Anda di halaman 1dari 13

TUGAS I PENGANTAR ILMU POLITIK

PERBANDINGAN SISTEM
PEMERINTAHAN UNI SOVIET, INDONESIA, DAN INGGRIS PADA PERIODE
1960 – 1965

Nama : Ester Berliana


NIM : 223516516504
Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Politik

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NASIONAL
Tahun 2022
SISTEM PEMERINTAHAN UNI SOVIET PERIODE 1960-1965

1
Uni Soviet secara resmi dibentuk pada Desember 1922 oleh anggota RSFS Rusia, SSR
Ukraina, SSR Belarusia, dan RSFS Transkaukasia, masing-masing dipimpin oleh partai
Bolshevik lokal. Lenin diangkat sebagai pemimpin pertama Uni Soviet. Meskipun Uni Soviet
didirikan sebagai sebuah federasi, istilah "Rusia Soviet", yang sebenarnya hanya digunakan
untuk RSFS Rusia, sering disalahgunakan oleh penulis dan politisi non-Soviet untuk menyebut
Uni Soviet secara keseluruhan.
Pada Tahun 1960-1965 Uni Soviet dipimpin oleh Nikita Khrushchev.

NIKITA KHRUSHCHEV PIMPIN UNI SOVIET


54 tahun yang lalu, Uni Soviet mengalami pergantian kepemimpinan yang menentukan
setelah era Joseph Stalin. Nikita Khrushchev, Sekretaris Pertama Partai Komunis Soviet,
menggantikan Nikolai Bulganin sebagai Perdana Menteri Komunis. Selama enam tahun
Khrushchev adalah pemimpin mutlak Partai Komunis Soviet dan negaranya. Menurut situs
televisi History Channel, naiknya Khrushchev ke tampuk kekuasaan adalah karena intrik
politik yang brutal. Pada tahun 1953 Stalin meninggal, tetapi dia sedang mempersiapkan
pemimpin Soviet yang baru, Georgy Malenkov. Khrushchev tidak menyetujui penunjukan
Malenkov dan merekayasa skenario di mana Malenkov harus melepaskan posisinya sebagai
sekretaris pertama partai, dengan jabatan resmi. Pada tahun 1955, Malenkov digulingkan oleh
sekutu Khrushchev, Bulganin. Bulganin kemudian menyerahkan diri dengan bergabung
dengan kelompok yang berusaha menggulingkan Khrushchev sebagai sekretaris pertama.
Karena Khrushchev sudah mengetahui operasi itu, ia dapat dengan cepat menggulingkan
Bulganin dan mengambil alih jabatan Kanselir Soviet.
Sebagai pemimpin Soviet, Khrushchev dengan berani mengutuk mendiang diktator Stalin
dan kebijakan otoriternya. Namun, relaksasi kediktatoran Soviet era Khrushchev digunakan
oleh para pembangkang untuk memberontak di dua negara satelit, Polandia dan Hongaria. Era
Khrushchev juga menandai perlombaan antariksa Soviet dengan mengirimkan kosmonot
pertamanya, Yuri Gagarin. Uni Soviet dan Amerika Serikat hampir saja memicu perang nuklir
jika bukan karena lobi dramatis antara Khrushev dan pemerintahan Presiden John F. Kennedy
selama krisis rudal di Kuba. Dan pada masa Nikita Khrushchev, kebijakan Uni Soviet pada
masa kepemimpinan Khrushchev dinilai sangat agresif dan energik. Saat itu pihak Soviet
percaya bahwa masa depan dunia adalah dominasi Dunia Ketiga.

Sistem Pemerintahan Nikita Khrushchev


1. Krisis Rudal Kuba
Krisis Rudal Kuba tahun 1962 merupakan fenomena bersejarah antara Uni Soviet dan
Amerika Serikat dalam dinamika politik internasional. Dalam hal ini, peran Nikita
Khrushchev dan John F. Kennedy sebagai aktor individu di balik semua kebijakan,
terutama pembicaraan mereka, sangat menonjol.

