Anda di halaman 1dari 19

SEJARAH PEMINATAN

 Runtuhnya USSR
Penyebab :
1. Keragaman Budaya
Keragaman budaya ternyata menjadi sumber permasalahan yang sangat membahayakan
kedaulatan negara. Sehingga negara kita dapat berkaca kepada sejarah runtuhnya Uni
Soviet agar dapat menjadikan perbedaan sebagai sumber kekuatan, bukannya
keruntuhan.Tidak ada rasa nasionalisme bernama satu Uni Soviet pada saat itu. Sehingga
faktor ini menjadi faktor utama dan pertama yang menyebabkan keruntuhan Uni Soviet.
Ketika pemerintah pusat sudah kewalahan menjamin kesejahteraan hidup seluruh negara
bagiannya, ada banyak pihak yang tidak puas dengan kinerja pemerintah. Mereka pun
memutuskan melakukan gerakan sporadis yang menyerang pemerintah pusat.
2. Totaliter
Pemerintahan di Uni Soviet masa Lenin dan seterusnya memakai sifat totaliter.
Sebenarnya tujuan dari penerapan sifat ini pada kepemimpinan diktator tidak sepenuhnya
jelek. Para penguasa menginginkan sebuah keteraturan dalam negara agar cepat mencapai
tujuannya. Sehingga rakyat harus sepenuhnya percaya pada negara dan pemerintah.Untuk
memantapkan sifat totaliter di Uni Soviet, negara ini memiliki polisi rahasia bernama KGB
bentukan Felix Dzerzhinsky yang terkenal kejam.
3. Miskin
Perekonomian di Uni Soviet pada waktu itu menerapkan sistem sosialis sebagai dampak
dari ideologi yang dianut oleh pemerintah. Karena memilih ideologi tersebut, segala hal
yang berurusan dengan proses ekonomi dilakukan dengan keterlibatan pemerintah.
Tidak ada kebebasan berkreativitas agar ekonomi dapat semakin maju. Tidak ada pula usaha
pemerintah menyerahkan aset negara yang memungkinkan dikelola swasta agar dikelola
oleh pihak swasta sehingga dapat meringankan tugas pemerintah. Pengeluaran negara yang
harus membiayai negara lain sebagai pendukungnya di dunia internasional cukup menguras
kas negara.
4. Kemajuan Zaman
Generasi muda Uni Soviet mengetahui perkembangan dunia internasional melalui alat
komunikasi radio dan televisi. Dari kedua media tersebut, keinginan menjadi individu yang
bebas merdeka menyuarakan dan mengkreasikan pikiran tumbuh semakin subur. Mereka
memiliki ide merebut kembali hak asasi manusia dari radio dan televisi yang memberitahu
kemajuan serta kemapanan kehidupan negara luar tanpa totaliter, dengan demokrasi
penuh. Termasuk dalam golongan muda Soviet yaitu Gorbachev dan Yeltsin.
5. Generasi Baru
Mikhail Gorbachev yang berhasil menduduki kursi PKUS (Partai Komunis Uni Soviet). Dia
merupakan seorang lelaki yang memiliki visi kuat ke depan dengan semangat mudanya yang
membara untuk mendapatkan perubahan. Gorbachev selalu digadang-gadang dapat
memperbaiki keadaan Uni Soviet yang sudah sangat buruk. Ia lahir di era 1930-an dan
menjadi Sekretaris Jenderal PKUS di tahun 1985. Dengan ide dan perencanaannya yang akan
membawa rakyat keluar dari totalitarianisme, sosialisme dan komunisme, pria ini ternyata
menjadi penguasa terakhir di Uni Soviet.
6. Bubarnya Pakta Warsawa
Pakta Warsawa dilangsungkan di Warsawa, sebuah daerah milik negara Polandia. Pakta
ini menghasilkan kesepakatan di antara seluruh negara komunis yang berada di Eropa.
Kesatuan militer komunis lahir dari kesepakatan Warsawa ini yang resmi disepakati pada
tanggal 14 Mei 1955.
Bubarnya pakta Warsawa ini diakibatkan oleh Uni Soviet sendiri. Sebagai negara adidaya
diantara negara komunis Eropa, Uni Soviet memegang peran penting di dunia komunis
internasional. Kebijakan Gorbachev yang mulai membuka diri, pengaruh politik Amerika
yang sangat kuat terhadap perekonomian Uni Soviet dan seluruh dunia mengakibatkan
pakta tersebut perlahan melemah dan bubar.Tujuan dari dibentuknya pakta Warsawa
sebetulnya untuk mempersiapkan diri menerima serangan dari NATO –aliansi militer milik
blok barat yang dikepalai Amerika. Namun pada tanggal 31 Maret tahun 1991 –tahun
runtuhnya Uni Soviet- pakta ini bubar secara tidak resmi. Kebubarannya diresmikan pada
tanggal 1 Juli 1991.

Kronologi
Keruntuhan ideologi komunis dianggap jatuh bersama keruntuhan Uni Soviet sebagai
negara komunis terbesar dan pertama di dunia. Bahkan tanda-tanda keruntuhannya telah
tampak semenjak pemerintahan masih dipegang oleh Nikita Kruschev. Beliau Presiden Uni
Soviet yang menjadi salah satu dari 3K yang paling berpengaruh di dunia –Kruschev, Karno
(Soekarno), dan Kennedy.

1. Beban Masalah
Uni Soviet ketika dikendalikan Mikhail Gorbachev mengalami masalah yang sangat
kompleks. Ia memiliki beban tanggungan dalam dan luar negeri yang harus segera
diselesaikan. Dan karena ketidakmampuan sosialis-komunis menyelesaikan masalah-
masalah tersebut sesegera mungkin, Gorbachev menerapkan cara lain yang lebih terbuka
dan melibatkan rakyat sebagai bagian dari negara.
Beban masalah dalam negeri yang sangat berat merupakan masalah ekonomi yang terus
memburuk, birokrasi pemerintahan yang ruwet dan macetnya produktivitas negara dalam
beroperasi secara normal. Sementara itu, di luar negeri Uni Soviet sedang dihadapkan
dengan banyak permasalahan antar negara mulai dari negara di Asia Tenggara, Timur
Tengah, Afrika bahkan hingga Amerika Latin.

2. Perestroika
Perestroika merupakan upaya Gorbachev menyelesaikan masalah kompleks yang
dihadapi Uni Soviet. Tujuan dari dilaksanakannya konsep perestroika yaitu agar terjadinya
restrukturisasi dalam negara. Pada prakteknya, konsep perestroika justru menjadi awal
kehancuran total Uni Soviet.
Awalnya, konsep ini dijalankan dengan menentang kelompok pro dan kontra yang hadir
memberi tanggapan. Gorbachev menganggap orang-orang yang kontra adalah generasi
lama yang pola pikirnya masih konservatif, sehingga mereka perlu pembaruan. Padahal di
pihak kontra ini berdirilah kepala KGB, Menteri Pertahanan, Wakil Presiden dan beberapa
menteri lainnya.
Kelompok kontra kemudian merencanakan siasat agar Gorbachev turun dari kursinya.
Sehingga ia dan para generasi baru dapat tunduk kembali kepada kaum komunis ortodoks
yang terdiri dari golongan konservatif. Sayangnya usaha kudeta ini gagal dilaksanakan pada
tanggal 19 Agustus 1991. Perestroika pun terus berjalan dengan beberapa asas yang
menjadi unsurnya.
3. Glasnost (Keterbukaan)
Sudah lama rakyat memimpikan sebuah negara yang terbuka. Gorbachev adalah seorang
pemimpin yang memahami keinginan rakyatnya, ia pun memasukkan unsur keterbukaan
atau glasnost pada konsep yang dijalankannya.
Keterbukaan yang dimaksud hampir sama dengan reformasi Indonesia yang menandai
berakhirnya orde baru. Glasnost di Uni Soviet membiarkan rakyat memiliki hak milik atas
suatu barang dan perusahaan swasta, membiarkan rakyat menyuarakan pendapat di media
massa, membiarkan media menampilkan berita beragam yang dibutuhkan rakyat, dan
membiarkan memasukkan unsur kebebasan agama dalam kehidupannya.

