Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah spesies yang diciptakan oleh Tuhan dengan keingin-tahuan yang sangat
besar, yang kemudian mendorongnya untuk menemukan pengetahuan yang kemudian dikenal
dengan istilah “berfilsafat”. Namun seiring perkembangan ilmu pengetahuan, filosofi
dianggap sudah tidak mengimbangi kemajuan terkini dalam sains, terutama fisika. Para
ilmuwan telah menjadi pemegang obor penemuan dalam perjalanan pencarian pengetahuan.
Fisika abad ke-20 berbeda dangan fisika klasik. Terdapat dua perkembangan yang paling
menyolok. Pertama, relativitas (kenisbian) oleh Albert Einstein pada 1905 dan teori kuantum
oleh Max Planck pada 1900. Dua perkembangan ini adalah contoh revolusi ilmiah yang telah
mengubah cara pandang manusia mengenai alam semesta secara mendasar.
Teori klasik Newton mengenai ruang dan waktu yang sebelumnya telah dipelajari,
menyisakan keganjalan-keganjalan yang menggelitik rasa keingin- tahuan para ilmuwan
untuk terus mengembangkan ilmu pengetahuan. Memasuki abad ke-19, Sebuah peristiwa
yang cukup termahsyur yakni peristiwa dua orang kembar yang terpisah. Seseorang yang ada
di bumi setelah berpuluh tahun lamanya mendapati saudara kembaranya yang telah
melakukan perjalanan dari luar angkasa memiliki perberdaan umur dengan dirinya. Saudara
kembarnya berumur lebih muda dari pada dirinya. Apa yang terjadi? Pertanyaan seperti ini
tidak dapat di jawab dengan menggunakan teori ruang dan waktu oleh Newton yang
menyatakan bahwa waktu adalah mutlak dimanapun tempatnya.
Oleh karena itu diperlukan suatu gagasan baru mengenai konsep ruang dan waktu serta
pandangan baru mengenai konsep alam semesta. Untuk lebih memahami mengenai gagasan-
gagasan dan pandangan terbaru mengenai alam semesta tersebut maka kita mempelajari teori
terbaru di abad 19 yakni teori relativitas Einstein meliputi teori relativitas khusus dan teori
relativitas umum. Kedua teori inilah yang memberikan pemahaman yang baru mengenai
konsep ruang-waktu 4 dimensi serta bentuk alam semesta yang berhingga tapi tak terbatas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah latar belakang lahirnya teori relativitas Einstein?
2. Bagaimanakah prinsip teori relativitas khusus ?
3. Bagaimanakah prinsip teori relativitas umum ?

1
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui latarbelakang lahirnya teori relativitas Einstein.
2. Untuk memahami konsep teori relativitas khusus yang sebenarnya.
3. Untuk memahami konsep teori relativitas umum yang sebenarnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Relativitas
Pada intinya teori relativitas adalah teori tentang medan yang melanjutkan perkembangan
teori medan Faraday dan Maxwell. Teori medan menekankan kemulusan ruang dan waktu.
Dalam teori relativitas, ruang dan waktu tidak melompat-lompat, tetapi mengalir secara malar
(continue). Sebaliknya, teori kuantum, justru berbicara tentang ketidakmalaran (discontinue).
Sebutir partikel tidak boleh mengubah energinya secara malar, melainkan melompat-lompat.
Bisa dikatakan bahwa kedua pendekatan ini bertolak belakang. (Gerry 2004).
Teori medan elektromagnetik Faraday yang kemudian dikembangkan oleh Maxwell pada
1865, masih mengganggu para ilmuwan masa itu. Sumber gangguan tersebut adalah eter
sebagai zat perantara gelombang elektromagnetik.
Eter sebagai medium rambat gelombang elektromagnetik mempunyai sifat yang sulit
dibayangkan secara fisika meski secara matematis dapat dijelaskan secara gemilang.
Semestinya eter bertabiat sebagai zat padat karena cahaya adalah gelombang transversal.
Jenis gelombang ini tidak dapat meramat dalam medium fluida (gas atau cairan).
Berdasarkan pengamatan, eter sebegitu halus sampai-sampai tidak menghambat Bumi
yang bergerak di dalamnya kendati sosoknya samar-samar, para ilmuwan menerima ide eter.
Oleh karena itu, salah satu tantangan utama fisika di penghujung abad ke-19 adalah
menjernihkan pemahaman tentang eter sesuai persamaan Maxwell.
Dalam konteks persoalan ini, kecepatan cahaya c jadi perkara. Dalam teori
Maxwell, c adalah kecepatan pengamat yang bergeming dalam eter.
Pada dasawarsa 1880-an Albert Abraham Michelson dan Edward Williams Morley
menyelidiki ketergantungan kecepatan cahaya terhadap kecepatan pengamat.(Gerry, 2004)
Gagasan mereka adalah membandingkan kecepatan cahaya di dua arah yang berbeda,
pada posisi siku-siku. Jika kecepatan cahaya bernilai tetap relatif terhadap eter, maka
pengukuran seharusnya mengungkapkan kecepatan cahaya yang berbeda-beda, tergantung
arah gerak cahaya. Tapi Michelson dan Moerley tak mendapat perbedaan.
Hasil percobaan Michelson-Morley jelas bertentangan dengan model gelombang
elektromagnetik yang bergerak melalui eter, dan seharusnya model eter ditinggalkan. Namun
tidak ada yang benar-benar berani menyimpulan bahwa eter tidak ada. (Stephen Hawking &
Leonard Mlodinow, 2010)

