Anda di halaman 1dari 51

TRESIA ANITA SARI 123194021

RIFKOTIN NAIMAH 123194028


ROHMAH DILLA 123194031
ELOK

PENDIDIKAN KIMIA B 2012


UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
1.1 RELATIVITAS KHUSUS

 Teori relativitas memeriksa bagaimana


pengukuran kuantitas fisis bergantung pada
pengamat seperti juga pada peristiwa yang
diamati.
 Dari relativitas muncul mekanika baru yang
menyiratkan kaitan yang sangat erat antara
ruang dan waktu, massa dan energi
kelistrikan dan megnetisme, tanpa kaitan itu
kita tidak mungkin mengerti dunia fisika
untuk keseluruhannya, banyak kesimpulan
tentang relativitas dapat diperkaya hanya
dengan menerapkan matematika yang
1.1 RELATIVITAS KHUSUS
 Semua gerak adalah relatif,kecepatan
cahaya dalam ruang ham pa adalah sam a
untuk sem ua pengam at.
• G erak hanya berarti terhadap kerangka
acuan tertentu. Jika suatu benda
dikatakan bergerak, m aka yang
dim aksudkan adalah kedudukannya
berubah relatifterhadap sesuatu.
• Teori relativitas khusus dikembangkan oleh
Tidak ada
• Albert kerangka
Einstein yang acuan universal
mempersoalkan yang
kerangka
dapatuniversal.
acuan digunakan m eliputi seluruh ruang,
iniberartitidak terdapat “gerak absolut”.
• Kerangka acuan ini bergerak dengan kecepatan
tetap (yaitu, kecepatan tetap dan arah tetap)
terhadap kerangka lainnya.
POSTULAT RELATIVITAS KHUSUS
 Ada 2 yang mendasari postulat
relativitas khusus:
 Postulat I : Berdasarkan pada prinsip
relativitas, menyatakan bahwa hukum
fisika dapat dinyatakan dalam
persamaan yang berbentuk sama dalam
semua kerangka acuan yang bergerak
dengan kecepatan tetap satu dengan
lainnya.
 Postulat II :Berdasarkan hasil dari
beberapa percobaan: Kecepatan cahaya
PERCOBAAN MICHELSON DAN
MORLEY
- Pada t ahun 1887, Mi chel son bekerja sa ma
dengan Edwar d Morl ey mel akukan percobaan
unt uk mengukur ger akan bu mi mel al ui eter.
Eksperi mennya ti dak mendapat kan ger akan
bumi terhadap eter.
- Hasilnya memi liki dua konsekuensi :
 Pertama, ti dak mungki n ada et er dan tidak ada
pengerti an ger ak abs ol ut. Seti ap ger ak adal ah
rel ati f terhadap kerangka acuan khusus yang
bukan kerangka acuan uni versal.
 Kedua, memperli hat kan kecepatan cahaya sa ma
bagi seti ap pengamat, yang ti dak benar dari
gel ombang yang me mbut uhkan medi um
 Gambar 1.2 percobaan Michelson-Muray
1.2 PEMUAIAN WAKTU
 Dengan menggunakan postulat
relativitas khusus untuk
menyelidiki bagaimana gerak relatif
mempengaruhi pengukuran selang
waktu.
 Jika seorang pengamat dalam suatu
roket mendapatkan selang waktu
antara dua kejadian dalam roket itu
yaitu t0, seorang di bumi
mendapatkan bahwa selang waktu
tersebut lebih panjang yaitu t.
1.2 PEMUAIAN WAKTU
 Bila diamati dari bumi, ke jadian itu
menandai aw al dan akhir selang w aktu itu
ter jadi pada tempat yang berbeda, dan
mengakibatkan selang w aktunya kelihatan
lebih pan jang dari w aktu proper, efek ini
disebut pem uaian waktu .
 Contoh : Sebuah roket bergerak relatif terhadap
bumi. Seorang pengamat di bumi menemukan bahw a
antara 13 :00 dan 02 :00 menurut jamnya, 3601 s
berlalu pada jam pesaw at ruang angkasa. Berapakah
kecepatan relatif roket terhadap bumi?
 Jawab :
 Di sini t0 = 3600 s adalah selang w aktu yang
ditentukan di bumi dan t = 3601 s adalah selang
w aktu dalam kerangka bergerak yang diukur dari
bumi.
 Ger ak rel ati f ant ar a penga mat dan su mber bunyi
mengubah frekuensi yang di terima.
 Ki t a se mua ter bi asa dengan peni ngkatan nada
suar a keti ka su mber nya mendekati kita dan
penur unan nada keti ka su mber sur ut dari kita.
Perubahan frekuensi ini mer upakan efek doppler
 Hubungan ant ar a su mber frekuensi v 0 dan
frekuensi dengan v yang di amati adal ah :
 Efek dopler dalam suara:
Perubahan frekuensi suara atau tinggi nada merupakan
efek dopler, misalnya: gelombang berturutan yang
dipancarkan oleh sumber yang bergerak ke arah
pengamat lebih berdekatan pada normal karena
majunya sumber tersebut, dan karena jaraknya ialah
panjang gelombang bunyi, maka frekuensinya menjadi
lebih tinggi. Sehingga didapatkan hubungan antara
frekuensi sumber dan frekuensi pengamat sebagai
berikut:
c : kelajuan bunyi
v : kelajuan pengamat ( + jika bergerak ke arah sumber,
- jika menjauhi sumber, 0 jika pengamat diam)
V : kelajuan sumber (+ jika bergerak ke arah pengamat,
- jika menjauhi pengamat, 0 jika sumber diam)
Frekuensi cahaya yang terlihat oleh pengamat bergantung
dari arah kecepatan dari gerak relatif terhadap sumbernya.
Gambar 2:
Pengamat menjauhi sumber cahaya
Gambar 3:
Pengamat mendekati sumber cahaya

