di jagad ini banyak dipenuhi eter yang tidak mempunyai wujud, tetepi dapat menghantarkan
perambatan gelombang.
Michelson dan Morley adalah dua orang sarjana fisika berkebangsaa Amerika Serikat.Mereka
mencoba membuktikan keberadaan eter tersebut.Alat-alat yang digunakan dinamakan
Interferometer.
Prinsip kerja alat itu seperti gambar di bawah. Pada gambar yang akan disajikan eter bergerak
ke kanan dengan kecepatan v terhadap bumi : dan cahaya merambat dengan kelajuan C
terhadap bumi.
Gambar 6-1 (a) diagram skematik dari percobaan Micheison dan Morley. (b) jalan cahaya dari
A ke B searah dengan aliran eter, dan dari B ke A berlawanan dengan aliran eter. (c) jalan
cahaya menempuh lintasan tegak lurus dengan aliran eter.
Gambar 6-1B menunjukan jalan cahaya dalam lintasan searag gerak eter. Dari A ke B,
kecepatan eter v searah dengan kecepatan cahaya C, sehingga eter akan mempercepat gerak
cahaya. Sedangkan dari B ke A, kecepatan eter V berlawanan dengan kecepatan cahaya c.
Sehingga eter akan memperlambat gerak cahaya. Dengan demikian kecepatan cahaya A ke B
dan dari B ke A ialah :
Vab = c + v dan Vba = c v
Waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak AB ialah :
tAB = AB (VAB)-1 = L. (C + V)-1
Sedangkan waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak BA ialah :
tAB = AB (VAB)-1 = L. (C V)-1
Waktu menempuh lintasan AB pulang pergi (tx) sama dengan waktu untuk menempuh AB
ditambah waktu untuk menempuh BA. Dengan demikian :
T1 = tAB + tBA
T1 = L (c +v)-1 + L (C V)-1
T1 = LC Lv + Lc + Lv (C2 + V2)-1
T1 = 2 LC . (1 V2 C-2)-1
Gambar 6-1 C menunjukan jalan cahaya yang menempuh lintasan tegak lurus dengan gerak
eter. Di bawah pengaruh kecepatan cahaya terhadap eteer (u) adalah selisih Vektor antara
kecepatan cahaya terhadap bum (c) dengan kecepatan eter terhadap bumi (v). Secara vektor
ditulis :
U=cv
Karena vektor u dan v saling tegak lurus, maka besar kecepatan cahaya dapat dihitung dengan
menggunakan dalil phytagoras, yaitu :
U = C2 V2
Waktu untuk menempuh lintasan AC pulang pergi (t2) sama dengan dua kali waktu menempuh
AC. Dengan demikian :
T2 = 2 tAC
T2 = 2 AC (u)-1
T2 = 2L ( C2 V2 )-1
T2 = 2L (C2 (1 V2 (C-2))
T2 = 2L C-1 ( (C2 (1 V2 (C-2)))
Hasil dari percobaan mereka menunjukan bahwa sama sekali tidak adanya persamaan besar
antara T2 dan T1. Percobaan itu diulang dan terus diulang dalam posisi dan pada waktu berbedabeda.Akan tetapi hasilnya tidak ada satupun yang menunjukan perbedaan diantara
keduanya.Hingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis adanya eter yang
terdapat di setiap posisi adalah salah atau dengan tegasnya eter tidak ditemukan atau ada.
Misalnya, apabila kita melihat suatu bena berubah tempat, maka kita tidak akan dapat
menyatakan apakah benda tersebut bergerak atau kitakah yang bergerak? Andaikata eter itu
ada, maka eter dapat dipaksa sebagai kerangka acuan yang tetap di alam semesta.Semua
gerakan dapat dinyatakan relatif terhadap eter yang diam. Hal ini disebabkan eter tidak ada,
maka kerangka acuan universal juga tidak ada.
