OLEH
FAKULTAS TEKNIK
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayah – Nya sehingga dapat menyelesaikan Makalah Fisika Modern Tentang “
Siifat Partikel Dari gelombang” makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas Mata Kuliah Fisika Modern
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna,
baik dari segi penulisan, bahasan, ataupun penyusunannya. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari guru mata
pelajaran guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik
di masa yang akan datang.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1.....................................................................................................................Latar
Belakang.....................................................................................................1
1.2.....................................................................................................................Rum
usan masalah...............................................................................................
1.3.....................................................................................................................Tuju
an.................................................................................................................
1.4.....................................................................................................................Manf
aat ...............................................................................................................
BAB II ISI..................................................................................................................
2.1.......................................................................................................................Gelo
mbang Elektromagnetik...............................................................................
2.2.......................................................................................................................Efek
Fotolistrik.....................................................................................................
2.3.......................................................................................................................Teori
kuantum Cahaya...........................................................................................
2.4.......................................................................................................................Apak
ah Cahaya Itu...............................................................................................
2.5.......................................................................................................................Sinar
X...................................................................................................................
2.6.......................................................................................................................Difra
ksi Sinar X....................................................................................................
2.7.......................................................................................................................Efek
BAB III PENUTUP....................................................................................................
3.1........................................................................................................................Simp
ulan................................................................................................................
3.2........................................................................................................................Sara
n.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada fisika klasik kita memandang elektron, proton dan neutron sebagai
partikel, sedangkan radiasi elektromagnetik, cahaya sinar x dan sinar g
dipandang sebagai gelombang. Sebenarnya sifat gelombang dan sifat partikel
merupakan suatu sifat yang berkaitan satu sama lain yang hanya bergantung
pada jenis eksperimen yang diamati, berarti pada suatu keadaan tertentu partikel
dapat berkelakuan seperti gelombang, sedangkan dalam keadaan tertentu
lainnya gelombang dapat berkelakuan sebagai partikel jadi terdapat sifat
dualisme dari partikel dan gelombang.
4
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah
1.3. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah sifat partikel dari gelombang adalah adalah
1.4. Manfaat
5
BAB II
ISI
Pada 1845 Faraday menemukan bahwa sudut polarisasi dari sebuah sinar
cahaya ketika sinar tersebut masuk melewati material pemolarisasi dapat diubah
dengan medan magnet.Ini adalah bukti pertama kalau cahaya berhubungan
dengan Elektromagnetisme. Faraday mengusulkan pada tahun 1847 bahwa
cahaya adalah getaran elektromagnetik berfrekuensi tinggi yang dapat bertahan
walaupun tidak ada medium. Teori ini diusulkan oleh James Clerk
Maxwell pada akhir abad ke-19, menyebut bahwa gelombang cahaya adalah
gelombang elektromagnet sehingga tidak memerlukan medium untuk merambat.
Pada permukaannya dianggap gelombang cahaya disebarkan melalui kerangka
acuan yang tertentu, seperti aether, tetapi teori relativitas khusus menggantikan
anggapan ini. Teori elektromagnet menunjukkan yang sinar kasat mata adalah
sebagian daripada spektrum elektromagnet. Teknologi penghantaran radio
diciptakan berdasarkan teori ini dan masih digunakan. Kecepatan cahaya yang
konstan berdasarkan persamaan Maxwell berlawanan dengan hukum-hukum
mekanis gerakan yang telah bertahan sejak zaman Galileo, yang menyatakan
bahwa segala macam laju adalah relatif terhadap laju sang pengamat.
Pemecahan terhadap kontradiksi ini kelak akan ditemukan oleh Albert Einstein.
6
Gambar 2.1. Gelombang elektromagnetik
Pada gambar 2.2 dapat dijelaskan bahwa saat saklar S ditutup maka aka
nada arus yang mengalir pada kumparan dan sampai di plat sejajar. Pada kumparan
akan timbul medan magnet dan pada plat sejajar akan timbul medan listrik. Pada
saat saklar dibuka dan ditutup secara bergantian dengan cepat seperti inductor
rumkorf maka pada kumparan dan plat sejajar dapat memancarkan gelombang
elektromagnetik karena ada medan listrik (E) dan medan magnet (B) yang berubah-
ubah secara bergantian dan terus menerus. Bukti bahwa disitu terjadi rambatan
energy adalah adanya gejala resonansi yang diterima pada loop. Gejala ini pertama
7
kali ditemukan oleh Heinrich Hertz. Gambaran gerak gelombang elektromagnetik
tersebut dapat dijelaskan dengan komponen gelombang medan magnet dan medan
listrik yang saling tegak lurus. Dari persamaan gambar itulah Maxwell dapat
menemukan hubungan persamaan berikut.