1
Universitas Krisnadwipayana, “Awal Mula Uni Soviet Dibentuk” https://p2k.unkris.ac.id/ind/1-3065-
2962/Uni-Soviet_15532_s2-unkris_p2k-unkris.html (diakses pada 11 November 2022, pukul 19.05).

1
Dalam kebijakannya tentang krisis rudal Kuba, Khrushchev cenderung memprioritaskan
rudal dalam urusan militer. Situasi Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat
yang menonjol pada saat itu, akhirnya berkembang menjadi perang proxy antara kedua
negara. Akibatnya, tidak ada baku tembak atau bentrokan mematikan, tetapi sulit untuk
menciptakan kembali kondisi Perang Dunia I.
Akhirnya, Khrushchev memutuskan untuk menerima perjanjian diplomatik yang
ditawarkan Kennedy, tetapi pada awalnya mengabaikan surat yang dia kirim. Pembicaraan
antara kedua pemimpin negara tersebut mengungkapkan bahwa Kennedy ingin
menyebarkan rudal nuklir di Kuba, sementara Khrushchev ingin mengerahkan pasukan
dan pangkalan nuklir AS di Turki dan Italia.

2. Destalinisasi
Salah satu kebijakan Khrushchev yang terkenal adalah "destalinisasi". Upaya untuk
melemahkan pengaruh Joseph Stalin atas Uni Soviet. Memberhentikan pejabat Stalinis dan
merehabilitasi korban kekejaman Stalin, ia bahkan mencela Stalin sebagai tiran kejam
dalam pidato rahasia.

3. Intervensi Hongaria
Sementara kebanyakan orang di Uni Soviet berduka atas kematian Stalin pada bulan
Maret 1953, hanya sedikit yang menginginkan kematian diktator untuk mengubah hidup
mereka.Dia tidak ada di sana. Kebijakan Stalin mengakibatkan kelaparan, kesengsaraan
petani, penurunan standar hidup, dan pertumbuhan ekonomi yang melambat. Stalin juga
tidak segan-segan menggunakan ketakutan aparat polisi rahasia untuk membungkam
suara-suara kritis dan pembangkang serta memastikan kepatuhan rakyat.
Di bawah kepemimpinan Khrushchev, Uni Soviet mengalami perubahan karena gaya
kepemimpinan dan kebijakannya. Sebagian besar pemimpinnya meniru Stalin, begitu pula
kebijakan "desatalinisasi" yang secara langsung mengancam legitimasi kekuasaan di blok
hegemonik Soviet di Eropa Timur. Salah satu negara yang melakukannya adalah Hongaria,
yang sejak 1948 berada di bawah kontrol mutlak Partai Komunis, yang dipimpin oleh
Matthias Rakosi, seorang pengagum Stalin yang setia dan ambisius. Kebijakan Stalinis
yang diterapkan oleh Rakosi menyebabkan ketidakpuasan rakyat dengan situasi politik dan
ekonomi yang memburuk. Ketika Rakosi terpaksa mengundurkan diri dan turun tahta dari
posisi kepemimpinannya, Moskow melakukan kesalahan dan bukannya menunjuk Nagy
untuk menenangkan rakyat Moskow, ia memilih penerus Rakosi dan memilih politisi
Erno, yang terlalu dekat dengan Rakosi, saya memilih gerilya.
Namun, ia tidak dapat mengatasi kemarahan dan keresahan publik, dan segera peristiwa
di luar kendalinya semakin memanaskan situasi. Pada tanggal 23 Oktober 1956, ribuan
mahasiswa memprotes di jalan-jalan Budapest, merasa bahwa situasi di luar kendali, dan
menuntut kembalinya Nagy, mengumumkan penunjukan dan mengirim pesan ke Moskow
untuk campur tangan dan menyelamatkannya. Moskow segera menanggapi pesan Gero
dengan memobilisasi garnisun Soviet yang ditempatkan di Hongaria sebagai bagian dari
perjanjian Pakta Warsawa, yang benar-benar meningkatkan kekuatan dan semangat juang
para pemberontak melawan apa yang dianggap sebagai invasi.

