pada bidang xz
saja, dan tidak ada pada arah y. tidak adanya sinar X yang dihamburkan diluar
bidang xz meyakinkan sifat gelombang sinar X

Dalam tahun 1912 suatu metode dicari untuk mengukur panjang gelombang
sinar X. eksperimen difraksi dapat dipandang ideal, tetapi kita ingat dari optic fisis
bahwa jarak antara dua garis yang berdekatan pada kisi difraksi harus berorde besar
sama dengan panjang gelombang cahaya supaya didapatkan hasil yang memuaskan
dan kisi yang berjarak sangat kecil seperti yang diperlukan untuk sinar X tak dapat
dibuat. Namun dalam tahun 1912, Max von Laure menyadari bahwa untuk panjang
gelombang yang diduga berlaku untuk sinar X berorde besar hampir sama dengan
jarak antara atom-atom dalam kristal yaitu sekitar beberapa angstrom. Dengan alas
an itu ia mengusulkan bahwa kristal dapat digunakan untuk mendefraksi sinar X
dengan kisi kristal berlaku sebagai kisi tiga dimensi. Tahun berikutnya eksperimen
yang memadai untuk hal tersebut telah dilakukan dan sifat gelombang sinar X
secara sukses ditunjukkan. Dalam eksperimen itu panjang gelombang dari 1,3X10 -
11
hingga 4,8X 10-11m (0,13 hingga 0,48Å) telah ditemukan 10-4 kali panjang
gelombang cahaya tampak sehingga mempunyai kuanta 104 kali lebih energitik.
Kita akan membahas difraksi sinar X lebih lanjut dalam pasal 2.6.

23
Radiasi elektromagnetik dalam selang panjang gelombang aproksimasi 0,1
hingga 100 Å, pada waktu ini digolongkan sebagai sinar X. Perbatasan selang
tersebut tidak tajam , pada batas panjang gelombang kecil bertindak sebagai sinar
X dan batas panjang gelombang besar bertindihan dengan cahaya ultraungu.

Gambar 2.9 merupakan diagram tabung sinar X. sebuah katode yng dipanasi
oleh filament berdekatan yang dilalui arus listrik menyediakan electron terus
menerus dengan emisi termionik. Perbedaan potensial yang tinggi V dipertahankan
antara katode dengan target logam mempercepat electron kearah target tersebut.
Permukaan target membentuk sudut relatif terhadap berkas electron dan sinar X
yang keliar dari target melewati bagian pinggir tabung. Tabung tersebut
dihampakan supaya electron dapat sampai ketarget tanpa halangan.

Prinsip kerja sinar-X merupakam kebalikan dari gejal efek fotolistrik. Pada
gejala fotolistrik katodanya ditumbuk oleh foton-foton sehingga melepaskan
electron. Sedangkan sinar-X anodanya ditumbuk electron, sehingga memancarkan
energi foton (sinar-X). Untuk lebih memahaminya perhatikan gambar berikut ini :

Gambar 2.9. sebuah tabung sinar X

Beda potensial anoda dan katoda (50-100) KV kecapatan electron mencapai 10 %


dari kecepatan cahaya. Elekttron yang terlepas dari katoda menumbuk anoda
dengan kecepatan tinggi. Di anoda, energi kinetik electron berubah menjadi sinar-
X.

24
Sinar-X dapat terjadi melalui dua cara yaitu :

a) Sinar-X terjadi tanpa eksitasi electron

Ek
hf
E'k

Gambar 2.10. Sinar-X terjadi tanpa eksitasi electron

Berkas electron yang berasal dari katode menumbuk atom logam anoda
dengan kecepatan tinggi. Sebagian besar electron ini masuk kedalam logam,
sehingga energi kinetiknya mungkin berkurang, energi yang hilang berubah
menjadi energi foton (sinar-X)

E k−E 'k =hf , jika E k=0 , maka

hc
E k=hf =
λ ...................(2.10)
Karena electron dipergepat dengan beda potensial V, maka :
E k=eV jadi hf =eV
.............(2.11)
c hc
f= =eV
Karena λ maka λ
Jadi untuk mencari panjang gelombang pada sinar-X dapat dihitung dengan :
o
λ= hc
ev
= 12400
v
A
................(2.12)
o
Sinar-X mempunyai λ=( 0 . 01−100 ) A

25
b) Sinar-X terjadi karena eksistasi electron
Elektron yang berkecepatan tinggi ketika menumbuk atom logam anoda akan
menyebabkan electron pada kulit atom sebelah dalam akan pindah kekulit
sebelah luarnya. Elektron yang pindah akan cenderung kembali ke kulit asal
sambil melepaskan energi dalam bentuk sinar-X

EK

EK`

Gambar 2.11. Sinar-X terjadi karena eksistasi electron

dalam kasus molibdeum puncak intensitas yang tajam pada panjang gelombang
tertentu menunjukkan timbulnya sinar x yang besar pada panjang gelombang tertentu

Gambar 2.12. spektrum sinar – x tungsten pada berbagai potensial pemercepat

Sifat-sifat sinar-X adalah

1) GEM (Gelombang Elektromagnetik frekuensi tinggi)


26
→ →
2) Tidak dipengaruhi oleh E dan B
3) Daya tembusnya besar
4) Dapat menghitamkan film

MUNGKIN DIBUTUHKAN 

II. Efek Compton

Pada efek fotolistrik, cahaya dapat dipandang sebagai kuantum energi dengan
energi yang diskrit. Kuantum energi tidak dapat digambarkan sebagai gelombang tetapi
lebih mendekati bentuk partikel. Partikel cahaya dalam bentuk kuantum dikenal dengan
sebutan foton. Pandangan cahaya sebagai foton diperkuat lagi melalui gejala yang
dikenal sebagai efek Compton.

