KELOMPOK IV :
RIKA MAWARNI
SULASTRI
NURLENA SIREGAR
SRI RAHMADANI
PIDAYANTI NASUTION
RICAN FAHRI
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA memberikan
kekuatan untuk menyelesaikan makalah tugas ini. Sejatinya makalah ini disajikan untuk
memberikan peluang kepada mahasiswa untuk dapat berpikir secara logis dan matematis.
Fisika kuantum yang juga disebut sebagai bagian dari kelanjutan fisika modern adalah
kajian teoretik untuk fenomena fisika saat ini.
Makalah ini dimaksudkan sebagai tugas dari mata kuliah Fisika Kuantum, pada
Jurusan Fisika FMIPA UNIMED. Makalah ini berjudul PERSAMAAN SCHRODINGER
BERGANTUNG WAKTU. Semoga makalah ini bermanfaat dan secara umum memberi
sumbangsih bagi peningkatan kualitas pembelajaran.
Penyusun
Kelompok IV
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN .... 1
1.1 Latar Belakang .... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 1
1.3 Tujuan ... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PERSAMAAN SCHRODINGER YANG BERGANTUNG WAKTU ... 2
2.2 KERAPATAN PELUANG ... 6
2.3 NILAI HARAP DAN OPERATOR ... 7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Perbedaan pokok antara mekanika newton dan mekanika kuantum adalah cara
menggambarkannya. Dalam mekanika newton, masa depan partikel telah ditentukan oleh
kedudukan awal, momentum awal serta gaya-gaya yang beraksi padanya. Dalam dunia
makroskopik kuantitas ini semuanya dapat ditentukan dengan ketelitian yang cukup sehingga
mendapatkan ramalan mekanika yang cocok dengan pengamtan. Mekanika kuantum juga
menghasilkan hubungan antara kuantitas yang teramati, tetapi prinsip ketaktentuan
menyarankan bahwa kuantitas yang teramati bersifat berbeda dalam kawasan atomik. Dalam
mekanika kuantum ketentuan tentang karakteristik masa depan partikel seperti pada
mekanika newton tidak mungkin diperoleh, karena kedudukan dan momentum awal partikel
tidak dapat diperoleh dengan ketelitian yang cukup. Kuantitas yang dimaksud dalam
mekanika kuantum yaitu peluang. Sepintas kita bisa mengira bahwa mekanika kuantum
merupakan pengganti yang jelek dari mekanika newton, namun faktanya mekanika newton
tidak lain daripada versi aproksimasi dari mekanika kuantum. Kepastian yang dinyatakan
oleh mekanika newton hanya merupakan ilusi, dan kecocokan dengan eksperimen timbul
sebagai konsekuensi kenyataan bahwa benda makroskopik terdiri dari banyak atom
individual yang menyimpang dari kelakuan rat-rata tidak teramati.
Dalam mekanika kuantum ini, kuantitas yang diperlukan adalah fungsi gelombang
dari benda itu sendiri. Walaupun itu sendiri tidak mempunyai tafsiran fisis, namun kuadrat
besar mutlak yang dicari pada suatu tempat tertentu pada suatu saat berbanding lurus
2
dengan peluang untuk mendapatkan benda itu di tempat itu pada saat itu. Momentum,
momentum sudut, dan energi dari benda dapat diperoleh dari . Persoalan dalam mekanika
kuantum adalah untuk menentukan untuk benda itu bila kebebasan gerak dibatasi oleh
2
harus didapatkan pada suatu tempat. Jika dV= 0. Partikel itu tidak ada, dan integralnya
2
jelas tidak bisa dan tetap berarti sesuatu tidak bisa negatif karena cara
2
didefinisikannya, sehingga satu-satunya kemugkinann yang tertinggal adalah suatu kuantitas
yang berhingga agar memang menggambarkan benda real. Untuk mendapatkan parrtikel
PdV 1
2
diperoleh persamaan: dV=1, karena adalah suatu pernyataan matematis
bahwa partikel itu ada di suatu tempat untuk setiap saat, dan jumlah semua peluang yang
mungkin harus tertentu. Fungsi gelombang yang memenuhi persamaan (1) disebut
ternormalisasi. Setiap fungsi gelombang yang bisa dipakai dapat ternormalisasikan dengan
mengalihkannya dengan tetapan yang sesuai. Disamping ternormalisasi, harus berharga
tunggal, karena P hanya berharga tunggal pada tempat dan waktu tertentu, dan malar
(kontinu). Peninjauan momentum memberi syarat bahwa turunan parsial , , harus
x y z
berhingga, malar, dan berharga tunggal. Hanya fungsi gelombang dengan sifat-sifat tersebut
dapat menghasilkan hasil yang berarti fisis jika dipakai dalam perhitungan. Jadi hanya fungsi
gelombang yang berkelakuan baik yang bisa dipakai sebagai representasi matematis dari
benda nyata.
