Anda di halaman 1dari 17

TUGAS

SEJARAH
(PERPECAHAN UNI SOVIET DAN RUNTUHNYA JERMAN TIMUR)

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 2

KELAS: XII.IPS.2

1. ANGGI TRIANI
2. DESI MARLINA
3. ASYIFA SAIMONA
4. GATRIN PRAYOGA
5. KELVIN SOBIRIN
6. RAHMA AYU PUTRI

GURU PEMBIMBING : Dra. RUKIYAH

SMA NEGERI 2 LUBUKLINGGAU


TAHUN 2023
PERPECAHAN UNI SOVIET

1. LATAR BELAKANG KERUNTUHAN UNI SOVIET

Gambar : Ketegangan di Uni Soviet Tahun 1991

Uni Soviet merupakan salah satu negara adikuasa pemenang Perang Dunia II. Pada
1947-1991, Uni Soviet menjadi pusat dari aliansi negara komunis Blok Timur selama
Perang Dingin.

Hingga awal tahun 1991, Uni Soviet adalah negara dengan wilayah kekuasaan terbesar
di dunia. Masa kejayaan Uni Soviet tidak mampu bertahan lama. Seletelah 69 taun
berdiri, Uni Soviet mengalami keruntuhan pada Desember 1991.

Keruntuhan Uni Soviet bermula dari kemerosotan ekonomi pada sekitar tahun 1980.
Kemerosotan ekonomi tersebut berdampak negatif pada seluruh aspek kehidupan Uni
Soviet.

Secara khusus, berikut faktor-faktor penyebab runtuhnya Uni Soviet :

1. Munculnya ketidak puasan kelas menengah dan kelompok elite terhadap


penerapan sistem komunisme.
2. Sistem ekonomi sentralistik yang diterapkan mennyebabkan susahnya
pemerataan kesejahteraan dan perkembangan ekonomi daerah.
3. Korupsi di kalangan partai komunis dan pemerintahan.
4. Munculnya gerakan separatisme di negara-negara bawahan Uni Soviet.
5. Presiden Michael Gorbachev dan Boris Yeltsin gagal melakukan perbaikan
sistem pemerintahan komunis di Uni Soviet.

2. GERAKAN PEMBARUAN DI UNI SOVIET

Gambar : Perangko Perestroika

Pada tahun 1988 Uni Soviet membuat Gerakan pembaharuan yang di beri nama
Perestroika (bahasa Rusia: перестройка; IPA: [pʲɪrʲɪˈstrojkə]) yang merupakan
gerakan politik untuk reformasi di dalam Partai Komunis Uni Soviet (PKUS) pada
akhir 1980-an dan secara luas dihubungkan dengan Sekretaris Jenderal PKUS Mikhail
Gorbachev dan reformasi kebijakan glasnost (berarti "keterbukaan") yang dimulai
olehnya. Arti secara harfiah dari perestroika adalah "rekonstruksi", merujuk
kepada restrukturisasi yang terjadi pada sistem politik dan ekonomi Uni Soviet,
dengan tujuan mengakhiri Era Stagnasi.

Gambar : Politik Uni Soviet


Perestroika memperbolehkan tindakan yang lebih independen oleh berbagai
kementerian dan memperkenalkan banyak reformasi mirip pasar. Namun, dugaan
tujuan dari perestroika bukanlah untuk mengakhiri ekonomi terencana, tetapi untuk
membuat sosialisme dapat dijalankan lebih efisien untuk lebih memenuhi kebutuhan
masyarakat Soviet dengan mengadopsi elemen-elemen ekonomi liberal. Proses untuk
mengimplementasikan perestroika menimbulkan kelangkaan; ketegangan politik,
sosial, dan ekonomi di dalam Uni Soviet; dan sering disalahkan akibat kebangkitan
politik nasionalisme dan partai politik nasionalis di republik-republik konstituennya.
Perestroika dan penyakit struktural yang terkait dengan itu disebut sebagai katalis
utama yang mengarah pada pembubaran Uni Soviet.