4. Demokratisasi
Unsur demokratisasi ini diterapkan pada bidang politik. Sistem monopoli kursi politik yang
diterapkan sejak kabinetnya Lenin, berubah menjadi demokratis. Rakyat diberi pilihan
secara bebas agar menentukan orang yang tepat menjadi wakilnya sebagai penyambung
suaranya di kursi parlemen.

5. Hukum Keteraturan
Hukum benar-benar ditegakkan di masa Gorbachev. Terutama dimulainya penegakan
hukum Hak Asasi Manusia (HAM) yang dulunya kurang dihargai. Fokus utama
dimasukkannya unsur ini ke dalam konsep perestroika adalah menormalkan kondisi
ekonomi Uni Soviet yang sempat turun. Jadi dengan unsur ini, negara memberikan subsidi
kepada perusahaan swasta yang bangkrut, negara juga memberikan kebebasan individu dan
swasta untuk mengembangkan perekonomian.
Konsep perestroika yang kembali dijalankan Gorbachev pada akhirnya gagal. Hal ini
dikarenakan Gorbachev menyadari banyak orang-orang dari Partai Komunis Uni Soviet
(PKUS) yang berusaha mengkudetanya. Bagaimana ia dapat bertahan memimpin bila yang
mendudukannya di kursi pimpinan terus berusaha menjatuhkannya.
Gorbachev memutuskan untuk melepas kekuasaannya di tanggal 24 Agustus 1991,
hanya beberapa hari setelah kegagalan kudeta. Dengan mundurnya Gorbachev dari
kepemimpinannya, maka semakin meriahlah kehancuran Uni Soviet. Negara-negara bagian
yang semula masih mempersiapkan strategi matang untuk melakukan gerakan sporadis
akhirnya mempercepat diri berpisah dengan Uni Soviet.
Kebubaran PKUS dan mundurnya Gorbachev dari sana sudah sama dengan keruntuhan
Uni Soviet. Partai besar ini merupakan Uni Soviet itu sendiri. Ia yang mengawali berdirinya
Uni Soviet dan mengelola negara tersebut kurang dari seabad.
Setelah Turunnya Gorbachev, satu per satu negara bagian Uni Soviet melepaskan diri.
Georgia yang menjadi negara perdana pecahan Uni Soviet di tahun 1990 terus disusul
jejaknya oleh negara bagian yang lain. Hingga keruntuhan Uni Soviet resmi dialami pada
tanggal 31 Desember 1991.
 REUNIFIKASI JERMAN
PENYEBAB :
1) Pemerintahan komunis di Jerman Timur ketat dan kejam
2) Berkembangnya hak asasi manusia yang tidak bisa ditutup-tutupi
3) Gorbachev merestui pernyataan Jerman
4) Pengaruh perkembangan glasnost dan perestroika.
5) Perkembangan ekonomi Jerman Barat menimbulkan rasa iri masyarakat Jerman
Timur.
6) Dirobohkannya tembok Berlin 9 Nopember 1989
7) Adanya pertemuan Dua Plus Empat yaitu Jerman Barat, Jerman Timur, Amerika Serikat,
Uni Soviet, Inggris dan Perancis. Dalam pertemuannya di Moskow 12 September 1990
berhasil ditanda tangani naskah pernyataan Jerman selanjutnya 3 Oktober 1990 secara
politis Jerman dinyatakan bersatu.
KRONOLOGI :
Menjelang tahun 1990-an, Jerman Timur dilanda isu tentang keterbukaan dan
restrukturisasi ekonomi. Hal itu dipicu oleh kemerosotan ekonomi Jerman Timur di satu
pihak dan daya tarik perkembangan pesat perekonomian di Jerman Barat di lain pihak. Hal
itulah yang kemudian melahirkan gerakan yang bertujuan menyatukan kembali Jerman
Timur dengan Jerman Barat.
Reunifikasi Jerman ini mulai tampak sejak 4 November 1989 ketika lebih dari
500.000 orang Jerman Timur berdemonstrasi di Berlin Timur. Peristiwa ini disusul dengan
bubarnya Kabinet Jerman Timur dan Politbiro Partai Komunis sebagai lembaga tertinggi di
Jerman Timur. Lima hari kemudian, Tembok Berlin dan perbatasan Iainnya dinyatakan
terbuka. Saat itu jutaan Orang Jerman Timur mengunjungi Berlin Barat.
Tembok Berlin telah dinyatakan terbuka, namun ide untuk penyatuan Jerman secara
resmi pertama kali muncul pada Pertemuan Ottawa. Pertemuan ini diikuti oleh pejabat-
pejabat tinggi Jerman Barat, Jerman Timur serta empat negara pemenang Perang Dunia II,
yaitu Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris, dan Prancis sehingga dikenal dengan sebutan
Rumus Dua Plus Empat. Pada tanggal 14 Februari 1990 Kanselir Helmut Kohl dan rekannya
dari Jerman Timur Hans Modrow setuju untuk mempersiapkan penyatuan mata uang dan
ekonomi kedua negara. Akhirnya pada tanggal 24 April 1990 Kohl dan de Maiziere
menetapkan penyatuan ekonomi dan moneter. Hal ini ditindaklanjuti dengan menetapkan
Deutsche Mark sebagai mata uang Jerman.
Selain bidang ekonomi, bidang militer menjadi sasaran penyatuan Jerman
selanjutnya. Pada awalnya Menteri luar negeri Uni Soviet Edward Shevardnadze dalam
pertemuan Dua-Plus-Empat pertama di Bonn mengajukan usulan agar Jerman Bersatu
dalam lima tahun pertama tetap dalam Pakta Warsawa atau netral. Akan tetapi usulan ini
ditolak NATO. Pada tanggal 16 Juli 1990, akhirnya Moskow menyetujui Jerman Bersatu
bergabung dalam NATO dengan tidak lagi menilai Pakta Warsawa sebagai musuh.
Seiring dengan kesepakatan-kesepakatan di atas, pada tanggal 13 Agustus 1990
parlemen Jerman sepakat menetapkan tanggal 23 Oktober 1990 sebagai hari yang tepat
untuk penggabungan kembali kedua jerman. Usulan ini didukung oleh 294 suara lawan 62
suara dan 7 suara abstain. Setelah mengalami perjuangan yang panjang, pada tanggal 3
Oktober 1990, akhirnya kedua Jerman resmi bersatu (unifikasi). Enam hari kemudian
Tembok Berlin yang selama ini memisahkan kedua negara, dirobohkan.