Pada tahun 1905, albert eintein mempubilkasikan makalah yang berjudul, On the
Electrodynamics of Moving Bodies atau dalam bahasa indonesianya kurang lebih
demikian,Elektrodinamika benda bergerak dalam jurnal Annalen der physik. Makalah yang
menyajikan teori relativitas khusus, berdasarkan dua postulat utama:
Teori relativitas khusus terdiri dari dua fostulat :
Fostulat I : Hukum fisika dapat dinyatakan dalam persamaan yang berbentuk sama dalam
semua kerangka acuan yang bergerak dengan kecepatan tetap satu sama lain.
Postulat ini menyatakan ketiadaan kerangka acuan universal. Jika dua pengamat berada dalam
kerangka acuan lembam dan bergerak dengan kecepatan sama relatif terhadap pengamat lain,
maka kedua pengamat tersebut tidak dapat melakukan percobaan untuk menentukan apakah
mereka bergerak atau diam. Bayangkan ini seperti saat kita berada di dalam sebuah kapal
selam yang bergerak dengan kecepatan tetap. Kita tidak akan dapat mengatakan apakah kapal
selam tengah bergerak atau diam.
Contoh lain, ketika pesawat sedang terbang dengan kecepatan tetap, seorang pramugari dengan
santainya membagikan makanan kepada para penumpang karena dia tidak merasakan bahwa
pesawat sedang terbang, yang dia rasakan pesawat tersebut sedang diam (coba kalau dia
membagikan makanan di dalam metromini..hehehe). Benar atau salahkah jika pramugari
tersebut mengatakan bahwa pesawat tersebut diam berdasarkan apa yang dia rasakan? menurut
teori ini benar.
Postulat II : Cepat rambat cahaya di dalam ruang hampa ke segala arah adalah sama untuk
semua pengamat, tidak tergantung pada gerak sumber cahaya maupun pengamat.
Postulat kedua adalah sebuah konsekuensi dari foton yang tak bermassa bergerak dengan
kecepatan cahaya pada ruang hampa. Eter tidak lagi memiliki peran khusus sebagai kerangka
acuan inersia mutlak alam semesta, jadi bukan hanya tidak perlu, tetapi juga secara kualitatif
tidak berguna di dalam relativitas khusus. Sebagai contoh pada kasus sederhana misalkan
sebuah kereta api sedang bergerak dengan kecepatan 10 km/jam lalu ada seorang pedagang
asongan di dalam kereta berjalan ke arah depan dengan kecepatan 2 km/jam. Menurut
pengamat yang diam di pinggir rel kereta pedagang asongan tersebut bergerak dengan
kecepatan 12 km/jam (10 km/jam + 2 km/jam).Hasil pengamatan Pengamat tersebut sesuai
dengan teori gerak Newton.
Efek dari Relativitas Khusus
Relativitas khusus menghasilkan beberapa konsekuensi dari penggunaan transformasi Lorentz
pada kecepatan tinggi (mendekati kecepatan cahaya). Diantaranya adalah :
1.
2.
Konstraksi panjang
3.
Transformasi kecepatan
4.
5.
6.
Momentum relativistik
7.
8.
Massa relativistik
9.
Pada tahun 1895 saya membaca makalah Hendrik Lorentz yang mengklaim bahwa ia dapat
memecahkan problem elektrodinamika seutuhnya melalui pendekatan pertama, yaitu suatu
pendekatan dimana pangkat dua atau lebih dari rasio antara kecepatan benda dan kecepatan
cahaya diabaikan. Setelah itu saya mencoba mengembangkan argumen Lorentz pada hasil
eksperimen Armand Fizeau dengan mengasumsikan bahwa persamaan gerak elektron,
sebagaimana telah dibuktikan Lorentz, berlaku dalam sistem koordinat baik yang mengacu pada
benda bergerak maupun pada vakuum.Saya yakin dengan keabsahan elektrodinamika yang
disusun oleh Maxwell dan Lorentz dan saya sangat yakin bahwa mereka dengan tepat
menjelaskan fenomena alam yang sebenarnya. Lebih-lebih pada fakta bahwa persamaan yang
sama berlaku dalam sistem koordinat bergerak serta sistem vakuum, jelas memperlihatkan sifat
invarian (tidak berubah) cahaya. Walau demikian, kesimpulan ini bertentangan dengan hukum
komposisi kecepatan yang dianut saat itu. Mengapa kedua hukum dasar ini bertentangan satu
sama lain? Masalah besar ini membuat saya berfikir keras.Saya harus menghabiskan setahun
penuh dengan sia-sia dalam mengeksplorasi kesempatan memodifikasi teori Lorentz. Masalah
ini terlihat terlalu berat untuk saya!