Istilah ini pertama kali digunakan oleh Mikhail Gorbachev saat berpidato dalam
kunjungannya ke Kota Togliatti tahun 1986. Perestroika berlangsung dari 1985 hingga
1991 dan terkadang dianggap sebagai sebab yang signifikan atas jatuhnya Blok
Timur dan pembubaran Uni Soviet. Ini menjadi penanda berakhirnya Perang Dingin.

3. PECAHNYA UNI SOVIET

Gambar : Peta Wilayah Uni Soviet yang sudah dinyatakan bubar tahun 1991

Uni Soviet atau Union of Soviet Socialist Republics (USSR) merupakan wilayah
bekas gabungan antara Eropa Timur dan Asia Utara serta Tengah. Menurut
Ensiklopedia Britannica, daerah Uni Soviet membentang seluas 22,4 juta km persegi
dari Laut Baltik dan Laut Hitam hingga Samudra Pasifik.
Tidak mengherankan bila Uni Soviet pernah menjadi terbesar di dunia dengan wilayah
kekuasaan yang mencakup satu per enam permukaan bumi. Luas tersebut mencakup
11 zona waktu dan tanahnya terdiri dari gurun, tundra, pegunungan, sungai-sungai
terpanjang di dunia.

Terbentuknya Uni Soviet ini berawal dari tahun 1917 setelah adanya Revolusi Rusia.
Sebelumnya, Rusia merupakan negara kekaisaran yang dipimpin oleh tsar yang
otokrasi dan memiliki kekuasaan absolut serta tidak terbatas.

Sudah banyak revolusi yang terjadi di Rusia. Menurut History, revolusi di Rusia itu
terdiri dari kejadian tahun 1905, Revolusi Februari 1917, dan puncaknya pada
Revolusi Bolshevik 1917 yang berhasil menjatuhkan kekaisaran. Rusia lalu diambil
alih oleh Partai Komunis Uni Soviet.

Pada Revolusi Rusia tahun 1917 inilah berdiri empat republik sosialis di bekas
Kekaisaran Rusia. Keempatnya adalah Republik Sosialis Federasi Soviet Rusia,
Republik Sosialis Federasi Soviet Transkaukasia, Republik Sosialis Soviet Ukraina,
dan Republik Sosialis Soviet Belarusia.

Empat republik sosialis ini kemudian membentuk Republik Sosialis Uni Soviet pada
tahun 1922.

Usai berdiri selama puluhan tahun, pada akhirnya Uni Soviet resmi dinyatakan runtuh
pada tahun 1991. Kronologi keruntuhan Uni Soviet mulai terlihat sejak timbulnya
gejolak kekuasaan pasca wafatnya Vladimir Lenin, sang kepala negara pertama Uni
Soviet saat itu. Berikut rincian selengkapnya:
 Tahun 1924 timbul gejolak kekuasaan ketika Vladimir Lenin wafat. Namun,
hal tersebut berakhir pada 1927 saat Joseph Stalin memperoleh kemenangan.
Tahun 1928 rencana 5 tahun tentang sentralisasi industri dan pertanian kolektif
dimulai.
 Akhir tahun 1930-an dilakukan eksekusi atau sanksi lain atas jutaan orang
yang dinilai berbahaya terhadap negara.
 Pasca Perang Dunia II, Uni Soviet dan Amerika Serikat terlibat perang dingin
dengan sekutu masing-masing.
 Akhir tahun 1940-an, Uni Soviet membantu pendirian rezim-rezim komunis di
sebagian besar Eropa Timur.
 Tahun 1949 Uni Soviet meledakkan bom atom pertama mereka. Kemudian
bom hidrogen pertamanya diledakkan tahun 1953.
 Setelah kematian Stalin, Uni Soviet di bawah pimpinan Nikita Khrushchev
mengalami liberalisasi politik serta budaya yang terbatas.
 Penerbangan luar angkasa orbital berawak pertama Uni Soviet dilakukan pada
1961.
 Liberalisasi Uni Soviet dibalik sebagian saat Leonid Brezhnev memimpin,
tetapi Mikhail Gorbachev menerapkan kebijakan liberal bernama glasnost dan
perestroika di pertengahan 1980-an.
 Akhir tahun 1990, pemerintahan komunis telah diruntuhkan dan program
untuk menciptakan ekonomi pasar sudah dilakukan.
 Uni Soviet resmi bubar pada 25 Desember 1991. Hingga saat ini, seluruh
negara anggota Uni Soviet yang telah disebutkan sebelumnya, masing-masing
telah menjadi negara yang berdaulat.

