Dosen Pengampu
Prof. Dr. Makmur Sirait, M.Si
DISUSUN OLEH:
Kelompok II
Anna Martina Br Tarigan (8206175003)
Rini Lestari Dalimunthe (8206175006)
Muhammad Ismail (8206175004)
Puji dan Syukur saya Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Fisika
Laboratorium. Terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Makmur Sirait, M.Si. yang
telah membimbing dalam penyusunan makalah ini. Pada makalah ini terdapat
bahasan mengenai Persamaan Schrodinger Dalam Potensial Penghalang
(Tanggul) Dan Potensil Undak (Step Potensial). Namun, pada makalah ini tidak
membahasnya secara mendalam dan terperinci. Sehingga, untuk lebih memahami
materi tersebut lebih dalam lagi pembaca dianjurkan untuk membaca buku-buku
lain lagi sebagai referensi tambahan dari makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Demikianlah yang dapat saya sampaikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Kami penulis mengucapkan terimakasih karena
telah berkenan membaca makalah ini.
Kelompok II
i
BAB I
PENDAHULUAN
Apabila kita mempunyai sebuah benda yang memiliki energi E 0, kemudian kita akan
melempar benda tersebut pada sebuah tembok yang ada di depan kita. Maka kita akan meninjau
kasus ini dalam dua tinjauan Fisika yang berbeda. Dalam tinjauan gerak Klasik, maka kita akan
mendapatkan bahwa benda dengan energi E0 tidak akan dapat menembus tembok yang ada di
depannya, karena bisa jadi potensial tembok yang lebih besar daripada energi benda tadi.
Kecuali jika benda tersebut memiliki energi yang lebih besar dari potensial tembok sehingga
benda tersebut dapat menembus tembok.
Berbeda lagi jika kita meninjau kasus benda tadi dalam konsep kuantum. Di dalam
kuantum sebuah benda atau partikel dianggap sebagai gelombang (dualisme gelombang dan
partikel) dan dapat dinyatakan dengan persamaan Schrodinger, yaitu :
1
Dengan menggunakan persamaan di atas, apabila ada sebuah partikel yang akan melintasi
sebuah potensial pengahalang. Ternyata ada sesuatu yang tidak biasa dalam tinjauan kuantum,
yaitu partikel tadi bisa saja menembus penghalang yang energinya lebih tinggi daripada energi
yang dimiliki oleh partikel.
Persamaan di atas merupakan persamaan gerak sebuah partikel. Apabila partikel tadi akan
kita lewatkan dalam sebuah potensial penghalang yang memiliki energi lebih besar daripada
energi yang dimiliki partikel, maka dengan menggunakan persamaan di atas akan diperoleh
kesimpulan bahwa partikel tetap ditemui di daerah setelah penghalang tersebut.
Dari perbedaan antara konsep gerak dalam Fisika klasik dan Fisika kuantum tersebut,
maka makalah ini kami susun untuk menjelaskan bagaimana fenomena penerobosan penghalang
potensial ini dapat terjadi dan apa faktor apa saja yang menyebabkannya berdasarkan tinjauan
kuantum.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1. Untuk mengetahui pengertian gejala penerobosan.
2. Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya gejala penerobosan.
3. Untuk mengetahui aplikasi dari fenomena tunneling.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Biasanya untuk memudahkan kita ambil |Ψ|2 sama dengan peluang P untuk mendapatkan partikel
yang diberikan oleh Ψ, hanya berbadinng lurus dengan P. Jika |Ψ|2 sama dengan P, maka betul
bahwa :
x
∫|Ψ |dV =1
−x
Karena,
∫ P dV =1
−x
adalah suatu pernyataan matematis bahwa partikel itu ada di suatu tempat untuk setiap saat,
jumlah semua peluang yang mungkin harus tertentu. Selain bisa dinormalisasi , Ψ harus berharga
tunggal, karena P hanya berharga tunggal pada tempat dan waktu tertentu , dan kontinu.
3
Persamaan Schrodinger yang merupakan persamaan pokok dalam mekanika kuantum serupa
dengan hukum gerak kedua merupakan persamaan pokok dalam mekanika newton, adalah
persamaan gelombang dalam variabel Ψ.
( persamaan gelombang )
Persamaan gelombang yang menentukan gelombang dengan kuantitas variabel y yang menjalar
dalam arah x dengan kelajuan v.