Jika seberkas sinar-X ditembakkan ke sebuah elektron bebas yang diam, sinar-X akan
mengalami perubahan panjang gelombang dimana panjang gelombang sinar-X menjadi
lebih besar. Gejala ini dikenal sebagai efek Compton, sesuai dengan nama penemunya,
yaitu Arthur Holly Compton.

Sinar-X digambarkan sebagai foton yang bertumbukan dengan elektron (seperti halnya
dua bola bilyar yang bertumbukan). Elektron bebas yang diam menyerap sebagian
energi foton sehingga bergerak ke arah membentuk sudut terhadap arah foton mula-
mula. Foton yang menumbuk elektron pun terhambur dengan sudut θ terhadap arah
semula dan panjang gelombangnya menjadi lebih besar. Perubahan panjang gelombang
foton setelah terhambur dinyatakan sebagai

27
Dimana m adalah massa diam elektron, c adalah kecepatan cahaya, dan h adalah
konstanta Planck.

II. 4. Proses Foton Lainnya

Teori foton sebagai kuantum radiasi electromagnet didukung hamburan compton


dan efek fotoelektrik , terdapat pula sejumlah percobaan lain yang hanya dapat
ditafsirkan secara benar jika dianggap berlaku kuantisasi (perilaku partikel) radiasi
electromagnet.

Bremsstrahlung dan Produksi Sinar –X apabila sebuah muatan elektrik, misalnya


electron , dipercepat atau diperlembat , maka ia memancarkan energy electromagnet :
dalam kerangka pemahaman kita sekarang menggatakan bahwa ia memancarkan foton.
Andaikan kita mempunyai seberkas electron , yang telah mencapai energy eV Setelah
dipercepat melalui suatu potensial V (Gambar 3.21) ketika menumbuk suatu sasaran ,
elektronnya diperlambat sehingga pada akhirnya berhenti, karena bertumbukan dengan
atom-atom materi sasaran.

Gambar 3.21 peralatan untuk menghasilkan bremsstrahlung. Electron dari katoda C


dipercepat menuju anoda A melalui beda potensial V. ketika sebuah electron

28
menumbuk suatu atom sasaran dari anoda, ia mengalami perlambatan, dengan
memancarkan sebuah foton sinar-X.

Karena pada tumbukan seperti itu terjadi transfer momentum dari electron ke atom ,
maka kecepatan electron menjadi berkurang dan electron dengan demikian
memancarkan foton. Mengingat energi kinetic pental atom sangatlah kecil (karena
massa atom cukup besar), kita dapat saja mengabaikannya. Jika energi kinetic electron
sebelum tumbukan adalah K,dan setelah tumbukan menurun menjadi K’ , maka energy
foton adalah jumlah energy yang hilang dan dengan

hv= K−K '

Demikian energy dan panjang gelombang foton yang dipancarkan ,tidak dapat
ditentukan secara tunggal , karena hanyalah K yang diketahui dalam persamaan (3.42)
Karena electron biasanya akan melakukan banyak tumbukan , maka sebelum diam
electron tersebut akan memancarkan pula banyan dengan energy yang berbeda-beda ;
energy foton itu dengan demikian akan berkisar dari yang paling rendah (panjang
gelombang yang panjang ), yang berkaitan dengan kehilangan energi yang kecil hingga
suatu energy maksimum K, yang berkaitan dengan kehilangan seluruh energy electron
dalam hanya satu tumbukan.

hv= K

hc
=eV
λmin

hc
λmin=
eV

Oleh karena itu ,panjang gelombang terpendek yang dipancarkan ditentukan oleh
kehilangan energy maksimum yang mungkin untuk tegangan-tegangan pemercepat khas
dalam rentang 10.000 V, λmin berada dalam rentang beberapa puluh nm, yang
berkaitan dengan daerah spectrum sinar –X . Distribusi kontinu sinar-X ini disebut
bremsstrahlung, yang adalah istilah bahasa jerman bagi radiasi rem atau perlambatan
Gambar 3.22 melukiskan beberapa cuplikan spectrum bremsstrahlung ini dapat ditulis
sebagai berikut:

Electron → electron + foton

29
Reaksi di atas adalah proses kebalikan dari efek fotoelektrik :

Electron + foton → electron

Gambar 3.32 beberapa spectrum khas bremsstrahlung . setiap spectrum dilabel dengan
nilai tegangan pemercepat V.