4. AKHIR PEMERINTAHAN UNI SOVIET

Gambar : Kebijakan pemerintah yang meruntuhkan Uni Soviet (1991)

Ada 2 kebijakan yang menyebabkan akhir dari Pemerintahan Uni Soviet yang
mengakibatkan dampak begitu besar berikut kebijakan tersebut :
Kebijakan Glasnost

Pada puncak karir Gorbachev, ia terpilih menjadi Sekretaris Jenderal Komite Sentral
Partai Komunis Uni Soviet pada bulan Maret 1985. Ini menempatkan dia sebagai
pemimpin Uni Soviet.

Gorbachev secara resmi mengumumkan kebijakan Glasnost pada pertengahan 1986.


Dalam Bahasa Rusia, Glasnost berarti 'keterbukaan dan transparansi'.

Melalui Glasnost, Gorbachev ingin meningkatkan diskusi publik tentang isu-isu


negara dan memberikan akses informasi kepada publik. Itu adalah respons atas
kemerosotan ekonomi dan politik yang dialami negerinya.

Kebijakan tersebut harapannya dapat mengurangi korupsi yang dilakukan oleh


pejabat pemerintahan dan penyalahgunaan kekuasaan di Partai Komunis. Ia percaya
jalan menuju pemulihan ekonomi dan sosial membutuhkan keterlibatan masyarakat
dalam proses politik.

Akibatnya, media menjadi lebih bebas untuk berekspresi dan mulai terbuka
memberitakan berbagai masalah yang sedang di hadapi oleh negaranya. Mulai dari
sektor ekonomi hingga politik yang semula cenderung ditutupi oleh pemerintah.

Dalam kebijakan ini, Gorbachev juga memberikan kebebasan berpendapat. Tak ada
lagi larangan bagi setiap warga yang mengkritik negara dan Partai Komunis.

Kebijakan Perestroika

Pada 1987, Gorbachev kembali memperkenalkan kebijakan Perestroika yang


memiliki arti 'restrukturisasi' dan bertujuan untuk memperbaiki ekonomi Uni Soviet
melalui desentralisasi. Sehingga, mengurangi cengkraman kebijakan ekonomi yang
terpusat.

Tujuan lain dari Perestroika yakni untuk menyaingi negara kuat lainnya seperti
Amerika Serikat (AS) dan Jepang, yang kala itu memiliki perkembangan ekonomi
yang pesat pada 1970-an. Kebijakan tersebut dinilai menjadi awal mula dari era
demokrasi menuju reformasi.
Namun, hal tersebut menyebabkan melemahnya kekuatan pemerintah pusat Uni
Soviet. Ini memisahkan ideologi komunisme menuju keterbukaan.

Akhir Pemerintahan Uni Soviet

Kedua kebijakan yang krusial tersebut nyatanya menyebabkan akhir Pemerintahan


bagi Uni Soviet karena berdampak menimbulkan oposisi dan sistem kapitalisme
baru. Kebijakan tersebut memicu masyarakat untuk menjelajahi paham Barat mulai
dari konsep, gagasan, ide, hingga produknya.

Pada 1990, masyarakat kerap membeli koran-koran liberal dan mengkonsumsi


informasi mengenai demokratisasi. Bahkan, pada tahun tersebut, produk makanan
khas AS yakni McDonald dibuka untuk pertama kalinya di Uni Soviet.

