Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FISIKA KUANTUM

PERSAMAAN SCHRODINGER BERGANTUNG WAKTU

KELOMPOK IV :

RIKA MAWARNI

SULASTRI

NURLENA SIREGAR

SRI RAHMADANI

PIDAYANTI NASUTION

RICAN FAHRI

FISIKA 2015 DIK D

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA memberikan
kekuatan untuk menyelesaikan makalah tugas ini. Sejatinya makalah ini disajikan untuk
memberikan peluang kepada mahasiswa untuk dapat berpikir secara logis dan matematis.

Fisika kuantum yang juga disebut sebagai bagian dari kelanjutan fisika modern adalah
kajian teoretik untuk fenomena fisika saat ini.

Makalah ini dimaksudkan sebagai tugas dari mata kuliah Fisika Kuantum, pada
Jurusan Fisika FMIPA UNIMED. Makalah ini berjudul PERSAMAAN SCHRODINGER
BERGANTUNG WAKTU. Semoga makalah ini bermanfaat dan secara umum memberi
sumbangsih bagi peningkatan kualitas pembelajaran.

Medan, April 2017

Penyusun

Kelompok IV

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN .... 1
1.1 Latar Belakang .... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 1
1.3 Tujuan ... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PERSAMAAN SCHRODINGER YANG BERGANTUNG WAKTU ... 2
2.2 KERAPATAN PELUANG ... 6
2.3 NILAI HARAP DAN OPERATOR ... 7

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .. 13
DAFTAR PUSTAKA ...... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada tahun 1927, satu tahun setelah Schrodinger merumuskan persamaan
gelombangnya, Heisenberg merumuskan suatu prinsip yang bersifat sangat fundamental.
Prinsip ini dirumuskan pada waktu orang sedang sibuk mempelajari persamaan Schrodinger
dan berusaha keras untuk dapat memahami maknanya. Pada tahun 1926, Heisenberg juga
muncul dengan suatu cara baru untuk menerangkan garis-garis spektrum yang dipancarkan
oleh sistem atom. Pendekatannya sangat lain, karena yang digunakannya adalah matriks.
Hasil yang diperoleh dengan cara ini sama dengan apa yang diperoleh melalui persamaan
Schrodinger. Mekanika kuantumnya Heisenberg dikenal sebagai mekanika matriks. Secara
kronologis prinsip Heisenberg muncul sesudah dirumuskannya persamaan Schrodinger.
Tetapi sebagai suatu prinsip teoritik hal itu merupakan suatu hal yang fundamental, dan dapat
disejajarkan dengan teori kuantum Einstein, postulat de-Broglie, dan postulat Bohr. Oleh
karenanya dalam pembahasannya prinsip Heisenberg ditampilkan lebih dahulu dari
persamaan Schrodinger. Teori Planck tentang radiasi thermal, teori einstein tentang foton,
teori Bohr tentang atom Hidrogen, dan postulat de-Broglie tentang gelombang zat, serta
prinsip Heisenberg dikenal sebagai teori kuantum lama. Dalam teori kuantum lama
terkandung hampir semua landasan bagi suatu teori yang dapat menguraikan perilaku sistem-
sistem fisika pada tingkat atom dan sub-atom.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan persamaan Schrodinger?
2. Bagaimana persamaan Schrodinger bergantung waktu?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui persamaan Schrodinger