2
SISTEM PEMERINTAHAN INGGRIS PERIODE 1960-1965

Inggris adalah negara kesatuan, seperti Inggris Raya, terdiri dari Inggris, Wales dan
Irlandia Utara, diatur oleh monarki dan sistem pemerintahan revolusi. Kerajaan Inggris
memperkenalkan sistem pemerintahan parlementer, dengan kekuasaan pemerintah dipegang
oleh perdana menteri dan menteri (juga disebut kabinet). Kekuasaan sebagai kepala negara ada
di tangan Ratu. Mirip dengan teori sistem pemerintahan parlementer, ratu tidak memiliki
kekuatan politik karena ia hanya berfungsi sebagai simbol kedaulatan dan persatuan nasional.
Didirikan pada tanggal 1 Mei 1707, Negara menerapkan sistem pemerintahan
parlementer dengan pemerintahan monarki konstitusional (parliamentary monarki). Kekuasaan
legislatif berada di tangan Kongres, yang biasa disebut dengan House of Representatives dan
Senat. Di negara ini, hak membubarkan parlemen adalah badan eksekutif yang terdiri dari
Raja/Ratu dan Kabinet. Inggris juga memiliki sistem dua partai, Partai Konservatif dan Partai
Buruh. Keduanya selalu bersaing.
Inggris dikenal sebagai ibu dan pelopor sistem parlementer (Mother of Parliament).
Melalui pemilihan yang demokratis, Inggris dapat mengatasi masalah sosial sehingga
menciptakan kesejahteraan sosial.
Sistem pemerintahannya didasarkan pada konstitusi tidak tertulis. Konstitusi Inggris
tersebar dalam berbagai peraturan, hukum, dan konvensi.
Pokok-pokok sistem pemerintahan Inggris adalah :
• Inggris adalah negara Kesatuan, dan bentuk pemerintahannya adalah monarki.
• Kekuasaan pemerintah terdapat pada kabinet (perdana menteri+menteri). Seorang ratu
sebagai kepala negara adalah simbol kebesaran, kedaulatan dan persatuan bangsa, tetapi
tanpa kekuatan politik.
• Parlemen adalah bikameral, bikameral.
• Kabinet, dipimpin oleh Perdana Menteri, memiliki kekuasaan Pemerintah. Menteri
umumnya dipilih dari House of Commons dan dari partai yang memegang mayoritas
parlemen.
• Ada perlawanan. Oposisi dipimpin oleh partai yang kalah dalam pemilu. Oposisi
membentuk kabinet kontra.
• Sistem dua partai. Di Inggris, ada dua partai yang berlawanan, Partai Konservatif dan
Partai Buruh.
• Kehakiman diangkat oleh Kabinet tetapi menjalankan yurisdiksi independen dan tidak
memihak.

Sistem parlementer bikameral Inggris ini merupakan cikal bakal dari hampir semua
parlemen bikameral (bikameral) yang ada saat ini di banyak negara di dunia, termasuk
Indonesia dan Amerika Serikat. Model parlementer seperti itu sering dilihat sebagai bagian
integral dari demokrasi.
Dari sini kita dapat melihat bahwa sistem parlementer, dalam arti dewan-dewan yang
mengatur pemerintahan sehari-hari, merupakan bagian integral dari tradisi feodal dan bukan
konsekuensi dari teori demokrasi itu sendiri. Kekuasaan raja Eropa dalam teori feodal adalah
kekuasaan yang terbatas, berbeda dengan konsep raja absolut dalam budaya Timur.