Sejak saat itu, berbagai wilayah di Uni Soviet mulai memisahkan diri dan
menyatakan kemerdekaannya. Ia bahkan dituduh menjadi biang kerok dari
kehancuran Uni Soviet karena beberapa pihak mengecam dan bersikukuh dengan
kebijakan-kebijakan lama Soviet.

Akhirnya, posisinya kian tersingkir. Pada 25 Desember 1991, Gorbachev


mengundurkan diri sebagai Kepala Negara. Keesokan harinya, Uni Soviet secara
resmi telah runtuh dan menjadi Republik Federasi Rusia dan itulah akhir dari
Pemerintahan Uni Soviet yang telah menjadi Negara Penguasa Selama 74 Tahun
(1917-1991).
RUNTUHNYA JERMAN TIMUR

1. TERBENTUNYA JERMAN TIMUR

Gambar : Bendera Jerman Timur (1959 - 1990)

Jerman Timur, atau nama resminya  Republik Demokratis


Jerman atau RDJ (bahasa Jerman: Deutsche Demokratische Republik [ˈdɔʏtʃə demo
ˈkʀaːtɪʃə ʀepuˈbliːk]), merupakan negara Blok Timur selama periode Perang Dingin.
Wilayah Jerman Timur sebelumnya merupakan wilayah Jerman yang diduduki oleh
pasukan Soviet setelah berakhirnya Perang Dunia II yang disebut Zona Pendudukan
Soviet sesuai dengan hasil Perjanjian Potsdam, yang berbatasan langsung
dengan Perbatasan Oder-Neisse di sebelah timur. Zona Soviet mengelilingi Berlin
Barat, tetapi Berlin Barat bukan merupakan Zona Pendudukan Soviet; sehingga
Berlin Barat tetap berada di luar yurisdiksi RDJ. Jerman Timur didirikan di Zona
Soviet, sementara Jerman Barat didirikan di gabungan zona Amerika
Serikat, Britania Raya, dan Prancis. Jerman Timur sering disebut sebagai negara
satelit Uni Soviet. Pihak berwenang dari Soviet mulai mentransfer tanggung jawab
administratif ke pemimpin partai komunis di Jerman pada tahun 1948, dan RDJ
resmi menjadi negara pada tanggal 7 Oktober 1949. Namun, Pasukan Soviet tetap
berada di RDJ selama periode Perang Dingin. Sampai tahun 1989, RDJ dipimpin
oleh Partai Persatuan Sosialis (SED), walau partai lainnya ikut serta dalam organisasi
pendukung pemerintah, Front Nasional Demokratis Jerman.

Perekonomian dikomando langsung oleh pemerintah di mana perusahaan milik


negara berperan besar. Harga dari komoditas dan jasa primer diatur oleh pemerintah
pusat, dan tidak fluktuatif tergantung permintaan dan penawaran. Walau RDJ harus
membayar pampasan perang kepada Uni Soviet, RDJ berhasil menjadi negara
termakmur di Blok Timur. Hanya saja, masih jauh jika dibandingkan dengan
pertumbuhan ekonomi Jerman Barat. Emigrasi ke Barat menjadi masalah besar
karena emigran sebagian besar merupakan pemuda terdidik, mengakibatkan ekonomi
negara melemah. Pemerintah memperkuat perbatasan di bagian barat dan, pada tahun
1961, membangun Tembok Berlin. Banyak warga yang berusaha untuk melarikan
diri terbunuh oleh penjaga perbatasan atau karena ranjau darat.

Gambar : Lambang Jerman Timur (1959-1990)

Pada tahun 1989, serangkaian peristiwa sosial dan politik terjadi di RDJ yang
berujung pada runtuhnya Tembok Berlin dan bangkitnya pemerintahan yang
berkomitmen untuk melakukan liberalisasi. Tahun berikutnya, pemilu
terbuka diadakan, dan kemudian RDJ dibubarkan dan Jerman kembali bersatu pada 3
Oktober 1990.