2. Untuk mengetahui persamaan Schrodinger bergantung waktu

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PERSAMAAN SCHRODINGER YANG BERGANTUNG WAKTU

Perbedaan pokok antara mekanika newton dan mekanika kuantum adalah cara
menggambarkannya. Dalam mekanika newton, masa depan partikel telah ditentukan oleh
kedudukan awal, momentum awal serta gaya-gaya yang beraksi padanya. Dalam dunia
makroskopik kuantitas ini semuanya dapat ditentukan dengan ketelitian yang cukup sehingga
mendapatkan ramalan mekanika yang cocok dengan pengamtan. Mekanika kuantum juga
menghasilkan hubungan antara kuantitas yang teramati, tetapi prinsip ketaktentuan
menyarankan bahwa kuantitas yang teramati bersifat berbeda dalam kawasan atomik. Dalam
mekanika kuantum ketentuan tentang karakteristik masa depan partikel seperti pada
mekanika newton tidak mungkin diperoleh, karena kedudukan dan momentum awal partikel
tidak dapat diperoleh dengan ketelitian yang cukup. Kuantitas yang dimaksud dalam
mekanika kuantum yaitu peluang. Sepintas kita bisa mengira bahwa mekanika kuantum
merupakan pengganti yang jelek dari mekanika newton, namun faktanya mekanika newton
tidak lain daripada versi aproksimasi dari mekanika kuantum. Kepastian yang dinyatakan
oleh mekanika newton hanya merupakan ilusi, dan kecocokan dengan eksperimen timbul
sebagai konsekuensi kenyataan bahwa benda makroskopik terdiri dari banyak atom
individual yang menyimpang dari kelakuan rat-rata tidak teramati.
Dalam mekanika kuantum ini, kuantitas yang diperlukan adalah fungsi gelombang
dari benda itu sendiri. Walaupun itu sendiri tidak mempunyai tafsiran fisis, namun kuadrat

besar mutlak yang dicari pada suatu tempat tertentu pada suatu saat berbanding lurus
2

dengan peluang untuk mendapatkan benda itu di tempat itu pada saat itu. Momentum,
momentum sudut, dan energi dari benda dapat diperoleh dari . Persoalan dalam mekanika
kuantum adalah untuk menentukan untuk benda itu bila kebebasan gerak dibatasi oleh

aksi gaya eksternal. Karena


2
berbanding lurus dengan peluang P untuk mendapatkan

benda yang digambarkan oleh , integral


2
ke seluruh ruang harus berhingga dan benda


2
harus didapatkan pada suatu tempat. Jika dV= 0. Partikel itu tidak ada, dan integralnya


2
jelas tidak bisa dan tetap berarti sesuatu tidak bisa negatif karena cara

2
didefinisikannya, sehingga satu-satunya kemugkinann yang tertinggal adalah suatu kuantitas
yang berhingga agar memang menggambarkan benda real. Untuk mendapatkan parrtikel

yang digambarkan oleh , maka kita anggap


2
sama dengan peluang p, sehingga

PdV 1
2
diperoleh persamaan: dV=1, karena adalah suatu pernyataan matematis

bahwa partikel itu ada di suatu tempat untuk setiap saat, dan jumlah semua peluang yang
mungkin harus tertentu. Fungsi gelombang yang memenuhi persamaan (1) disebut
ternormalisasi. Setiap fungsi gelombang yang bisa dipakai dapat ternormalisasikan dengan
mengalihkannya dengan tetapan yang sesuai. Disamping ternormalisasi, harus berharga
tunggal, karena P hanya berharga tunggal pada tempat dan waktu tertentu, dan malar

(kontinu). Peninjauan momentum memberi syarat bahwa turunan parsial , , harus
x y z
berhingga, malar, dan berharga tunggal. Hanya fungsi gelombang dengan sifat-sifat tersebut
dapat menghasilkan hasil yang berarti fisis jika dipakai dalam perhitungan. Jadi hanya fungsi
gelombang yang berkelakuan baik yang bisa dipakai sebagai representasi matematis dari
benda nyata.
Persamaan Schrodinger yang merupakan pokok dalam mekanika kuantum serupa
dengan hukum gerak kedua persamaan pokok dalam mekanika newton, adalah persamaan
gelombang dalam variabel . Dalam mekanika kuantum fungsi gelombang bersesuaian
dengan variabel gelombang y dalam gerak gelombang pada umumnya. Namun, tidak
seperti y, bukanlah suatu kuantitas yang dapat diukur, sehingga dapat berupa kuantitas
kompleks. Karena itulah kita menganggap dalam arah x dinyatakan oleh:

Ae i t x v (1)
Jika dalam persamaan (1) dengan 2 dan v dengan , maka kita peroleh

Ae 2i t x (2)
h 2
Karena E h 2 dan ,sehingga persamaan (2) menjadi:
p p

Ae i Et px ...(3)

Persamaan (3) tersebut merupakan persamaan gelombang ekivalen dari partikel bebas yang
berenergi total E dan bermomentum p yang bergerak dalam arah +x. Fungsi gelombang yang
diberikan dalam persamaan (3) hanya benar untuk partikel yang bergerak bebas, sedangkan