3
Untuk pertama kalinya dalam sejarah Eropa, terjadi perang antara parlemen dan seorang
raja.Perang ini memiliki implikasi politik yang menarik, legitimasi Charles I sebagai raja tidak
dapat disangkal karena ia memiliki hak untuk memungut pajak. Mereka tidak ingin kekayaan
mereka dihancurkan oleh habisnya arogansi pemerintah. Hal ini memunculkan sebuah konsep
yang masih lazim hingga saat ini, termasuk di Indonesia: “rule of law”.
Kesimpulan:
Demokrasi parlementer adalah sebuah konsep yang muncul dari pengalaman sejarah tertentu,
dalam hal ini sejarah Inggris, dan kemudian dicoba di Prancis dan Jerman. Dalam pola ini,
terdapat tahapan perkembangan sejarah sebagai berikut:
a. Negara memiliki kekuasaan absolut raja yang ditopang oleh teori feodal.
b. Kemudian datang kelas penguasa lokal, yang menggunakan sarana struktur negara formal
(parlemen/commons) untuk mengumpulkan kekayaan besar dan menggunakannya untuk
melawan raja.
c. Perlawanan Militer

Walaupun Hukum dasar atau "konstitusi" Kerajaan Inggris tidak ada dalam satu sistem
hukum, tetapi dalam badan terpisah, yang terpisah yang berasal dari kebiasaan, undang-
undang, dan praktik tradisional, seperti berbagai konstitusi tertulis yang digunakan di sebagian
besar negara. Aturan mengatur banyak hal.

4
SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA PERIODE 1960-1965

Pada tahun 1960-1965 adalah zaman Orde Lama yang dipimpin oleh Soekarno dan
dengan wakilnya Mohammad Hatta.

PEMERINTAHAN ERA ORDE LAMA


Orde Lama adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pemerintahan
Presiden Sukarno di Indonesia. Periode Orde Lama adalah dari tahun 1945-1965. Selama
periode ini, Indonesia berganti-ganti antara sistem ekonomi liberal dan komando. Indonesia
memiliki sistem ekonomi liberal tetapi pemerintahan parlementer.
Presiden Sukarno digulingkan ketika Indonesia memperkenalkan sistem ekonomi komando.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengangkat
Sukarno sebagai presiden dan Mohammad Hatta sebagai wakil presiden, menggunakan
konstitusi yang dirancang beberapa hari sebelumnya. Komite Nasional Pusat Indonesia (KNIP)
kemudian dibentuk sebagai parlemen sementara menunggu pemilihan. Kelompok ini
memproklamasikan pemerintahan baru pada tanggal 31 Agustus dan menyerukan Republik
Indonesia, yang terdiri dari delapan provinsi.
Secara umum, hubungan antara Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden dan Sukarno
sebagai Presiden sangat dinamis dan terkadang bergejolak.
Konflik ini telah mencapai klimaks. Setelah pemilihan umum 1955, Presiden Sukarno
mengajukan konsep demokrasi terpimpin pada 21 Februari 1957 di hadapan tokoh-tokoh partai
dan masyarakat di Istana Merdeka. Presiden Sukarno mengumumkan visi kepresidenannya,
yaitu :
a. Sistem demokrasi parlementer Barat tidak sesuai dengan karakter Indonesia dan harus
diganti dengan demokrasi terkelola.
b. Untuk mencapai demokrasi terinduksi, perlu dibentuk Kabinet Gotong Royong yang
terdiri dari semua partai politik dan organisasi berdasarkan hubungan kekuasaan sosial.
Inisiatif Presiden juga menekankan perlunya pembentukan Kabinet Kaki Keempat negara
untuk menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan.
c. Pembentukan dewan nasional kelompok fungsional masyarakat. Dewan Nasional. Tugas
utamanya adalah memberi nasihat kepada Kabinet berdasarkan permintaan atau tidak
diminta.