Jerman Timur berbatasan dengan Laut Baltik di sebelah utara; Republik Rakyat


Polandia di sebelah timur; Cekoslowakia di sebelah selatan, dan Jerman Barat di
sebelah barat. RDJ juga berbatasan dengan sektor Soviet dari Berlin yang dikenal
sebagai Berlin Timur yang menjadi ibu kota negara Jerman Timur dan juga
berbatasan dengan wilayah Berlin yang diduduki  Amerika Serikat, Britania
Raya dan Prancis yang dikenal dengan nama Berlin Barat. Berlin Barat dikelilingi
oleh Tembok Berlin sejak pembangunannya pada tahun 1961 sampai
runtuhnya Tembok Berlin pada tahun 1989, Dan kemudian Jerman Timur bergabung
dengan Jerman Barat.

2. PEMBANGUNAN TEMBOK BERLIN

Gambar : Awal Pembangunan Tembok Berlin (1961)

Tembok Berlin (bahasa Jerman: Berliner Mauer) adalah sebuah tembok pembatas


terbuat dari beton yang dibangun oleh Republik Demokratik Jerman (Jerman Timur)
yang memisahkan Berlin Barat dan Berlin Timur serta daerah Jerman Timur lainnya
sehingga membuat Berlin Barat sebuah enklave. Tembok ini mulai dibangun pada
tanggal 13 Agustus 1961. Tembok pembatas ini juga bersamaan dengan pendirian
menara penjaga yang dibangun sepanjang tembok ini, juga pendirian sebuah daerah
terlarang, yang diisi dengan ranjau anti kendaraan. Blok Timur menyatakan bahwa
tembok ini dibangun untuk melindungi para warganya dari elemen-elemen fasis yang
dapat memicu gerakan-gerakan besar, sehingga mereka dapat membentuk
pemerintahan komunis di Jerman Timur. Meski begitu, dalam praktiknya, ternyata
tembok ini digunakan untuk mencegah semakin besar larinya penduduk Berlin
Timur ke wilayah Berlin Barat, yang berada dalam wilayah Jerman Barat.
Oleh otoritas Jerman Timur, Tembok Berlin dikatakan sebagai "Benteng
Proteksi Anti-Fasis" (bahasa Jerman: Antifaschistischer Schutzwall), yang
menyatakan bahwa negara Jerman Barat belum sepenuhnya dide-
nazifikasi. Pemerintah Kota Jerman Barat kadang-kadang mengatakan Tembok
Berlin sebagai "Tembok Memalukan" sebutan yang dicetuskan oleh Wali Kota Willy
Brandt untuk mengutuk tembok ini karena membatasi kebebasan bergerak.
Bersamaan dengan Tembok Pembatas Antar Jerman yang memisahkan Jerman
Barat dan Jerman Timur, kedua tembok pembatas ini menjadi simbol "Tirai Besi"
yang memisahkan Eropa Barat dengan Blok Timur selama Perang Dingin.

Sebelum pembangunan tembok ini, ada sekitar 3,5 juta warga Jerman Timur yang
bermigrasi dan membelot ke barat, salah satunya dengan melewati perbatasan Jerman
Timur dan Jerman Barat, lalu kemudian mereka pun bisa pergi ke negara Eropa Barat
lainnya. Antara tahun 1961 dan 1989, tembok ini pun mencegah hal itu. Di rentang
waktu kira-kira 30 tahun ini, ada sekitar 5.000 orang yang mencoba kabur, dengan
estimasi ada 100 sampai 200 orang yang meninggal karena ditembak.

