Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM SIMULASI PHET

“EFEK FOTOLISTRIK”
LOGAM TEMBAGA

Nama Kelompok :
1.Hasna Amalina
2. Andre Pratama
3. Ari Atma Sulistia

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MATARAM
 2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang
kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-
Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas hasil laporan
Praktikum “Fisika Modern” ini.
Dalam penyusunannya, kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu fisika
modern yaitu Dra. Susilawati, M.Si., Ph.D yang telah memberikan dukungan, kasih, dan
kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini
bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun kami berharap isi dari laporan praktikum ini lepas dari kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tugas laporan
praktikum ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih, semoga hasil laporan praktikum kami ini
bermanfaat.

Mataram,, 20 Agustus 2020

Penyusun
Hasna Amalina
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................ ........ i


Kata Pengantar............................................................................................... ........ ii
Daftar Isi......................................................................................................... ........ iii
BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang............................................................................................. ........ 1
B.  Rumusan Masalah........................................................................................ ........ 1
C.  Tujuan Praktikum......................................................................................... ........ 2
D.  Manfaat Penelitian....................................................................................... ........ 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.  Efek Fotolistrik............................................................................................ ........ 3
B.  Logam Tembaga.......................................................................................... ........ 6
BAB III METODE PENELITIAN
A.  Alat dan Bahan............................................................................................ ........ 9
B.  Prosedur Kerja............................................................................................. ........ 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A.  Hasil Pengamatan........................................................................................ ........ 12
B.  Analisa Data................................................................................................ ........ 13
C.  Pembahasan................................................................................................. ........ 15
BAB V PENUTUP
Kesimpulan....................................................................................................... ........ 20
Saran................................................................................................................. ........ 20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 21
LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Penemuan efek fotolistrik merupakan salah satu tonggak sejarah kelahiran fisika
kuantum. Untuk merumuskan teori yang cocok dengan eksperimen, sekali lagi orang
dihadapkan pada situasi dimana faham klasik yang selama puluhan tahun telah diyakini
sebaga faham yang benar, harus dirombak. Faham yang dimaksud adalah konsepsi bahwa
cahaya sebagai gelombang.
Efek fotolistrik merupakan gejala fisika yang pertama kali ditemukan oleh Hertz
pada tahun 1887 ketika mendemonstrasikan keberadaan gelombang elektromagnetik.
Kemudian, Lenard menggunakan sebuah tabung kaca yang divakumkan yang di dalamnya
terdapat dua buah elektrode. Ketika itu, teori fisika tidak dapat menjelaskan hasil
pengamatan Lenard. Setelahnya, Einstein dengan menggunakan gagasan kuanta Planck
memberikan penjelasan teoritis terhadap hasil pengamatan gejala fotolistrik. Einstein
merumuskan persamaan yang menghubungkan antara potensial ambang dengan frekuensi
cahaya monokromatik yang digunakan dalam menyinari katode.
Pada percobaan ini, kita akan mengamati perilaku cahaya sebagai partikel menurut
teori kuantum dan merombak pernyataan cahaya sebagai gelombang oleh teori klasik.
Selain itu, pada percobaan ini akan di analisis untuk menentukan konstanta Planck. Dengan
adanya eksperimen ini, kita dapat mengetahui bagaimana hubungan intensitas cahaya
terhadap arus fotoelektrik. Selain itu, kita akan menyelidiki bagaimana penjelasan teori
klasik dan teori kuantum mengenai cahaya
1.2    Rumusan Masalah
1.      Bagaimana hubungan antara arus dengan tegangan baterai?
2.      Bagaimana hubungan antara arus dengan intensitas cahaya?
3.      Bagaimana hubungan antara frekuensi dengan energi kinetik?

