Anda di halaman 1dari 12

TEORI

RELATIVITAS KHUSUS

KELOMPOK 1

1. ALRAFI NURYANTO
2. AMBAR SARI
3. AYU NOVITA SARI
4. DEWI PUSPITA SARI
5. PADILA ISDAYANTI
6. RAXHEL CANSHABILLA BALQIS

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


PROVINSI SUMATERA SELATAN
SMA NEGERI 6 LUBUKLINGGAU
TAHUN 2022
1. 1. Relativitas Newton

Teori relativitas Newton menjelaskan gerak-gerak benda jauh di bawah kecepatan cahaya.
Teori relativitas mempelajari bagaimana pengukuran besaran fisika yang bergantung pada
pengamat seperti halnya dengan peristiwa yang diamati. Relativitas merupakan salah satu
dari beberapa teori mengenai gerak, yang dirancang untuk menjelaskan penyimpangan dari
mekanika Newton yang timbul akibat gerak relatif yang sangat cepat. Teori ini telah
mengubah pandangan kita mengenai ruang, waktu, massa, energi, gerak, dan gravitasi. Teori
relativitas Newton terdiri atas teori khusus dan teori umum, yang keduanya bertumpu pada
dasar matematika yang kuat dan keduanya telah diuji dengan percobaan-percobaan dan
pengamatan.

Teori relativitas muncul dari kebutuhan terhadap kerangka acuan, yaitu suatu patokan yang
dapat digunakan ilmuwan untuk menganalisis hukum gerak. Pada waktu kelas X, kita telah
mempelajari Hukum Newton tentang gerak, di mana Hukum I Newton tidak membedakan
antara partikel yang diam dan partikel yang bergerak dengan kecepatan konstan. Jika tidak
ada gaya luar yang bekerja, partikel tersebut akan tetap berada dalam keadaan awalnya, diam
atau bergerak dengan kecepatan awalnya.

Benda akan dikatakan bergerak apabila kedudukan benda tersebut berubah terhadap kerangka
acuannya. Kerangka acuan di mana Hukum Newton berlaku disebut kerangka acuan inersia.
Jika kita memiliki dua kerangka acuan inersia yang bergerak dengan kecepatan konstan relatif
terhadap yang lainnya, maka tidak dapat ditentukan bagian mana yang diam dan bagian mana
yang bergerak atau keduanya bergerak. Hal ini merupakan konsep Relativitas Newton, yang
menyatakan “gerak mutlak tidak dapat dideteksi”.

Konsep ini dikenal oleh para ilmuwan pada abad ke-17. Tetapi, pada akhir abad ke-19
pemikiran ini berubah. Sejak saat itu konsep relativitas Newton tidak berlaku lagi dan gerak
mutlak dideteksi dengan prinsip pengukuran kecepatan cahaya.  Dengan demikian gerak
benda itu tidak mutlak melainkan bersifat relatif.

Untuk menyatakan kedudukan sebuah titik atau benda kita memerlukan satu sistem koordinat
atau kerangka acuan. Misalnya untuk menyatakan sebuah benda bergerak, seorang pengamat
memerlukan suatu kerangka acuan dengan sistem koordinat misalnya (x, y, z). Jadi kerangka
acuan adalah suatu sistem koordinat (x, y, z) di mana seorang pengamat melakukan
pengamatan suatu kejadian. Dalam hal ini kita gunakan kerangka acuan inersial di mana
hukum Newton berlaku. Kerangka acuan inersial yaitu suatu kerangka acuan yang berada
dalam keadaan diam atau bergerak dengan kecepatan konstan terhadap kerangka acuan lain
pada garis lurus. Untuk menyatakan hubungan antara pengamatan suatu kejadian peristiwa
yang terjadi dalam suatu kerangka inersial, jika diamati oleh pengamat yang berada dalam
kerangka acuan lain yang bergerak dengan kecepatan relatif konstan, digunakan transformasi
Galileo.

Gambar diatas menggambarkan kerangka acuan S dengan sistem koordinat (x , y, z) dan S’


dengan sistem koordinat (x’, y’, z’), di mana kerangka acuan S’ bergerak di dalam kerangka
acuan S ke arah sumbu x positif dengan kecepatan relatif konstan sebesar v terhadap kerangka
acuan S.