Em
c=
Bm
μ0 = permeabilitas magnetic
Pada tahun 1888, ahli fisika jerman Heinrich Hertz membuktikan bahwa
gelombang elektromagnetik betul ada dan berperilaku tepat sebagai ramalan
8
Maxwell. Hertz menimbulkan gelombang dengan menggunakan arus bolak balik
dalam celah udara antara dua bola logam. Lebar celah itu diatur sedemikian rupa
sehingga latu terjadi setiap kali arus mencapai maksimum. Sosok kawat dengan
celah kecil merupakan detector gelombang elektromagnetik; dalam kawat dapat
timbul arus bolak balik yang menimbulkan latu pada celah itu.
9
Gambar 2.3 Spektrum gelombang elektromagnetik
sifat semua gelombang ialah bahwa gelombang itu memenuhi prinsip super
posisi: Bila dua atau lebih gelombang yang alamnya sama melalui satu titik
pada saat yang sama, maka amplitude sesaat disitu ialah jumlah dari
amplitude sesaat masing-masing gelombang.
Amplitude sesaat berarti harga rata-rata pada tempat dan waktu tertentu dari
kuantitas yang membentuk gelombang. “Amplitude” berarti harga maksimum dari
variabel gelombang.
Bila dua atau lebih deretan gelombang bertemu dalam suatu daerah,
gelombang itu akan berinterferensi menghasilkan gelombang baru yang amplitude
sesaatnya merupakan jumlah dari amplitude sesaat gelombang semula. Interferensi
konstruktif (membangun) berarti pada gelombang tersebut saling menguatkan
dengan fase sama sehingga menghasilkan amplitude yang lebih besar, dan
interferensi destruktif (menghancurkan) berarti gelombang tersebut sebagian atau
sepenuhnya saling meniadakan karena fasenya berbeda (Gambar 2.3). jika
gelombang semula memiliki frekuensi ynang berbeda, hasilnya merupakan
campuran dari interferensi konstruktif dan destruktif.
10
interferansi destruktif terjadi, sehingga hasilnya adalah garis gelap. Pada tempat-
tempat itu dimana panjang lintasannya adalah sama atau berbeda dengan jumlah
seluruh panjang gelombang ( λ ,2 λ , 3 λ , …), interferensi konstruktif terjadi, sehingga
hasilnya adalah garis terang. Diantara kedudukan garis terang, interferensi terjadi
sebagian, sahingga intensitas pada layar berubah secara gradual antara garis terang
dan gelap.
11
Kemudian dari seluruh teori-teori cahaya yang muncul dapat
disimpulkan bahwa cahaya mempunyai sifat dual (dualisme cahaya) yaitu
cahaya dapat bersifat sebagai gelombang untuk menjelaskan peristiwa
interferensi dan difraksi tetapi di lain pihak cahaya dapat berupa materi tak
bermassa yang berisikan paket-paket energi yang disebut kuanta atau foton
sehingga dapat menjelaskan peristiwa efek fotolistrik.
Efek fotolistrik adalah suatu proses dimana suatu cahaya dengan frekuensi
cukup tinggi mengenai permukaan sebuah logam, sehingga dari permukaan
logam itu terpancar elektron. Gambar ini memberi ilustrasi jenis alat yang
dipakai dalam eksperimen efek fotolistrik.
berenergi tertimggi tidak dapat melewati potensial henti ini, maka pengukuran V
merupakan suatu cara untuk menentukan energi kinetik maksimum electron :
12
E kmak
Ek =e . V V=
mak Sehingga e
Untuk lebih jelas hubungan antara intesitas cahaya terhadap arus fotolistrik dan
kelajuan perhatikan gambar berikut
13
Gambar 2.6 tegangan penghenti Vo bergantung dari frekuensi v dari cahaya. Bila
tegangan perintang V=0, arus fotolistrik sama unutk cahaya yang berintesitas
sama tak bergantung frekuensi.