3
Ahli fisika Belanda Hendrik Antoon Lorentz menawarkan penjelasan untuk penemuan
Michelson dengan mengandaikan adanya seutas gaya antar-molekul yang bekerja searah
dengan “hembusan eter”. Gaya ini, menurut Lotentz, secara fisik dapat memendekkan salah
satu kaki alat pengukuran Michelson. Oleh karena itu kecepatan cahaya akan terukur sama ke
semua arah terhadap angin eter, walaupun menurut Lorentz sebenarnya berbeda.
Walaupun demikian ternyata saran Lorentz masih melanggar mekanika Newton di beberapa
hal. Poincare tahu persoalan itu tapi meyakini kebenaran anjuran Lorentz. Ia menekankan
perlunya menuju kenisbian murni.
Dari sinilah awal lahirnya teori relativitas yang dipopulerkan oleh Albert Einstein. Secara
mandiri Einstein mengembangkan penyelesaian seperti yang diusulkan Poincare. Ia berangkat
dengan dua asumsi yang bersahaja tapi jernih. Uraiannya menyelamatkan persamaan
Maxwell, sementara pengertian Newton tentang ruang-waktu mutlak tersingkir. Walaupun
demikian, pada kecepatan rendah, penyelesaian mendekati hasil hitung mekanika klasik
Newton.
Untuk mendapatkan penyelesaian itu, Einstein tidak memasukkan pembenaran ke dalam
system yang lama tapi justru menggubah pengertian ruang, waktu, dan masaa serta membuat
segalanya relative terhadap kecepatan kerangka.
Transformasi Galileo
Dalam fisika, transformasi Galileo adalah transformasi dari koordinat dalam suatu kerangka
acuan ke sistem koordinat kerangka acuan lain yang bergerak konstan relatif terhadap
kerangka acuan yang awal. Berdasarkan teori relativitas khusus,[1] transformasi Galileo
hanya berlaku untuk kecepatan yang relatif rendah, jauh lebih lambat dibanding kecepatan
cahaya. Untuk kecepatan yang tinggi, diperlukan transformasi Lorentz.. Peristiwa dan
koordinat. Gerak dapat dikatakan bersifat relatif. Relativitas yang terjadi dalam gerak ini
dapat ditinjau dari konsep kejadian, pengamat, dan kerangka acuan. Kejadian adalah suatu
peristiwa fisika yang terjadi dalam suatu ruang pada suatu waktu sesaat yang tertentu. Contoh
kejadian adalah: kilat di langit, tumbukkan antara dua mobil, dan sebagainya. Seseorang yang
mengamati suatu kejadian dan melakukan pengukuran, misalnya pengukuran koordinat [2]
dan waktu disebut pengamat. Untuk menentukan letak sebuah titik dalam ruang kita
memerlukan suatu sistem koordinat atau kerangka acuan. Misalnya, untuk menyatakan buah
sebelum jatuh dari pohonnya, seorang pengamat memerlukan suatu kerangka acuan dengan
koordinat (x, y, z). Jadi, kerangka acuan adalah suatu sistem koordinat.

Bagi seorang pengamat, suatu peristiwa dicirikan dengan menetapkan empat koordinatnya:
tiga koordinat kedudukan (x, y, z) yang menyatakan jaraknya ke titik asal sebuah sistem
koordinat tempat pengamat benda, dan koordinat waktu (t) yang dicatat pengamat dengan
jamnya.

Konsep titik materi

4
Dalam konteks makrokosmos dan mikrokosmos, koordinat ruang dan waktu ditentukan oleh
koordinat ruang dan koordinat waktu. Jika P dan P’ adalah suatu titik materi dalam dimensi
ruang dan waktu, maka P dan P’ akan berada dalam koordinat yang sama persis, jika dan
hanya jika P adalah P’ itu sendiri. Karena jika P adalah materi yang berbeda dengan P’, maka
dalam waktu yang sama akan selalu ada jarak antara P dengan P’ sedemikian hingga jarak P
− P’ > 0 satuan jarak. Dalam konsep ini, titik materi P bisa tidak memiliki jarak dengan P’,
jika dan hanya jika berada dalam waktu yang berbeda sedemikian hingga waktu P − P’ ≠ 0.
Materi P akan berada dalam ruang yang berbeda dalam waktu yang berbeda jika bergerak.