Pada tahun 1989, ada perubahan politik radikal di kawasan Blok Timur, yang
berhubungan dengan liberalisasi sistem otoritas di Blok Timur dan juga mulai
berkurangnya pengaruh Uni Soviet di negara-negara seperti Polandia dan Hungaria.
Setelah kerusuhan sipil selama beberapa minggu, pemerintah Jerman Timur
mengumumkan tanggal 9 November 1989 bahwa rakyat Jerman Timur boleh pergi
ke Jerman Barat dan Berlin Barat. Maka, kerumunan orang Jerman Timur pun
menyeberangi dan memanjat tembok itu, diikuti pula dengan warga Jerman Barat di
sisi lain untuk merayakan atmosfer kebebasan. Beberapa minggu setelahnya, euforia
publik dan pemburu souvenir akhirnya meretakkan bagian-bagian tembok itu.
Nantinya, sebagian besar tembok ini dihancurkan oleh pemerintah menggunakan alat
berat. Kejatuhan dari Tembok Berlin membuka jalan terbentuknya Reunifikasi
Jerman, 3 Oktober 1990.

3. PROSES PENYATUAN JERMAN


Gambar : Tokoh penyatu antara Jerman Barat dan Jerman Timur

Penyatuan Jerman menjadi negara yang terintegrasi secara politik dan administratif


secara resmi berlangsung pada 18 Januari 1871 di Balai Cermin Istana
Versailles di Prancis. Pangeran-pangeran negara-negara Jerman berkumpul untuk
memproklamirkan Wilhelm dari Prusia sebagai Kaisar Wilhelm dari Kekaisaran
Jerman setelah Prancis menyerah dalam Perang Prancis-Prusia. Transisi de
facto sebagian besar penduduk berbahasa Jerman menjadi negara-negara yang
tergabung dalam (kon)federasi telah berlangsung secara tidak resmi melalui aliansi
resmi dan tidak resmi para penguasa tetapi tanpa kemajuan yang berarti, karena
kepentingan pribadi penguasa menghambat proses penyatuan selama hampir satu
abad setelah pembubaran Kekaisaran Romawi Suci (1806) dan
kebangkitan nasionalisme Jerman selama era peperangan Napoleon.

Penyatuan ini menimbulkan ketegangan akibat perbedaan religius, linguistik, sosial,


dan budaya penduduk Kekaisaran Jerman, sehingga peristiwa tahun 1871 hanya
merupakan satu momen dalam serangkaian proses penyatuan yang lebih besar.
Sebelumnya, Kaisar Romawi Suci sering kali disebut "Kaisar seluruh Jerman ", dan
di Kekaisaran, anggota bangsawan tinggi disebut "Pangeran-Pangeran Jerman",
sebab wilayah-wilayah berbahasa Jerman yang sebelumnya disebut Francia
Timur terorganisasi menjadi kerajaan-kerajaan kecil sebelum bangkitnya Karel yang
Agung (800 M). Karena wilayah tersebut memiliki relief yang bergunung-gunung,
muncul perbedaan budaya, pendidikan, bahasa, dan agama di antara warga yang
saling terisolasi. Namun, Jerman pada abad ke-19 menikmati kemajuan transportasi
dan komunikasi yang menghubungkan rakyatnya dalam budaya yang lebih besar.

Kekaisaran Romawi Suci, yang meliputi lebih 500 negara merdeka, secara resmi
dibubarkan ketika Kaisar Franz II turun dari tahta (6 Agustus 1806) selama Perang
Koalisi Ketiga. Walaupun pembubaran Kekaisaran mengakibatkan gangguan hukum,
administratif, dan politik, penduduk wilayah berbahasa Jerman di Kekaisaran
tersebut memiliki bahasa, budaya, dan tradisi hukum bersama yang semakin
diperkuat oleh pengalaman bersama selama Perang Revolusi Prancis dan Peperangan
Napoleon. Namun, masing-masing negara merdeka tersebut memiliki kelas
penguasa, asosiasi feudal, tradisi, dan hukum tersendiri. Selain itu, terdapat
kecenderungan untuk menolak perubahan karena para bangsawan ingin
mempertahankan kekuasaan mereka. Liberalisme Eropa menjadi dasar intelektual
penyatuan Jerman karena menentang model organisasi politik dan sosial
yang absolutis dan dinastik; liberalisme Jerman menekankan pentingnya kesatuan
tradisi, pendidikan, dan bahasa. Sementara itu, dalam bidang ekonomi,
pendirian Zollverein (serikat pabean) Prusia pada tahun 1818 yang meliputi negara-
negara Konfederasi Jerman mengurangi kompetisi di dalam dan antar negara.
Kemajuan transportasi memfasilitasi kunjungan bisnis dan wisata, sehingga
mendorong kontak dan juga konflik antar penutur bahasa Jerman.