14
hν – W = e Uo …(2.4)
Efek fotolistrik hanya terjadi pada frekuensi cahaya yang lebih besar
daripada harga minimum tertentu (frekuensi ambang) yang bergantung pada
jenis logam yang disinari. Terjadinya efek fotolistrik hampir bersamaan dengan
saat datangnya sinar pada plat logam. Energi kinetik maksimum elektron
fotolistrik pada logam tertentu hanya bergantung pada frekuensi berkas cahaya
yang datang, tidak bergantung pada intensitas cahaya yang datang. Besar arus
fotolistrik sebanding dengan intensitas cahaya yang datang. Cahaya yang datang
pada permukaan logam diperlakukan sebagai paket-paket energi yang disebut
foton (Einstein, 1905). Efek fotolistrik hanya dapat terjadi jika energi foton
datang lebih besar daripada rata-rata energi yang diperlukan untuk melepaskan
elektron dari permukaan logam. Jadi rumus empiris efek fotolistrik. Besar energi
elektron fotolistrik dapat ditentukan dengan memberikan potensial perintang
atau stopping potential (V0) dalam rangkaian untuk menghentikan arus
fotolistrik.Dengan e menyatakan besar muatan elektron, yaitu 1,602.10-19 C.
Efek fotolistrik merupakan gejala terlepasnya elektron dari permukaan
logam karena disinari gelombang elektromagnetik tertentu.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan efek fotolistrik adalah:
1. elektron akan segera terlepas – tanpa perlu waktu tunda
15
2. Penambahan intensitas dari cahaya akan menambah jumlah elektron yang
terlepas, tetapi tidak menambah besar energi kinetik
3. Cahaya merah tidak akan menyebabkan keluarnya elektron, berapapun
besar intensitasnya. Cahaya violet (ungu) yang lemah akan mengeluarkan
sedikit elektron, tetapi besar energi kinetik maksimum akan bertambah
dibandingkan untuk intensitas cahaya yang panjang gelombannya lebih
besar.
16
Akhir-akhir ini kita dibanjiri oleh produk-produk elektronik yang dilengkapi
dengan kamera CCD (charge coupled device). Sebut saja kamera pada ponsel,
kamera digital dengan resolusi hingga 12 Megapiksel, atau pemindai kode-
batang (barcode) yang dipakai diseluruh supermarket, kesemuanya
memanfaatkan efek fotolistrik internal dalam mengubah citra yang dikehendaki
menjadi data-data elektronik yang selanjutnya dapat diproses oleh komputer.
Jadi, tanpa kita sadari kita telah memanfaatkan efek fotolistrik baik internal mau
pun eksternal dalam kehidupan sehari-hari.
17
Sifat yang dapat diamati dari radiasi benda hitam ini –penamaan serupa
itu akan dikemukakan alasannya pada bab 9, di situ pembahasan lengkap
persoalan dan pemecahannya diberikan –tidak dapat diterangkan berdasrkan
prinsip fisis yang dapat diterima pada waktu itu. Planck dapat menurunkan
rumus yang dapat menerangkan radiasi spectrum ini (yaitu kecerahan relatif dari
berbagai panjang gelombang yang terdapat) sebagai fungsi dari temperature dari
benda yang meradiasikannya kalau ia menganggap kalau radiasi yang
dipancarkan terjadi secara tak malar (diskontinu), dipancarkan dalam caturan
kecil, suatu anggapan yang sangat asing dalam teori electromagnet. Catuan ini
disebut kuanta. Planck mendapatkan bahwa kuanta yang berpautan dengan
frekuensi tertentu v dari cahaya semuanya harus berenergi sama dan bahwa
energi ini E berbanding lurus dengan v. Jadi
E=hf
.............(2.5 ) Energi kuantum
W o =hf o
Pengusulan Einstein berarti bahwa tiga suku dalam persamaan 2.6 dapat
ditafsirkan sebagai berikut:
18
K mak = enegi kinetik fotoelektron maksimum
Beberapa fungsi kerja fotolistrik terlihat dalam tabel 2.1. Untuk melepaskan
elektron dari permukaan logam biasanya memerlukan separuh dari energi yang
diperlukan untuk melepaskan electron dari atom bebas dari logam bersangkutan
(lihat Tabel 10.1), sebagai contoh, energi ionisasi cesium 3,9 eV dibandingkan
dengan fungsi kerja 1,9 eV. Karena spectrum cahaya tampak berkisar dari 4,2
hingga 7,9 X 1014 Hz yang bersesuaian dengan energi kuantum 1,7 hingga 3,3
eV, jelaslah dari table 2.1 bahwa efek fotolistrik ialah suatu gejala yang terjadi
dalam daerah cahaya tampak dan ultraungu. Seperti telah kita lihat, foton cahaya
Cesium Cs 1,9
Kalium K 2,2
Natrium Na 2,3
Lithium Li 2,5
Kalsium Ca 3,2
Tembaga Cu 4,5
Perak Ag 4,7
Platina Pt 5,6
hc
E=
Jadi rumus energi foton λ dperoleh sebagi berikut
19
2. 7
1 , 24 x 10 4 eV .