Jika suatu koordinat ruang diwakili oleh koordinat x, y dan z, maka titik temu dengan
koordinat ruang dan waktu lainnya harus memiliki nilai x, y dan z yang sama, juga harus
berada dalam waktu yang sama. Begitu juga dengan titik mula kejadian dalam ruang dan
waktu, hanya akan valid jika dan hanya jika dimulai dari koordinat ruang yang sama dan
dalam waktu yang sama. Dengan kata lain, titik temu dan titik mula kejadian adalah suatu
titik dalam koordinat ruang waktu sedemikian hingga nilai x, y, z dan t bernilai sama bagi
pengamat atau objek tertentu.

Transformasi koordinat, kecepatan, dan percepatan

Sesuai dengan konsep koordinat ruang dan waktu diatas, jika kita ingin menggambarkan
keadaan dua pengamat sebagai acuan dalam waktu yang sama, tentu harus ada dua pengamat
yang berbeda, misalnya P1 dan P2.

Pengamat P1 diam atau relatif diam, pengamat P2 relatif bergerak dan objek O relatif
bergerak. Marilah kita memotret koordinat ruang kejadian tersebut dalam suatu rentang
waktu. Dalam rentang waktu yang lebih besar dari epsilon (ε) waktu, posisi P1 adalah tetap
dalam tempatnya, sementara posisi P2 dan O berada dalam ujung panah merah dalam dimensi
ruang.

Waktu inersia, ruang inersia dan kecepatan inersia adalah bernilai sama bagi semua
pengamat, baik yang diam maupun yang bergerak. Dengan demikian, rentang waktu
pemotretan kejadian inersia O adalah sama bagi P1 dan P2.

Jika posisi O menurut P1 dalam koordinat x, y dan z memenuhi fungsi:

5
6
B. Teori Relativitas Khusus
Pada tahun 1905, Einstein menerbitkan sebuah makalah mengenai elektrodinamika benda
bergerak, di dalamya Einstein membuat dua asumsi sederhana.
Asumsi pertama, adalah asas relativitas. Menurut asas ini, tidak mungkin untuk
membedakan satu system dari system yang lain jika kedua-duanya bergerak dengan
kecepatan tetap (tidak dipercepat). Sebagai contoh, Anda pernah berada dalam gerbong
kereta api, dan melihat kereta api lain lewat jendela. Waktu itu Anda tidak yakin mana yang
bergerak, kereta Anda atau kereta di sebelah? Tidak ada cara lain untuk mengetahui mana
yang bergerak sampai melongok keluar jendela. Semua hukum fisika, baik mekanika ataupun
elektromagnetisme, berlaku tanpa perubahan dalam setiap kerangka yang kecepatannya tetap.
Asumsi kedua, kecepatan cahaya dalam ruang kosong adalah tetap, bebas dari gerakan
sumber cahaya maupun pengamat. (Gerry, 2004). Ternyata gagasan ini menuntut revolusi
dalam konsep ruang dan waktu.
Untuk mengetahui alasannya, bayangkan dua peristiwa yang terjadi di tempat yang sama
tapi pada waktu yang berbeda, dalam pesawat jet. Bagi pengamat dalam pesawat jet, kedua
peristiwa itu tak terpisah jarak. Bagi pengamat kedua di darat, kedua peristiwa terpisah jarak
yang ditempuh jet pada waktu antara terjadinya kedua peristiwa. Itu menunjukkan bahwa
kedua pengamat yang bergerak relatif terhadap satu sama lain tak akan sepakat mengenai
jarak antara kedua peristiwa.
Berikutnya umpamakan kedua pengamat mengamati seberkas cahaya bergerak dari ekor
ke hidung pesawat. Seperti contoh di atas, mereka tak akan sepakat mengenai jarak yang
ditempuh cahaya dari kemunculannya di ekor sampai tiba di ujung. Karena kecepatan
diperoleh dari jarak yang ditempuh dibagi waktu yang diperlukan, artinya jika mereka
sepakat mengenai kecepatan gerak berkas cahaya, kecepatan cahaya, mereka tak akan sepakat
mengenai selang waktu antara awal dan akhir pergerakan.
Yang membuatnya jadi anehadalah walaupun kedua pengamat mengukur waktu yang
beda, mereka menyaksikan proses fisik yang sama. Einstein tidak mencoba membangun
penjelasan arifisial untuk itu. Dia menarik kesimpulan yang logis walau mengejutkan bahwa
pengukuran waktu, seperti pengukuran jarak, bergantung pada pengamat yang melakukan
pengukuran. Efek ini adalah salah satu kunci teori dalam makalah 1905 Einstein, yang
disebut relativitas khusus (special relativity).
Relativitas khusus menyatakan pemuluran waktu (Time Dilatation) yaitu jam berjalan
lebih cepat menurut pengamat yang diam relatif terhadap jam. Bagi pengamat yang tidak
diam relative terhadap jam, jam bergerak lebih lambat. Jika kita samakan berkas cahaya yang