Suatu hari, sebuah percakapan dengan teman saya di Bern membantu saya memecahkan
masalah besar ini. Saya mengunjunginya pada hari yang cerah dan bertanya padanya: Saat ini
saya sedang dihadapkan pada masalah besar yang saya kira tidak pernah dapat diselesaikan.
Sekarang saya ingin membagi masalah ini dengan anda.Saya menghabiskan pelbagai diskusi
dengannya.Tiba-tiba saya mendapatkan ide yang sangat penting. Esoknya saya katakan
kepadanya : Terimakasih banyak. Saya telah memecahkan seluruh masalah saya.
Ide utama saya untuk pemecahan masalah ini berkenaan dengan konsep waktu.Waktu tidak
boleh didefinisikan a priori sebagai suatu realitas absolut.Waktu haruslah bergantung pada
kecepatan sinyal.Masalah besar ini dapat diselesaikan dengan konsep baru tentang waktu.
Hanya dalam lima minggu saya dapat menyelesaikan prinsip relativitas khusus setelah
penemuan tersebut. Saya juga tidak memiliki keraguan akan keabsahan prinsip ini dari sisi
filosopis. Lagipula prinsip ini sesuai dengan prinsip Mach, paling tidak sebagian jika
dibandingkan dengan kesuksesan teori relativitas umum. Inilah cara saya membangun teori
relativitas khusus.
Langkah pertama menuju teori relativitas umum muncul dua tahun kemudian (1907) dengan
cara yang berbeda.
Saya tidak terlalu puas dengan teori relativitas khusus karena prinsip relativitas hanya terbatas
pada gerak relatif dengan kecepatan konstan namun tidak dapat diaplikasikan pada gerak
secara umum.Pada tahun 1907 saya diminta oleh Johannes Stark untuk menulis ulasan tentang
pelbagai hasil eksperimen dari teori relativitas khusus dalam laporan tahunannya Jahrbuch der
Radioaktivitaet und Elektronik.Ketika diminta untuk menulis artikel ini saya sadar bahwa teori
relativitas khusus dapat diterapkan pada semua fenomena alam kecuali gravitasi.Saya benar-
benar ingin mencari jalan untuk menerapkan teori ini pada kasus gravitasi.Namun saya tidak
dapat menyelesaikan hal ini dengan mudah. Satu hal yang membuat saya frustrasi adalah fakta
bahwa meski teori relativitas khusus memberikan relasi yang sempurna antara kelembaman dan
energi, sementara relasi antara kelembaman dan berat (inersia dan sistem gravitasi) tidak
tersentuh sama sekali. Saya curiga bahwa masalah ini berada jauh di luar cakupan teori
relativitas khusus.
Suatu hari saya sedang duduk di atas sebuah kursi di Kantor Paten Swiss di Bern.Inilah saatnya
sebuah ide cemerlang melintas di benak saya.Seseorang yang jatuh bebas tidak akan
mengetahui berat badannya.Ide sederhana ini memberi saya pemikiran yang mendalam.Emosi
liar yang melanda saya saat itu mendorong saya ke arah teori gravitasi.Saya kembali berfikir,
Seseorang yang jatuh bebas memiliki percepatan.Pengamatan yang dilakukan oleh orang ini
sebenarnya dilakukan pada sistem yang dipercepat.Saya memutuskan untuk memperluas prinsip
relativitas dengan memasukkan percepatan. Saya juga berharap, dengan menggeneralisasi teori
ini saya akan sekaligus memecahkan masalah gravitasi. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa
orang yang jatuh bebas tidak merasakan berat badannya akibat adanya medan gravitasi lain
yang menghilangkan medan gravitasi bumi. Dengan kata lain, setiap benda yang dipercepat
membutuhkan medan gravitasi baru.
Meski demikian saya tidak dapat memecahkan masalah ini secara utuh.Delapan tahun saya
habiskan untuk menurunkan relasi yang nyata.Sebelum itu, saya hanya mendapatkan potonganpotongan dasar teori tersebut.