E=
λ Ǻ ...........(2.8) Energi foton
20
Menurut teori gelombang, gelombang cahaya menyebar dari
permukaan air jika kita menjatuhkan batu ke permukaan air. Energy
yang dibawa cahaya menurut analog ini terdistribusi secara kontinu ke
seluruh pola gelombang. Sebaliknya, menurut teori kuantum, cahaya
menyebar dari sumbernya sebagai sederetan konsentrasi energy yang
terlokalisasi, masing-masing cukup kecil sehingga dapat diserap oleh
sebuah elektron (Gambar 2.4). yang mengherankan ialah teori kuantum
cahaya yang memperlakukan sepenuhnya sebagai gejala partikel secara
eksplisit berkaitan dengan frekuensi cahaya v , merupakan konsep
geombang.
Jika ditinjau dari gelombang elektromagnetik berfrekuensi
v yang jatuh pada sebuah layar, Intensitas I dari gelombang itu yang
merupakan leju energy transport per satuan luas penampang
bergantung dari besar E dan B dari medan listrik dan megnetik. Karena
E dan B berhubungan melalui persamaan E=cB, maka bisa dipilih salah
satu E atau B untuk menggambarkan intensitas gelombang, biasanya E
yang dipilih. Intensitas I dari gelombang pada layar diberikan oleh
2
Gambaran Gelombang I =∈0 c E ...................(2.9)
Dengan E2 menyatakan rata-rata kuadrat besaran sesaat dari gelombang
medan listrik dalam satu siklus. Dinyatakan dalam model foton dari
gelombang elektromagnetik yang sama energinya ditransport oleh N
foton tiap detik tiap satuan luas. Karena tiap foton berebergi hv ,
intensitas pada layar ialah
∈0 c 2
N= E .................................(2.11)
hv
21
dengan distribusi E2, dan ia tidak mempunyai alas an untuk
menyangsikan teori gelombang cahaya tersebut. Jika N sangat kecil-
demikian kecilnya hingga satu foton saja pada tiap saat yang sampai
pada layar- pengamat akan mendapatkan sederetan denyar random
yang menunjukkan bahwa cahaya menyerupai gejala kuantum.
b) Jika pengamat itu mengikuti pola dengan yang terjadi cukup lama, ia
akan mendapatkan pola yang terbentuk sama dengan yang sebelumnya.
Sehingga ia terpaksa mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan
menemukan foton pada tertentu bergantung dari harga E2 di tempat itu
2.5. Sinar-X
Dalam tahun 1895 Wilhelm Roentgen mendapatkan bahwa radiasi yang
kemampuan tembusnya besar yang sifatnya belum diketahui, ditimbulkan jika
electron cepat menumbuk materi. Sinar X ini didapatkan menjalar menurut garis
lurus walaupun melalui medan magnetik dapat menembus bahan, dengan mudah,
menyebabkan bahan fosforesen berkilau dan menyebabkan perubahan plat
fostografik. Bertambah cepat electron semula, bertambah hebat kemampuan
tembus sinar X dan bertambauh banyak jumlah elektron, bertambah besar pula
intensitas berkas sinar X. .