1.3    Tujuan
1.      Menentukan hubungan antara arus dengan tegangan baterai?
2.      Menentukan hubungan antara arus dengan intensitas cahaya?
3.      Menentukan hubungan antara frekuensi dengan energi kinetik?
1.4    Manfaat Praktikum
1.      Dapat memahami proses efek fotolistris secara praktik dan teoritik.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1  Efek Fotolistrik

Efek fotolistrik yaitu terlepasnya elektron dari permukaan logam karena logam
tersebut disinari cahaya. Untuk menguji teori kuantum yang dikemukakan oleh Max
Planck, kemudian Albert Einstein mengadakan suatu penelitian yang bertujuan untuk
menyelidiki bahwa cahaya merupakan pancaran paket-paket energi yang kemudian
disebut foton yang memiliki energi sebesar . Percobaan yang dilakukan Einstein lebih
dikenal dengan sebutan efek fotolistrik.

                           gambar 2.1 Skema alat untuk menyelidiki efek fotolistrik.

Gambar diatas menggambarkan skema alat yang digunakan Einstein untuk


mengadakan percobaan. Alat tersebut terdiri atas tabung hampa udara yang dilengkapi
dengan dua elektroda A dan B dan dihubungkan dengan sumber tegangan arus searah
(DC). Pada saat alat tersebut dibawa ke dalam ruang gelap, maka amperemeter tidak
menunjukkan adanya arus listrik. Akan tetapi pada saat permukaan Katoda (A) dijatuhkan
sinar amperemeter menunjukkan adanya arus listrik. Hal ini menunjukkan adanya aliran
arus listrik. Aliran arus ini terjadi karena adanya elektron yang terlepas dari permukaan
(yang selanjutnya disebut elektron foto) A bergerak menuju B. Apabila tegangan baterai
diperkecil sedikit demi sedikit, ternyata arus listrik juga semakin mengecil dan jika
tegangan terus diperkecil sampai nilainya negatif, ternyata pada saat tegangan mencapai
nilai tertentu (-Vo), amperemeter menunjuk angka nol yang berarti tidak ada arus listrik
yang mengalir atau tidak ada elektron yang keluar dari keping A. Potensial Vo ini disebut
potensial henti, yang nilainya tidak tergantung pada intensitas cahaya yang dijatuhkan.
Hal ini menunjukkan bahwa energi kinetik maksimum elektron yang keluar dari
permukaan adalah sebesar:

Gambar 2.2 Grafik hubungan antara intensitas dengan potensial henti (2.1)
Ek = ½ m.v2 = eV
dengan :
Ek = energi kinetik elektron foto (J atau eV)
m = massa elektron (kg)
v = kecepatan elektron (m/s)
e = muatan elektron (C)
Vo = potensial henti (volt)

Berdasarkan hasil percobaan ini ternyata tidak semua cahaya (foton) yang
dijatuhkan pada keping akan menimbulkan efek fotolistrik. Efek fotolistrik akan timbul
jika frekuensinya lebih besar dari frekuensi tertentu. Demikian juga frekuensi minimal
yang mampu menimbulkan efek fotolistrik tergantung pada jenis logam yang dipakai.
2.2  Teori Gelombang Tentang Efek Fotolistrik

Selanjutnya, marilah kita pelajari bagaimana pandangan teori gelombang dan teori
kuantum (foton) untuk menjelaskan peristiwa efek fotolistrik ini. Dalam teori gelombang ada
dua besaran yang sangat penting, yaitu frekuensi (panjang gelombang) dan intensitas.
Ternyata teori gelombang gagal menjelaskan tentang sifat-sifat penting yang terjadi pada
efek fotolistrik, antara lain:

a. Menurut teori gelombang, energi kinetik elektron foto harus bertambah besar jika
intensitas foton diperbesar. Akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa energi kinetik
elektron foto tidak tergantung pada intensitas foton yang dijatuhkan.
b. Menurut teori gelombang, efek fotolistrik dapat terjadi pada sembarang frekuensi, asal
intensitasnya memenuhi. Akan tetapi kenyataannya efek fotolistrik baru akan terjadi jika
frekuensi melebihi harga tertentu dan untuk logam tertentu dibutuhkan frekuensi minimal
yang tertentu agar dapat timbul elektron foto.
c. Menurut teori gelombang diperlukan waktu yang cukup untuk melepaskan elektron dari
permukaan logam. Akan tetapi kenyataannya elektron terlepas dari permukaan logam
dalam waktu singkat (spontan) dalam waktu kurang 10-9 sekon setelah waktu
penyinaran.
d. Teori gelombang tidak dapat menjelaskan mengapa energi kinetik maksimum elektron
foto bertambah jika frekuensi foton yang dijatuhkan diperbesar.

2.3  Teori Kuantum Tentang Efek Fotolistrik

Teori kuantum mampu menjelaskan peristiwa ini karena menurut teori kuantum
bahwa foton memiliki energi yang sama, yaitu sebesar hf, sehingga menaikkan intensitas
foton berarti hanya menambah banyaknya foton, tidak menambah energi foton selama
frekuensi foton tetap.
Menurut Einstein energi yang dibawa foton adalah dalam bentuk paket, sehingga
energi ini jika diberikan pada elektron akan diberikan seluruhnya, sehingga foton tersebut
lenyap. Oleh karena elektron terikat pada energi ikat tertentu, maka diperlukan energi
minimal sebesar energi ikat elektron tersebut. Besarnya energi minimal yang diperlukan
untuk melepaskan elektron dari energi ikatnya disebut fungsi kerja (Wo) atau energi
ambang. Besarnya Wo tergantung pada jenis logam yang digunakan. Apabila energi foton
yang diberikan pada elektron lebih besar dari fungsi kerjanya, maka kelebihan energi
tersebut akan berubah menjadi energi kinetik elektron. Akan tetapi jika energi foton lebih
kecil dari energi ambangnya (hf < Wo) tidak akan menyebabkan elektron foto. Frekuensi
foton terkecil yang mampu menimbulkan elektron foto disebut frekuensi ambang.
Sebaliknya panjang gelombang terbesar yang mampu menimbulkan elektron foto disebut
panjang gelombang ambang. Sehingga hubungan antara energi foton, fungsi kerja dan
energi kinetik elektron foto dapat dinyatakan dalam persamaan:

E = Wo + Ek        atau        Ek = E – Wo                                                                                                          (2.2)

sehingga        Ek = hf – hfo = h (f – fo)                                                (2.3)

gambar 2.2 Grafik hubungan antara Ek dengan frekuensi

dengan :
Ek = energi kinetik maksimum elektron foto
h = konstanta Planck
f = frekuensi foton
fo = frekuensi ambang

2.4  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efek Fotolistrik


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi fotolistrik ini yaitu :

1. Faktor yang mempengaruhi keluar atau tidaknya elektron adalah frekuensi dari
cahaya dan jenis logam yang dipakai.
2. Frekuensi cahaya mempengaruhi energi kinetik dari elektron oleh karena itu,
seberapa cepatnya elektron bergerak setelah keluar dari logam ditentukan oleh
frekuensi cahaya
3. Banyak atau tidaknya elektron yang keluar ditentukan oleh besarnya intensitas cahaya
yang diberikan.