Lingkup pengaruh diplomatik yang ditetapkan oleh Kongres Wina pada tahun 1814–


15 setelah Peperangan Napoleon mendukung dominasi Austria di Eropa Tengah.
Namun, negosiator di Wina tidak mempertimbangkan pertumbuhan kekuatan Prusia
dan tidak memperkirakan bahwa Prusia akan bangkit dan menantang kepemimpinan
Austria atas negara-negara Jerman. Akibat dualisme Jerman ini, terdapat dua solusi
untuk masalah penyatuan: Kleindeutsche Lösung, solusi Jerman kecil (Jerman tanpa
Austria), dan Großdeutsche Lösung, solusi Jerman Raya (Jerman dengan Austria).
Gambar : Reunifikasi Jerman menjadi satu Negara

Sejarawan memperdebatkan apakah Otto von Bismarck — Presiden Menteri


Prusia — memiliki rencana untuk menyatukan negara-negara Jerman
dengan Konfederasi Jerman Utara menjadi satu negara atau hanya ingin
memperkuat Kerajaan Prusia. Mereka menyimpulkan bahwa
kekuatan Realpolitik Bismarck dan faktor-faktor lain memicu reorganisasi politik,
ekonomi, militer, dan diplomatik negara-negara Jerman pada abad ke-19. Tanggapan
terhadap nasionalisme Denmark dan Prancis menjadi pendorong bagi upaya
penyatuan Jerman. Kemenangan Prusia dalam tiga perang regional menghasilkan
antusiasme dan kebanggaan yang dapat dimanfaatkan oleh politikus untuk
mendorong penyatuan. Pengalaman ini mengingatkan rakyat Jerman akan
pencapaian bersama dalam Peperangan Napoleon, terutama Perang Pembebasan pada
tahun 1813–14. Dengan mendirikan Jerman tanpa Austria, penyatuan politik dan
administratif pada tahun 1871 menyelesaikan masalah dualisme untuk sementara.

4. PENGERTIAN EUFORIA BERSATUNYA JERMAN

Gambar : Peresmian Reunifikasi Jerman (1990)

Pada pertengahan tahun 1980-an Penyatuan kembali Jerman oleh rakyat Jerman


Barat dan Timur secara luas dianggap sebagai suatu cita-cita atau harapan tinggi tak
terhingga yang sulit dicapai. Namun harapan untuk Penyatuan kembali Jerman tiba-
tiba muncul kembali dengan reformasi politik yang digelindingkan oleh pemimpin
Soviet Mikhail Gorbachev pada tahun 1985. Setelah ini angin perubahan mulai
berhembus di Blok Timur, dan memunculkan harapan baru di dalam Jerman Timur.

Pada bulan Agustus 1989, pemerintahan reformis Hongaria menghilangkan peraturan


ketat di perbatasannya dengan Austria dan pada September lebih dari 13.000 warga
Jerman Timur bisa melarikan diri ke Barat melalui Hongaria. Ribuan warga Jerman
Timur berusaha mencapai Jerman Barat dengan mengadakan aksi pendudukan
kantor-kantor perwakilan diplomatik Jerman Barat di ibu kota-ibu kota negara-
negara Eropa Timur, terutama di Praha, Cekoslowakia. Pemerintahan Republik
Demokratis Jerman (Jerman Timur) lalu mengumumkan akan memberikan fasilitas
dengan mengoperasikan kereta-kereta api ekstra yang membawa mereka ke Jerman
Barat dan menyatakan bahwa mereka mengusir "para pengkhianat antisosial yang tak
bertanggung jawab dan kaum kriminal".[1] Sementara itu demonstrasi menentang
rezim Jerman Timur berawal di tanah air sendiri, terutama yang paling penting
adalah demonstrasi-demonstrasi Senin di Leipzig.

