Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FISIKA MODERN

KONTRAKSI PANJANG, PARADOX KEMBAR, DAN RELATIVITAS


MOMENTUM

Disusun oleh :
Kelompok 3
Andi Elzha Wijaya
Nona Eva Putri Ayu Malik

Kelas PFis C

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah Fisika Modern ini yang berjudul “KONTRAKSI PANJANG, PARADOX
KEMBAR, DAN RELATIVITAS MOMENTUM”

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Fisika Modern, makalah
ini bertujuan menambah wawasan tentang Kontraksi panjang, Pradox kembar, dan
Relativitas Momentum bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengampuh mata kuliah


Fisika Modern. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Gowa , 04 Oktober 2023

Kelompok 3

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Sejarah
Kontraksi panjang adalah fenomena memendeknya sebuah objek yang diukur
oleh pengamat yang sedang bergerak pada kecepatan bukan nol relatif terhadap objek
tersebut. Kontraksi ini (resminya adalah kontraksi Lorentz atau kontraksi Lorentz–
FitzGerald dari Hendrik Lorentz dan George FitzGerald) biasanya hanya dapat dilihat
ketika mendekati kecepatan cahaya. Kontraksi panjang hanya terlihat pada arah yang
paralel terhadap arah gerak benda teramati. Efek ini hampir tidak terlihat pada
kecepatan sehari-hari dan diabaikan untuk semua kegiatan umum. Hanya pada
kecepatan sangat tinggi baru efek ini dapat teramati..
Dalam fisika, paradoks kembar (bahasa Inggris: twin paradox) adalah
eksperimen bayangan dalam relativitas khusus, di mana seorang dari dua orang saudara
kembar yang melakukan perjalanan dengan roket kecepatan tinggi dan kemudian
kembali lagi ke bumi akan menemukan bahwa saudara kembarnya yang tetap di bumi
lebih tua dari dirinya sendiri. Hal ini dianggap aneh menurut dasar berikut: Masing-
masing dari saudara kembar, baik yang naik roket maupun yang tinggal di bumi, bisa
menganggap bahwa saudaranyalah yang melakukan perjalanan; dan menurut teori
relativitas khusus, masing-masing akan melihat bahwa saudaranya yang melakukan
perjalanan akan mengalami waktu yang lebih pendek daripada dirinya
sendiri.Astronom-astronom amatir telah dan terus mempunyai peran penting dalam
banyak penemuan-penemuan astronomis, menjadikan astronomi salah satu dari hanya
sedikit ilmu ilmu di mana tenaga amatir sedang memegang peran aktif, terutama pada
penemuan dan pengamatan fenomena-fenomena sementara.
Dimulai oleh Paul Langevin pada 1911, sudah banyak penjelasan mengenai
paradoks ini, yang semuanya didasarkan pada kenyataan bahwa tidak ada kontradiksi
karena tidak pernah ada kesimetrian—hanya seorang dari saudara kembar yang

3
mengalami percepatan dan perlambatan. Sebuah versi dari argumen asimetrsis
diajukkan oleh Max von Laue pada 1913, yang menyatakan bahwa saudara kembar
yang menaiki roket menggunakan dua kerangka inersia yang berbeda: ketika pergi
mengarah ke atas dan ketika pulang mengarah ke bawa. Perpindahan dari satu kerangka
ke kerangka lainnya inilah yang menyebabkan perbedaan, dan bukan percepatan atau
perlambatan
Momentum linear benda pada umumnya dihitung berdasarkan dua variable
yaitu kecepatan dan massa benda. Khusus kecepatan benda yang bergerak mendekati
ke arah cahaya, diturunkan dari maasa relativistik dan kecepatan. Teori relativitas yang
dicetuskan oleh Einstein mengemukaan dua postulat. Yaitu, postulat pertama
menyatakan bahwa hukum fisika memiliki bentuk yang sama pada semua kerangka
acuan internal. Postulat kedua mengemukakan tentang kelajuan cahaya di ruang hampa
kesegala arah adalah sama, jika dilihat dari sudut pandang semua pengamat, tidak
tergantung pada gerak baik gerakan cahaya maupun pengamat
Teori relativitas adalah teori yang membahas mengenai kecepatan dan
percepatan yang diukur secara berbeda melalui kerangka acuan. Konsep dasar dari teori
relativitas disusun oleh Albert Einstein menjadi dua jenis, yaitu teori relativitas khusus
dan teori relativitas umum. Kedua teori ini diciptakan untuk menjelaskan bahwa
gelombang elektromagnetik tidak sesuai dengan teori gerakan Newton. Gelombang
elektromagnetik dibuktikan bergerak pada kecepatan yang konstan, tanpa dipengaruhi
gerakan sang pengamat. Inti pemikiran dari kedua teori ini adalah bahwa dua pengamat
yang bergerak relatif terhadap masing-masing akan mendapatkan waktu dan interval
ruang yang berbeda untuk kejadian yang sama, tetapi isi hukum fisika akan terlihat
sama oleh keduanya..