 KONFLIK KAMBOJA
Penyebab :
Sebab terjadinya konflik Kamboja adalah adanya perebutan pengaruh di Kamboja
oleh Amerika Serikat, China dan Vietnam Utara, dalam konteks Perang Vietnam dan Perang
Dingin. Selain itu faktor internal adalah perebutan kekuasaan antara kelompok kerajaan
yang dipimpin oleh Norodom Sihanok, kelompok pro-Amerika Serikat yang dipimpin oleh
Lon Nol dan kelompok Khmer Merah yang dipimpin oleh Pol Pot

Kronologi :
Tahun 1954 , setelah Perancis meninggalkan Indochina. Raja Norodom Sihanouk
mengadakan pemilu dan membentuk partai politik. Melalui intimidasi dan menggunakan
popularitasnya, dia berhasil mengusir orang-orang komunis dan memperoleh seluruh kursi
pemerintahan. Pol Pot lari ke persembunyian dan melatih anggota yang direkrutnya.Akhir
1960an memulai pemberontakan bersenjata terhadap pemerintah dengan dukungan
Tiongkok.
Tahun 1970 Sihanouk beralih ke pihak Pol Pot karena dijatuhkan Jendral Lon Nol yang
didukung Amerika Serikat. Ketika Lon Nol berkuasa 20 tahun silam, lewat penggulingan
Sihanouk, mereka dijanjikan akan bisa hidup lebih tenteram dan sejahtera. Dunia Barat,
terutama AS, juga lega karena Sihanouk dianggap condong ke Beijing dan Vietnam Utara. Yang
terjadi, Lon Nol ternyata memerintah dengan tangan besi.
Untuk menghadapi Viet Kong Di era 1970-an, Richard Nixon dan penasihat
pertahanannya Henry Kissinger memerintahkan bombardemen di wilayah Kamboja yang
menewaskan 750 ribu orang Kamboja yang diperkirakan sebagai pendukung Vietkong. Tidak
cukup dengan aksi karpet bom, Amerika juga menggunakan Pol Pot untuk menghadapi
gerilyawan Vietkong dan para pengikutnya yang menyusup ke wilayah Kamboja. Kemudian
tahun 1973 – Pihak Vietkong meninggalkan Kamboja.
Karena pemerintahan Lon Nol yang bertangan besi dianggap menyengsarakan rakyat,
Partai Komunis Kamboja mengambil alih kekuasaan. Lon Nol melarikan diri ke AS.Tahun 1975
– Sihanouk kembali berkuasa namun mulai ditinggalkan rekan-rekannya yang komunis, yang
tidak tertarik dengan pengembalian monarki.
Setahun kemudian Sihanouk ditumbangkan oleh Khmer Merah yang menjanjikan
sosialisme akan membuat rakyat menjadi tuan di rumah sendiri. Hasilnya, “Demi kemurnian
ideologi,” mereka dibantai. Sepuluh tahun lalu, pasukan Vietnam datang. Pecahlah perang
saudara berkepanjangan. Pihak ketiga pun ikut beraksi. RRC muncul sebagai pendukung
Khmer Merah, AS di belakang para gerilyawan nonkomunis, Vietnam menyokong rezim
Phnom Penh, dan Muangthai memberi tempat bagi basis-basis militer para gerilyawan.
Pada awal 1976 pihak Khmer Merah menahan Sihanouk dalam tahanan rumah.
Pemerintah yang ada saat itu segera diganti dan Pangeran Sihanouk dilepas dari jabatannya
sebagai kepala negara. Kamboja menjadi sebuah republik komunis dengan nama “Kamboja
Demokratis” (Democratic Kampuchea) dan Khieu Samphan menjadi presiden pertama.
Pada 13 Mei 1976 Pol Pot dilantik sebagai Perdana Menteri Kamboja dan mulai
menerapkan perubahan sosialis terhadap negara tersebut. Pengeboman yang dilakukan pihak
AS telah mengakibatkan wilayah pedesaan ditinggalkan dan kota-kota sesak diisi rakyat
(Populasi Phnom Penh bertambah sekitar 1 juta jiwa dibandingkan dengan sebelum 1976).
Saat Khmer Merah mendapatkan kekuasaan, mereka mengevakuasi rakyat dari
perkotaan ke pedesaan di mana mereka dipaksa hidup dalam ladang-ladang yang ditinggali
bersama. Rezim Pol Pot sangat kritis terhadap oposisi maupun kritik politik; ribuan politikus
dan pejabat dibunuh, dan Phnom Penh pun ikut berubah menjadi kota hantu yang
penduduknya banyak yang meninggal akibat kelaparan, penyakit atau eksekusi. Ranjau-
ranjau darat (oleh Pol Pot mereka disebut sebagai “tentara yang sempurna”) disebarkan
secara luas ke seluruh wilayah pedesaan.
Pada akhir 1978, Vietnam menginvasi Kamboja. Pasukan Kamboja dikalahkan dengan
mudah, dan Pol Pot lari ke perbatasan Thailand. Pada Januari 1979, Vietnam membentuk
pemerintah boneka di bawah Heng Samrin, yang terdiri dari anggota Khmer Merah yang
sebelumnya melarikan diri ke Vietnam untuk menghindari penmbasmian yang terjadi
sebelumnya pada 1954. Banyak anggota Khmer Merah di Kamboja sebelah timur yang pindah
ke pihak Vietnam karena takut dituduh berkolaborasi. Pol Pot berhasil mempertahankan
jumlah pengikut yang cukup untuk tetap bertempur di wilayah-wilayah yang kecil di sebelah
barat Kamboja. Pada saat itu, Tiongkok, yang sebelumnya mendukung Pol Pot, menyerang,
dan menyebabkan Perang Tiongkok-Vietnam yang tidak berlangsung lama. Pol Pot, musuh
Uni Soviet, juga memperoleh dukungan dari Thailand dan AS. AS dan Tiongkok memveto
alokasi perwakilan Kamboja di Sidang Umum PBB yang berasal dari pemerintahan Heng
Samrin. AS secara langsung dan tidak langsung mendukung Pol Pot dengan menyalurkan
bantuan dana yang dikumpulkan untuk Khmer Merah.
Jumlah korban jiwa dari perang saudara, konsolidasi kekuasaan Pol Pot dan invasi
Vietnam masih dipertentangkan. Sumber-sumber yang dapat dipercaya dari pihak
Barat menyebut angka 1,6 juta jiwa, sedangkan sebuah sumber yang spesifik, seperti jumlah
tiga juta korban jiwa antara 1975 dan 1979, diberikan oleh rezim Phnom Penh yang didukung
Vietnam, PRK. Bapa Ponchaud memberikan perkiraan sebesar 2,3 juta—meski jumlah ini
termasuk ratusan ribu korban sebelum pengambil alihan yang dilakukan Partai Komunis.
Amnesty International menyebut 1,4 juta; sedngkan Departemen Negara AS, 1,2 juta. Khieu
Samphan dan Pol Pot sendiri, masing-masing menyebut 1 juta dan 800.000.