Persamaan Schrodinger yang merupakan pokok dalam mekanika kuantum serupa
dengan hukum gerak kedua persamaan pokok dalam mekanika newton, adalah persamaan
gelombang dalam variabel . Dalam mekanika kuantum fungsi gelombang bersesuaian
dengan variabel gelombang y dalam gerak gelombang pada umumnya. Namun, tidak
seperti y, bukanlah suatu kuantitas yang dapat diukur, sehingga dapat berupa kuantitas
kompleks. Karena itulah kita menganggap dalam arah x dinyatakan oleh:
Ae i t x v (1)
Jika dalam persamaan (1) dengan 2 dan v dengan , maka kita peroleh
Ae 2i t x (2)
h 2
Karena E h 2 dan ,sehingga persamaan (2) menjadi:
p p
Ae i Et px ...(3)
Persamaan (3) tersebut merupakan persamaan gelombang ekivalen dari partikel bebas yang
berenergi total E dan bermomentum p yang bergerak dalam arah +x. Fungsi gelombang yang
diberikan dalam persamaan (3) hanya benar untuk partikel yang bergerak bebas, sedangkan
3
pada situasi ini gerakan partikel yang dipengaruhi berbagai pembatasan. Selanjutnya
persamaan diferensial pokok untuk dipecahkan secara khusus, persamaan tersebutlah yang
disebut dengan persamaan schrodinger. Salah satu cara untuk memperoleh persamaan
schrodinger adalah dengan mendiferensialkan persamaan (3) dua kali terhadap x, sehingga
menghasilkan:
2 p2
2 ..(4)
x 2
iE
....(5)
t
Untuk kelajuan yang kecil terhadap cahaya, energi total partikel E ialah jumalah dari energi
kinetik p 2 2m dan energi potensial V, dengan V merupakan fungsi kedudukan x dan waktu
t:
p2
E V (6)
2m
Fungsi V menyatakan pengaruh dari sisa semesta pada partikel. Dengan menjadikan kedua
suku persamaan (6) dengan fungsi gelombang yang menghasilkan:
p2
E V ....(7)
2m
E ...(8)
i t
p 2 2 (9)
x 2
2 2
i V ....(10)
t 2m x 2
4
Persamaan (10) tersebut merupakan persamaan Schrodinger yang bergantung waktu dalam
satu dimensi. Jika dalam 3 dimensi persamaan (10) dapat ditulis dalam bentuk:
2 2 2 2
`` i 2 2 V .(11)
t 2m x 2 y z
Di mana energi potensial partikel V yang merupakan fungsi dari x, y, z, dan t. Setiap
pembatasan yang dapat membatasi gerak partikel dapat mempengaruhi fungsi energi
potensial V. Dengan mengetahui bentuk V, persamaan Schrodinger dapat dipecahkan untuk
mendapatkan fungsi gelombang partikel , sehingga kerapatan peluang 2 dapat ditentukan
untuk x, y, z, dan t tertentu.
Dalam hal ini persamaan Schrodinger diperoleh mulai dari fungsi gelombang partikel
yang bergerak bebas. Perluasan persamaan Schrodinger untuk kasus khusus partikel bebas
(energi potensial v = konstan ) ke kasus umum dengan sebuah partikel yang mengalami gaya
sembarang yang berubah terhadap ruang dan waktu [V=V(x,y,z,t)] merupakan suatu
kemungkinan yang bisa ditempuh, tetapi tidak ada suatu cara yang membuktikan bahwa
perluasan itu benar. Oleh karena itu, maka digunakan postulat bahwa persamaan Schrodinger
berlaku untuk memecahkan berbagai situasi fisis dan membandingkannya dengan hasil
eksperimen. Jika hasilnya cocok, maka postulat yang terkait dalam persamaan Schrodinger
sah, jika tidak maka digunakan pendekatan lain.
