Anda di halaman 1dari 11

QUANTUM TUNNELING SERTA APLIKASINYA

PADA ZAMAN MODERN

Disusun Oleh :

Akhmad Futukhillah Fataba Alaih (1706032502)

Aisha Nurtabina (1706068704)

Aldiman Bakhti (1606902883)

Adika Resmana (1406601965)

Departemen Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia
2018
i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan berkat-Nya dan pertolongan-Nya, sehingga makalah dengan judul “Quantum
Tunneling Serta Aplikasinya Pada Zaman Modern” ini dapat diselesaikan dengan lancar tanpa
hambatan yang berarti.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Modern yang
diberikan oleh dr.Cuk Imawan, selaku dosen mata kuliah Fisika Modern. Kami berharap makalah
ini dapat dapat memberikan manfaat, terutama bagi kami serta bagi pihak-pihak lain yang
membutuhkan. Segala kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan hati terbuka.

Jakarta, 29 Oktober 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………....ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………...1

1.1 Latar Belakang......……………………..………………………………………………….1

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………2

2.1 Pengertian Quantum Tunneling…...……………………………………………………...……1


2.2 Sejarah Quantum Tunneling…..…………………………………………………………….....4
2.3 Aplikasi Quantum Tunneling…………………………………...……………………………..5

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………6

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………............6

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………...…..7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada kehidupan kita sehari-hari banyak sekali terjadi berbagai macam interaksi atom-atom
yang menjadi penyebab berbagai macam fenomena-fenomena fisik, baik itu bagaimana
matahari mengalami reaksi fusi dan fisi, kemudian karakteristik ini ditemukan oleh beberapa
ilmuwan yang akhirnya mengetahui bahwa partikel sangat kecil atau atom memiliki
karakteristik yang sangat berbeda dengan pandangan ilmuwan-ilmuwan sebelumnya bahwa
pada kondisi tertentu partikel memiliki sifat seperti partikel dan pada kondisi tertentu partikel
memiliki sifat seperti gelombang.

Ilmuwan seperti Marie Curie, Albert Einstein, Max Planck, Edwin Schrodinger, dkk telah
menyumbang berbagai macam ide-ide dan hasil penelitian yang merupakan perintis dari
lahirnya era fisika modern dan pada makalah ini penulis lebih menitikberatkan pada satu
fenomena yang terjadi pada pergerakan atom dalam skala mekanika kuantum yaitu quantum
tunneling/penerowongan kuantum, yang dimana fenomena ini menjelaskan berbagai macam
kegiatan-kegiatan atau kejadia-kejadian yang dahulunya tidak terpecahkan oleh ilmuwan.
Yang mana primsip kuantum tunneling bisa dimanfaatkan dan diaplikasikan untuk berbagai
macam perangkat yang membawa kegunaan bagi manusia yang akan dibahas pada makalah
ini.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Quantum Tunneling/Penerowangan Kuantum

Quantum tunneling atau penerowongan kuantum merupakan salah satu fenomena


berskala nano. Dalam fenomena ini, sebuah partikel melanggar asas mekanika klasik dengan
menembus penghalang potensial yang lebih tinggi dari energi total yang dimiliki oleh partikel
tersebut. Dalam dunia makroskopik, apabila suatu benda ingin melewati sebuah penghalang
maka energy yang dimiliki haruslah lebih besar daripada energy potensial penghalang tersebut,
karena jika tidak demikian maka benda akan membentur penghalang kemudian dipantulkan
dan tidak dapat melewati penghalang tersebut. Penjelasan mengenai terowongan kuantum
dapat dianalogikan seperti suatu benda yang akan melewati bukit. Katakanlah untuk
menyebrangi bukit tersebut memerlukan 4 paket energi, sedangkan benda hanya mempunyai
1 paket energi. Akibatnya benda hanya mencapai setengah jalan dan akan kembali ke posisi
awal. Hanya saja benda tersebut masih memiliki kesempatan mencapai sisi lain bukit dengan
jalan melewati “terowongan” yang menembus bukit.