4
B. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat pada makalah ini adalah:

1. Tujuan
a) Untuk mengetahui itu kontraksi panjang
b) Untuk mengetahui apa itu paradoks kembar
c) Untuk mengetahui apa itu relatifitas momentum
2. Manfaat
a) Untuk mengetahui apa itu kontraksi panjang
b) Untuk mengetahui apa itu paradox kembar
c) Untuk mengetahui apa itu relatifitas momentum

5
BAB II
ISI MAKALAH

Teori relativitas Menjadi salah satu tulang punggung fisika modern, terutama
dalam penataan dan pelurusan konsep konsep dasar dalam fisika yang berkaitan
dengan ruang waktu, momentum energi sebagai aspek kinematika semua gejala
alam, yang selanjutnya mengangkat cahaya sebagai pembawa isyarat berkelajuan
maksimum (Anugraha, 2011).
Teori relativitas Einstein meliputi Teori Relativitas Khusus(TRK) dan Teori
Relativitas Umum (TRU) merupakan teori tentang bagaimana gerakan dengan laju
mendekati laju cahaya dapat mempengaruhi pengukuran panjang dan
waktu.Sedangkan TRU menangani kerangka sistem dengan percepatan dan Sistem
gravitasi yang tidak dapat diselesaikan oleh TRK. Konsep relativitas terkesan
abstrak dan sulit dibayangkan oleh sebagian besar siswa dan mahasiswa yang
mempelajari fisika. Hal ini berangkat dari fakta bahwa ruang lingkup relativitas
yang mensyaratkan keadaan mendekati kecepatan cahaya serta konsep gravitasi dan
kaitannya dengan ruang Waktu.
A. KONTRAKSI PANJANG

Kontraksi panjang adalah fenomena memendeknya sebuah objek yang


diukur oleh pengamat yang sedang bergerak pada kecepatan bukan nol relatif
terhadap objek tersebut. Kontraksi ini (resminya adalah kontraksi Lorentz atau
kontraksi Lorentz–FitzGerald dari Hendrik Lorentz dan George FitzGerald)
biasanya hanya dapat dilihat ketika mendekati kecepatan cahaya. Kontraksi
panjang hanya terlihat pada arah yang paralel terhadap arah gerak benda
teramati. Efek ini hampir tidak terlihat pada kecepatan sehari-hari dan diabaikan
untuk semua kegiatan umum. Hanya pada kecepatan sangat tinggi baru efek ini
dapat teramati. Pada kecepatan 13.400.000 m/s (30 juta mph, 0.0447c) kontraksi

6
panjangnya adalah 99.9% dari panjang saat diam; pada kecepatan 42.300.000
m/s (95 juta mph, 0.141c), panjangnya masih 99%. Ketika semakin mendekati
kecepatan cahaya, maka efeknya semakin kelihatan, seperti pada rumus:

L = Lo √1 – (v/c)²

Di mana:
L = panjang menurut pengamat yang bergerak
Lo = panjang diam
v = kelajuan benda atau pengamat
c = kelajuan cahaya
Kita mendapati panjangnya L lebih kecil dari panjang sebenarnya L o , jika kita
mengukur panjang benda apa pun yang bergerak relatif terhadap kerangka kita, dengan
L o adalah panjang terukur benda ketika benda tersebut diam.