7
bergerak dari ekor ke hidung pesawat dengan detak jam, maka kita lihat bahwa bagi
pengamat di darat, jam bergerak lebih lambat karena berkas cahaya harus menempuh jarak
lebih besar dalam kerangka rujukan itu. Tapi efeknya tak bergantung kepada mekanisme jam,
efek itu berlaku untuk semua jam, termasuk jam biologis kita.
Karya Einstein menunjukkan bahwa sebagaimana konsep diam, waktu juga tak bisa
mutlak atau absolute seperti dipikirkan Newton. Dengan kata lain, pada setiap peristiwa
mustahil menetapkan waktu yang akan disepakati semua pengamat. Sebaliknya, pengamata
memiliki pengukuran pengukuran waktu sendiri, dan waktu yang diukur dua pengamat yang
bergerak relatif terhadap satu sama lain tak akan sama. Gagasan ini berlawanan dengan
intuisi kita karena dampaknya tak bisa diamati pada kecepatan pada kecepatan yang biasa
kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Tapi gagasan ini telah terbukti benar dalam
percobaan. Salah satu percobaan yang telah membuktikan gagasan ini adalah percobaan yang
dilakukan pada Oktober 1971, satu jam atom (atomic clock) yang amat akurat diterbangkan
mengelilingi dunia searah rotasi bumi, dari barat ke timur. Jadi Anda bisa memperpanjang
hidup anda dengan terbang ke timur terus, walaupun efeknya amat kecil, sekitar 1/180 miliar
per detik untuk tiap kali keliling dunia (dan juga agak dikurangi efek perbedaan gravitasi).
Para ahli fisika menyebut gagasan ini sebagai penyatuan ruang dan waktu (space-time)
dengan waktu disebut sebagai dimensi keempat yang memiliki arah tergantung terhadap
kecepatan pengamat. Teori relativitas khusus Einstein mencampakkan konsep waktu mutlak
dan diam mutlak (yaitu diam terhadap eter yang bergerak).
Percobaan Michelson-Morley

Percobaan Michelson-Morley, salah satu percobaan paling penting dan masyhur dalam
sejarah fisika, dilakukan pada tahun 1887 oleh Albert Michelson dan Edward Morley di
tempat yang sekarang menjadi kampus Case Western Reserve University di Cleveland, Ohio,
Amerika Serikat.[1] Percobaan ini dianggap sebagai petunjuk pertama terkuat untuk
menyangkal keberadaan ether sebagai medium gelombang cahaya.[A 1] Percobaan ini juga
telah disebut sebagai "titik tolak untuk aspek teoretis revolusi ilmiah kedua".[A 2] Albert
Michelson dianugerahi Hadiah Nobel Fisika tahun 1907 terutama untuk melaksanakan
percobaan ini.

Dalam percobaan ini Michelson dan Morley berusaha mengukur kecepatan planet Bumi
terhadap ether, yang pada waktu itu dianggap sebagai medium perambatan gelombang
cahaya. Analisis terhadap hasil percobaan menunjukkan kegagalan pengamatan pergerakan
bumi terhadap ether.[2]

Eksperimen sejenis Michelson–Morley ini telah diulangi berkali-kali dengan kepekaan yang
bertambah tinggi. Termasuk di dalamnya adalah sejumlah percobaan dari tahun 1902 sampai
1905, dan suatu seri eksperimen pada tahun 1920-an. Percobaan resonator paling baru

8
menguatkan kenyataan tidak adanya angin aether pada tingkat 10−17.[3][4] Bersama dengan
percobaan Ives–Stilwell dan Kennedy-Thorndike, percobaan Michelson–Morley merupakan
suatu uji teori relativitas spesial yang fundamental.

Hasil percobaan

Dalam tabel di bawah ini, nilai-nilai yang diharapkan dikaitkan dengan kecepatan relatif
antara Bumi dan Matahari sebesar 30 km/detik (=km/s). Dengan perbandingan kecepatan tata
surya terhadap pusat galaksi Bima Sakti sebesar 220 km/detik, atau kecepatan tata surya
relatif terhadap CMB rest frame sekitar 368 km/detik, hasil "nol" (null results) percobaan-
percobaan ini lebih nyata jelas.