 PERANG TELUK
PERANG TELUK I
Penyebab :

a. Adanya serangan granat pada tanggal 1 April 1980 terhadap wakil Perdana Menteri
Irak Tariq Aziz yang diduga bertanggung jawab atas aksi-aksi survesi terhadap Iran.
b. Adanya pengusiran ribuan keturunan Iran oleh Saddam, serta melancarkan serangan yang
sengit terhadap pribadi Khomeini dan membatalkan perjanjian Algiers. Sedangkan Menlu Iran
Shodeh Godzadeh berjanji untuk menumbangkan rezim Baath yang berkuasa di Irak serta
memutuskan hubungan diplomatic.
c. Kedua negara saling menempatkan pasukan masing – masing di daerah perbatasan
dalam jumlah yang cukup besar.
d. Terjadinya perang pers dan media masa antar kedua belah negara.
e. Pada 17 September 1980, presiden Saddam Hussein secara sepihak membatalkan
Perjanjian Algiers tahun 1975 karena pada waktu itu Saddam Hussein merasa bahwa
Perjanjian Algiers tidak adil untuk Irak.
f. Persengketaan wilayah yang dianggap penting oleh Irak dan Iran
g. Munculnya Revolusi Islam oleh Iran
h. Percobaan pembunuhan kepada Deputi Perdana menteri Irak, Tariq Aziz
Kronologi
Perang Iran Irak dimulai pada tanggal 22 September dengan serangan gabungan
udara, darat dan laut yang dilancarkan oleh Irak. Strategi Irak adalah menguasai tiga sektor
penting di daerah perbatasan. Pertama sektor utara, berpusat di kota Qasr-e-Shirin, Panjwin
dan Mehran, kedua sektor tengah yang berpusat pada dua kota yaitu kota Dezful dan Ahvaz,
Ketiga sektor selatan yang mencakup Shaat al Arab beserta kota Khorramshahr dan kota
Abadan. Surmulyani (dalam Anwar, 2013, hlm. 83) menjelaskan untuk mewujudkan strategi
ini Irak menerapkan strategi Blitzkrieg (sekali gempur lalu selesai).

Tujuan dari serangan tersebut adalah Irak menuntut kedaulatan atas seluruh Shaat al
Arab, ketiga pulau kecil di Selat Hormuz yang diduduki Iran sejak 1971 harus dikembalikan
ke kedaulatan Arab dan Iran harus melindungi minoritas Arab di provinsi Khuzestan
(Rokhman, 2015, hlm. 10). Setelah menguasai beberapa tempat Saddam Husein kemudian
mengklaim bahwa daerah Iran yang dikuasainya merupakan wilayah Irak.

Diluar dugaan tentara Iran mampu memberikan perlawanan dan melancarakan


serangan balik memang pada awalnya mereka kaget dengan serangan cepat Irak namun
mereka sudah memprediksi hal ini, Iran menyembunyikan seluruh pelaratan militernya
terutama pesawat pembom Phantom di bawah tanah sehingga saat terjadi serangan
peralatan militer Iran selamat. Iran kemudian melancarkan serangan Kafka, Ashkan dan
Morvaid.

Tujuan dari operasi ini untuk melumpuhkan pusat penyulingan minyak yang berada
di semenanjung Faw yang terletak di hilir perairan Shaat al Arab, dengan menguasai daerah
secara tidak langsung Iran dapat memotong jalur impor dan ekspor Irak. Operasi tersebut
tidak hanya berhasil menghancurkan produksi minyak Irak sekaligus melumpuhkan ekonomi
Irak, operasi tersebut juga berhasil menyegel semenanjung Faw dan port penting Irak dari
Teluk Persia, secara tidak langsung akan mengganggu proses ekspor minyak Irak dan impor
senjata, suku cadang dan peralatan tempur lainnya.

Setelah berhasil melancarkan serangan balasan, Iran berencana untuk membebaskan


Abadan dari pengepungan Irak di mulai pada tanggal 22 September 1981. Iran melancarkan
serangan terhadap tentara Irak yang ditempatkan di sekitar Abadan. Dua hari berselang, dua
devisi infantri Iran bergerak ke Abadan melintasi sungai Bahmanshir pada malam hari, hal
itu dilakukan untuk mengepung pasukan Irak. Kota Abadan, Dehloran dan Dezful- Shoush
berhasil direbut oleh Iran. Tentara Iran bergerak menuju kota Khorrashahr untuk
pembebasan kota ini. Iran melancarkan operasi Jerussalem yang melibatkan 7.000 tentara,
dengan menggunakan taktik gerilya dan penyergapan melalui dua arah.

Pasukan Iran berhasil mengusir pasukan Irak keluar dari daerah Ahvaz- Susangerd,
dua minggu setelah peperangan pasukan Irak akhirnya mundur menuju daerah di dekat kota
Khorramshahr untuk mengantisipasi penyergapan oleh pasukan Iran di kota Khorramshahr
PERANG TELUK II
Penyebab :
• Ambisi Sadam Husen untuk tampil sebagai orang nomor satu dan dihormati didunia Arab.
• Kuwait dituduh mencuri minyak Irak di Padang Rumelia yang terletak diperbatasankedua
negara ( dipersengketakan )
• Sebab khusus yaitu adanya serangan Irak terhadap Kuwait tanggal 22 Agustus 1990 yang
berhasilmenduduki Kuwait

Kronologi :
Perang Teluk II disebabkan krisis yang terjadi di Teluk Persia sebagai akibat
penyerangan Irak terhadap Kuwait. Irak mencoba melakukan aneksasi terhadap negara
Kuwait pada tanggal 2 Agustus 1990. Perselisihan Irak-Kuwait dilatarbelakangi masalah:
a. perbatasan kedua negara yang belum jelas
b. sengketa ladang minyak Rumeila yang berada di perbatasan kedua negara
c. pelanggaran yang dilakukan Kuwait dan UEA yakni masalah kuota produksi minyak dan
menurunkan harga minyak dibawah ketetapan OPEC. Hal ini dianggap merugikan Irak
(menurut Irak sejumlah US $14 milyar).
d. ambisi Saddam Hussein yang ingin menjadi pemimpin Timur Tengah.

Berdasarkan paparan tersebut, maka menjelang fajar tanggal 2 Agustus 1990 Irak
dibawah pimpinan Saddam Hussein menyerbu Kuwait dengan pasukan sebesar 100.000
orang. Perbandingan militer yang jauh tidak seimbang, karena Kuwait hanya mempunyai
sekitar 20.000 pasukan saja, sudah jelas dalam waktu singkat Irak dapat menguasai seluruh
wilayah Kuwait. Hal ini membuat penguasa Kuwait terpaksa melarikan diri ke negara
tetangga, Arab Saudi.

Invasi Irak tersebut menimbulkan reaksi keras dunia internasional. Liga Arab dalam
konferensi di Kairo mengeluarkan pernyataan bahwa Irak harus segera menarik mundur
pasukannya dari Kuwait. Pada tanggal 8 Agustus 1990, Amerika Serikat, Inggris, Perancis,
Australia dan negara Liga Arab melakukan Operasi Perisai Gurun (Desert Shield Operation).
Operasi ini belum melakukan penyerbuan terhadap Irak di Kuwait. Dan sejak tanggal 17
Januari 1991, operasi diubah menjadi Operasi Badai Gurun (Desert Storm Operation) di
bawah jenderal Norman Schwarzkopf (AS).

PBB turun tangan dan melalui Dewan Keamanan telah mengeluarkan 12 resolusi
terhadap Irak. Resolusi pada tanggal 29 November 1990 tersebut berisi ultimatum terhadap
Irak agar meninggalkan Kuwait pada tanggal 15 Januari 1991.
Irak diberi pilihan antara lain:
a. Irak harus menarik pasukan dari Kuwait
b. Atau Irak dibombardir oleh pasukan multinasional pimpinan AS

Ternyata Irak tidak mengindahkan resolusi tersebut, sehingga pasukan multinasional


yang dipimpin AS menyerang Irak pada tanggal 16 Januari 1991.
Serangan militer dalam skala besar selama 100 jam tanpa henti terhadap Irak berhasil
memaksa Saddam Husein meminta gencatan senjata. Dan akhirnya pasukan Irak mundur
dari Kuwait pada 26 Februari 1991.

Selanjutnya presiden George Walker Bush (AS) memerintahkan penghentian


serangan terhadap Irak.Tujuan penarikan mundur pasukan Irak tersebut adalah karena ia
tidak ingin ada kerugian manusia dan politik yang tidak terhitung, selain itu untuk
memenuhi resolusi DK PBB nomor 660 dan desakan dari Gorbachev.