Belum lama setelah penemuan itu orang menduga bahwa sinar X merupakan
gelombang elektromagneti. Bahkan teori elektromagnetik meramalkan bahwa
muatan listrik yang dipercepat akan meradiasikan gelombang elektromagnetik, dan
electron yang bergerak cepat yang tiba-tiba dihentikan jelas mengalami percepatan.
Radiasi yang ditimbulkan dalam keadaan serupa itudiberi nama bahasa Jerman
22
bremsstrahlung (“radiasi pengereman”). Tidak ditemukannya pembiasan (refraksi0
sinar X pada pekerjaan dini disebabkan sangat kecilnya panjang gelombang,
Dalam tahun 1912 suatu metode dicari untuk mengukur panjang gelombang
sinar X. eksperimen difraksi dapat dipandang ideal, tetapi kita ingat dari optic fisis
bahwa jarak antara dua garis yang berdekatan pada kisi difraksi harus berorde besar
sama dengan panjang gelombang cahaya supaya didapatkan hasil yang memuaskan
dan kisi yang berjarak sangat kecil seperti yang diperlukan untuk sinar X tak dapat
dibuat. Namun dalam tahun 1912, Max von Laure menyadari bahwa untuk panjang
gelombang yang diduga berlaku untuk sinar X berorde besar hampir sama dengan
jarak antara atom-atom dalam kristal yaitu sekitar beberapa angstrom. Dengan alas
an itu ia mengusulkan bahwa kristal dapat digunakan untuk mendefraksi sinar X
dengan kisi kristal berlaku sebagai kisi tiga dimensi. Tahun berikutnya eksperimen
yang memadai untuk hal tersebut telah dilakukan dan sifat gelombang sinar X
secara sukses ditunjukkan. Dalam eksperimen itu panjang gelombang dari 1,3X10 -
11
hingga 4,8X 10-11m (0,13 hingga 0,48Å) telah ditemukan 10-4 kali panjang
gelombang cahaya tampak sehingga mempunyai kuanta 104 kali lebih energitik.
Kita akan membahas difraksi sinar X lebih lanjut dalam pasal 2.6.
23
Radiasi elektromagnetik dalam selang panjang gelombang aproksimasi 0,1
hingga 100 Å, pada waktu ini digolongkan sebagai sinar X. Perbatasan selang
tersebut tidak tajam , pada batas panjang gelombang kecil bertindak sebagai sinar
X dan batas panjang gelombang besar bertindihan dengan cahaya ultraungu.
Gambar 2.9 merupakan diagram tabung sinar X. sebuah katode yng dipanasi
oleh filament berdekatan yang dilalui arus listrik menyediakan electron terus
menerus dengan emisi termionik. Perbedaan potensial yang tinggi V dipertahankan
antara katode dengan target logam mempercepat electron kearah target tersebut.
Permukaan target membentuk sudut relatif terhadap berkas electron dan sinar X
yang keliar dari target melewati bagian pinggir tabung. Tabung tersebut
dihampakan supaya electron dapat sampai ketarget tanpa halangan.