Pelaksanaan Sistem Politik Orde Lama


1. Demokrasi Liberal (1950 – 1959)
Dalam proses pengakuan kedaulatan dan pembentukan aparatur negara, juga ditentukan
sistem demokrasi yang akan digunakan, yaitu demokrasi liberal. Pada demokrasi ini
presiden hanya bertindak sebagai kepala negara, Presiden hanya memiliki kekuasaan
untuk mengatur susunan kabinet. Oleh karena itu, tanggung jawab pemerintah berada di
tangan Kabinet. Presiden tidak bisa bertindak sewenang-wenang. Kepala pemerintahan
adalah perdana menteri.
Dalam sistem demokrasi ini, partai-partai politik besar seperti Masyumi, PNI dan PKI
memiliki kepentingan yang signifikan dalam pemerintahan. Kabinet yang bertanggung
jawab atas parlemen (Dewan Perwakilan Rakyat) dibentuk dan merupakan kekuatan

5
partai-partai politik besar di bawah konstitusi 1950. Jika mayoritas parlemen tidak
mendukung kabinet, kabinet harus mengembalikan kekuasaannya kepada presiden.
Kabinet baru kemudian dibentuk untuk mengelola pemerintahan berikutnya. Oleh karena
itu, ciri penting penerapan sistem demokrasi liberal di negara kita adalah suksesi kabinet
yang menjalankan pemerintahan.
Pemerintah pertama yang dibentuk pada 6 September 1950 adalah pemerintahan Nazir.
Sebagai instruktur, Mohammad Nazir diangkat menjadi pemimpin partai Mashmi yang
menjadi partai politik terbesar saat itu. Rencana kerja Kabinet Nazir pada masa
pemerintahannya kira-kira sebagai berikut:
1) Melakukan pemilihan pemilih dalam waktu singkat
2) Peningkatan ekonomi, kesehatan, dan kecerdasan rakyat
3) Meningkatkan Organisasi Pemerintah dan Militer
4) Pertempuran Irian Barat tahun 1950.
5) Memulihkan keamanan dan ketertiban.

Kabinet ini mengalami banyak kendala dalam menjalankan kebijakannya, terutama dari
DPR sendiri Perbedaan politik antara presiden dan kabinet telah menyebabkan hubungan
yang erat antara presiden dan kelompok oposisi (PNI). Ini bertentangan dengan sistem
politik tradisional, yang menyatakan bahwa presiden harus mengambil posisi politik yang
tunduk pada Kongres. Setelah pemerintahan Nazir digulingkan, presiden membentuk
kabinet baru dalam sistem demokrasi liberal hingga tahun 1959.
Pada era Demokrat Liberal, pemilihan umum pertama diadakan pada 29 September
1955, dengan agenda pemilihan 272 anggota DPR, yang dilantik pada 20 Maret 1956.
Pemilihan pertama badan konstituen (Majelis Konstituante) sukses. Selain itu, Komisi
Konstitusi bertugas menyusun konstitusi baru. Di dalam tubuh konstituen sendiri terdapat
berbagai jenis partai politik yang didominasi oleh partai-partai besar seperti NU, PKI,
Masyumi dan PNI. Nama lembaga tersebut menunjukkan bahwa ia bertanggung jawab
untuk merancang Konstitusi. Majelis Konstituante menjalankan tugasnya di tengah
konflik yang sedang berlangsung antara pejabat militer, kerusuhan regional terhadap
pusat, dan kondisi ekonomi yang tidak menentu. Demokrasi liberal saat itu tidak dapat
menjamin stabilitas politik. Ketegangan politik dalam demokrasi liberal atau parlementer
muncul dari:
a. Dominasi politik aliran sesat adalah partai politik yang mementingkan kelompok atau
alirannya sendiri daripada mengutamakan kepentingan nasional.
b. Basis sosial ekonomi masyarakat masih rendah
c. Ketidakmampuan anggota konstituen untuk bersatu menentukan dasar negara.
d. Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit presiden pada tanggal 5 Juli 1959 yang berisi
tiga keputusan sebagai berikut :
1. Menetapkan pembubaran konstituante
2. Tidak berlakunya UUDS 1950 dan menetapkan UUD 1945 kembali sebagai
konstitusi negara
3. Pembentukan MPRS dan DPRS