Mula-mula kedua kerangka acuan berimpit (t = 0), setelah bergerak selama t sekon maka
kerangka acuan S’ telah menempuh jarak d = v t. Sebagai ilustrasi seorang anak pergi naik
kereta. Apabila bersamaan kereta itu bergerak anak tersebut juga berjalan di dalam gerbong
kereta api, searah dengan gerak kereta dengan kecepatan vx’ relatif terhadap kereta api, maka
kedudukan anak tersebut dapat dinyatakan dalam koordinat (x, y, z) terhadap kerangka S dan
(x’, y, z’) terhadap kerangka S’. Sehingga kedudukan benda antara kerangka acuan S’ terhadap
S dapat dinyatakan :

x’ = x – v.t,           y’= y,           z’= z,           t’= t

Persamaan ini dikenal dengan transformasi Gallileo.

Kebalikan tranformasi Galileo dinyatakan :

x = x’ + v.t’,           y = y’,           z = z’,           t = t’

Kecepatan anak dalam kereta tersebut berjalan menurut pengamat yang berada di S dan S’
dapat ditentukan menurut transformasi Gallileo sebagai berikut :

Pengamat di S’ anak dalam kereta tersebut berjalan dengan kecepatan v’x sebesar :
Pengamat di S anak dalam kereta tersebut berjalan dengan kecepatan vx sebesar :

Kedua persamaan diatas merupakan penjumlahan kecepatan transformasi Galileo yang


kemudian dikenal dengan penjumlahan kecepatan menurut teori Relativitas Newton, di mana
relativitas Newton menyatakan bahwa semua hukum Fisika Mekanika Newton berlaku untuk
semua kerangka acuan inersial, sedangkan kecepatan benda tergantung pada kerangka
acuan (bersifat relatif).

1.2. Percobaan Morley Michelson

Pada mulanya sesuai dengan teori gelombang dari Huygens bahwa gelombang memerlukan
medium rambatannya untuk mencapai suatu tempat dan setelah Maxwell menyatakan bahwa
cahaya tidak lain adalah gelombang elektromagnetik, maka para pakar fisika abad ke-19
segera melakukan berbagai usaha untuk mempelajari sifat zat perantara sebagai rambatan
gelombang elektromagnetik. Para pakar mengajukan hipotesis medium yang dinamakan eter
yang terdapat meskipun di ruang hampa .

Pada tahun 1887, Michelsone dan Morley dua orang ilmuwan Fisika berkebangsaan Amerika
mengukur kelajuan eter dengan menggunakan interferometer. Hakekat percobaan ini
membandingkan kelajuan cahaya sejajar dan tegak lurus pada gerak bumi mengelilingi
matahari. Kitaikan eter itu diam di alam semesta ini diharapkan ada kelajuan relatif eter
terhadap bumi yang bergerak mengelilingi matahari. Percobaan ini berdasarkan prinsip
penjumlah vektor, dengan menggunakan penalaran gerak perahu yang menyeberangi sungai
sebagai berikut.
Gerak perahu menyeberangi sungai, perahu A bergerak tegak lurus arus sungai dan perahu
B sejajar dengan arus sungai

Perahu A bergerak menyeberangi sungai dalam lintasan tegak lurus sungai dan perahu B
bergerak dengan lintasan sejajar arus sungai. Dengan membandingkan waktu yang diperlukan
untuk menempuh jarak pulang pergi dalam lintasan tegak lurus arus sungai dan waktu yang
diperlukan untuk menempuh lintasan yang sejajar arus sungai dalam jarak yang sama yaitu d
seperti pada gambar diatas. Jika kecepatan perahu itu c, dan kecepatan aliran sungai adalah v.

Kecepatan sesungguhnya perahu A menempuh lintasan adalah , sehingga waktu


yang diperlukan untuk menempuh lintasan A adalah :

Untuk perahu B, kecepatan perahu sesungguhnya saat mengikuti arus adalah c + v dan saat
menentang arus adalah c – v, sehingga waktu yang diperlukan untuk menempuh lintasan
adalah :

Sehingga diperoleh perbandingan :

Apabila kecepatan perahu c diketahui dan  dapat diukur, maka v dapat dihitung.

Michelson dan Morley adalah perintis yang menggunakan contoh sederhana tersebut di atas
untuk mencoba mengukur kecepatan aliran eter, bila memang eter itu ada. Perahu A dan
perahu B diganti dengan pasangan berkas cahaya yang berasal dari satu sumber, yang satu
dipantulkan dan yang lain diteruskan oleh gelas setengah cermin seperti tampak pada gambar
dibawah.