3
pada situasi ini gerakan partikel yang dipengaruhi berbagai pembatasan. Selanjutnya
persamaan diferensial pokok untuk dipecahkan secara khusus, persamaan tersebutlah yang
disebut dengan persamaan schrodinger. Salah satu cara untuk memperoleh persamaan
schrodinger adalah dengan mendiferensialkan persamaan (3) dua kali terhadap x, sehingga
menghasilkan:

2 p2
2 ..(4)
x 2

Dan sekali diturunkan terhadap t menghasilkan:

iE
....(5)
t

Untuk kelajuan yang kecil terhadap cahaya, energi total partikel E ialah jumalah dari energi
kinetik p 2 2m dan energi potensial V, dengan V merupakan fungsi kedudukan x dan waktu
t:

p2
E V (6)
2m

Fungsi V menyatakan pengaruh dari sisa semesta pada partikel. Dengan menjadikan kedua
suku persamaan (6) dengan fungsi gelombang yang menghasilkan:

p2
E V ....(7)
2m

Dari persamaan (4) dan (5), kita peroleh:


E ...(8)
i t


p 2 2 (9)
x 2

Dengan mensubstitusikan pernyataan E dan p 2 dalam persamaan (7), maka diperoleh:

2 2
i V ....(10)
t 2m x 2

4
Persamaan (10) tersebut merupakan persamaan Schrodinger yang bergantung waktu dalam
satu dimensi. Jika dalam 3 dimensi persamaan (10) dapat ditulis dalam bentuk:

2 2 2 2
`` i 2 2 V .(11)
t 2m x 2 y z

Di mana energi potensial partikel V yang merupakan fungsi dari x, y, z, dan t. Setiap
pembatasan yang dapat membatasi gerak partikel dapat mempengaruhi fungsi energi
potensial V. Dengan mengetahui bentuk V, persamaan Schrodinger dapat dipecahkan untuk
mendapatkan fungsi gelombang partikel , sehingga kerapatan peluang 2 dapat ditentukan
untuk x, y, z, dan t tertentu.

Dalam hal ini persamaan Schrodinger diperoleh mulai dari fungsi gelombang partikel
yang bergerak bebas. Perluasan persamaan Schrodinger untuk kasus khusus partikel bebas
(energi potensial v = konstan ) ke kasus umum dengan sebuah partikel yang mengalami gaya
sembarang yang berubah terhadap ruang dan waktu [V=V(x,y,z,t)] merupakan suatu
kemungkinan yang bisa ditempuh, tetapi tidak ada suatu cara yang membuktikan bahwa
perluasan itu benar. Oleh karena itu, maka digunakan postulat bahwa persamaan Schrodinger
berlaku untuk memecahkan berbagai situasi fisis dan membandingkannya dengan hasil
eksperimen. Jika hasilnya cocok, maka postulat yang terkait dalam persamaan Schrodinger
sah, jika tidak maka digunakan pendekatan lain.
Dalam kenyataannya, persamaan Schrodinger telah menghasilkan ramalan yang
sanagat tepat mengenai eksperimen yang diperoleh. Terkait dengan hal itu, maka persamaan
(11) hanya bisa dipakai untuk persoalan non-relativistik karena persamaan itu bersesuaian
dengan eksperimen dalam batas-batas berlakunya. Namun, walaupun demikian, persamaan
Schrodinger ini tetap merupakan postulat yang sama seperti postulat relativitas khusus atau
mekanika statistik, yaitu tak ada satupun yang dapat diturunkan dari beberapa prinsip lain,
dan masing-masing merupakan rampatan pokok, tidak lebih atau kurang dari dat empiris
yang merupakan landasan akhir dari postulat itu.