6
2. Demokrasi Terpimpin (1959 – 1965)
Kekacauan terus terjadi dalam kesatuan negara Republik Indonesia yang disebabkan
oleh banyaknya pertentangan, pertentangan terjadi dalam sistem kenegaraan ketika
diberlakukannya sistem demokrasi liberal. Berbagai respon memaksa untuk dilakukannya
revisi terhadap sistem pemerintahan. Ir.Soekarno sebagai presiden memperkenalkan
kepemimpinan baru yang dinamakan demokrasi terpimpin. Awal bersejarah diadakannya
sistem demokrasi terpimpin adalah dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli tahun 1959.
Peristiwa itu mengubah kenegaraan yang telah terbentuk sebelumya. Salah satu hal
terpenting yang membedakan demokrasi liberal dan demokrasi terkontrol adalah
kekuasaan presiden. Dalam demokrasi liberal, Kongres memiliki otoritas terbesar atas
pengambilan keputusan pemerintah dan negara. Dalam sistem demokrasi yang terkontrol,
di sisi lain, presiden memiliki kekuasaan di hampir semua bidang pemerintahan.
Dengan ditetapkannya Dekrit Presiden tahun 1959 Kabinet Kerja (diketuai oleh Ir.
Djuanda) berubah dari Kabinet Kerja (diketuai oleh Ir. Djuanda) dan dibubarkan pada
tanggal 10 Juli 1959, menggantikan Ir. Sukarno dengan Perdana Menteri dan Il. Sawah.
Juanda menjadi perdana menteri. Kabinet ini memiliki program khusus di bidang
keamanan, sandang, pangan, dan pembebasan Irian Barat. Perubahan lembaga nasional,
antara lain MPR (pembentukan MPRS), pembentukan DPR-GR, pembentukan DPA.
Perkembangan selanjutnya dari sistem pemerintahan adalah pembentukan GBHN
pertama. Pidato Presiden pada Upacara Bendera 17 Agustus 1959, "Menemukan Kembali
Revolusi Kita", dengan USDEK (UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi
Terinduksi, Kepribadian Indonesia). Lembaga nasional selanjutnya adalah
mengkonsolidasikan sejumlah lembaga eksekutif seperti MPRS, DPRS, DPA, Depernas
dan Front Nasional sebagai menteri, menghadiri rapat menteri tertentu dan ikut serta dalam
perumusan kebijakan pemerintah di instansi masing-masing.
Dalam demokrasi yang terkendali, presiden mendapat dukungan dari tiga kekuatan
utama: nasionalis, agama, dan komunis. Ketiganya membantu presiden tetap berkuasa.
Kekuasaan absolut presiden pada saat itu menjadikan kantor tersebut sebagai pusat
legitimasi yang vital bagi orang lain. Presiden adalah pembuat keputusan politik terpenting
dalam masalah kebijakan dalam dan luar negeri.
Menurut Ketetapan MPRS No. XVIII/MPRS/1965 demokrasi terpimpin adalah mereka
yang berpedoman pada kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Pelaksanaan
Demokrasi Terpimpin :
• Kebebasan berpartai dibatasi
• Presiden cenderung memiliki kekuasaan mutlak baik sebagai kepala negara maupun
sebagai kepala pemerintahan
• Berusaha menata kehidupan politik.
• Lembaga-lembaga nasional seperti MPRS, DPAS, DPRGR dan Front Nasional
dibentuk.
Penyimpangan pelaksanaan Demokrasi terpimpin dari UUD 1945 terkelola antara lain:
a. Jabatan Presiden
Menurut UUD 1945, Jabatan Presiden diselenggarakan oleh MPR. Namun
kenyataannya bertentangan dengan UUD 1945 karena MPRS berada di bawah