Dalam mekanika kuantum, fungsi gelombang Ψ bersesuaian dengan variabel gelombang y dalam
gerak gelombang umumnya. Namun, Ψ bukanlah suatu kuantitas yang dapat diukur, sehingga
dapat berupa kuantitas kompleks. Karena itu, kita akan menganggap Ψ dalam arah x dinyatakan
oleh :
Ψ = Ae-2πI(Vt-x/λ)
sehingga :
Ψ = Ae-(i/ħ)(Et-px)
4
Persamaan di atas merupakan penggambaran matematis gelombang ekuivalen dari
partikel bebas yang berenergi total E dan bermomentum p yang bergerak dalam arah + x.
Namun, pernyataan fungsi gelombang Ψ hanya benar untuk partikel yang bergerak bebas.
Sedangkan untuk situasi dengan gerak partikel yang dipengaruhi berbagai pembatasan
untuk memecahkan Ψ dalam situasi yang khusus, kita memerlukan persamaan Schrodinger.
Persamaan Schrodinger diperoleh mulai dari fungsi gelombang partikel yang bergerak
bebas. Perluasan persamaan Schrodinger untuk kasus khusus partikel bebas (potensial V =
konstan) ke kasus umum dengan sebuah partikel yang mengalami gaya sembarang yang berubah
terhadap ruang dan waktu merupakan suatu kemungkinan yang bisa ditempuh, tetapi tidak ada
satu cara pun yang membuktikan bahwa perluasan itu benar.
Yang bisa kita lakukan hanyalah mengambil postulat bahwa persamaan Schrodinger
berlaku untuk berbagai situasi fisis dan membandingkan hasilnya dengan hasil eksperimen. Jika
hasilnya cocok, maka postulat yang terkait dalam persamaan Schrodinger sah, jika tidak cocok,
postulatnya harus dibuang dan pendekatan yang lain harus dijajaki.
5
dimana energi potensial partikel V merupakan fungsi dari x, y, z dan t.
Karena persamaan itu bersesuaian dengan eksperimen dalam batas – batas berlakunya,
kita harus mengakui bahwa persamaan Schrodinger menyatakan suatu postulat yang berhasil
mengenai aspek tertentu dari dunia fisis.
Betapapun sukses yang diperoleh persamaan Schrodinger, persamaan ini tetap merupakan
postulat yang tidak dapat diturunkan dari beberapa prinsip lain, dan masing – masing merupakan
rampatan pokok, tidak lebih atau kurang sah daripada data empiris yang merupakan landasan
akhir dari postulat itu. Penjabaran
Persamaan Schrodinger bergantung waktu
( vx ), ω=2 πf , V = λf
ψ= Ae−iω t
x
ψ= Ae−2 πi ( ft )
λ
6
Persamaan gelombangnya menjadi
7
2.3 Persamaan Schrodinger Bentuk Keadaan Tunak
Dalam banyak situasi energi potensial sebuah partikel tidak bergantung dari waktu secara
eksplisit, gaya yang bereaksi padanya, jadi juga V, hanya berubah terhadap kedudukan partikel.
Jika hal itu benar, persamaan Schrodinger dapat disederhanakan dengan meniadakan
ketergantungan terhadap waktu t. Fungsi gelombang partikel bebas dapat ditulis
= ψe-(iE/ħ)t
ini berarti, Ψ merupakan perkalian dari fungsi bergantung waktu e-(iE/h)t dan fungsi yang
bergantung kedudukan ψ. Kenyataanya, perubahan terhadap waktu dari semua fungsi partikel
yang mengalami aksi dari gaya jenuh mempunyai bentuk yang sama seperti pada partikel bebas.
Pada umumnya kita dapat memperoleh suatu fungsi gelombang Ψ yang tidak saja
memenuhi persamaan dan syarat batas yang ada tetapi juga turunannmya jenuh, berhingga dan
berharga tunggal dari persamaan keadaan jenuh Schrodinger. Jika tidak, sistem itu tidak
mungkin berada dalam keadaan jenuh.
8
Jadi kuantitas energi muncul dalam mekanika gelombang sebagai unsur wajar dari teori
dan kuantitas energi dalam dunia fisis dinyatakan sebagai jejak universal yang merupakan ciri
dari semua sistem yang mantap.