9
C. Teori Relativitas Umum
Setelah sukses dengan teori relativitas khusus, tak lama kemudian Einstein menyadari
bahwa agar gravitasi sesuai dengan relativitas, diperlukan perubahan lain.
Sebelas tahun berikutnya Einstein mengembangkan teori gravitasi baru, yang dia sebut
relativitas umum (general relativity). Konsep gravitasi dalam relativitas umum sangat
berbeda dengan konsep gravitasi Newton. Konsep gravitasi umum didasarkan kepada usul
revolusioner bahwa ruang-waktu bukan datar sebagaimana diduga sebelumnya, melainkan
melengkung dan terdistorsi oleh massa dan energy di dalamnya.
Menurut hukum gerak Newton, benda seperti peluru meriam, dan planet bergerak
menyusur garis luerus kecuali jika terpengaruh gaya seperti gravitasi. Tapi gravitasi dalam
teori Einstein bukan gaya sebagaimana gaya lain; gravitasi justru konsekuensi kenyataan
bahwa massa mendistorsi ruang-waktu, menciptakan kelengkungan. Dalam teori Einstein,
benda bergerak mengikuti geodesika, yang merupakan pendekatan bagi garis lurus dalam
ruang melengkung. Garis adalah geodesika dii budang datar, dan lingkaran besar adalah
geodesika pada permukaan bumi. Tanpa adanya zat, geodesika pada ruang-waktu berdimensi
empat sepadan dengan garis pada ruang berdimensi tiga. Tapi ketika ada zat yang yang
mendistorsi ruang-waktu, jalur gerak benda dalam ruang berdimendi tiga menjadi

10
melengkung karena tarikan gravitasi menurut teori Newton. Ketika ruang-waktu tidak datar,
jalur benda tampak berbelok, sehingga memberi kesan ada gaya yang mempengaruhinya.
Penerapan teori relativitas umum dalah model alam semesta yang amat berbada, yang
memprediksi efek-efek baru seperti gelombang gravitasi dan lubang hitam. Teori relativitas
umum menyatakan jagat raya berhingga namun tak terbatas. Sebagaimana teori relativitas
khusaus, teori relativitas umum juga telah melalui uji sensitifitas dan semuanya menyatakan
sukses. Salah satu penjelasan yang telah teruji sukses adalah penjelasan mengenai perihelion
Planet Merkurius.
Postulat Relativitas einstein

Postulat Relativitas Khusus adalah salah satu prinsip dasar dalam teori Relativitas Khusus
yang dikembangkan oleh Albert Einstein pada tahun 1905. Postulat ini menyatakan bahwa
kecepatan cahaya di ruang hampa adalah konstan dan sama bagi semua pengamat yang
bergerak secara konstan. Artinya, tidak peduli seberapa cepat atau dalam arah gerakan apa
benda tersebut bergerak, kecepatan cahaya akan selalu tetap sama.

Postulat ini merupakan dasar dari teori Relativitas Khusus dan memperkenalkan konsep
tentang waktu dan ruang yang relatif dan dapat berubah tergantung pada kecepatan gerak
benda tersebut. Konsep ini mengubah pemahaman kita tentang alam semesta dan
menjelaskan berbagai fenomena yang sebelumnya tidak dapat dijelaskan oleh teori
Newtonian.

Salah satu implikasi penting dari postulat ini adalah adanya relativitas simultanitas. Artinya,
dua kejadian yang terlihat terjadi secara simultan oleh satu pengamat mungkin terjadi pada
waktu yang berbeda bagi pengamat yang bergerak secara relatif. Hal ini menunjukkan bahwa
waktu adalah relatif dan dapat berubah tergantung pada kecepatan gerak pengamat.

Transformasi Lorentz

Transformasi Lorentz adalah serangkaian persamaan matematika yang digunakan dalam teori
Relativitas Khusus untuk menghitung koordinat waktu dan ruang antara dua sistem acuan
yang bergerak relatif satu sama lain.

Transformasi Lorentz dikembangkan oleh Hendrik Lorentz pada awal abad ke-20, dan
kemudian dimodifikasi dan diperluas oleh Albert Einstein. Transformasi Lorentz
menunjukkan bahwa waktu dan ruang adalah relatif dan dapat berubah tergantung pada
kecepatan gerak benda.

Transformasi lorentz relativitas digunakan untuk menghitung perubahan waktu dan ruang
ketika pengamat bergerak dengan kecepatan relatif terhadap objek yang diamati.
Transformasi Lorentz memberikan cara untuk menghitung bagaimana waktu dan ruang
diubah oleh gerakan relatif antara dua sistem acuan.

11
Salah satu implikasi dari Transformasi Lorentz adalah adanya konsep relativitas simultanitas,
yaitu bahwa dua kejadian yang terjadi secara simultan bagi satu pengamat mungkin terjadi
pada waktu yang berbeda bagi pengamat yang bergerak secara relatif. Hal ini menunjukkan
bahwa waktu dan ruang adalah relatif dan dapat berubah tergantung pada kecepatan gerak
pengamat.

Transformasi lorentz dalam kehidupan sehari-hari :

Navigasi Satelit

Transformasi Lorentz menjadi sangat penting dalam navigasi satelit, terutama dalam
menentukan posisi satelit yang sangat cepat bergerak di atas Bumi. Dalam hal ini, efek
dilatasi waktu perlu diperhitungkan untuk memastikan akurasi dalam menentukan posisi
satelit.