Frekuensi yang teramati lebih tinggi daripada frekuensi sumber. Rumusan yang
sama juga berlaku untuk gerak sumber menuju pengamat. Sehingga rumus
pada gambar 2 dan 3 dapat digabung menjadi:

v bernilai + apabila sumber dan pengamat saling mendekati, dan – apabila


sumber dan pengamat saling menjauhi.
Efek dopler cahaya merupakan alat yang penting
dalam astronomy. Bintang-bintang memancarkan cahaya
dengan frekuensi karakteristik tertentu, dan gerak bintang
mendekatiatau menjauhi bumi terlihat sebagai pergeseran
dopler dalam daerah frekuensi itu.
Pergeseran semacam ini menunjukkan bahwa galaksi-
galaksi menjauhi kita dan saling menjauhi satu sama lain.
Kelajuan menjauhnya dapat teramati berbanding lurus
dengan jarak, hal ini menimbulkan dugaan bahwa seluruh
semesta mengembang.
Pengukuran panjang seperti juga selang waktu
dipengaruhi oleh gerak relatif. Panjang L benda
bergerak terhadap pengamat kelihatannya lebih
pendek dari panjang Lo bila diukur dalam keadaan
diam terhadap pengamat, gejala ini dikenal sebagai
Pengerutan Lorentz FitzGerald. Pengerutan serupa
itu hanya terjadi dalam arah gerak relatif. Panjang
Lo suatu benda dalam kerangka diamnya disebut
panjang proper.
Pendekatan yang digunakan bersandar pada
pemuaian waktu dan prinsip relativitas. Yang
ditinjau adalah apa yang terjadi pada pertikel tak
stabil (muon) yang tercipta pada tempat tinggi oleh
partikel cepat dalam sinar kosmik dari luar angkasa
sewaktu terjadi tumbukan dengan inti atom dalam
atmosfir bumi.
1.4 PENGERUTAN PANJANG
Muon dalam sinar kosmik dapat menembus
tiap satu sentimeter persegi permukaan bumi
rata-rata lebih dari satu kali tiap menit. Tetapi
dalam to = 2µs, umur rata-rata muon, jarak
yang dapat ditempuhnya sebelum meluruh
hanya:

Sedangkan muon tercipta pada ketinggian


6000 atau lebih.
1.4 PENGERUTAN PANJANG
Umur muon memanjang terhadap kerangka acuan
dengan pemuaian waktu menjadi:

Muon yang bergerak mempunyainumur 16x lebih


panjang daripada dalam keadaan diam, dalam selang
waktu 34,8µs sebuahmuon berkelajuan 0,988c dapat
menempuh jarak:
1.4 PENGERUTAN PANJANG
Prinsip relativitas menyatakan besarnya
pengerutan harus sama dengan
sesuai dengan pemuaian waktu terhadap
pengamat yang diam.
Maka, ketinggian ho yang diukur harus
menjadi lebih kecil dalam kerangka acuan
muon, menjadi:
1.4 PENGERUTAN PANJANG
Dalam kerangka acuan kita, muon
menempuh jarak ho= 10,4 km karena
pemuaian waktu. Dalam kerangka acuan
muon, dimana tidak terdapat pemuaian waktu
jaraknya mengerut menjadi:

Sehingga didapat rumus panjang


pengerutan lorentz:
 Efek relativistic yang terkenal yang disebut
paradoks kembar. Paradox ini berkaitan
dengan dua lonceng identic, yang satu
tinggal di bumi, sedangkan yang lain dibawa
ikut dalam perjalanan ke luar angkasa
dengan kecepatn v
 Lonceng identik diganti manusia kembar yang
merupakan lonceng biologis yang
keteraturannya baik
Si kembar A pergi ketika ia berumur 20 tahun dan
mengembara dengan kelajuan v = 0,8 c . ke
suatu bintang berjarak 20 tahun-cahaya,
kemudian ia kembali ke bumi (Jarak itu sama
dengan 9,46 x 1015 m dalam satu tahun dalam
ruangan hampa) terhadap saudara wanitanya
yang berada dibumi, A kelihatannya hidup lebih
lambat selama perjalannan itu
Akhirnya setelah 50 tahun berlalu, menurut
perhitungan B(t0 = 2L0/v = 50 tahun). A kembali
dari perjalan yang mengambil waktu 60
persennya, sehingga A telah Meninggalkan bumi
30 tahum lamanya dan ia kini ber umur 50 tahun,
sedangkan B berumur 70
 Pemecahan paradoks ini bergantung dari
asimetri kehidupan orang kembar itu,
kembar B selalu berada dalam kerangka
inersial seluruh waktunya, sehingga B boleh
memakai rumusan pemuaian waktu untuk
seluruh perjalanan A (kecuali untuk periode
percepatan ketika A membalik roketnya,
tetapi kita bisa menganggap periode ini
cukup kecil).
 umumnya muatan bergerak (biasanya elektronnya) yang
interaksinya menimbulkan berbagai gaya magnetik yang
kita kenal mempunyai kelajuan jauh lebih kecil daripada c.
Maka tidak jelas bagi kita bahwa operasi suatu motor
listrik, misalnya bekerja berdasarkan efek relativistik.
Gagasan ini menjadi lebih jelas jika kita pertimbangkan
kekuatan gaya listrik. Gaya tarik menarik antara elektron
dan proton dalam atom hidrogen, misalnya 1039 kali lebih
besar daripada gaya gravitasi antara keduanya.
 Sehingga walaupun muatan kecil yang menyebabkan gaya
semacam ini yang ditimbulkan oleh gerak relatif, yang
dinyatakan oleh gaya magnetik, akibatnya bisa besar. Lebih
lanjut lagi, walaupun kelajuan efektif elektron individu
dalam kawat pembawa arus (<1 mm/s) lebih kecil dari
kelajuan ulat yang kelelahan, tetapi sekitar 1020 atau lebih
elektron yang bergerak persentimeter kawat semacam itu,
sehingga efek totalnya bisa teramati.
 Walaupun cerita lengkap bagaimana
relativitas mengaitkan kelistrikan dan
kemagnetan secara matematik sangat rumit,
beberapa aspeknya dapat dengan mudah
ditangkap secara intuitif. Sebagai contoh
dapat ditinjau asal gaya magnetik antara dua
arus yang sejajar. Hal yang sangat penting
yang perlu diperhatikan ialah muatan listrik
secara relativistik adala invarian: seperti
kelajuan cahaya
 Sebuah muatan yang besarnya Q dalam
kerangka inersial juga akan bermuatan Q
dalam semua kerangka inersial yang lain
 Kita akan meninjau dua buah konduktor ideal
seperti dalam gambar ini
 Konduktor itu mengandung muatan positif
dan muatan negatif yang sama banyaknya
yang dalam keadaan diam berjarak sama satu
terhadap lainnya. Karena konduktor itu
muatannya netral, maka tidak terdapat gaya
antara konduktor itu.
 Gambar tersebut menunjukkan konduktor yang sama
jika membawa arus i1 dan i2 dalam arah yang sama.
Muatan positif bergerak kekanan dan muatan negatif
bergerak kekiri, keduanya dengan kecepatan yang
sama v jika dilihat dari kerangka acuan laboratorium.
(Arus sesungguhnya dalam logam hanya mengandung
aliran muatan negatif, tentu saja, tetapi model listrik
yang setara yang ditinjau di sini lebih mudah
dianalisis dan hasilnya sama saja).
 Karena muatannya bergerak, jarak antaranya menjadi
berkurang dengan faktor . Sedangkan v sama untuk
kedua kumpulan muatan tersebut, jarak antaranya
mengerut dengan faktor yang sama, dan kedua
konduktor tetap netral terhadap pengamat dalam
laboratorium. Namun demikian, konduktornya
sekarang saling tarik-menarik
 Dalam mekanika klasik linear momentum p = mv adalah
besaran yang berguna karena kekal dalam sistem partikel
tidak ditindaklanjuti oleh kekuatan luar.
 Ketika peristiwa tersebut sebagai benturan atau ledakan
terjadi di dalam sebuah sistem yang terisolasi, jumlah
vektor dari momentum partikel sebelum peristiwa ini sama
dengan jumlah vektor mereka sesudahnya. Kita sekarang
harus bertanya apakah p = mv berlaku sebagai definisi
momentum di inersia frame dalam gerak relatif, dan jika
tidak, apa definisi relativistik yang benar adalah Untuk
memulainya, kami mensyaratkan bahwa p dikonservasi
dalam tabrakan untuk semua pengamat di relatif gerak
pada kecepatan konstan.
 Juga, kita tahu bahwa p = mv memegang klasik mekanik,
yaitu, untuk v << c. Apapun p relativistik benar, maka, itu
harus mengurangi untuk mv untuk kecepatan seperti itu.
Massa relativistik: massa benda yang
bergerak dengan kecepatan v terhadap
pengamat menjadi lebih besar daripada
massa ketika benda diam terhadap
pengamat.
m0
m
v2
1 2
c
 Diukur dari bumi, sebuah roket yang sedang
meluncur lebih pendek daripada roket
kembangnya yang diam di bumi, dan
massanya menjadi lebih besar. Terhadap
orang dalam roket yang meluncur roket
dibumi kelihatan lebih pendek dan
mempunyai massa yang lebih besar.
Tidak ada benda yang dapat bergerak
secepat atau lebih cepat dari kelajuan
cahaya.
Ketika v mendekati c dan mendekati 0,
massa m mendekati takterhingga. Jika v = c,
m = tak terhingga. Dari dapat diambil
kesimpulan bahwa tidak dapat sama dengan
c, jad tidak ada benda yang dapat melaju
secepat cahaya.
Dimana,
Hubungan ini diperoleh Einstein dari postulat
relativitas khusus mengenai massa dan energi.
Hubungan ini dapat diturunkan secara langsung
dari definisi energi kinetik K dari suatu benda
yang bergerak sebagai kerja yang diperlukan
untuk membawa benda tersebut dari keadaan
diam hingga mempunyai kecepatan v.
Dengan F, menyatakan komponen gaya yang
beraksi dalam arah perpindahan ds dan s
menyatakan jarak selama gaya tersebut beraksi.
Rumus energi kinetik menjadi,
Integral parsial ,
Energi total,