Dalam kenyataannya, persamaan Schrodinger telah menghasilkan ramalan yang
sanagat tepat mengenai eksperimen yang diperoleh. Terkait dengan hal itu, maka persamaan
(11) hanya bisa dipakai untuk persoalan non-relativistik karena persamaan itu bersesuaian
dengan eksperimen dalam batas-batas berlakunya. Namun, walaupun demikian, persamaan
Schrodinger ini tetap merupakan postulat yang sama seperti postulat relativitas khusus atau
mekanika statistik, yaitu tak ada satupun yang dapat diturunkan dari beberapa prinsip lain,
dan masing-masing merupakan rampatan pokok, tidak lebih atau kurang dari dat empiris
yang merupakan landasan akhir dari postulat itu.
5
2.2 KERAPATAN PELUANG
r,tyang telah ternormalkan berlaku r,td3 x 1 dengan integrasi meliputi seluruh
V
ruang V. persamaan r,td3 x 1 menunjukkan bahwa jika kita melacak kehadiran
V
partikel meliputi seluruh ruang maka peluang untuk mendapatkannya adalah 1, artinya kita
pasti menemukan partikel tersebut. Persamaan ini juga menunjukkan bahwa rapat peluang
global (dihitung meliputi seluruh ruang) bersifat konstan, tidak bergantung pada waktu. Ini
berarti bahwa rapat peluang global bersifat kekal. Jika rapat peluang ini dihitung secara lokal
yaitu meliputi ruang yang terbatas, maka
(r , t ) * (r , t ) (r , t ) ................................. (a)
6
(r , t )
J (r , t ) 0 .................................(f)
t
Dengan vektor rapat arus peluang J(r,t) didefenisikan sebagai
J (r , t )
i 2m
* .................................(g)
Persamaan (f) jika diintegralkan secara lokal mengungkapkan hukum kekekalan peluang.
Dalam konteks persamaan (f) sebagai rapat peluang dan J sebagai vektor rapat arus
peluang.
Jadi, sesuai dengan persamaan (f) maka rapat peluang lokal bergantung pada waktu.
Persamaan (f) dapat juga dimaknai sebagai hukum kekekalan rapat peluang secara lokal.
2 2
= 2 + (,)
(1)
2
Dengan menggunakan definisi di atas, persamaan Schrdinger dapat ditulis dalam bentuk:
Nilai harap pengukuran besaran A pada saat keadaan sistem dinyatakan oleh fungsi
gelombang ternormalkan adalah:
= (2)
Untuk mengetahui bagaimana nilai harap berubah terhadap waktu, dapat diambil derivatif
persamaan (2) terhadap waktu, yaitu:
7
= ( ) (3)
Karena integrasi dilakukan terhadap x maka operator derivatif terhadap t dapat dimasukkan
ke dalam integran. Jadi ruas kanan persamaan (3) dapat diubah menjadi
( ) = ( ) (4)
Dengan memperhatikan bahwa telah diubah derivatif biasa (d/dt) menjadi derivatif
parsial .Hal ini harus dilakukan mengingat pengambilan derivatif dilakukan terhadap t saja
( ) = () + + A (5)
Berdasarkan persamaan Schrdinger, derivatif fungsi gelombang pada suku pertama dan suku
terakhir ruas kanan persamaan (5) masing-masing dapat diganti dengan persamaan:
1
=
(6a)
Dan
1
)
) = 1 (
= (
(6b)
1
) () + + 1 A
( ) = ( (7)
Karena hermitian maka berlaku ) () = A
( , sehingga
1
( ) = (A
H H
A ) +
(8a)
8
Suku pertama ruas kanan persamaan (8a) menyatakan nilai harap bagi komutator
H
A, H
(A H
A ) dan suku kedua menyatakan nilai harap bagi . Dengan demikian,
1
( ) = A,
H
(8b)
1
= A,
H (9)
Persamaan (9) menunjukkan bahwa perubahan nilai harap hasil ukur besaran A
H
terhadap waktu bergantung pada dua hal, yaitu; terhadap nilai harap komutator A, dan
Untuk mengetahui bagaimana nilai harap posisi dan momentum linier berubah terhadap
waktu dapat digunakan rumus umum sebagaimana dinyatakan dalam persamaan (9).
d
dt
X
1
i
X , H
X
t
................................. (10)
2
2
X,H X,
2m
p
V X X, p
2m
X , V X .............................................(11a)
9
Komutator suku terakhir merupakan operator nol, sebab X , X 0 sehingga X , V X 0 .