Bukti Ekseprimental Penerowongan Kuantum

2
Kasus 1: Energi total gelombang lebih besar daripada energi potensial barrier

Gambar 1 di atas menunjukkan kondisi ketika sebuah gelombang harmonik dengan energi
total E sebesar 0.80 eV melewati barrier dengan enegi potensial V sebesar 0.60 eV dan lebar
1.0 nm. Dalam kondisi ini, tidak seluruh bagian dari gelombang yang datang (incident wave)
dapat melewati barrier meskipun enegi total gelombang lebih tinggi daripada energi potensial
barrier. Sebagian gelombang yang datang akan diteruskan melewati barrier atau ditransmisikan
dengan koefisien transmitansi T sebesar 0.76. Kemudian sebagian gelombang lainnya akan
dipantulkan atau direfleksikan dengan koefisien refelektansi R sebesar 0.24. Transmitansi
adalah perbandingan rasio gelombang yang diteruskan oleh suatu permukaan terhadap
gelombang yang mengenainya atau terhadap gelombang yang datang pada bidang tersebut,
sedangkan reflektansi adalah perbandingan rasio gelombang yang dipantulkan oleh suatu
permukaan terhadap gelombang yang mengenainya atau terhadap gelombang yang datang
pada bidang tersebut. Jelas bahwa gelombang yang ditransmisikan pasti lebih besar daripada
gelombang yang direfleksikan, karena energi total gelombang yang datang lebih besar
dibandingkan energi potensial barrier.

Kasus 2: Energi total gelombang lebih kecil daripada energi potensial barrier

Selanjutnya fenomena pada gambar 2 di atas menunjukkan kondisi ketika sebuah


gelombang harmonik dengan energi total E sebesar 0.40 eV melewati barrier dengan enegi
potensial V sebesar 0.60 eV dan lebar 1.0 nm. Dalam kondisi ini, tidak seluruh bagian dari
gelombang yang datang (incident wave) akan dipantulkan oleh barrier meskipun enegi total
gelombang lebih rendah daripada energi potensial barrier. Sebagian gelombang yang datang
akan diteruskan melewati barrier atau ditransmisikan dengan koefisisien transmitansi T sebesar
0.04. Kemudian sebagian gelombang lainnya akan dipantulkan atau direfleksikan dengan
koefisien refelektansi R sebesar 0.96. Jelas bahwa gelombang yang ditransmisikan pasti lebih
kecil daripada gelombang yang direfleksikan, karena energi total gelombang yang datang lebih
kecil dibandingkan energi potensial barrier.

3
Kasus 3: Energi total gelombang lebih besar daripada energi step potensial

Gambar 3 di atas menunjukkan kondisi ketika sebuah gelombang harmonik dengan energi
total E sebesar 0.80 eV melewati step potential dengan enegi potensial V sebesar 0.60 eV.
Sama seperti pada kasus 1, dalam kondisi ini tidak seluruh bagian dari gelombang yang datang
(incident wave) dapat melewati step potential meskipun enegi total gelombang lebih tinggi
daripada energi dari step potensial. Sebagian gelombang yang datang akan diteruskan melewati
step potential atau ditransmisikan dengan koefisisien transmitansi T sebesar 0.89. Kemudian
sebagian gelombang lainnya akan dipantulkan atau direfleksikan dengan koefisien refelektansi
R sebesar 0.11. Meskipun energi total gelombang yang datang sama besarnya dengan kasus 1
yakni 0.80 eV dan besarnya energy potensial penghalang juga sama yakni 0.60 eV, namun
terlihat bahwa koefisien transmitansinya lebih besar daripada kasus 1 dan koefisien
reflektansinya lebih kecil.

Kasus 4: Energi total gelombang lebih kecil daripada energi step potensial
Gambar 4 di atas menunjukkan kondisi ketika sebuah gelombang harmonik dengan energi
total E sebesar 0.40 eV melewati step potential dengan enegi potensial V sebesar 0.60 eV.
Besarnya energi total gelombang dan energi dari step potensial sama dengan kasus 2, namun
ternyata fenomena yang terjadi berbeda. Pada kasus ini seluruh gelombang yang datang
dipantulkan oleh step potensial, tentu dengan besarnya koefisien reflektansi adalah 1.00 dan
besarnya koefisien transmitansi adalah 0.00 karena tidak ada gelombang yang diteruskan oleh
step potensial. Hal ini dikarenakan daerah step potential (penghalang) atau daerah 2 sangat
panjang sekali. Sehingga dengan energi yang sangat kecil (E=V atau E<V), maka gelombang
tidak dapat menembus step potential. Melalui empat contoh kasus di atas terlihat jelas bahwa
jumlah T+R selalu sama dengan 1, hal ini sesuai dengan teori dalam fisika kuantum.