Energi diam,

Energi total,
Massa dapat diciptakan dan dimusnahkan tetapi
jika hal ini terjadi maka sejumlah energi yang
setara akan hilang atau muncul dan sebaliknya.
Massa dan energi merupakan aspek yang berbeda
dari suatu kuantitas yang sama.
Aplikasi :
Hanya sekitar 6 x 10-11 kg bahan yang hilan
jika 1 kg dinamit meledak, jumlah itu dapat
diukur secara langsung tetapi energi sebesar
5,4 x 106 J yang terlepas keluar jelas tidak
dapat diabaikan.
Partikel akan memiliki massa diam hanya jika
partikel itu bergerak dengan kelajuan cahaya.

E=pc

Partikel tak bermassa dikatakan ada jika, v=c


dan E=pc berlaku untuk partikel tersebut.
Kenyataannya ada dua jenis partikel takbermassa
yang ditemukan yaitu : foton dan neutrino.
Suatu kerangka acuan S dengan koordinat
kejadian t ialah x, y, z. Pengamat yang berada
dalam kerangka acuan lain S’ yang bergerak
terhadap S dengan kecepatan tetap v, aka
mendapat kejadian yang sama pada saat t’ dan
berkoordinat x’, y’, z’. Hal ini bisa dilihat dari
koordinat di bawah ini:
Suatu terkaan yang menyatakan hubungan yang
benar anatara x dan x’ ialah :

x’ = k (x – vt)
x’ = k (x – vt)
dengan k merupakan faktor pembanding yang tak bergantung
dari x atau t, tetapi dapat merupakan fungsi dari v.
Persamaan tersebut berdasarkan pertimbangan :
1. Persamaan itu linear terhadap x dan x’, sehingga suatu
kejadian tunggal dalam kerangka S’, seperti seharusnya.
2. Persamaannya sederhana, dan suatu pemecahan
sederhana dari suatu persoalan sudah sepantasnya
didahulukan eksplorasinya.
3. Persamaan itu dapat direduksi menjadi suatu persamaan
yang diketahui kebenarannya dalam mekanika klasik.
Persamaan tersebut adalah :

x’ = x – vt
Karena persamaan fisika harus berbentuk sama
dalam kedua kerangka S dan S’, maka x
dinyatakan dalam x’ dan t’ :
x = k (x’ – vt’)
Faktor k harus sama dalam kedua kerangka
karena tidak terdapat perbedaan antara S dan
S’. Jika :
y’ = y
z’ = z
Maka akan kita dapatkan :
x = k2(x’ – vt) + kvt’
Dari persamaan di atas kita dapatkan :

t’ = kt + x

Dari persamaan-persamaan di atas diolah lagi


menjadi suatu persamaan Lorent, yaitu:

Anda mungkin juga menyukai