Harga En supaya persamaan keadaan tunak Schrodinger dapat dipecahkan disebut harga
eigen dan fungsi gelombang yang bersesuaian ψn disebut fungsi eigen. Tingkat energi diskrit
atom hidrogen :
Dalam atom hidrogen , kedudukan elektron tidak terkuantitasi, sehingga kita bisa memikirkan
elektron berada disekitar inti dengan peluang tertentu |Ψ|2 per satuan volume tetapi tanpa ada
kedudukan tertentu yang diramalkan atau orbit tertentu menurut pengertian klasik.
Pernyataan peluang ini tidak bertentangan dengan kenyataan bahwa eksperimen yang
dilakukan pada atom hidrogen selalu menunjukkan bahwa atom hidrogen selalu mengandung
satu elektron, bukan 27 persen elektron dalam satu daerah dan 73 persen di daerah lainnya;
peluang itu menunjukkan peluang untuk mendapatkan elektron , dan walaupun peluang ini
menyebar dalam ruang, elektronnya sendiri tidak.
Persamaan gelombang partikel bebas
9
Ambil persamaan Schrodinger yang bergantung waktu,
Analog terhadap persamaan schrodinger adalah tali terbentang yang panjangnya L yang
keduanya terikat.
10
2.4 Harga Ekspetasi
ψ(x,y,z,t): Mengandung semua informasi tentang partikel itu yang diizinkan oleh prinsip
ketidaktentuan.Informasi ini dinyatakan dalam satu peluang dan bukan merupakan kuantitas
yang sudah pasti.
Misal, mencari kedudukan rata-rata x dari sejuml;ah partikel identik yang terdistribusi
sehingga terdapat N1 partikel X1 dan seterusnya.
Ganti bil;angan Ni dari partikel Xi dengan pelung Pi yang bisa diperoleh dalam selang dx di
Xi .
11
dari persamaan ∫ΙΨΙ 2dx partikel akan ditemukan antara x=-~ dan x=~
sehingga;
Apa yang terjadi jika kita melempar bola ke arah tembok? Bola akan terpantul balik
bukan? Dapatkah bola menerobos tembok? Tentu saja tidak. Tetapi secara mekanika kuantum
bola mempunyai kemungkinan (walaupun kecil) untuk menerobos tembok, Peluang atau
kemungkinan ini makin besar jika bolanya semakin kecil. Gejala penerobosan ini biasanya
terjadi pada level atom.
Sebagaimana dari prinsip sumur potensial, secara mekanika klasik sebuah elektron tidak
dapat menembus penghalang, karena E < E0, tidak memungkinkan elektron bisa menembus
daerah tersebut, sehingga Ek = E – E0 bernilai negatif. Atau dengan bahasa lain X>0 merupakan
daerah larangan yang tidak munkin di temukan elektron, yang terjadi hanya dipantulkan
kembali. Namun nyatanya, secara kuantum pada sisi setelah penghalang tersebut, masih bisa
ditemukan elektron. Teori kuantum ini juga meramalkan kemungkinan elektron menembus suatu
penghalang yang hanya terjadi di dunia mikro. Fenomena inilah yang dikenal dengan gejala
penerobosan.
Dalam mekanika klasik sebuah potensial tak bergantung waktu satu dimensi dapat
memberikan 2 jenis gerak yang berbeda. Jika V(x) meningkat melebihi besar daripada energi
total partikel (E) di kedua sisi (gambar i) maka partikel akan terperangkap pada sumur potensial
(terguncang bolak-balik) diantara titik balik, tapi tidak dapat melarikan diri. Keadaan partikel
12
tersebut disebut keadaan terikat (bound state). Jika pada sisi lain E > V(x) pada satu sisi atau
keduanya, lalu partikel datang dari ketakterbatasan, memperlambat kecepatan atau menambah
kecepatan dibawah pengaruh potensial dan kembali ke keadaan tak hingga(gambar ii). Keadaan
ini di sebut keadaan hamburan (scattering state).
Kita telah menemui dua jenis solusi persamaan schrodinger tak bergantung waktu, yaitu
untuk spektrum diskrit dan kontinu. Persamaan Schrodinger ini menerangkan secara tepat pada
bound state dan scattering state. Perbedaannya terlihat sangat jelas pada wilayah kuantum karena
fenomena Tunneling ini mengijinkan partikel untuk menerobos melalui dinding potensial yang
terbatas (finite), jadi satu-satunya permasalahannya adalah pada saat potensial bernilai tak
hingga.