2.5  Karakteristik efek fotolistrik, yaitu sebagai berikut :


1.  Hanya cahaya yang sesuai yang memiliki frekuensi yang lebih besar dari frekuensi
tertentu saja yang memungkinkan lepasnya elektron dari pelat logam atau menyebabkan
terjadi efek fotolistrik (yang ditandai dengan terdeteksinya arus listrik pada kawat).
Frekuensi tertentu dari cahaya dimana elektron terlepas dari permukaan logam disebut
frekuensi ambang logam. Frekuensi ini berbeda-beda untuk setiap logam dan
merupakan karakteristik dari logam itu.
2. Ketika cahaya yang digunakan dapat menghasilkan efek fotolistrik, penambahan
intensitas cahaya dibarengi pula dengan pertambahan jumlah elektron yang terlepas dari
pelat logam (yang ditandai dengan arus listrik yang bertambah besar). Tetapi, Efek
fotolistrik tidak terjadi untuk cahaya dengan frekuensi yang lebih kecil dari frekuensi
ambang meskipun intensitas cahaya diperbesar.
3 Ketika terjadi efek fotolistrik, arus listrik terdeteksi pada rangkaian kawat segera
setelah cahaya yang sesuai disinari pada pelat logam. Ini berarti hampir tidak ada selang
waktu elektron terbebas dari permukaan logam setelah logam disinari cahaya.

2.6  Penerapan Efek Fotolistrik dalam kehidupan sehari-hari


Salah satu penomena dalam penemuan yang berkaitan dengan efek fotolistri
adalah pembangkit tenaga listrik dari cahaya matahari kita mengenal istilah sel surya. Sel
surya adalah salah satu penemuan yang memanfaatkan konsep efek. Efek ini akan
muncul ketika cahaya tampak atau radiasi UV jatuh ke permukaan benda tertentu.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.   Alat dan Bahan
1.      Seperangkat komputer
2.      Java Runtime Environment
3.      Software simulasi efek fotolistrik PhET
3.2.  Prosedur Kerja
1.      Pastikan komputer sudah terinstal Java Runtime Environment
2.      Hidupkan sofware simulasi efek fotolistrik pada kumputer yang sudah di unduh
kelik tanda undu seperti terlihat pada gambar.
3.      Kemudian jalan program simulasi efek fotolistrik Phet seperti terlihat pada gambar.
4.      Klik arus vs tegangan baterai; arus vs intensitas cahaya energi elektron dan
frekuensi cahaya pada bagian grafik.
5. Klik kemudian geserlah panjang gelombangan dengan nilai panjang gelombang 200
nm dengan intensitas 50%.
6. Ubahlah tegangan baterai dengan mengklik.
7.      Ubahlah Intensitas Cahaya dengan mengklik.
8.      Ulangi langkah 5 s/d 7  dengan intensitas 100%
9.      Cetaklah grafik dengan mengklik gambar kamera.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Hasil Pengamatan


a.       Tabel 4.1. Pengaruh tegangan baterai terhadap arus listrik

Intensitas 100%
No λ (nm) Tegangan
Arus ( ampere)
(volt)
-3,00 0,000
-2,00 0,000
1. -1,00 0,038
2. 200 0,00 0,248
3. 1,00 0,248
4. 2,00 0,248
5. 3,00 0,248

b.      Tabel 4.2. Pengaruh intensitas terhadap arus listrik

Jenis Logam Intensitas Panjang Arus Listrik


(%) Gelombang (nm) (A)
Tembaga 10 200 0,025
20 0,049
30 0,073
40 0,099
50 0,124
60 0,149
70 0,172
80 0,199
90 0,223
100 0,248
c.       Tabel 4.3. Hubungan antara frekuensi dan Energi kinetik

Intensitas 100%
Warna  Frekuensi Energi Elektron Fungsi
No λ (nm) Arus Tegangan
Cahaya cahaya (Ek) kerja (eV)
(A) (volt)
(10^17 Hz) (10^-19 J)
1. 250 0.000 0,00 0,012 0,795
2. 225 0.081 2,00 0,0133 1,613
3. 200 0.248 4,00 0,015 2,739 12,092
4. 175 0.549 6,00 0,02 4,159
5. 150 1.052 8,00 0,024 6,052

 
4.3  Pembahasan
a.      Hubungan Antara arus dengan tegangan baterai
Efek fotolistrik terjadi ketika  elektron terlepas dari permukaan suatu  permukaan
logam yang disinari cahaya (foton) yang memiliki energi lebih besar dari energi ambang
(fungsi kerja) logam. Pada percobaan pertama ini bertujuan untuk mendiskripsikan grafik
arus terhadap tegangan batrai, kami melakan percobaan mengunakan logam tembaga
yang di sinari dengan sinar UV (ultraviolet) 200 nm dengan intensitas 100%. pada
percobaan ini kami memanipulasi tegangan batrai antara tegangan  -3,00 Volt sampai
3,00 Volt didapatkan respon berupa nilai arus yang bervariatif.