Irak pada akhirnya menerima semua syarat yang diajukan PBB dan melakukan
gencatan senjata secara permanen di kawasan teluk. Irak mendapat sanksi yang berat yakni
embargo dalam segala bidang, kecuali ekspor minyak untuk mendapat bahan makanan dan
obat-obatan (Oil for Food). Embargo tersebut berlangsung cukup lama, sehingga
menyebabkan sarana dan prasarana vital di Irak mengalami kelumpuhan.

PERANG TELUK III


Penyebab :
1. Adanya dugaan Amerika Serikat, bahwa Iran memiliki senjata pemusnah massal yang
sangat membahayakan dunia. Pasca perang tidak pernah ditemukan senjata tersebut.
2. Keinginan Amerika Serikat untuk membantu rakyat Irak melepaskan diri dari rezim
otoriter Saddam Husein. Amerika Serikat berkeinginan untuk menyebarkan faham
demokrasi di negara Timur Tengah yang mereka anggap sebagai negara-negara yang
otoriter.
3. Melindungi Sekutu Amerika Serikat di Timur Tengah, yakni Israel. Irak yang notabene
beragama Islam sering memberikan ancaman kepada Israel yang berbuat sewenang
wenang terhadap Palestina.
4. Perang Teluk III merupakan kampanye dari George Bush guna mendapatkan simpati dari
penduduk Amerika Serikat.

Kronologi
Tragedi 11 September 2001 menjadi momentum bagi Presiden Bush dan
kelompok hawkish untuk merealisasikan gagasan mereka, antara lain untuk
mengubah rezim di Irak dan menyingkirkan Saddam Hussein. Pada 17 September
2002, Presiden Bush mengeluarkan Strategi Keamanan Nasional (National Security
Strategy / NSS) pemerintahannya. Konsep ini disebut NSS-2002 yang merupakan
doktrin kebijakan keamanan terbaru Amerika Serikat dan sering pula disebut sebagai
Doktrin Bush. Dapat dikatakan bahwa doktrin baru yang menjadi kebijakan resmi
Amerika Serikat itu seakan-akan menyatakan bahwa pemerintah Bush akan
memerangi terorisme menurut caranya sendiri dengan melanggar hukum
internasional. Isi Doktrin Bush ini juga menunjukkan bahwa Amerika Serikat tidak ingin
cita-citanya menciptakan Tata Dunia Baru (The New World Order) yang seluruhnya
mengandung nilai-nilai Americana mendapat tantangan. Disamping itu doktrin ini
merupakan bagian dari langkah Amerika Serikat untuk mengekalkan gelar “The Sole
Superpower” di muka bumi (Mahally, 2003:200).
Teori-teori mengenai motivasi dibalik invasi Amerika Serikat terhadap Irak ini
akan dapat diidentifikasi dengan baik jika kita menganalisis perkembangan politik
luar negeri pasca perang dingin dan situasi dalam negeri Amerika Serikat.
Setelah Perang Dingin, politik luar negeri Amerika Serikat mempunyai banyak
dimensi. Diantara dimensi-dimensi tersebut yang paling penting dan utama adalah
dimensi kebijakan politik/diplomasi, kebijakan ekonomi dan kebijakan militer
dengan lebih menitik beratkan pada keamanan internasional.
Selain itu keagresifan Amerika Serikat dalam memerangi negara-negara
yang tidak mendukung kepentingan Amerika Serikat dapat dilihat dari perubahan
paradigma yang dikembangkan dalam sistem pertahanan, yakni menyangkut
paradigma pertahanan “pre-emptive self defence” (menghancurkan negara yang
dianggap sebagai ancaman untuk pertahanan diri Amerika Serikat). Paradigma ini
memberi landasan untuk menyerang negara-negara yang dianggap menjadi
ancaman bagi Amerika Serikat termasuk Irak. Amerika Serikat juga mempunyai
kepentingan untuk menyebarkan ideologi Amerika Serikat yakni demokrasi dan
liberalisme ekonomi. Dalam konteks ini kita dapat melihat bahwa salah satu tujuan
invasi Amerika Serikat terhadap Irak untuk mendorong terjadinya proses
demokratisasi di Irak. Meskipun ada kemungkinan fakta lain bahwa motivasi invasi
Amerika Serikat sebenarnya ke Irak untuk menyingkirkan Saddam Hussein yang
menjadi ancaman Amerika Serikat dengan memunculkan fakta bahwa pemerintah
Saddam adalah otoriter dan despotis. (Setiawati, 2004:77-81).
Pembahasan
Jalannya Perang Teluk III
Pada hari Selasa, 18 Maret 2003 melalui pidatonya Bush mengultimatum
Saddam Hussein dan putra-putranya untuk meninggalkan Irak dalam waktu 48 jam
atau menghadapi perang. Namun ultimatum tersebut tidak digubris oleh Presiden
Irak Saddam Hussein dan bahkan mereka menyatakan telah siap untuk berperang.
Akhirnya pada hari Kamis tanggal 20 Maret 2003 pukul 05.35 waktu Baghdad,
hanya sekitar 95 menit dari batas akhir ultimatum 48 jam yang ditetapkan Amerika
Serikat bagi Presiden Irak untuk mundur dari jabatannya, perang yang dilancarkan
Amerika Serikat dan Inggris terhadap Irak dimulai. Peluru kendali penjelajah
Tomahawk mulai menghantam sasaran-sasaran tertentu di ibukota Irak, Baghdad.
(Luhulima, 2003:1).
Sementara itu selain serangan udara yang dilancarkan di kota Baghdad
penyerangan darat terjadi di Ummu Qashr sebuah kota kecil yang berada di
perbatasan Irak-Kuwait. Dimulai dari sinilah kekuatan militer Amerika Serikat
melintasi perbatasan dan masuk ke Irak (Mudarris, 2004:72). Irak pun tidak tinggal
diam dan mulai melakukan perlawanan dengan menembakkan enam rudal Scud ke
Kuwait, beberapa jam setelah serangan awal Amerika Serikat ke Irak dimulai.
Sebagian besar rudal scud Irak menghantam tempat-tempat di wilayah Kuwait
utara. Serangan rudal scud Irak ke Kuwait ini merupakan aksi balasan Irak
mengingat Kuwait menjadi tempat konsentrasi terbesar pasukan Amerika Serikat
dan sekutunya (Rahman, 2003:1). Sampai dengan Jum’at, 21 Maret 2003 malam,
berita yang muncul dari medan perang di Irak adalah bahwa pasukan Amerika
Serikat telah memasuki Irak sejauh 160 kilometer. Sementara dari udara, pesawat
tempur Amerika Serikat dan Inggris terus mengebom berbagai sasaran penting di
Ibukota Baghdad. Sasarannya adalah istana Presiden Saddam Hussein, markas
besar partai Baath dan instalasi militer yang masih tersisa.
Di samping melakukan serangan militer, Amerika Serikat juga merusak
sistem telekomunikasi untuk memutus rantai komando antara para petinggi Irak
dan tingkatan-tingkatan dibawahnya. Namun listrik sengaja tidak dipadamkan
karena baik Amerika Serikat maupun Irak sangat memerlukan radio atau televisi
untuk mempengaruhi dan menggalang opini publik. Amerika Serikat memerlukan
radio dan televisi untuk mengajak tentara dan rakyat Irak meninggalkan Saddam
dan menyerahkan diri. Sedangkan Saddam memerlukan radio dan televisi untuk
menjaga agar tentara dan rakyat tetap setiap padanya dan mau berjuang
untuknya (Luhulima, 2003:1).
Sementara itu, upaya-upaya bom bunuh diri juga sangat banyak. Akan tetapi
karena lemahnya sarana yang dimiliki oleh pers Irak, maka sulit bagi mereka untuk
mengungkap semuannya. Sebagai contoh adalah upaya bom bunuh diri yang
dilakukan Ali Ja’far Musa an-Nu’man di kota Najaf yang menewaskan 11 tentara
Amerika Serikat, menghancurkan 2 tank tentara Amerika Serikat dan 2 kendaraan
pengangkut tentara. Peristiwa ini terjadi pada awal operasi pasukan relawan, Sabtu
29 Maret, dimana Musa an-Nu’man membawa mobil dan meledakkannya di tengah
pasukan musuh. Amerika Serikat pun mengakui perisitwa ini, yang kemudian
disiarkan oleh beberapa pers internasional (Muddaris, 2004:78).
Fenomena friendly fire atau salah tembak teman sendiri sangat kental
mewarnai pasukan Amerika Serikat dalam Perang Teluk III. Sistem senjata yang
macet, antena patah dan kegagalan sistem komunikasi sangat berperan dalam
membedakan kawan atau lawan. Apalagi dengan keletihan yang dialami para
tentara Amerika Serikat ini sehingga kesalahan fatal tidak dapat dihindari (Leksono,
2003:1).
Pada 7 April 2003, pasukan Inggris berhasil menguasai Basra, kota terbesar
kedua di Irak. Hari itu, dilakukan 1500 misi penerbangan, antara lain 500 misi
serangan, 35 misi pengisian bahan bakar, 400 misi kargo, 175 misi pengawasan,
kontrol, komando dan mata-mata. Pada 9 April 2003, kota Baghdad jatuh dan
pasukan Amerika Serikat pun berhasil menguasai kota. Meskipun begitu
pertempuran sporadik masih berlanjut di seluruh pelosok kota. Setelah Baghdad
dikuasai Amerika Serikat, Saddam Hussein dinyatakan menghilang dan tidak
diketahui jejaknya. Pada 14 April 2003, Pentagon menyatakan bahwa pertempuan
besar di Irak selesai setelah pasukan Amerika Serikat merebut Tikrit kota kelahiran
Saddam.
Sementara itu, keberadaan Saddam Hussein tidak diketahui. Tanggal 14
April 2003, Jenderal Jay Garner ditunjuk oleh Amerika Serikat untuk
mengendalikan Irak sampai terbentuk pemerintah baru. Garner pun mengadakan
pertemuan dengan sejumlah pemimpin Irak dan mulai merencanakan
pembentukan pemerintahan federal Irak. Pertemuan itu dilaksanakan di Al Ur,
dekat Nasiriya, Irak selatan dan berhasil mengeluarkan 13 keputusan signifikan
yang menjadi pondasi bagi sistem negara dan pemerintah Irak pasca Saddam
Hussein (Rahman, 2003:207).
Pada tanggal 1 Mei 2003, Presiden George W. Bush, di atas kapal USS
Abraham Lincoln menyatakan bahwa perang telah selesai. Selanjutnya Presiden
Bush menyatakan bahwa kemenangan berada di pihak pasukan gabungan
pimpinan Amerika Serikat. Sejak saat itu pula maka dimulailah fase stabilitas
dan rekonstruksi Irak pasca perang. Pada 13 Desember 2003, Saddam Hussein
berhasil ditangkap oleh Divisi Infanteri Ke-4 Amerika Serikat. Saddam ditemukan di
sebuah lubang di Ad Dawr, sebelah tenggara Tikrit. Saddam disergap oleh
pasukan
Amerika Serikat di sebuah peternakan kambing dalam sebuah lubang berukuran 1 x
0,5 meter persegi yang disamarkan dengan kotoran dan batu bata (Fadjri, 2003:1).
Bush sudah menyatakan bahwa perang telah selesai sejak 1 Mei 2003,
namun aksi perlawanan bersenjata rakyat Irak tak kunjung usai. Sepeninggal Saddam
rakyat Irak menentang pendudukan yang dilakukan Amerika Serikat dan sekutunya
terhadap Irak. Jadi meskipun perang sudah berakhir, tetapi perlawanan bersenjata
masih sering terjadi.
 APERTHEID
Penyebab :
Pemisahan ras di Afrika Selatan dimulai setelah Perang Boer dan benar-benar
muncul pada awal 1900-an. Ketika Uni Afrika Selatan dibentuk pada tahun 1910 di bawah
kendali Inggris, orang-orang Eropa di Afrika Selatan membentuk struktur politik negara baru
tersebut. Tindakan diskriminasi diimplementasikan sejak awal. Baru pada pemilihan tahun
1948, kata apartheid menjadi umum dalam politik Afrika Selatan.
Melalui semua ini, minoritas kulit putih menempatkan berbagai batasan pada
mayoritas kulit hitam. Akhirnya, segregasi tersebut mempengaruhi warga kulit berwarna
dan India juga. Seiring waktu, apartheid terbagi menjadi apartheid kecil dan megah.
Apartheid kecil mengacu pada segregasi yang terlihat di Afrika Selatan sementara apartheid
grand digunakan untuk menggambarkan hilangnya hak politik dan hak kulit hitam Afrika
Selatan.
Kronologi :
Afrika Selatan merupakan negara yang kaya akan berlian dan emas. Kekayaan ini
menyebabkan Afrika Selatan tidak luput dari imperialisme negara-negara Barat. Pada
tahun 1870, Inggris mulai mengeksploitasi kekayaan di wilayah tersebut. Imperialisme
Inggris baru berakhir pada tahun 1910.
Antara 1910-1948, orang-orang kulit putih di Afrika Selatan memulai kebijakan
pemisahan ras dan warna kulit. Masa yang dikenal sebagai segreration era ini merupakan
cikal bakal dari politik apartheid.