Prinsip kerja sinar-X merupakam kebalikan dari gejal efek fotolistrik. Pada
gejala fotolistrik katodanya ditumbuk oleh foton-foton sehingga melepaskan
electron. Sedangkan sinar-X anodanya ditumbuk electron, sehingga memancarkan
energi foton (sinar-X). Untuk lebih memahaminya perhatikan gambar berikut ini :
24
Sinar-X dapat terjadi melalui dua cara yaitu :
Ek
hf
E'k
Berkas electron yang berasal dari katode menumbuk atom logam anoda
dengan kecepatan tinggi. Sebagian besar electron ini masuk kedalam logam,
sehingga energi kinetiknya mungkin berkurang, energi yang hilang berubah
menjadi energi foton (sinar-X)
hc
E k=hf =
λ ...................(2.10)
Karena electron dipergepat dengan beda potensial V, maka :
E k=eV jadi hf =eV
.............(2.11)
c hc
f= =eV
Karena λ maka λ
Jadi untuk mencari panjang gelombang pada sinar-X dapat dihitung dengan :
o
λ= hc
ev
= 12400
v
A
................(2.12)
o
Sinar-X mempunyai λ=( 0 . 01−100 ) A
25
b) Sinar-X terjadi karena eksistasi electron
Elektron yang berkecepatan tinggi ketika menumbuk atom logam anoda akan
menyebabkan electron pada kulit atom sebelah dalam akan pindah kekulit
sebelah luarnya. Elektron yang pindah akan cenderung kembali ke kulit asal
sambil melepaskan energi dalam bentuk sinar-X
EK
EK`
dalam kasus molibdeum puncak intensitas yang tajam pada panjang gelombang
tertentu menunjukkan timbulnya sinar x yang besar pada panjang gelombang tertentu
MUNGKIN DIBUTUHKAN
Pada efek fotolistrik, cahaya dapat dipandang sebagai kuantum energi dengan
energi yang diskrit. Kuantum energi tidak dapat digambarkan sebagai gelombang tetapi
lebih mendekati bentuk partikel. Partikel cahaya dalam bentuk kuantum dikenal dengan
sebutan foton. Pandangan cahaya sebagai foton diperkuat lagi melalui gejala yang
dikenal sebagai efek Compton.
Jika seberkas sinar-X ditembakkan ke sebuah elektron bebas yang diam, sinar-X akan
mengalami perubahan panjang gelombang dimana panjang gelombang sinar-X menjadi
lebih besar. Gejala ini dikenal sebagai efek Compton, sesuai dengan nama penemunya,
yaitu Arthur Holly Compton.
Sinar-X digambarkan sebagai foton yang bertumbukan dengan elektron (seperti halnya
dua bola bilyar yang bertumbukan). Elektron bebas yang diam menyerap sebagian
energi foton sehingga bergerak ke arah membentuk sudut terhadap arah foton mula-
mula. Foton yang menumbuk elektron pun terhambur dengan sudut θ terhadap arah
semula dan panjang gelombangnya menjadi lebih besar. Perubahan panjang gelombang
foton setelah terhambur dinyatakan sebagai
27
Dimana m adalah massa diam elektron, c adalah kecepatan cahaya, dan h adalah
konstanta Planck.
28
menumbuk suatu atom sasaran dari anoda, ia mengalami perlambatan, dengan
memancarkan sebuah foton sinar-X.
Karena pada tumbukan seperti itu terjadi transfer momentum dari electron ke atom ,
maka kecepatan electron menjadi berkurang dan electron dengan demikian
memancarkan foton. Mengingat energi kinetic pental atom sangatlah kecil (karena
massa atom cukup besar), kita dapat saja mengabaikannya. Jika energi kinetic electron
sebelum tumbukan adalah K,dan setelah tumbukan menurun menjadi K’ , maka energy
foton adalah jumlah energy yang hilang dan dengan
Demikian energy dan panjang gelombang foton yang dipancarkan ,tidak dapat
ditentukan secara tunggal , karena hanyalah K yang diketahui dalam persamaan (3.42)
Karena electron biasanya akan melakukan banyak tumbukan , maka sebelum diam
electron tersebut akan memancarkan pula banyan dengan energy yang berbeda-beda ;
energy foton itu dengan demikian akan berkisar dari yang paling rendah (panjang
gelombang yang panjang ), yang berkaitan dengan kehilangan energi yang kecil hingga
suatu energy maksimum K, yang berkaitan dengan kehilangan seluruh energy electron
dalam hanya satu tumbukan.
hv= K
hc
=eV
λmin
hc
λmin=
eV
Oleh karena itu ,panjang gelombang terpendek yang dipancarkan ditentukan oleh
kehilangan energy maksimum yang mungkin untuk tegangan-tegangan pemercepat khas
dalam rentang 10.000 V, λmin berada dalam rentang beberapa puluh nm, yang
berkaitan dengan daerah spectrum sinar –X . Distribusi kontinu sinar-X ini disebut
bremsstrahlung, yang adalah istilah bahasa jerman bagi radiasi rem atau perlambatan
Gambar 3.22 melukiskan beberapa cuplikan spectrum bremsstrahlung ini dapat ditulis
sebagai berikut:
29
Reaksi di atas adalah proses kebalikan dari efek fotoelektrik :
Gambar 3.32 beberapa spectrum khas bremsstrahlung . setiap spectrum dilabel dengan
nilai tegangan pemercepat V.