Fisika Partikel

Dalam fisika partikel, partikel-partikel bergerak dengan kecepatan yang sangat dekat dengan
kecepatan cahaya. Oleh karena itu, transformasi Lorentz digunakan untuk menghitung efek
relativistik dalam gerakan partikel-partikel tersebut.

Pengujian Keabsahan Teori Fisika

Transformasi Lorentz juga menjadi penting dalam pengujian keabsahan teori fisika, terutama
dalam memeriksa teori-teori yang melibatkan gerakan sangat cepat atau lingkungan dengan
gravitasi yang kuat.

Sains Medis

Konsep relativitas Einstein, termasuk transformasi Lorentz, juga digunakan dalam penelitian
medis, terutama dalam bidang radiologi. Dalam hal ini, efek dilatasi waktu perlu
diperhitungkan saat menggunakan teknologi pemindaian medis, seperti CT scan dan MRI.

Teknologi Modern

Teknologi modern seperti GPS dan satelit komunikasi juga mengandalkan transformasi
Lorentz dalam perhitungan posisi dan waktu yang akurat. Dalam hal ini, efek dilatasi waktu
juga perlu dipertimbangkan untuk menjaga akurasi perhitungan tersebut.

Dilatasi Waktu

Dilatasi waktu adalah fenomena dalam relativitas khusus di mana waktu bergerak lebih
lambat atau lebih cepat tergantung pada kecepatan relatif antara dua sistem acuan. Dilatasi
waktu terjadi ketika waktu yang diukur oleh pengamat yang bergerak relatif berbeda dari
waktu yang diukur oleh pengamat yang diam.

Dalam relativitas khusus, dilatasi waktu dapat dihitung menggunakan persamaan Lorentz,
yang menunjukkan bahwa waktu yang diukur oleh pengamat yang bergerak relatif akan
terlihat lebih lambat dibandingkan waktu yang diukur oleh pengamat yang diam.

12
Dilatasi waktu Fisika memiliki implikasi yang penting dalam berbagai bidang fisika, seperti
kosmologi, fisika partikel, dan teknologi satelit. Misalnya, dalam kosmologi, dilatasi waktu
adalah salah satu faktor utama dalam memahami bagaimana waktu dan ruang berevolusi
sejak Big Bang.

Dilatasi waktu Einstein adalah salah satu konsep penting dalam relativitas khusus yang
dikemukakan oleh Albert Einstein pada tahun 1905. Konsep ini menyatakan bahwa waktu
akan berjalan lebih lambat atau lebih cepat tergantung pada kecepatan relatif antara dua
sistem acuan.

Dalam relativitas khusus, Einstein menemukan bahwa waktu dan ruang tidak bisa dipisahkan,
tetapi terkait erat dalam satu kerangka yang dikenal sebagai ruang-waktu. Ruang-waktu ini
bisa berubah bentuk tergantung pada kecepatan relatif antara dua sistem acuan.

Dilatasi waktu Einstein menyatakan bahwa waktu akan berjalan lebih lambat ketika
seseorang bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi. Efek ini terlihat pada saat partikel-
partikel yang bergerak sangat cepat, seperti elektron yang bergerak dengan kecepatan
mendekati kecepatan cahaya, diobservasi dari bumi.

Kontraksi panjang

adalah fenomena memendeknya sebuah objek yang diukur oleh pengamat yang sedang
bergerak pada kecepatan bukan nol relatif terhadap objek tersebut. Kontraksi ini (resminya
adalah kontraksi Lorentz atau kontraksi Lorentz–FitzGerald dari Hendrik Lorentz dan George
FitzGerald) biasanya hanya dapat dilihat ketika mendekati kecepatan cahaya. Kontraksi
panjang hanya terlihat pada arah yang paralel terhadap arah gerak benda teramati. Efek ini
hampir tidak terlihat pada kecepatan sehari-hari dan diabaikan untuk semua kegiatan umum.
Hanya pada kecepatan sangat tinggi baru efek ini dapat teramati. Pada kecepatan 13.400.000
m/s (30 juta mph, 0.0447c) kontraksi panjangnya adalah 99.9% dari panjang saat diam; pada

13
kecepatan 42.300.000 m/s (95 juta mph, 0.141c), panjangnya masih 99%. Ketika semakin
mendekati kecepatan cahaya, maka efeknya semakin kelihatan, seperti pada rumus:

yang mana

L0 adalah panjang diam (panjang objek ketika diam),

L adalah panjang yang dilihat pengamat pada gerak relatif terhadap objek,

v adalah kecepatan relatif antara pengamat dan benda bergerak,

c adalah kecepatan cahaya,

dan faktor Lorentz, γ(v), didefinisikan dengan

Dilatasi waktu

Dilatasi waktu ini sebenarnya salah satu cabang pembelajaran Fisika yang menjadi
konsekuensi dari relativitas khusus. Secara sederhana, dilatasi waktu adalah penguluran
waktu yang menjadi tambah besar.