Ernest Mach juga mengklaim prinsip ekivalensi antar sistem-sistem yang dipercepat.Namun
jelas hal ini tidak cocok dengan geometri biasa.Hal ini disebabkan karena jika sistem-sitem
semacam ini diizinkan, maka geometri Euclidean tidak berlaku di setiap sistem. Menjelaskan
hukum fisika tanpa geometri sama saja dengan menjelaskan suatu pemikiran tanpa kata-kata.
Kita harus mempersiapkan kata-kata tersebut sebelum kita dapat menjelaskan pemikiran kita.
Jadi, apa yang harus saya letakkan sebagai landasan teori saya?
Masalah ini tetap tak terselesaikan hingga tahun 1912.Pada tahun itu saya menyadari bahwa
teori permukaan Karl Friedrich Gauss dapat menjadi dasar yang baik untuk memecahkan
misteri di atas.Bagi saya, koordinat permukaan Gauss merupakan peralatan yang sangat
penting.Namun saya tidak mengetahui bahwa George Riemann sebelumnya telah
mengembangkan dasar-dasar geometri yang sangat mendalam.Saya hanya ingat teori Gauss
yang saya dapat dalam kuliah dari seorang dosen matematika bernama Carl Friedrich Geiser
ketika saya masih mahasiswa.Jadi saya semakin yakin bahwa sifat-sifat dasar dari geometri
haruslah memiliki arti fisis.
Sekembalinya saya ke Zurich dari Praha saya menemui teman dekat saya, seorang ahli
matematika, Marcel Grossmann.Ia membantu saya mencarikan referensi-referensi matematika
yang agak asing bagi saya ketika saya masih di kantor paten Swiss di Bern. Inilah untuk
pertamakali saya belajar darinya hasil karya Curbastro Ricci serta makalah-makalah
Riemann.Saya tanyakan kepadanya apakah masalah saya dapat diselesaikan dengan teori
Riemann, yaitu apakah invarian dari elemen garis cukup untuk menentukan seluruh koefisien
yang saya cari.Selanjutnya, saya berkolaborasi dengannya dalam menulis sebuah makalah pada
tahun 1913, meski persamaan gravitasi yang sesungguhnya belum dapat diturunkan saat
itu.Penyelidikan lebih lanjut dengan menggunakan teori Riemann, sayangnya, menghasilkan
banyak kesimpulan yang bertentangan dengan harapan saya.
Dua tahun berikutnya berlalu saat saya masih memutar otak untuk memecahkan masalah
ini.Pada akhirnya saya menemukan satu kesalahan pada perhitungan saya sebelumnya.Saya
kembali mencoba menurunkan persamaan gravitasi yang benar berdasarkan teori invarian.
Setelah dua minggu bekerja, jawaban akhir muncul di depan saya.
Setelah tahun 1915 saya mulai mengerjakan problem kosmologi.Riset yang saya lakukan
menyangkut geometri dan waktu jagad raya.Riset ini didasarkan pada pembahasan syarat batas
teori relativitas umum dan argumen kelembaman Mach. Meski saya tidak mengetahui sejauh
mana dampak ide Mach pada substansi relativitas umum dari kelembaman, saya yakin bahwa
pemikiran besar ini merupakan filosopi dasar saya.
Mula-mula saya mencoba membuat syarat batas persamaan gravitasi menjadi
invarian.Belakangan saya bahkan dapat menghilangkan batasan ini dengan asumsi bahwa
jagad raya bersifat tertutup.Dengan demikian saya berhasil memecahkan masalah kosmologi.
Sebagai hasilnya diperoleh bahwa kelembaman muncul sebagai satu sifat relatif di antara
materi dan haruslah lenyap jika tidak ada benda lain yang berinteraksi dengannya. Saya yakin
jika sifat penting ini membuat teori relativitas umum memuaskan kita bahkan dalam pandangan
epistemologi sekalipun. Dengan ini saya ingin mengakhiri cerita singkat saya tentang
bagaimana saya membangun teori relativitas.Terimakasih banyak.
Sumber : internet