Percobaan interferometer Michelson – Merley

Masing-masing berkas cahaya itu dipantulkan oleh cermin C 1 dan C2 yang letaknya terhadap
gelas setengah cermin. Berkas-berkas cahaya ini menggantikan peran perahu A dan B.
Apabila kecepatan cahaya itu sebesar 3 × 10 8 m/s dan kecepatan eter relatif terhadap bumi
sama dengan kecepatan tangensial bumi mengelilingi matahari yaitu sebesar 3 × 104 m/s
sehingga diharapkan ada selisih waktu antara tA dan tB. Adanya selisih waktu itu diharapkan
antara gelombang cahaya yang berasal dari pantulan cermin C 1 dan C2 akan timbul perubahan
pola-pola hasil interferensi yang terjadi pada layar pengamatan. Akan tetapi selama percobaan
tidak pernah teramati adanya perubahan pola-pola interferensi yang terjadi. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan waktu antara tA dan tB. Berdasarkan percobaan ini
Michelson dan Morley menyimpulkan bahwa :

 Hipotesa tentang eter itu tidak benar, eter itu tidak ada.
 Kecepatan cahaya adalah sama untuk ke segala arah, tidak tergantung pada kerangka
acuan inersial.

1.3. Postulat Relativitas Khusus

Sepeda motor Rosi bergerak dengan kecepatan 250 km/jam. Kaki anak itu selalu bergerak.
Apa sebenarnya gerak itu ? Kapan suatu benda dikatakan bergerak ? Sesuatu benda dikatakan
bergerak, jika kedudukan benda itu berubah relatif terhadap waktu. Penumpang bergerak
relatif terhadap kapal udara, kapal bergerak relatif terhadap bumi, bumi bergerak relatif
terhadap matahari dan sebagainya. Untuk menyatakan suatu benda bergerak selalu
menyangkut kerangka khusus sebagai acuan.

Jika kita berada di dalam laboratorium tertutup, kitaa tidak dapat menentukan apakah
laboratorium bergerak dengan kecepatan tetap atau diam, karena tanpa kerangka eksternal
konsep gerak tidak mempunyai arti. Kita tak dapat mendapatkan kerangka universal yang
meliputi seluruh ruang, hal ini berarti tidak ada gerak absolut.

Berdasarkan hasil analisis konsekuensi fisis yang tersirat ketiadaan kerangka acuan universal,
maka muncullah teori relativitas yang dikembangkan oleh Albert Einstein tahun 1905 yang
pada dasarnya mempersoalkan” kerangka acuan universal ”yang merupakan kerangka acuan
yang bergerak dengan kecepatan tetap terhadap kerangka acuan lainnya. Teori relativitas
khusus bersandar pada 2 postulat yaitu:
 Prinsip relativitas sama dalam semua kerangka acuan yang bergerak menyatakan
baahwa ”hukum fisika ” dapat dinyatakan dalam persamaan yang berbentuk sama
dalam semua kerangka acuan yang bergerak dengan kecepatan tetap satu terhadap
lainnya.
 Kelajuan cahaya dalam ruang hampa sama besar untuk semua pengamat, tidak
bergantung dari keadaan gerak pengamat itu.

Pemuaian Waktu

Pemuaian waktu adalah selang waktu diamati oleh pengamat diam dan berbeda dengan
pengamat yang bergerak. Perbedaan pengamatan waktu ini disebut pemuaian waktu. Contoh
dua pengamat mengamati selang waktu dari dua kejadian kedipan cahaya. Secara matematika
proses pemuaian waktu dirumuskan

Karena kuantitas latex1−v2c2−−−−−√

selalu lebih kecil dari 1 untuk benda yang bergerak t selalu lebih besar dari t o. Lonceng yang
bergerak dalam roket kelihatannya berdetik lebih lambat dari lonceng yang diam di bumi
untuk pengamat yang ada di bumi

Keterangan:

selang waktu pada lonceng dalam keadaan gerak relatif terhadap pengamat

selang waktu pada lonceng yang diam relatif terhadap pengamat

kelajuan gerak relative

kelajuan cahaya (3 x 108m/s)

Analisis yang sama untuk pengukuran lonceng di bumi oleh pengamat dalam roket. Untuk
pengamat itu pulsa cahaya di bumi menempuh lintasan zigzag yang memerlukan waktu total t
untuk pulang pergi, sedangkan lonceng yang diam dalam roket berdetik dalam selang waktu
to. Ia juga memperoleh waktu sebesar :

latext=t01−v2c2√
Sehingga efeknya timbale balik. Setiap pengamat mendapatkan bahwa lonceng yang bergerak
relatif terhadapnya bertdetik lebih lambat terhadap lonceng yang diam.