Penurunan rumus kontraksi panjang

Misalkan sinar kosmik bertabrakan dengan inti di bagian atas atmosfer bumi
menghasilkan muon; kemudian, bagi pengamat di Bumi, kecepatan relatif terhadap
muon diberikan oleh

V = L/Δt

Karena benda bergerak relatif terhadap pengamat ini, maka waktu (Δt) adalah
relatif terhadap pengamat di bumi, dan kecepatan relatif terhadap pengamat yang
bergerak diberikan oleh

V = L/Δt o

Pengamat yang bergerak mengamati waktu yang tepat Δt o ketika ia bergerak


dengan muon, dan karenanya, kedua kecepatannya identik; Karena itu,

7
L o /Δt = L/Δt o

Seperti yang kita ketahui bahwa Δt = γΔt o , ke dalam hubungan yang


mensubstitusi persamaan ini menghasilkan:

L=L o γ

Terakhir, kita akan mendapatkan persamaan yang menghubungkan jarak yang


diukur oleh pengamat yang berbeda dengan mengganti γ Pemendekan panjang terukur,
panjang kontraksi (L) suatu benda yang bergerak relatif terhadap kerangka pengamat
diberikan oleh:

L=L o √(1−v 2 /c 2 )

Bila seorang pengamat mengukur jarak antara dua titik dan diam terhadap
kedua titik tersebut, maka panjang tersebut disebut panjang wajar L o .

Oleh karena itu, panjang sebenarnya L o akan diukur oleh pengamat yang
berada di Bumi karena titik-titik tersebut relatif terhadap Bumi, yaitu titik di mana
muon dihasilkan dan titik di mana muon tersebut meluruh. Jarak L yang diamati
melalui muon bukanlah panjang yang tepat karena terhadap muon, Bumi, udara, dan
awan sedang bergerak.

B. PARADOKS KEMBAR

Paradoks si kembar merupakan suatu efek relativistik, dimana selang waktu


dari dua kejadian (misalnya selang waktu antara dua detak arloji) akan mengalami
perlambatan apabila benda itu bergerak relatif terhadap seorang pengamat. Paradoks si
kembar merupakan suatu efek relativistik, dimana selang waktu dari dua kejadian
(misalnya selang waktu antara dua detak arloji) akan mengalami perlambatan apabila
benda itu bergerak relatif terhadap seorang pengamat. Peristiwa itu sering dianalogikan
dengan dua anak kembar, dimana salah satu dari anak kembar tersebut melakukan
perjalanan ke antariksa dengan roket berkecepatan tinggi (mendekati keceptan cahaya),

8
saat kembali ke bumi ia mendapati usianya lebih muda dari kembarannya yang tinggal
di bumi. Hal ini membingungkan, karena situasinya nampak simetris. Menurut
pandangan si anak yang bepergian, kembarannya yang tinggal di bumi yang melakukan
perjalanan terhadapnya, sehingga menurutnya, kembarannya yang di bumi yang akan
lebih muda. Di sinilah paradoks dari kasus "si kembar"dalam teori relativitas khusus
(Beiser, 1991;14). Sebuah paradoks dalam logika dan secara ilmiah mengacu pada
hasil-hasil yang tidak sesuai, yang secara logika tidak mungkin.

Langevin (1911) orang yang pertama menjelaskan laju usia kedua anak kembar
tersebut, ia mengemukakan bahwa "hanya orang yang melakukan perjalanan yang
mengalami percepatan (mengalami perubahan arah kecepatan), percepatan inilah yang
menjadi penyebab ketidaksamaan (bukan usia itu sendiri)". Ia menganggap efek itu
sebagai suatu kejadian dari gerak mutlak. J. H. Fremlin (1980) menyatakan bahwa
banyak orang belum bisa menerima hasil-hasil teoretis pada kasus paradoks si kembar,
karena mereka tidak mengetahui mengapa si kembar yang bergerak tidak dapat
menggunakan persamaan-persamaan relativitas untuk menghitung usia saudaranya
yang tinggal di bumi. Pendapat itu sebenarnya merupakan penekanan dari beberapa
pendapat yang dikemukakan sebelumnya oleh Langevin (1911), Romer (1959), dan
Muller (1972). Model lain dikemukakan oleh Dray (1990). Ia mengulas tentang
ketidaksimetrian yang mendasar antara kedua anak kembar, karena hanya satu dari
mereka yang berubah arah sehingga mengalami percepatan. Lalu, apa yang terjadi jika
alam semesta ini "tertutup", sehingga si kembar yang bepergian dengan roket dapat
kembali ke bumi tanpa mengubah arah ? Dengan mengandaikan kedua anak kembar
dalam suatu sistem berbentuk silinder, masih didapatkan ketidaksimetrian antara kedua
anak kembar tersebut.