Komutator suku pertama dapat diselesaikan sebagai berikut.
2
p 2m X , P P P X , P m
p iP
X , 1 X , 2 1
2m 2m
Pada perhitungan tadi telah menggunakan persamaan X , P i , persamaan (11a) dapat
diubah menjadi
X , H imP ................................................................................................(11b)
nilai harapnya juga nol; jadi X t 0 . Substitusi nilai ini dan persamaan (11b) ke dalam
persamaan (10) diperoleh persaman baru tentang perubahan nilai harap posisi terhadap waktu
sebagai berikut
iP P
X
d 1
.......................................................(12)
dt i m m
d
dt
P
1
i
P , H
P
t
....................................................(13)
Komutator yang dibentuk oleh operator momentum linier dan hamiltonian adalah
2 2
P , H P ,
2m
p
V X P ,
2m
p
P, V X
.......................................(14a)
10
Komutator suku pertama merupakan operator nol, sebab P , P 0 sehingga P , P
2
0
Komutator suku terakhir dapat diselesaikan sebagai berikut.
P ,V X P V X V X P i x V x V x i x
V x V x
i V x V x i
x x x x
V x
Ini berarti bahwa P , V X i
x
P , H i Vxx .....................................................................(14b)
nilai harapnya juga nol; jadi P t 0 . Substitusi nilai ini dan persamaan (14b) ke dalam
persamaan (13) diperoleh persaman baru tentang perubahan nilai harap momentum terhadap
waktu sebagai berikut
dV x dV x
P
d 1
i ......................................(15)
dt i dx dx
Sekarang jika diperhatikan persamaan (15), dalam fisika klasik terdapat hubungan
dp
F (hukum II Newton) dan untuk gaya konservatif berlaku hubungan F = -dV/dx. Jadi
dt
dt
11
dalam fisika klasik, khususnya untuk sistem konservatif, berlaku hubungan
dp dV
...............................................................(16)
dt dx
Jika dibandingkan antara persamaan (15) dan (16) maka dapat disimpulkan bahwa
persamaan (15) merupakan pernyataan hukum II newton dalam formulasi kuantum.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat kesepadanan antara fisika kuantum
dengan fisika klasik. Kesepadanan rumusan kuantum dan rumusan klasik tentang hukum II
newton ini dikenal sebagai Teorema Ehrenfest.
Dari persamaan yang dikemukakan oleh Schrdinger kemudian menimbulkan
beberapa pertanyaan antara lain, apakah persamaan Schrdinger menjamin tetap berlakunya
hukum kekekalan energi?
Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa hamiltonian (EK + EP)sistem konservatif
bersifat kekal. Dengan kata lain, hamiltonian sistem tidak berubah terhadap waktu. Oleh
sebab itu, untuk menguji apakah persamaan Schrdinger menjamin tetap berlakunya hukum
kekekalan energi atau tidak, dapat diselidiki bagaimana nilai harap hamiltonian sistem
berubah terhadap waktu.
Berdasarkan persamaan (9), perubahan nilai harap hamiltonan terhadap waktu
mengikuti formulasi dasar sebagai berikut.
d
dt H
1
i
H , H
H
t
......................................(17)
Karena H , H 0 dan untuk sistem konservatif H t 0 maka persamaan (17) menjadi
d
dt H 0, atau H kons tan ......................................................(18)
Persamaan (18) menunjukkan bahwa nilai harap hamiltonan sistem konservatif bersifat kekal.
Ini berarti bahwa persamaan Schrdinger menjamin tetap berlakunya hukum kekelan energi
(secara rata-rata).
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perbedaan pokok antara mekanika newton dan mekanika kuantum adalah cara
menggambarkannya. Dalam mekanika newton, masa depan partikel telah ditentukan oleh
kedudukan awal, momentum awal serta gaya-gaya yang beraksi padanya. Dalam dunia
makroskopik kuantitas ini semuanya dapat ditentukan dengan ketelitian yang cukup sehingga
mendapatkan ramalan mekanika yang cocok dengan pengamtan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Beiser, A.1992.Konsep Fisika Modern. Edisi ke-4, cetakan ke-2. Jakarta: Erlangga.
Sutopo. 2003. Pengantar Fisika Kunatum. Malang: Universitas Negeri Malang. Santyasa, I
14