Bagi electron bebas, tidak satu pun dari proses ini dapat terjadi. Agar kedua proses ini
dapat terjadi , haruslah terdapat sebuah atom berat di sekitar electron yang berperan
memasok momentumlah pental yang diperlukan.

Produksi Pasangan proses lain yang dapat terjadi apabila foton menumbuk atom
adalah produksi pasanagan ,dimana seluruh energy foton hilang dan dalam proses ini
dua partikel terciptakan, yakni sebuah sebuah electron dan sebuah positron, (positron
adalah sebuah partikel yang massanya sama dengan masaa electron, tetapi memiliki
muatan positif, proses ini merupakan contoh penciptaan energy massa. Energy foton
yang hilang dalam proses ini berubah menjadi energy relativistic positron E+ dan
Elektron E- :

hc=E+ + E−¿ ¿ ……………………..(3.44)

Karena K+ dan K – selalu positif , maka foton harus memiliki energy s ekurang-
kurangnya 2me c 2 = 1,02 MeV agar proses ini dapat terjadi : foton yang berenergi
setinggi ini berada dalam daerah sinar gamma inti atom . secara perlambang,

Electron + positron → foton

30
juga terjadi : proses ini dikenal sebagai pemusnahan positron* dan dapat terjadi bagi
electron dan positron bebas dengan persyaratan harus tercipta sekurang-kurangnya dua
buah foton dalam proses ini . kekekalan energy mensyaratkan bahwa, juka E1 dan E2
adalah energy masing-masing Foton, maka

Karena K +¿ dan K- sangar kecil sehingga positron dan electron dapat dianggap diam,
maka kekekalan momentum mensyaratkan bahwa kedua foton memiliki energy sama,
mec ² , dab bergerak segaris dalam arah yang berlawanan.

II 5. Apakah foton itu?

Ia tidak memiliki massa diam : foton bergerak dengan laju cahaya : ia memenuhi
hubungan E=hv , p=h/λ dan E=pc: bahkan merasa tarikan gravitasi seperti partikel-
partikel lain itu merupakan sifat-sifat yang jelasnya.

Foton mentransmisikan gaya electromagnet: dalam sudut pandang ini dua muatan listrik
berintereaksi dengan mempertukarkan “ foton (foton dipancarkan oleh salah satu
muatan dn diterima oleh muatan lainnya). Foton ini adalah foton khayal yang hanya ada
dalam kerangka matematik rumusan fisika teori , namun mereka memiliki semua sifat
foton nyata. Foton tidak memiliki ukuran fisik dan tidak dapat dibelah karena mereka
tidak memiliki unsure-unsur penyusun dirinya.

Beberapa percobaan , seperti yang menyangkut efek interferensi seperti gelombang ,


sejumlah percobaan ini memperlihatkan bahwa radiasi electromagnet berintereaksi
seperti kuantum partikel yang dikenal sebagai foton. Tentu saja tafsiran gelombang dan
partikel tidaklah seasas—partikel melepaskan energy nya dalam sejumlah paket yang
terpusat , sedangkan energy sebuah gelombang terbesar merata dalm seluruh muka
gelombangnya,. Sebagai contoh , jika cahaya kita bayangkan berupa partikel-partikel
belaka , maka akan sulit sekali bagi kita untuk menerangkan pola interferensi yang
diamati dalam percobaan dua celah. Sebuah partikel hanya dapat melewati dua celah :
karena sebuah gelombang dapat terpisahkan , maka ia dapat melewati kedua celah itu
dan kemudian berpadu kembali

31
Contoh Soal 1 :
Frekuensi ambang suatu logam sebesar 8,0 × 1014 Hz dan logam tersebut
disinari dengan cahaya yang memiliki frekuensi 1015 Hz. Jika tetapan Planck
6,6 × 1014 Js, tentukan energi kinetik elekton yang terlepas dari permukaan
logam tersebut!
Penyelesaian:
Diketahui: f0 = 8,0 × 1014 Hz
f = 1015 Hz
h = 6,6 × 10-34 Js
Ditanya: Ek = ...?
Jawab
Ek = h.f – h.f0
Ek = 6,6 × 10-34 (1014 – (8,0 × 1014))
Ek = 1,32 × 10-19 J

Contoh soal 2.
Sebuah logam mempunyai frekuensi ambang 4 x 1014 Hz. Jika logam tersebut
dijatuhi foton ternyata elektron foto yang dari permukaan logam memiliki energi
kinetik maksimum sebesar 19,86 × 10-20 Joule. Hitunglah frekuensi foton
tersebut!
(h = 6,62 × 10-34 Js)
Penyelesaian :
Diketahui : f o = 4 × 1014 Hz
Ek = 19,86 × 10-20 J
h = 6,62 × 10-34 Js
Ditanyakan : f = …?
Jawab : Wo = hfo
= 6,62 × 10-34 × 4 × 1014 J

32
= 26,48 × 10-20 J

E = Ek + Wo= hf
f = Ek+ Wo /h
=(19,86 ×10-20+26,48×10-20)/ 6,62×10-34
= 7 × 1014 Hz

Jadi frekuensi foton sebesar 7 × 1014 Hz

33

Anda mungkin juga menyukai