5
2.2 KERAPATAN PELUANG

Rapat peluang yang diasosiasikan dengan fungsi gelombang . Sebagai


(r , t ) * (r , t ) (r , t ) , sedemikian rupa sehingga (r , t )dx menyatakan besarnya peluang
menemukan partikel di dalam unsur volume d3x di sekitar r pada saat t. untuk


r,tyang telah ternormalkan berlaku r,td3 x 1 dengan integrasi meliputi seluruh
V


ruang V. persamaan r,td3 x 1 menunjukkan bahwa jika kita melacak kehadiran
V

partikel meliputi seluruh ruang maka peluang untuk mendapatkannya adalah 1, artinya kita
pasti menemukan partikel tersebut. Persamaan ini juga menunjukkan bahwa rapat peluang
global (dihitung meliputi seluruh ruang) bersifat konstan, tidak bergantung pada waktu. Ini
berarti bahwa rapat peluang global bersifat kekal. Jika rapat peluang ini dihitung secara lokal
yaitu meliputi ruang yang terbatas, maka

(r , t ) * (r , t ) (r , t ) ................................. (a)

Kita ambil derivatif terhadap waktu. Hasilnya adalah


(r , t ) (r , t ) * (r , t )
* .................................(b)
t t t
2 2 (r , t )
Menurut persamaan schrodinger (r , t ) V (r , t ) (r , t ) i kedua
2m t
derivatif fungsi gelombang terhadap waktu diruas kanan. Persamaan (b) tersebut masing-
masing bernilai
(r , t ) i 2 i
(r , t ) (r , t ) (r , t ) .................................(c)
t 2m
Dan
* (r , t ) i 2 2 i
(r , t ) V (r , t ) * (r , t ) .................................(d)
t 2m
Substitusikan persamaan (d) dan (c) ke dalam persamaan (b) dan menghasilkan
(r , t ) i
t

2m

* 2 2 *
i
2m

* * .................(e)
Dengan menyatakan vektor operator yang dalam sistem koordinat Cartesian berbentuk

i j k persamaan (e) dapat diubah menjadi :
x y z

6
(r , t )
J (r , t ) 0 .................................(f)
t
Dengan vektor rapat arus peluang J(r,t) didefenisikan sebagai

J (r , t )

i 2m

* .................................(g)

Persamaan (f) jika diintegralkan secara lokal mengungkapkan hukum kekekalan peluang.
Dalam konteks persamaan (f) sebagai rapat peluang dan J sebagai vektor rapat arus
peluang.
Jadi, sesuai dengan persamaan (f) maka rapat peluang lokal bergantung pada waktu.
Persamaan (f) dapat juga dimaknai sebagai hukum kekekalan rapat peluang secara lokal.

2.3 NILAI HARAP DAN OPERATOR

Perubahan fungsi gelombang terhadap waktu telah dirumuskan, yaitu mengikuti


persamaan Schrdinger. Mengingat fungsi gelombang berkaitan erat dengan hasil
pengukuran, maka timbul pertanyaan tentang begaimana hasil pengukuran perubahan
terhadap waktu. Perlu dicatat bahwa hasil pengukuran harus diartikan sebagai nilai harap
(rerata) pengukuran. Hal ini disebabkan karena hasil pengukuran bersifat probabilistik
sehingga tidak mungkin bagi kita untuk menyelidiki perilaku hasil ukur secara individual.
Dengan menggunakan persamaan Schrdinger, kita akan menemukan jawaban atas
pertanyaan tadi. Selanjutnya, untuk penyederhanaan penulisan, kita definisikan:

2 2
= 2 + (,)
(1)
2

Dengan menggunakan definisi di atas, persamaan Schrdinger dapat ditulis dalam bentuk:

= i dengan merpakan penyingkatan dari (,)


t

Nilai harap pengukuran besaran A pada saat keadaan sistem dinyatakan oleh fungsi
gelombang ternormalkan adalah:


= (2)

Untuk mengetahui bagaimana nilai harap berubah terhadap waktu, dapat diambil derivatif
persamaan (2) terhadap waktu, yaitu:

7

= ( ) (3)

Karena integrasi dilakukan terhadap x maka operator derivatif terhadap t dapat dimasukkan
ke dalam integran. Jadi ruas kanan persamaan (3) dapat diubah menjadi


( ) = ( ) (4)

Dengan memperhatikan bahwa telah diubah derivatif biasa (d/dt) menjadi derivatif

parsial .Hal ini harus dilakukan mengingat pengambilan derivatif dilakukan terhadap t saja

sedangkan , *, dan pada umumnya merupakan fungsi x dan t. Selanjutnya, dengan


menggunakan aturan derivatif untuk perkalian dua fungsi atau lebih, integral di ruas kanan
persamaan (4) dapat diubah menjadi:




( ) = () + + A (5)

Berdasarkan persamaan Schrdinger, derivatif fungsi gelombang pada suku pertama dan suku
terakhir ruas kanan persamaan (5) masing-masing dapat diganti dengan persamaan:

1

=

(6a)


Dan
1
)
) = 1 (
= (

(6b)

Dengan mensubstitusi persamaan (6) ke dalam persamaan (5) menghasilkan:

1
) () + + 1 A
( ) = ( (7)



Karena hermitian maka berlaku ) () = A
( , sehingga

persamaan terakhir dapat diubah menjadi:

1
( ) = (A
H H
A ) +

(8a)

8
Suku pertama ruas kanan persamaan (8a) menyatakan nilai harap bagi komutator


H
A, H
(A H
A ) dan suku kedua menyatakan nilai harap bagi . Dengan demikian,

persamaan (8a) dapat diubah lagi menjadi:

1
( ) = A,
H

(8b)

Substirusi persamaan (8b) ke persamaan (5) kemudian hasilnya disubstitusikan ke


persamaan (4) menghasilkan persamaan akhir rumusan perubahan nilai harap terhadap waktu
sebagai berikut.

1
= A,
H (9)

Persamaan (9) menunjukkan bahwa perubahan nilai harap hasil ukur besaran A
H
terhadap waktu bergantung pada dua hal, yaitu; terhadap nilai harap komutator A, dan

terhadap nilai harap derivative terhadap waktu. Kebergantungan terhadap fungsi



H
gelombang bersifat implisit dan baru nampak ketika menghitung A, dan

Persamaan (9) sering disebut sebagai Persamaan Gerak Heisenberg.

Untuk mengetahui bagaimana nilai harap posisi dan momentum linier berubah terhadap
waktu dapat digunakan rumus umum sebagaimana dinyatakan dalam persamaan (9).

a. Perubahan Nilai Harap Posisi Terhadap Waktu


Berdasarkan persamaan (9), perubahan nilai harap posisi terhadap waktu mengikuti
hubungan:

d
dt
X


1
i
X , H

X
t
................................. (10)

Komutator yang dibentuk oleh operator posisi dan hamiltonian adalah


2

2


X,H X,
2m
p
V X X, p
2m

X , V X .............................................(11a)

9

Komutator suku terakhir merupakan operator nol, sebab X , X 0 sehingga X , V X 0 .
Komutator suku pertama dapat diselesaikan sebagai berikut.


2

p 2m X , P P P X , P m
p iP
X , 1 X , 2 1
2m 2m


Pada perhitungan tadi telah menggunakan persamaan X , P i , persamaan (11a) dapat
diubah menjadi

X , H imP ................................................................................................(11b)

Selanjutnya, karena X secara eksplisit tidak bergantung waktu maka X t 0 sehingga

nilai harapnya juga nol; jadi X t 0 . Substitusi nilai ini dan persamaan (11b) ke dalam
persamaan (10) diperoleh persaman baru tentang perubahan nilai harap posisi terhadap waktu
sebagai berikut

iP P
X
d 1
.......................................................(12)
dt i m m

b. Perubahan nilai harap momentum linier terhadap waktu


Berdasarkan persamaan (9), perubahann nilai harap momentum linier terhadap waktu
mengikuti hubungan

d
dt
P


1
i
P , H

P
t
....................................................(13)

Komutator yang dibentuk oleh operator momentum linier dan hamiltonian adalah
2 2

P , H P ,
2m
p
V X P ,
2m
p
P, V X
.......................................(14a)

10
Komutator suku pertama merupakan operator nol, sebab P , P 0 sehingga P , P

2
0

Komutator suku terakhir dapat diselesaikan sebagai berikut.