Kalau menurut kamus Merriam Webster, pengertiannya dari dilatasi ini yaitu perlambatan
waktu.

Jadi secara sederhana, ada dua pengamat yang bergerak secara bersamaan tetapi waktu yang
berjalan di antara kedua pengamat itu berbeda. Kok bisa? Baterai jamnya habis? Eits, enggak
dong! Ini yang disebut konsekuensi relativitas khusus menjadi dilatasi atau penguluran waktu
yaitu teori Einstein.

Sedangkan konsekuensi lainnya dalam teori Einstein adalah kontraksi panjang. Nah,
pengertian kontraksi panjang ini merupakan memendeknya sebuah objek akibat dari gerakan
para pengamat.

14
pakai rumus persamaan dilatasi waktunya.

Δtˈ = Konsep Dilatasi Waktu dan Rumusnya – Materi Fisika Kelas 12 57Δt

Keterangan:

Δt = perbedaan waktu yang diukur oleh pengamat yang sedang bergerak di kejadian tersebut

Δtˈ = perbedaan waktu yang diukur oleh pengamat yang diam dan memperhatikan kejadian

v = kecepatan benda terhadap kerangka diam

c = kecepatan cahaya

Jadi, elo bisa tinggal taruh angka keterangan di tengah-tengah rumus tersebut. Coba gue kasih
contoh supaya elo makin paham, ya.

Misalnya ada sebuah kereta api yang bergerak dengan kecepatan 0,8c. Jika kereta api tersebut
melintas selama 2 tahun bagi pengamat, berapa lamakah waktu yang telah dilalui oleh
penumpang pesawat?

Yuk, kita bahas. Berdasarkan cerita di atas, waktu yang dialami oleh pengamat di Bumi yaitu
2 tahun dengan simbol Δtˈ. Sedangkan waktu yang dialami oleh penumpang kereta api, kita
beri simbol Δt.

Nah, pemasukkan rumusnya bakal begini:

Δtˈ = Konsep Dilatasi Waktu dan Rumusnya – Materi Fisika Kelas 12 57Δt

Δt = 2 x Konsep Dilatasi Waktu dan Rumusnya – Materi Fisika Kelas 12 59

Δt = 2 x 0,4 tahun

= 0,8 tahun

Jadi, waktu yang sudah dilalui sama penumpang kereta api tersebut yaitu 0,8 tahun
berdasarkan penurunan rumus dilatasi waktu.

Contoh Soal Dilatasi Waktu dan Pembahasannya

Contoh Soal 1

Salah satu konsekuensi dari relativitas khusus adalah adanya dilatasi waktu. Dilatasi waktu
ini menyebabkan terjadinya perbedaan waktu yang dialami oleh pengamat yang berada di
dalam pesawat dan pengamat yang diam di luar pesawat. Berikut pernyataan yang benar
tentang dilatasi waktu adalah ….

a. Waktu yang dialami oleh astronot akan lebih lambat dibandingkan waktu yang diamati
pengamat di bumi.

15
b. Waktu yang dialami oleh astronot akan lebih cepat dibandingkan waktu yang diamati
pengamat di bumi.

c. Perbedaan waktu yang dialami oleh pengamat yang berada di pesawat dan di luar pesawat
dipengaruhi oleh kecepatan gerak pesawat.

d. Perbedaan waktu yang dialami oleh pengamat yang berada di pesawat dan di luar pesawat
tidak dipengaruhi oleh kecepatan gerak pesawat.

 1, 2, dan 3
 1 dan 3
 2 dan 4
 4 saja
Pembahasan:

Dilatasi waktu menyebabkan terjadi pemuluran waktu. Artinya menurut pengamat yang diam
di Bumi, waktu akan terasa lebih lama dibandingkan dengan waktu yang dialami oleh
pengamat yang berada di dalam pesawat yang bergerak dengan kecepatan mendekati
kecepatan cahaya.

Persamaan dilatasi waktu:

Δtˈ = Konsep Dilatasi Waktu dan Rumusnya – Materi Fisika Kelas 12 57Δt

Terlihat dari persamaan di atas bahwa kecepatan benda mempengaruhi perbedaan waktu
tersebut. Jadi, jawabannya adalah b.

Massa Relativistik

Selanjutnya kamu akan mempelajari dampak teori relativitas Einstein yang kedua yaitu massa
relativistik. Massa relativistik adalah teori yang menjelaskan bahwa massa relativistik benda
yang bergerak lebih besar dibanding massa diamnya. Gerakan benda dengan kecepatan yang
kecil tidak akan mempengaruhi perubahan massa, sementara perubahan massa akan tampak
apabila kecepatan mendekati kecepatan cahaya.