Pada masa ini golongan kulit putih mulai melakukan konsolidasi kontrol atas
negara, memperkuat cengkeramannya terhadap populasi kulit hitam, dan menghilangkan
campur tangan pemerintah Inggris di Afrika Selatan.
Tercatat dua partai politik kulit putih pernah menjadi penguasa pada masa ini.
Partai pertama adalah Partai Nasional yang berkuasa pada 1924-1939, dan 4 Mei 1948-
9 Mei 1994. Partai kedua adalah Partai Kesatuan, berkuasa pada 1934 sampai 1948.
Antara tahun 1934-1939, kedua partai berkuasa bersama-bersama lewat sistem partai
gabungan.
Kebijakan pemisahan berdampak pada kondisi politik, ekonomi, dan sosial
masyarakat kulit hitam dan ras campuran. Diskriminasi yang dilakukan pemerintah
menyebabkan kesenjangan dan kecemburuan sosial tidak dapat dihindarkan lagi.
Sementara itu, salah satu gerakan oposisi yang paling awal dan aktif menentang
hukum represif pemerintah adalah African National Congress (ANC). ANC dibentuk pada
8 Januari 1912 oleh John Langalibalele Dube. Partai ini mempunyai tujuan utama
mengakhiri apartheid dan memberikan hak pilih kepada kulit hitam dan ras campuran
Afrika. Istilah apartheid sendiri mulai muncul di Afrika Selatan pada 1930-an. Namun, baru
pada tahun 1948, era apartheid dimulai secara resmi di Afrika Selatan. Pada waktu itu
pemerintah mengeluarkan kebijakan pemisahan ras yang lebih ketat dan sistematis.
Politik apartheid memisahkan penduduk Afrika Selatan ke dalam golongan kulit putih, kulit
hitam, dan kulit berwarna, yakni orang-rang dari ras campuran. Namun, pada
perkembangannya, orang Asia ditambahkan sebagai kelompok keempat.
Di sisi lain, pemerintah Afsel yang didominasi minoritas kulit putih menetapkan
sejumlah hukum ketat untuk menekan kaum kulit hitam. Pada tahun 1960, seluruh partai
politik kaum kulit hitam dinyatakan ilegal, setelah pecahnya kerusuhan anti-apartheid di
Sharpeville pada 21 Maret 1960. Tidak hanya itu, banyak tokoh pergerakan kulit hitam
yang ditahan oleh pemerintah.
Sharpeville massacre diawali oleh unjuk rasa anti-apartheid sekitar 5.000-7.000
pendemo kulit hitam. Akan tetapi ketika mereka mendekati kantor polisi, polisi Afrika
Selatan melepaskan tembakan kepada kerumunan. Tercatat 69 orang meninggal dunia
akibat peristiwa itu.