Berdasarkan percobaan hubungan antara arus terhadap tegangan baterai teramati


ketika teganan -3,00 Volt dan -2,00 Volt di dapatkan nilai arus 0,000 Ampere sedangkan
ketika tegangan -1,00 Volt arus berubah menjadi 0,038 Ampere. ketika tegangan -3 Volt
sampai 0 Volt di dapatkan nilai arus dalam grafik  kesebandingan, yang artinya semakin
tegangan mengarah ke nilai beda potensial yang positive maka semakin besar nilai arus.
pada tengangan 0 sampai 3 Volt di dapatkan nilai arus yang konstan sebesar 0,248 A.
Dari percoaan terlihat bahwa pengaruh tegangan terhadap arus terbagi menjadi 3 bagian
yaitu arus akan konstan bila di beri tegangan positive, pada tegangan -2 Volt sampai 0 V
akan terbentuk grafik linier ke atas,dan pada tegangan kurang dari -2 Volt nilai arus nol.
nilai tegangan -2 Volt dalam percobaan ini adalah nilai minimun tegangan untuk bisa
menghasilkan arus atau yang di kenal  (stopping potensial). Nilai (stopping potensial)
berbeda beda untuk setiap logam. Nilai  ini yang di gunakan untuk nantinya mengetahui
energy ambang atau fungsi kerja (w). Energi ambang adalah energy minimum yang di
butuhkan untuk melepas elektron dari logam.
b.      Hubungan antara arus dengan intensitas cahaya
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, pengaruh intensitas cahaya terhadap
arus fotoelektrik adalah berbanding lurus. Pada saat perangkat mulai dihidupkan dan
belum dinaikkan intensitas cahayanya, pada layar belum ada arus yang terbaca.
Kemudian, saat intensitas cahaya dinaikkan, penunjukkan arus pada layar juga
meningkat. Semakin meningkat intensitas, semakin tinggi pula jumlah arus yang terbaca
pada layar. Sehingga dapat dikatakan bahwa intensitas cahaya berbanding lurus dengan
kuat arus fotolistrik. Hal ini menunjukkan adanya aliran arus listrik. Aliran arus ini terjadi
karena adanya elektron yang terlepas dari permukaan (disebut sebagai elektron-foto).
c.       Hubungan antara frekuensi dengan energi kinetik
Pengaruh intensitas cahaya terhadap energi kinetik elektron-foto berdasarkan
percobaan yang dilakukan yaitu intensitas cahaya tidak bergantung pada energi kinetik
elektron-foto. Kenaikan intensitas cahaya menyebabkan kenaikan partikel cahaya (foton)
yang membentur permukaan logam. Sehingga apabila intensitas cahaya dinaikkan maka
energi yang diterima elektron juga meningkat. Akibatnya, energi atau elektron-foto yang
dihasilkan juga meningkat sehingga arus fotoelektrik yang dihasilkan juga meningkat.
Pengaruh intensitas cahaya terhadap energi kinetik elektron-foto berdasarkan percobaan
yang dilakukan yaitu intensitas cahaya tidak bergantung pada energi kinetik elektron-foto
tetapi hanya bergantung pada panjang gelombang.
Dengan memanipulasi panjang gelombang pada logam tembaga, didapati bahwa
arus yang dihasilkan berubah-ubah seiring dengan berubahnya panjang gelombang.
Intensitas photon yang dipancarkan juga turut dimanipulasi, dari tabel nampak bahwa
intensitas juga berpengaruh terhadap arus listrik.
Dalam menentukan fungsi kerja untuk setiap bahan logam katoda, dalam hal ini