Rumus Massa Relativistik

Einstein menghubungkan massa bergerak dengan massa yang tidak bergerak dengan massa
relativistik rumus dibawah ini.

Keterangan:

M0= massa benda diam (m)

m = massa yang dilihat pada gerak relatif terhadap objek (m)

16
v = kecepatan relatif antara pengamat dan benda yang bergerak (m/s)

c = kecepatan cahaya (m/s)

Contoh Soal Massa Relativistik

Sebuah bola yang sedang diam di tengah lapangan memiliki massa 80 gram. Ketika
pertandingan bola dimulai, pemain menendang bola tersebut dengan kecepatan 0,4c. Kini
berapa massa bola setelah ditendang dengan kecepatan tersebut?

Apa Itu Energi Relativistik?

Berhubung massa itu relatif atau nggak mutlak, jadi energi juga relatif. Ketika suatu benda
dalam keadaan diam, maka benda tersebut memiliki energi diam yang dirumuskan dengan
perkalian massa diam dan kuadrat kelajuan cahaya.

E0 = m0.c2

Ketika suatu benda dalam keadaan bergerak dengan kelajuan mendekati kelajuan cahaya,
maka energi total benda juga akan membesar sama halnya seperti massa bendanya. Jadi,
konsepnya tetap setara ya antara energi dan massa. Nah, energi inilah yang disebut sebagai
energi relativistik benda.

Rumus Energi Relativistik

Rumus energi relativistik, yaitu:

E = Ɣ.m0.c2

E = Ɣ.E0

Sedangkan, selisih antara energi relativistik dan energi diamnya merupakan energi kinetik
benda.

Ek = E – E0

17
Atau, kita juga bisa menghitung energi relativitas menggunakan rumus energi kinetik.

E = E0 + Ek

Oh iya, elo jangan menyamakan rumus Ek dalam energi relativistik dengan Ek pada konsep
perpindahan benda yang rumusnya Ek = ½ m.v^2. Rumus energi kinetik di sini berbeda lho,
rumusnya bisa diuraikan sebagai berikut.

Ek = (Ɣ-1) E0

Selain itu, ada juga hubungan antara energi bergerak, energi diam, dan momentum (P) dalam
persamaan berikut ini.

E2 = E02 + (P.c)2

Kalau elo cuma melihat uraian yang barusan gue sampaikan di atas, pasti rasanya masih
kurang gereget kan? Nah, supaya makin gereget belajar energi relativistik dari Einstein ini,
gue ada contoh soal dan penyelesaiannya untuk elo jadikan sebagai referensi dalam
mengerjakan latihan soal yang udah gue sediakan di bawah.

 Suatu partikel luar angkasa bergerak dalam ruang hampa sedemikian hingga energi
totalnya sama dengan 5/3 kali energi diamnya. Ini artinya kelajuan partikel tersebut
… dari kelajuan cahaya dalam ruang hampa.
Nah, yang kita cari berarti nilai v. Cara menjawabnya, kita gunakan rumus E = Ɣ.E0.

Sehingga, v = 0,8e

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori Relativitas Einstein muncul dari kesenjangan antara mekanika Newton tentang
perilaku zat (eter) dengan electromagnet Maxwell (kecepatan cahaya).
Teori relativitas khusus menyatukan ruang dan waktu menjadi ruang-waktu. Teori ini
menyatakan adanya pemuluran waktu sehingga waktu dinyatakan sebagai dimensi keempat
yang memiliki arah yang bergantung terhadap kecepatan pengamat.
Teori relativitas umum menyuguhkan konsep baru tentang gravitasi yang menyatukan
antara gravitasi dan relativitas yakni konsep gravitasi Einstein. Konsep gravitasi umum
menyatakan bahwa ruang-waktu bukan datar, melainkan melengkung dan terdistorsi oleh
massa dan energy di dalamnya.
Gagasan ini melahirkan pandangan bahwa alam semesta atau jagat raya berhingga namun
tak terbatas.

B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini, dapat menambah khasanah pengetahuan
pembaca mengenai konsep ruang-waktu, relativitas, serta konsep alam semesta. Dengan
memahami konsep relativitas ini sekiranya dapat menambah keyakinan kita pada Sang
Pencipta akan adanya jagad raya yang diciptakan-Nya sedemikian rupa.

19
DAFTAR PUSTAKA

Albert, David Z.______. Philosophy of Physics. Colombia University. Colombia.


Einstein, Albert. 2005. The special and general theory (terjemahan oleh Liek Wilardjo).
Grafika Mardi Yuana. Bogor.
Russel, Bertrand. Teori Relativitas Einstein, Penjelasan Populer Untuk Umum. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.
Hawking, Stephen & Mlodinow, Leonard. 2010. The Grand Design. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Van Kliken, Gerry. 2004. Revolusi Fisika : Dari alam Gaib ke ALam Nyata. Grafika Mardi
Yuana. Bogor.

20

Anda mungkin juga menyukai