Penjelasan mengenai paradoks si kembar dengan pendekatan efek Doppler


disampaikan oleh M. Mariconi (2006). Dengan menggunakan efek Doppler ia
membahas paradoks lonceng pesawat angkasa dan transformasi lorentz untuk
sembarang kecepatan dalam satu dimensi. Masih menggunakan pendekatan efek

9
Doppler, Greenwood (1976), melakukan studi tentang paradoks si kembar dengan
mengilustrasikan bahwa tiap anak kembar mengirim sinyal cahaya dengan frekuensi fo
terhadap yang lain, dan diperoleh bahwa sinyal-sinyal yang diterima oleh masing-
masing anak mengalami pergeseran frekuensi segera beraturan karena percepatan dari
salah satu anak kembar yang melakukan perjalanan dengan roket.

Penjelasan yang lebih rumit tentang paradoks si kembar yaitu dengan meninjau
dari pandangan bahwa semua kejadian terdapat pada kontinu berdimensi empat yang
disebut ruang – waktu (disebut ruang – waktu minkowski). Salah satunya adalah
Edward B. Manoukian (1993) dalam makalahnya yang berjudul "On The Reversal of
The Triangle Inequality In Minkowski Space Time In Relativity". Dalam intisarinya
dinyatakan bahwa bukti langsung dan mendasar dari pembalikan tentang
pertidaksamaan segitiga dimana pernyataan bahwa garis lurus diantara dua titik
bukanlah yang terpendek, tapi sebenarnya yang terpanjang, kecuali situasinya dalam
ruang Euclidean. Paradoks si kembar merupakan kasus khusus dari pertidaksamaan ini.

C. RELATIVITAS MOMENTUM

Relativitas momentum merujuk pada prinsip-prinsip relativitas khusus yang


ditemukan oleh fisikawan Albert Einstein pada tahun 1905. Konsep ini menyatakan
bahwa momentum sebuah objek tidak lagi bersifat absolut, tetapi bergantung pada
kerangka acuan pengamatnya. Artinya, nilai momentum sebuah objek dapat berbeda
tergantung pada seberapa cepat objek tersebut bergerak relatif terhadap pengamat.

Dalam teori relativitas khusus, terdapat persamaan transformasi Lorentz yang


menggambarkan bagaimana kuantitas fisika, seperti momentum, panjang, dan waktu,
berubah ketika berpindah dari satu kerangka acuan inersial ke kerangka acuan inersial
lainnya yang bergerak relatif satu sama lain dengan kecepatan konstan. Persamaan ini
menjelaskan fenomena seperti kontraksi panjang dan dilatasi waktu.

10
Secara matematis, untuk momentum (p) dalam arah yang sejajar dengan
kecepatan relatif (v) antara dua kerangka acuan inersial, persamaan transformasi
Lorentz untuk momentum adalah:

Persamaan ini menunjukkan bahwa momentum sebuah objek dapat berubah


tergantung pada kecepatan relatif antara pengamat dan objek tersebut. Efek relativitas
menjadi signifikan terutama pada kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya, di
mana perubahan dalam momentum dapat menjadi lebih nyata
a. Teori Relativitas

Teori relativitas yang dicetuskan oleh Einstein mengemukaan dua postulat. Yaitu,
postulat pertama menyatakan bahwa hukum fisika memiliki bentuk yang sama pada
semua kerangka acuan internal. Postulat kedua mengemukakan tentang kelajuan
cahaya di ruang hampa kesegala arah adalah sama, jika dilihat dari sudut pandang
semua pengamat, tidak tergantung pada gerak baik gerakan cahaya maupun pengamat.

b. Momentum relativistik

Momentum linear benda pada umumnya dihitung berdasarkan dua variable yaitu
kecepatan dan massa benda. Khusus kecepatan benda yang bergerak mendekati ke arah
cahaya, diturunkan dari maasa relativistik dan kecepatan.

11
c. Massa relativistik

Menurut teori relativitas, massa benda merupakan besaran relatif. Besar massa
benda yang bergerak (m) relatif terhadap pengamat lebih besar daripada massa benda
diam (m0). jika benda bergerak dengan kecepatan lebih kecil dari kecepatan cahaya
maka perubahan massa karena gerak benda dapat dituliskan (v<c). massa relativistik
dapat dicari dengan rumus :

M = γm0 = m0 √ 1- (v-c) 2

Keterangan:

γ = tetapan transformasi di dapat dari √ 1- (v-c) 2

m0 = massa diam (kg)

v = Kecepatan/kelajuan benda (m/s)

Contoh Soal 1 :

Jika astronot yang berada di Bulan bermassa 96 kg, namun ketika berada dalam
sebuah roket yang bergerak dengan kelajuan 0,8 c. Tentukan massa astronaut tersebut
ketika berada dalam roket!