bahan logam yang disinari perlu dipasang berkebalikan dengan kondisi semula, sehingga
ketika mencapai suatu nilai tegangan tertentu, elektron yang terlontar dari bahan logam
yang tersinari photon tidak lagi dapat mencapai plat kolektor, dalam hal ini arus listrik
sama dengan nol. Stopping potensial adalah nilai tegangan yang diambil ketika arus tepat
sama dengan nol. Dalam hal ini, energi kinetik maksimum didefinisikan sebagai hasil kali
dari muatan elektron dan stopping potensial .
Dari grafik didapati bahwa hubungan antara frekuensi dan energi kinetik adalah
berbanding lurus. Dimana energi kinetik bergantung pada frekuensi. Persamaan garis
linear dari grafik pada gambar 4.3. adalah y = 1037.1x - 12.092 sehingga diperoleh
gradien yaitu 1037.1.
Dari hasil garis linier kemudian mensubstitusi persamaan Kmaks = eVs ke
persamaan Kmaks = hf  - W   didapat eVs = hf – W sehingga diperoleh persamaan Vs = .
Kemudian dalam menentukan nilai konstanta plack menggunakan persamaan h = a.e,
sedangkan fungsi kerja menggunakan       .
Berdasarkan persamaan h = a.e,  yang merupakan fungsi linear terhadap
frekuensi, maka kemiringan garis dari persamaan linear tersebut adalah konstanta Planck
dimana secara teori konstanta Planck adalah . Dari percobaan ini, didapati konstanta
Planck logam tembaga = 16,62 x 10-34 J.s.
Selain dipengaruhi oleh frekuensi, energi kinetik maksimum juga dipengaruhi
oleh fungsi kerja untuk setiap bahan logam. Fungsi kerja sebuah bahan metal adalah
jumlah minimum gaya yang dibutuhkan untuk memindahkan  electron atau
membebaskan ikatan elektron yang paling lemah dari permukaan logam. Untuk
menentukan besarnya fungsi kerja dari logam yang digunakan adalah:
Dengan persamaan garis linier dari grafik 4.3 y = 1037.1x - 12.092 sehingga diperoleh
fungsi kerja logam tembaga 12.092 eV.
BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
a.      simpulkan bahwa tegangan batrai berpengaruh terhadap arus yang menunjukan
grafik kesebandingan dimana semakin tegangan batrai mengarah ke positif maka arus
semakin besar.
b.      intensitas cahaya pada percobaan ketiga  mempengaruhi kuat arus dari rangkaian.
c.       Energi kinetik dipengaruhi oleh frekuensi cahaya, semakin besar frekuensi  maka
energi kinetik semakin meningkat.
B.     Saran
Dalam melakukan percobaan dengan simulasi Phet lakukanlah percobaan dengan
berkali-kali sebelum memutus suatu kesimpulan supaya mendapatkan hasil yang baik dan
mendapat pehaman tentang konsep efek fotolistrik.

DAFTAR PUSTAKA

Beiser, A., (1986). konsep fisika modern edisi ketiga, diterjemahkan oleh, The Houw Liong,
Jakarta: Erlangga.
Puji Kumala Pertiwi, Fitriana, Prof. Dr. Darminto, M.Sc. Konstanta Planck. JURNAL SAINS
DAN SENI ITS Vol. 4, No.1,
Irwansyah Ramadhani, Arum Puspita Sari, Muhammad Nasrullah, Aris Widodo, Ridlo
Fajjrittamam. Konstanta Planck. JURNAL FISIKA MODERN Vol. 2, No. 1, (2012)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pengaruh Tegangan Terhadap Arus Listrik


2. Pengaruh Intensitas terhadap arus listrik

3. Hubungan frekuensi dengan energi kinetik

Anda mungkin juga menyukai