Pada tanggal 6–7 Oktober 1989, Gorbachev melawat Jerman Timur untuk
memperingati hari ulang tahun Jerman Timur yang ke-40 dan mendorong para
pemimpin Jerman Timur untuk menerima perubahan. Berhadapan dengan huru-hara,
pemimpin Jerman Timur Erich Honecker telah dipaksa untuk meletakkan jabatan
pada 18 Oktober 1989 oleh anggota Politburonya sendiri dan digantikan oleh Egon
Krenz. Hal ini diikuti dengan pengunduran diri besar-besaran anggota kabinet
Jerman Timur yang akhirnya jatuh pada tanggal 7 November. Lalu Gunther
Schwabowski sebagai juru bicara pemerintahan Jerman Timur pada tanggal 9
November malam mengumumkan di televisi bahwa semua restriksi perjalanan ke
Jerman Barat dihilangkan. Semula warga Jerman Timur kurang mengerti maksud
pernyataannya. Setelah itu jutaan warga Jerman Timur berbondong-bondong pergi ke
pos-pos perbatasan yang kemudian dibuka oleh para penjaga perbatasan. Setelah itu
banyak warga Jerman baik Barat dan Timur memberanikan diri merusak Tembok
Berlin. Peristiwa ini menjadi salah satu peristiwa berita mengesankan pada abad ke-
20.

Pada tanggal 18 Maret 1990 pemilihan umum bebas pertama dan satu-satunya dalam
sejarah Jerman Timur telah dilaksanakan. Pemerintahan yang dipilih diberi mandat
utama untuk berunding dengan Jerman Barat masalah persatuan dan membubarkan
dirinya sendiri. Seorang ahli ideologi ternama Jerman Timur dalam 1989,
menyatakan "Polandia akan tetap menjadi Polandia meskipun komunisme runtuh,
tetapi tanpa komunisme negara Jerman Timur tidak mempunyai alasan untuk tetap
berdiri."[2]

Di bawah Perdana Menteri Lothar de Maizière, Jerman Timur berunding dengan


Jerman Barat, Britania Raya, Prancis, Amerika Serikat dan Uni Soviet mengenai
syarat-syarat untuk Penyatuan kembali Jerman. Karena keberatan Uni Soviet bahwa
Jerman Timur ditarik menjadi anggota NATO, maka sebuah perjanjian dibuat bahwa
Jerman yang bersatu boleh tetap menjadi anggota NATO, namun tentara NATO
tidak boleh ditaruh di Jerman Timur. Selain itu Kanselir Helmut Kohl meyakinkan
para pemimpin Prancis dan Britania Raya bahwa mereka tidak perlu khawatir bahwa
sebuah Jerman yang bersatu akan mengancam mereka dengan berjanji bahwa sebuah
Negara Jerman bersatu akan lebih berusaha berintegrasi dengan Uni Eropa.

Paralel dengan perundingan multilateral, rundingan bilateral antara pemerintahan


Timur dan Barat berlangsung dan menuju pada penanda tangan perjanjian pada
tanggal 18 Mei 1990 untuk Uni Ekonomi, Sosial dan Moneter yang berlaku mulai
tanggal 1 Juli 1990. Pada tanggal 23 Agustus, Volkskammer (Parlemen Jerman
Timur) mengesahkan tanggal 3 Oktober 1990 sebagai tanggal bergabungnya Jerman
Timur dengan Jerman Barat.

Einigungsvertrag ("Perjanjian Persatuan") telah ditanda tangani pada tanggal 31


Agustus 1990 oleh wakil-wakil Jerman Barat dan Jerman Timur. Pada tanggal 12
September 1990 Perjanjian Penyelesaian Akhir yang Berkenaan dengan Negara
Jerman ("Perjanjian Dua tambah Empat") telah ditandatangani dan secara resmi
mendirikan ulang kedaulatan kedua-dua negara Jerman.

Anda mungkin juga menyukai