13
Struktur potensial penghalang ganda yang dilukiskan pada gambar 1 di atas terdiri dari dua
penghalang simetris. Jika ada elektron datang dengan energi E yang lebih kecil daripada energi
potensial penghalang V0, maka dalam keadaan ini elektron dapat memasuki sistem dengan
probabilitas tunneling mendekati harga satu. Hal ini dapat dijelaskan dengan keadaan resonans,
yaitu bahwa elektron mendapatkan penambahan probabilitas tunneling ketika energi elektron
yang datang tepat sama dengan energi resonans keadaan-keadaan eigen di dalam sumur
potensial. Peristiwa ini juga dapat dipandang sebagai interferensi konstruktif antara gelombang
elektron yang meninggalkan penghalang pertama dengan gelombang elektron yang direfleksikan
oleh potensial penghalang kedua. Besarnya probabilitas tunneling dari pembawa muatan yang
masuk ke dalam struktur potensial penghalang ganda dapat dimulai dari persamaan Schrodinger
berikut ini:
Saat partikel datang dengan energi E < V0, maka persamaan Schrodinger di atas akan
menjadi :
14
15
Arti fisis dari persamaan solusi gelombang di atas adalah pada daerah I merupakan
superposisi dari 2 gelombang yang berasal dari gelombang datang dan gelombang pantul setelah
gelombang tersebut bertumbukan dengan penghalang potensial. Pada daerah II juga terdapat 2
superposisi gelombang yang berasal dari gelombang yang ditransmisikan oleh gelombang datang
dan gelombang pantul yang menumbuk potensial berikutnya. Sedangkan untuk daerah III hanya
terdapat 1 fungsi gelombang yang berarti hanya terdapat gelombang yang ditransmisikan dari
gelombang yang berada dalam potensial penghalang dan tidak terdapat gelombang yang di
pantulkan karena selanjutnya tidak ada penghalang potensial.
16
Gambar 2. Fungsi gelombang untuk E<V0.
17
Untuk x = 0 ; maka
B2 / B1 = (ik – q ) / (ik + q )
R = B2 / B1 = (ik – q ) / (ik + q )
Atau
18
= 1 / 1 + V02 / ε E
Dengan R & T <1, dan R+T=1
Efek terobosoan merupakan partikel yang dapat menembus perintang walaupun energinya kecil,. Pada
efek terobosan diperlukan suhu yang sangat tinggi yaitu 7000 c. Ini terjadi dalam beberapa keadaan
19
Terapkan syarat batas
20
21
2.5.2 APLIKASI GEJALA PENEROBOSAN
Peluruhan alfa merupakan salah satu peristiwa efek penerobosan (tunneling effect).
Diasumsikan dua netron dan dua proton yang berada dalam inti membentuk partikel alfa. Dua
proton dan dua netron ini bergerak terus di dalam inti, yang kadang-kadang bergabung dan
terkadang berpisah. Di dalam inti partikel alfa terikat oleh gaya inti yang sangat kuat. Tetapi jika
partikel alfa inti bergerak lebih jauh dari jari-jari inti ia akan segera merasakan tolakan gaya
Coulomb. Tinggi potensial halang dalam inti berat sekitar 30 MeV sampai 40 MeV, sementara
partikel alfa hanya memiliki energi sekitar 4 sampai 8 MeV. Jadi, secara klasik partikel alfa tidak
akan mengkin menerobos potensial Coulomb yang begitu besar. Namun, dalam mekanika
kuantum, penerobosan seperti itu diijinkan. Terdapat peluang partikel alfa untuk menerobos
“dinding yang begitu tebal dan kuat”.
2
Bila kita menuliskan energi dari partikel α, E=mv /2, dengan v kecepatan akhir, maka
22
23
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Tetapi pada kenyataannya, secara kuantum partikel atau zarah tersebut masih
bisa ditemukan pada daerah setelah penghalang tersebut.
Hal ini juga menunjukkan bukti bahwa zarah pada fisika kuantum merupakan
superposisi dari beberapa gelombang (dapat direfleksikan dan ditransmisikan).
24
DAFTAR PUSTAKA
25
26