1970-an, pemerintah mulai melonggarkan kontrol dan mulai membiarkan


berdirinya beberapa serikat. Pada pertengahan 1980-an, pemerintah mengizinkan
perwakilan kaum kulit berwarna duduk di parlemen. Sekalipun demikian, kebijakan ini
tidak berlaku bagi kaum kulit hitam. ANC dan partai politik kulit hitam lainnya tetap
menginginkan demokrasi yang sesungguhnya di mana setiap orang boleh ikut memilih
tanpa melihat warna kulit dan ras.
Usaha-Usaha Reformasi
Presiden Afrika Selatan, P. W. Botha (1978-1989) adalah pemimpin kulit putih
pertama yang menginginkan reformasi di Afrika Selatan. Meskipun ia telah membawa
sejumlah perubahan untuk membuat hidup lebih adil bagi kaum kulit hitam, perubahan
besar belum tampak dan dirasakan.
Pada tahun 1989, Botha mengundurkan diri karena alasan kesehatan yang
memburuk. F. W. de Klerk (1989-1994) menjadi presiden pengganti Botha. Selama
menjabat, de Klerk banyak mengimplemetasikan usaha-usaha untuk mengakhiri
diskriminasi terhadap warga kulit hitam. Pada tahun 1990, de Klerk mengakhiri
pelarangan partai politik kaum kulit hitam, termasuk ANC.
Ia juga melepaskan banyak tahanan tokoh kulit hitam dari penjara. Salah satu
tahanan yang dilepaskan adalah Nelson Mandela, yang telah dipenjara sejak tahun 1964.
De Klerk sendiri aktif mengadakan pertemuan dengan Mandela, saat di penjara atau pun
setelah dibebaskan.
Akhir Politik Apartheid
Nelson Rolihlahla Mandela (1918-2013) setelah bebas dari penjara kembali aktif
memimpin partai ANC. Ia berkampanye untuk kemerdekaan hak-hak sipil penduduk kulit
hitam. Usahanya bersama dengan de Klerk, membuat kaum kulit hitam dan putih dapat
mengupayakan perubahan bersama.
Pada tahun 1992, de Klerk mengadakan referendum yang dikhususkan untuk
kaum kulit putih. Dalam referendum tersebut, ia menanyakan kepada mereka apakah
ingin mempertahankan politik apartheid atau mengakhirinya. Dua pertiga pemilih setuju
untuk mengakhiri sistem politik itu.
Setelah negosiasi bersejarah tersebut, pada tahun 1994 diadakan pemilihan
umum bebas pertama, di mana warga kulit hitam dapat ikut serta. Pemilihan tersebut
dimenangkan oleh ANC, dan Nelon Mandela terpilih menjadi presiden kulit hitam pertama
Afrika Selatan. Serah terima jabatan dari de Klerk dilakukakan pada bulan Mei 1994.
Kemenangan ANC dan terpilihnya Nelson Mandela sebagai presiden menjadi akhir dari
perjalanan politik apartheid di Afrika Selatan. Sebuah era baru pun dimulai di Afrika
Selatan, era yang dikenal dengan nama post-apartheid.
 YUGOSLAVIA
Penyebab :
Pembubaran Yugoslavia disebabkan oleh serentetan gejolak dan konflik politik pada awal
tahun 1990-an. Mengikuti krisis politik pada tahun 1980-an, republik anggota dari Republik
Federal Sosialis Yugoslavia terpecah belah, tetapi masalah-masalah yang tak tertangani
mengakibatkan perang antaretnis Yugoslavia yang sengit. Perang ini memberi dampak
terutama kepada Bosnia dan Kroasia
Kronologi :
1918 : Setelah dibubarkannya Kekaisaran Austria-Hongaria setelah Perang Dunia I maka
“Kerajaan Bangsa Serbia, Kroasia, dan Slovenia” didirikan dengan Peter I dari Serbia sebagai
raja. Bibit untuk konflik di masa datang sudah ditaburkan mulai saat ini. Serbia menginginkan
sebuah negara kesatuan padahal Kroasia menginginkan sebuah federasi. Pada tahun 1928,
Kroasia mencoba melepaskan diri setelah seorang anggota parlemen dari Kroasia dibunuh.
Raja Alexander, sejak 1921, bereaksi keras dengan membubarkan parlemen dan
mencanangkan diktatorialisme.
1929 : Nama negara diubah menjadi Kerajaan Yugoslavia. Raja Yugoslavia, Alexander, dibunuh
di Paris, Prancis, oleh kelompok nasionalis ekstrim Makedonia-Kroasia.
1939 : Kroasia mendapatkan lebih banyak otonomi.
1941-1945 : Wali Raja Yugoslavia, Pangeran Paul, terpaksa menandatangani persetujuan kerja
sama dengan Poros Jerman-Italia-Jepang. Akan tetapi para perwira Serbia yang anti-Jerman
berontak dan menggulingkan pemerintahannya. Hitler marah dan menyerang Yugoslavia.
Negara Balkan tersebut jatuh dengan cepat, terutama karena etnis-etnik non Serbia banyak
yang bergabung dengan para penyerbu.
Setelah menaklukkan negeri itu, Hitler memecah-belah negeri tersebut di bawah pendudukan
Poros dan rezim boneka lokal. Atas perintah Hitler, bekas propinsi Kroasia, Bosnia, dan
Hercegovina digabungkan ke dalam negara boneka Kroasia sementara wilayah sebagian besar
Kosovo, Montenegro Selatan dan Makedonia Barat digabungkan ke dalam Negara Albania
Raya. Penduduk Yugoslavia kemudian bangkit melawan pasukan pendudukan dan bergabung
dengan dua kekuatan gerilya utama: kaum Chetnik yang didominasi orang Serbia pendukung
raja dan kaum Partisan pimpinan Tito yang komunis. Yugoslavia pada masa ini menjadi medan
pertempuran berdarah, di mana penduduknya bukan hanya memerangi pasukan
pendudukan Poros namun juga saling membantai antara sesama warga–suatu preseden bagi
perang antaretnis tahun 1990-an. Di Negara Kroasia Merdeka, kaum nasionalis ekstrim
Kroasia bekerja sama dengan kaum Muslim Bosnia berusaha membersihkan negara boneka
tersebut dari orang-orang Serbia, Yahudi dan Jipsi. Antara tahun 1941-45, kaum Ustasa-
Muslim telah membantai 750.000 orang Serbia, 60.000 Yahudi dan 25.000 Jipsi. Pembersihan
etnis juga terjadi di Negara Albania Raya, di mana kaum militan Albania mengusir dan
membunuh puluhan ribu orang Serbia dan orang Slavia Ortodoks lainnya, terutama di Kosovo
dan Makedonia Barat, dan menggantikannya dengan para pendatang Albania dari wilayah
Albania. Tragedi ini membuat trauma yang mendalam terhadap bangsa Serbia.
1943 : Federal Demokratik Yugoslavia diproklamasikan oleh para partizan komunis. Negosiasi
dengan pemerintahan Kerajaan Yugoslavia dalam pengasingan terus dilakukan, sementara