2.2 Sejarah Penerowangan Kuantum

Pada 1928, George Gamow membuat teori peluruhan alfa sebuah inti atom melalui
penerowongan. Menurut teori itu, partikel terkurung di inti atom karena dibutuhkan energi
yang tinggi untuk melarikan diri dari potensial yang sangat kuat. Di bawah sistem ini,
pemisahan inti atom menghabiskan energi dalam jumlah yang amat banyak. Namun dalam
mekanika kuantum, ada kemungkinan bahwa partikel bisa menembus potensial dan melarikan
diri. Gamow membuat sebuah potensial model untuk inti atom dan menjelaskan hubungan
antara waktu paruhnya partikel dengan energi emisi/pancaran.

4
Peluruhan alfa melalui penerowongan juga diteliti oleh Ronald Gurney dan Edward
Condon. Tak lama kemudian, kedua kelompok itu meneliti apakah partikel juga bisa
menembus “ke dalam” inti atom.

Setelah menghadiri seminar Gamow, Max Born mengakui adanya penerowongan


mekanika kuantum. Ia menyadari bahwa fenomena penerowongan tidak hanya berlaku di
fisika nuklir, tapi merupakan salah satu akibat umum dari mekanikan kuantum yang diterapkan
ke berbagai sistem. Saat ini teori penerowongan bahkan diaplikasikan ke kosmologinya alam
semesta.

2.3 Beberapa Aplikasi Penerowongan Kuantum

Enzim

Penerowongan kuantum menjadi mekanisme yang digunakan enzim untuk meningkatkan


laju reaksi. Sudah terbukti bahwa enzim menggunakan penerowongan untuk menghantarkan
elektron dan nukleus seperti hidrogen dan deuterium. Dalam enzim glukosa oksidase, inti
oksigen mampu menciptakan terowongan di dalam sejumlah kondisi fisiologis.

Scanning tunneling microscope (STM)

STM merupakan perangkat yang digunakan untuk mencitrakan permukaan suatu material
dalam skala atomik. Penggunaan STM dapat digunakan pada medium vakum, udara, air, atau
gas dengan suhu mulai dari 0 Kelvin hingga 1000 derajat Celcius.

Scanning tunneling microscope (STM) bekerja dengan memindai ujung kawat logam yang
sangat tajam di atas permukaan. Dengan membawa ujung sangat dekat ke permukaan, dan
dengan menerapkan tegangan listrik ke ujung material atau sampel, kita dapat menggambarkan
permukaan pada skala yang sangat kecil hingga ke tingkat atom individual

5
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penerowongan kuantum merupakan fenomena dimana atom memiliki probabilitas
untuk melalui “dinding batas” yang merupakan sebuah potensial dimana hal ini tidak dapat
dijelaskan secara fisika klasik. Dimana fenomena ini sangat mungkin terjadi dalam kehidupan
sehari-hari baik dari sebuah tetesan air, pada enzim-enzim yang bekerja pada dalam makhluk
hidup, dan pada reaksi fusi nuklir matahari, konsep ini memberikan banyak penemuan yang
memudahkan manusia dalam menciptakan teknologi-teknologi seperti Scanning Tunneling
Microscope (STM), Tunelling Diode, dan Quantum Computing. Sehingga memudahkan
manusia untuk mempelajari lebih lanjut bagaiman sifat atau kelakuan alam semesta yang
merupakan tujuan utama para fisikawan.

6
DAFTAR PUSTAKA

1. Serway; Vuille. 2008. College Physics. 2 (Eighth ed.). Belmont: Brooks/Cole.


2. Taylor, J. 2004. Modern Physics for Scientists and Engineers. Prentice Hall. p. 234.
3. Razavy, Mohsen. 2003. Quantum Theory of Tunneling. World Scientific. pp. 4, 462.
4. https://www.nanoscience.com/techniques/scanning-tunneling-microscopy/

Anda mungkin juga menyukai