Jika komutator tersebut dikerjakan pada sembarang fungsi gelombang (X )


,

sehingga operator X x dan P i t , maka kita peroleh hubungan

P ,V X P V X V X P i x V x V x i x

V x V x
i V x V x i
x x x x

V x

Ini berarti bahwa P , V X i
x

Dengan demikian, persamaan (14a) menjadi

P , H i Vxx .....................................................................(14b)

Selanjutnya, karena P secara eksplisit tidak bergantung waktu maka P t 0 sehingga

nilai harapnya juga nol; jadi P t 0 . Substitusi nilai ini dan persamaan (14b) ke dalam

persamaan (13) diperoleh persaman baru tentang perubahan nilai harap momentum terhadap
waktu sebagai berikut

dV x dV x
P
d 1
i ......................................(15)
dt i dx dx

Persamaan (12)dapat diubah menjadi P m


d X
. Jika setiap operator dalam persamaan
dt
ini diganti dengan besaran fisik yang diwakilinya, maka akan didapatkan hubungan
d x dx
p m . Dalam fisika klasik, momentum linear didefinisikan sebagai p m , yang
dt dt
ternyata sangat mirip dengan yang didapatkan tadi.

Sekarang jika diperhatikan persamaan (15), dalam fisika klasik terdapat hubungan
dp
F (hukum II Newton) dan untuk gaya konservatif berlaku hubungan F = -dV/dx. Jadi
dt
dt

11
dalam fisika klasik, khususnya untuk sistem konservatif, berlaku hubungan
dp dV
...............................................................(16)
dt dx
Jika dibandingkan antara persamaan (15) dan (16) maka dapat disimpulkan bahwa
persamaan (15) merupakan pernyataan hukum II newton dalam formulasi kuantum.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat kesepadanan antara fisika kuantum
dengan fisika klasik. Kesepadanan rumusan kuantum dan rumusan klasik tentang hukum II
newton ini dikenal sebagai Teorema Ehrenfest.
Dari persamaan yang dikemukakan oleh Schrdinger kemudian menimbulkan
beberapa pertanyaan antara lain, apakah persamaan Schrdinger menjamin tetap berlakunya
hukum kekekalan energi?
Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa hamiltonian (EK + EP)sistem konservatif
bersifat kekal. Dengan kata lain, hamiltonian sistem tidak berubah terhadap waktu. Oleh
sebab itu, untuk menguji apakah persamaan Schrdinger menjamin tetap berlakunya hukum
kekekalan energi atau tidak, dapat diselidiki bagaimana nilai harap hamiltonian sistem
berubah terhadap waktu.
Berdasarkan persamaan (9), perubahan nilai harap hamiltonan terhadap waktu
mengikuti formulasi dasar sebagai berikut.
d
dt H
1
i
H , H

H
t
......................................(17)


Karena H , H 0 dan untuk sistem konservatif H t 0 maka persamaan (17) menjadi

d
dt H 0, atau H kons tan ......................................................(18)

Persamaan (18) menunjukkan bahwa nilai harap hamiltonan sistem konservatif bersifat kekal.
Ini berarti bahwa persamaan Schrdinger menjamin tetap berlakunya hukum kekelan energi
(secara rata-rata).

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perbedaan pokok antara mekanika newton dan mekanika kuantum adalah cara
menggambarkannya. Dalam mekanika newton, masa depan partikel telah ditentukan oleh
kedudukan awal, momentum awal serta gaya-gaya yang beraksi padanya. Dalam dunia
makroskopik kuantitas ini semuanya dapat ditentukan dengan ketelitian yang cukup sehingga
mendapatkan ramalan mekanika yang cocok dengan pengamtan.

Persamaan Schrodinger yang merupakan pokok dalam mekanika kuantum serupa


dengan hukum gerak kedua persamaan pokok dalam mekanika newton, adalah persamaan
gelombang dalam variabel . Dalam mekanika kuantum fungsi gelombang bersesuaian
dengan variabel gelombang y dalam gerak gelombang pada umumnya

13
DAFTAR PUSTAKA

Beiser, A.1992.Konsep Fisika Modern. Edisi ke-4, cetakan ke-2. Jakarta: Erlangga.

Halliday, Resnick. 1999. Fisika Jilid 2. Edisi ke-3. Jakarta: Erlangga

Kusminarto.1992.Pokok-Pokok Fisika Modern. Yogyakarta: Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada.

Sutopo. 2003. Pengantar Fisika Kunatum. Malang: Universitas Negeri Malang. Santyasa, I

W. 1994. Perkembangan Teori Kuantum Secara Historis.Makalah. Program

Studi Pendidikan Fisika STKIP Singaraja.

Krane, Kenneth. 1992. Fisika Modern. Jakarta: Universitas Indonesia

14

Anda mungkin juga menyukai