wilayah Kerajaan Yugoslavia masih diduki oleh sekutu.
1944 : Para partizan komunis dipimpin oleh Tito membebaskan Beograd pada bulan Oktober
dengan bantuan tentara Uni Soviet.
1945 : Nazi Jerman menyerah, para partizan mengambil alih kekuasaan di seluruh bagian
negara. Pada tanggal 29 November, Raja Petar II dimakzulkan oleh Majelis Konstituante
Komunis Yugoslavia saat masih dalam pengasingan. Pada tanggal 2 Desember, pemerintah
komunis menyatakan keseluruhan wilayah ini sebagai bagian Federal Demokratik Yugoslavia.
1946 : Pada tanggal 31 Januari, Federal Demokratik Yugoslavia berganti nama menjadi
Republik Rakyat Federal Yugoslavia. Negara ini terdiri dari: Serbia, Kroasia, Slovenia, Bosnia-
Herzegovina, Montenegro dan Republik Makedonia serta dua daerah otonom yang menjadi
bagian Serbia: Kosovo dan Vojvodina.
1948 : Melepaskan diri dari pengaruh Uni Soviet. Yugoslavia ingin berjalan sendiri dalam
melaksanakan paham komunisme.
1961 : Kekuatan vokal dalam pembentukan KTT Negara Non Blok.
1963 : Pada tanggal 7 April, Republik Rakyat Federal Yugoslavia berganti nama menjadi
Republik Federal Sosialis Yugoslavia dan Tito diangkat menjadi presiden seumur hidup.
1980 : Tito meninggal, perbedaan antar etnis mulai nampak, terutama ketika pada akhir tahun
1980an terjadi krisis ekonomi. Diskriminasi terhadap penduduk Serbia dan non Albania
lainnya di Kosovo menyebabkan ribuan orang mengungsi dari propinsi tersebut. Hal tersebut
membuka kembali luka lama orang Serbia dan mendorong terpilihnya Slobodan Milosevic
yang mengajukan program-program nasionalis Serbia sebagai presiden Serbia: status otonom
Kosovo dan Vojvodina ditiadakan. Nasionalisme berdasarkan etnisitas menjadi marak.
1990 : April, pemilu di negara-negara bagian. Di Slovenia dan Kroasia, daerah terkaya, partai
pro kemerdekaan menang. Di Serbia dan Montenegro, partai komunis menang.
1991 : Pada tanggal 25 Juni, Slovenia dan Kroasia memproklamasikan kemerdekaan. Tentara
Federal (terutama beranggotakan orang Serbia) mengintervensi. Akan tetapi perang di
Slovenia hanya berlangsung 7 hari karena penduduk di sana nyaris homogen sehingga tidak
ada kepentingan warga Serbia yang terancam. Dibandingkan dengan Slovenia yang memiliki
penduduk homogen, perang di Kroasia berlangsung sengit dan lama serta kejam karena
ingatan sejarah Perang Dunia II maupun besarnya komunitas Serbia di wilayah tersebut.
Ketika Republik Makedonia, negara bagian termiskin, memerdekakan diri pada tanggal 8
September, Tentara Federal diam saja.
1992 : Penduduk Muslim dan Kroasia di Bosnia-Herzegovina memilih untuk merdeka dan
mendeklarasikan negara Bosnia-Herzegovina. Penduduk Serbia Bosnia menolak hasil tersebut
dan berusaha membentuk negara terpisah dengan bantuan Tentara Federal, yaitu Republik
Serbia Bosnia dan Herzegovina yang kemudian menjadi Republik Srpska. Sekali lagi, perang di
Bosnia-Herzegovina berlangsung sengit dan kejam karena alasan trauma sejarah. Dari enam
negara bagian hanya Serbia dan Montenegro yang tertinggal, yang kemudian membentuk
Republik Federal Yugoslavia pada tanggal 28 April 1992.
1995 : Perjanjian Dayton mengakhiri perang di Bosnia-Herzegovina.
1999: Pecah pemberontakan orang Albania di Kosovo. Upaya memadamkan pemberontakan
tersebut oleh Serbia menyebabkan banjirnya kaum pengungsi Albania ke wilayah tetangga.
NATO tanpa mandat PBB menyerang Serbia. Milosevic menyerah dan Kosovo diberikan di
bawah pengawasan internasional. Giliran penduduk Serbia yang dibersihkan secara etnis oleh
KLA. Kelompok gerilyawan Albania ini juga menghancurkan banyak peninggalan budaya
Serbia di Kosovo sebagai jalan menghapuskan jejak orang Serbia di sana. Tujuan utama KLA
sendiri adalah menggabungkan Kosovo dan berbagai wilayah Balkan lainnya yang dihuni
orang Albania ke dalam suatu Negara Albania Raya, seperti yang terjadi pada masa Perang
Dunia II. Pemberontakan orang Albania meluas ke Makedonia, yang sebelumnya dengan
tangan terbuka menerima pengungsi Albania dari Kosovo.
2000: Pada bulan Oktober, Milosevic mundur setelah Vojislav Kostunica menang pemilu.
Milosevic pada bulan Juni 2001 diserahkan kepada Pengadilan Internasional untuk Bekas
Yugoslavia.
2002: Pada bula Maret, pemerintah Serbia dan Montenegro sepakat untuk membuat uni yang
lebih bebas.
2003: Pada tanggal 4 Februari, Republik Federal Yugoslavia dibentuk ulang sehingga menjadi
Uni Negara Serbia dan Montenegro. Dengan ini, berakhirlah perjalanan panjang negara
Yugoslavia.
Negara-negara pecahan Yugoslavia:
1. Slovenia
2. Kroasia
3. Bosnia-Herzegovina
4. Serbia
4a. provinsi Vojvodina
4b. Kosovo
5. Montonegro
6. Macedonia
 TERRORISME
Definisi :
Menurut Black’s Law Dictionary, Terorisme adalah kegiatan yang melibatkan unsur
kekerasan atau yang menimbulkan efek bahaya bagi kehidupan manusia yang melanggar
hukum pidana (Amerika atau negara bagian Amerika), yang jelas dimaksudkan untuk: a.
mengintimidasi penduduk sipil. b. memengaruhi kebijakan pemerintah. c. memengaruhi
penyelenggaraan negara dengan cara penculikan atau pembunuhan.
Menurut Webster’s New World College Dictionary (1996), definisi Terorisme adalah “the
use of force or threats to demoralize, intimidate, and subjugate.” Doktrin membedakan
Terorisme kedalam dua macam definisi, yaitu definisi tindakan teroris (terrorism act) dan
pelaku terorisme (terrorism actor). Disepakati oleh kebanyakan ahli bahwa tindakan yang
tergolong kedalam tindakan Terorisme adalah tindakan-tindakan yang memiliki elemen:

1. kekerasan
2. tujuan politik
3. teror/intended audience.

Menurut Brian Jenkins, Terrorisme sebagau penggunaan/ancaman penggunaan kekuatan


yang dirancang untuk membawa perubahan politik

Anda mungkin juga menyukai