Pembahasan 1:

Diketahui:

Massa diam => m0 = 96 kg

kelajuan roket, v = 0,8 c ⇔ v/c = 0,8

ditanyakan: m …?

Jawab:

γ= 1√1-(v/c)2 = 1√1-(0,8)2 = 10/6

12
massa relativistik m terukur adalah :

m = γ . m0 = (10/8) x 96 = 120 kg

jadi massa astronot ketika berada dalam roket adalah 120 kg

d. Kecepatan

Postulat kedua Einstein mempunyai implikasi yang luas menurut teori relativitas
Eintein hukum penjumlahan kecepatan tidak berlaku untuk cahaya, untuk kecepatan
yang lebih kecil dari cahaya berlaku transformasi galileo. Sehingga jika kita masukan
rumus massa relativitas ke rumus momentum linear akan didapatkan rumus momentum
relativistik sebagai berikut :

P = m.v = γm0 (v) = m0V √1-(v-c) 2

Keterangan:

P = momentum relativistik

m = massa relativistik (kg)

m0 = massa diam (kg)

γ = tetapan transformasi

V = kelajuan/kecepatan benda

C = kecepatan cahaya 3×108m/s

Contoh Soal Momentum Relativistik

Suatu benda bergerak dengan keajuan 0,8C dengan massa diamnya 1,5kg, (C=
3×108m/s). berapa massa benda dan momentum relativistiknya?

Pembahasan :

13
Diketahui :

m0 = 1,5 kg

v = 0,8c (dimana C= 3×108m/s)

ditanyakan : m dan p ….?

Jawab :

massa reltivitas benda dari benda tersebut dihitung dengan rumus:

m = m0√1-(v-c) 2

= 1,5 kg / 2 = 2,5 kg

Jadi massa relativistiknya adalah 2,5 kg

untuk menghitung momentum relativitas digunakan massa relativitas yang telah


dihitung yaitu:

P = m.v

= (2,5) (0,8c)

= (2,5) (0,8) (3×108m/s)

= 6×108 N s

Jadi, benda tersebut memiliki momentum relativistik 6×108 N s

14
BAB III

PENUTUP

Adapun kesimpulan pada makalah ini sebagai berikut:

A. Kontraksi panjang adalah fenomena memendeknya sebuah objek yang diukur oleh
pengamat yang sedang bergerak pada kecepatan bukan nol relatif terhadap objek
tersebut. Kontraksi ini (resminya adalah kontraksi Lorentz atau kontraksi
Lorentz–FitzGerald dari Hendrik Lorentz dan George FitzGerald) biasanya
hanya dapat dilihat ketika mendekati kecepatan cahaya. Kontraksi panjang
hanya terlihat pada arah yang paralel terhadap arah gerak benda teramati.
Efek ini hampir tidak terlihat pada kecepatan sehari-hari dan diabaikan
untuk semua kegiatan umum. Hanya pada kecepatan sangat tinggi baru efek
ini dapat teramati.
B. Paradoks si kembar merupakan suatu efek relativistik, dimana selang waktu dari
dua kejadian (misalnya selang waktu antara dua detak arloji) akan mengalami
perlambatan apabila benda itu bergerak relatif terhadap seorang pengamat.
Paradoks si kembar merupakan suatu efek relativistik, dimana selang waktu dari
dua kejadian (misalnya selang waktu antara dua detak arloji) akan mengalami
perlambatan apabila benda itu bergerak relatif terhadap seorang pengamat.
C. Relativitas momentum merujuk pada prinsip-prinsip relativitas khusus yang
ditemukan oleh fisikawan Albert Einstein pada tahun 1905. Konsep ini
menyatakan bahwa momentum sebuah objek tidak lagi bersifat absolut, tetapi
bergantung pada kerangka acuan pengamatnya. Artinya, nilai momentum sebuah
objek dapat berbeda tergantung pada seberapa cepat objek tersebut bergerak relatif
terhadap pengamat

15

Anda mungkin juga menyukai