1.4. Massa Relativistis

Massa relativistik , dalam teori khusus dari relativitas , yang massa yang ditugaskan untuk
tubuh bergerak. Dalam teori fisika sebelum relativitas khusus, momentum p dan energi E
ditugaskan untuk tubuh istirahat massa m 0 dan kecepatan v diberikan oleh rumus p = m 0 v
dan E = E 0 + m 0 v 2 /2, di mana nilai "energi istirahat" E 0tidak ditentukan.

Dalam relativitas khusus, massa relativistik diberikan oleh m = γ m 0 , di mana γ = 1 / Akar


kuadrat dari √ (1 - v 2 / c 2 ) dan c adalah kecepatan cahaya dalam ruang hampa (299.792.458
km [186.282.397 mil] per detik).

Maka rumus yang sesuai untuk p dan E masing-masing adalah p = m v dan E = m c 2 . Massa
relativistik m menjadi tak terhingga ketika kecepatan benda mendekati kecepatan cahaya, jadi,
bahkan jika momentum dan energi besar disuplai secara sewenang-wenang ke benda,
kecepatannya selalu kurang dari c .
1.5. Momentum Relativistis

Dalam kerangka acuan inersia, untuk kelajuan yang jauh lebih kecil dari kelajuan cahaya.
Momentum didefinisikan sebagai perkalian massa dengan kecepatan. Hal ini menunjukkan
bahwa momentum juga akan bersifat relative karena faktor massa yang berubah ketika benda
bergerak mendekati kelajuan cahaya. Momentum suatu benda akan terlihat bertambah besar
ketika benda bergerak. Momentum ini disebut memontum relativistik benda. Secara
matematis, persamaan momentum dituliskan sebagai berikut:

Keterangan untuk persamaan di atas, p menunjukkan momentum relativistik suatu benda yang
bergerak dengan kelajuan mendekati kelajuan cahaya.

Kaji-1: Sebuah benda yang bermssa 8 kg bergerak dengan kelajuan 0.6c terhadap pengamat
dilaboratorium. Tentukanlah momentum relativistik benda tersebut!

Jawab:
Besaran yang diketahui.

Momentum relativistik benda tersebut adalah


Latih-1: Sebuah benda yang bermssa 6 kg bergerak dengan kelajuan 0.8c terhadap pengamat
dilaboratorium. Tentukanlah momentum relativistik benda tersebut!

Kaji-2: Sebuah partikel bermassa diam m bergerak dengan kelajuan relativistik. Berapakah
laju partikel tersebut agar momentum partikel tersebut sebesar mc/2!

Jawab:
Besaran yang diketahui.

Kelajuan partikel agar memiliki momentum seperti di atas adalah

Latih-2: Sebuah partikel bermassa diam m bergerak dengan kelajuan relativistik. Berapakah


laju partikel tersebut agar momentum partikel tersebut sebesar mc/3!

1.6. Energi Relativistis

Albert Einstein pada tahun 1905 menyatakan bahwa ada kesetaraan antara massa dan energi
pada benda yang bergerak mendekati kecepatan cahaya. Pada penyinaran zat radioaktif, selalu
disertai energi yang sangat besar. Energi ini diserap dan berubah menjadi panas. Jika benda
diam menerima energi kinetik, massa relatif benda akan bertambah. Tetapi, jika kehilangan
energi, massa benda relatif akan berkurang. Dalam fisika klasik kita mengenal dua prinsip
kekekalan, yaitu kekekalan massa (klasik) dan kekekalan energi. Dalam relativitas, kedua
prinsip kekekalan tersebut bergabung menjadi prinsip kekekalan massa-energi, dan
memegang peranan penting dalam reaksi inti.

Menurut Einstein, benda yang bergerak dengan kelajuan v, akan memiliki energi kinetik. Ini
karena adanya kesetaraan antara massa dengan energi.
 

Dalam menghitung energi kinetik suatu partikel untuk mempercepatnya dari keadaan diam.

Contoh Soal:
Sebuah benda dengan massa diam 2 kg bergerak dengan kelajuan 6.106 m/s. Tentukan besar
energi relativistis benda tersebut.

Pembahasan:

Anda mungkin juga menyukai