Bagi electron bebas, tidak satu pun dari proses ini dapat terjadi. Agar kedua proses ini
dapat terjadi , haruslah terdapat sebuah atom berat di sekitar electron yang berperan
memasok momentumlah pental yang diperlukan.
Produksi Pasangan proses lain yang dapat terjadi apabila foton menumbuk atom
adalah produksi pasanagan ,dimana seluruh energy foton hilang dan dalam proses ini
dua partikel terciptakan, yakni sebuah sebuah electron dan sebuah positron, (positron
adalah sebuah partikel yang massanya sama dengan masaa electron, tetapi memiliki
muatan positif, proses ini merupakan contoh penciptaan energy massa. Energy foton
yang hilang dalam proses ini berubah menjadi energy relativistic positron E+ dan
Elektron E- :
Karena K+ dan K – selalu positif , maka foton harus memiliki energy s ekurang-
kurangnya 2me c 2 = 1,02 MeV agar proses ini dapat terjadi : foton yang berenergi
setinggi ini berada dalam daerah sinar gamma inti atom . secara perlambang,
30
juga terjadi : proses ini dikenal sebagai pemusnahan positron* dan dapat terjadi bagi
electron dan positron bebas dengan persyaratan harus tercipta sekurang-kurangnya dua
buah foton dalam proses ini . kekekalan energy mensyaratkan bahwa, juka E1 dan E2
adalah energy masing-masing Foton, maka
Karena K +¿ dan K- sangar kecil sehingga positron dan electron dapat dianggap diam,
maka kekekalan momentum mensyaratkan bahwa kedua foton memiliki energy sama,
mec ² , dab bergerak segaris dalam arah yang berlawanan.
Ia tidak memiliki massa diam : foton bergerak dengan laju cahaya : ia memenuhi
hubungan E=hv , p=h/λ dan E=pc: bahkan merasa tarikan gravitasi seperti partikel-
partikel lain itu merupakan sifat-sifat yang jelasnya.
Foton mentransmisikan gaya electromagnet: dalam sudut pandang ini dua muatan listrik
berintereaksi dengan mempertukarkan “ foton (foton dipancarkan oleh salah satu
muatan dn diterima oleh muatan lainnya). Foton ini adalah foton khayal yang hanya ada
dalam kerangka matematik rumusan fisika teori , namun mereka memiliki semua sifat
foton nyata. Foton tidak memiliki ukuran fisik dan tidak dapat dibelah karena mereka
tidak memiliki unsure-unsur penyusun dirinya.
31
Contoh Soal 1 :
Frekuensi ambang suatu logam sebesar 8,0 × 1014 Hz dan logam tersebut
disinari dengan cahaya yang memiliki frekuensi 1015 Hz. Jika tetapan Planck
6,6 × 1014 Js, tentukan energi kinetik elekton yang terlepas dari permukaan
logam tersebut!
Penyelesaian:
Diketahui: f0 = 8,0 × 1014 Hz
f = 1015 Hz
h = 6,6 × 10-34 Js
Ditanya: Ek = ...?
Jawab
Ek = h.f – h.f0
Ek = 6,6 × 10-34 (1014 – (8,0 × 1014))
Ek = 1,32 × 10-19 J
Contoh soal 2.
Sebuah logam mempunyai frekuensi ambang 4 x 1014 Hz. Jika logam tersebut
dijatuhi foton ternyata elektron foto yang dari permukaan logam memiliki energi
kinetik maksimum sebesar 19,86 × 10-20 Joule. Hitunglah frekuensi foton
tersebut!
(h = 6,62 × 10-34 Js)
Penyelesaian :
Diketahui : f o = 4 × 1014 Hz
Ek = 19,86 × 10-20 J
h = 6,62 × 10-34 Js
Ditanyakan : f = …?
Jawab : Wo = hfo
= 6,62 × 10-34 × 4 × 1014 J
32
= 26,48 × 10-20 J
E = Ek + Wo= hf
f = Ek+ Wo /h
=(19,86 ×10-20+26,48×10-20)/ 6,62×10-34
= 7 × 1014 Hz
33