7
Presiden. Presiden memutuskan apa yang harus diputuskan oleh MPRS. Hal ini
dibuktikan dengan tindakan Presiden mengangkat Ketua MPRS merangkap Wakil
Perdana Menteri III, dan mengangkat Wakil Ketua MPRS.

b. Pembentukan MPRS
Presiden juga menetapkan MPRS berdasarkan Perintah Eksekutif No. 2 Tahun
1959. Praktik ini melanggar UUD 1945. Sebab, menurut UUD 1945, pengangkatan
anggota MPRS sebagai lembaga tertinggi negara harus dilakukan dengan hak pilih
universal agar partai-partai yang dipilih rakyat dapat duduk di MPR.
Keanggota MPRS dicalonkan dan diangkat oleh Presiden berdasarkan
persetujuan mereka kembali ke UUD 1945, kesetiaan mereka pada perjuangan
Republik Indonesia dan persetujuan mereka terhadap manifesto politik. Anggota
4.444 MPRS terdiri dari 61 anggota DPR, 94 wakil daerah, dan 200 wakil golongan.

c. Pembubaran DPR dan Pembentukan DPR-GR


Setelah pemilihan parlemen tahun 1955, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
dibubarkan setelah DPR menolak usulan pemerintah RAPBN 1960. Presiden juga
mendeklarasikan pembubaran DPR dan malah membentuk Dewan Perwakilan Rakyat
Gotong Royong (DPR-GR). Tempat dimana semua anggota diangkat oleh presiden.
Aturan DPR-GR juga ditetapkan oleh Presiden. Karena itu, DPR-GR harus mengikuti
kemauan dan kebijakan pemerintah. Tindakan Presiden bertentangan dengan UUD
1945, karena Presiden tidak dapat membubarkan DPR berdasarkan UUD 1945. Tugas
DPR-GR adalah:
• Melaksanakan Manifesto Politik
• Melaksanakan Misi Menderita Rakyat
• Pelaksanaan Demokrasi Terinduksi
• Pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara

d. Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) dibentuk


Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 1959. Badan tersebut diketuai
oleh Presiden sendiri dan anggota DPAS terdiri dari Wakil Presiden, 12 perwakilan
partai politik, 8 perwakilan daerah dan 24 perwakilan kelompok. Mandat DPAS
adalah menjawab pertanyaan presiden dan memberikan rekomendasi kepada
pemerintah. Dalam praktiknya, kedudukan DPAS juga berada di bawah
pemerintah/presiden karena presiden adalah ketuanya. DPAS secara aklamasi
menyatakan bahwa pidato yang dikenal dengan Manifesto Politik Republik Indonesia
(Manipole) bertajuk Hari Kemerdekaan RI 17 Agustus 1959, “Menemukan Kembali
Revolusi Kita”, dibuat oleh Presiden, karena diusulkan sesuai dengan ordonansi. .
Nomor 1 disebut GBHN sejak tahun 1960. Operator pusatnya adalah USDEK (UUD
1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Induksi, Ekonomi Induksi, Kepribadian
Indonesia).

8
e. Pembentukan Front Nasional
Front Nasional dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 13 Tahun
1959. Front Nasional adalah organisasi massa yang memperjuangkan cita-cita
Proklamasi dan yang terkandung dalam UUD 1945. Tujuannya adalah untuk
menggabungkan semua bentuk potensi nasional menjadi satu kekuatan untuk
keberhasilan pembangunan. Front Nasional dipimpin oleh Presiden Sukarno sendiri.
Misi dari Front Nasional adalah:
• Penyelesaian Revolusi Nasional
• Pelaksanaan Pembangunan
• Pemulihan Irian Barat

f. Pembentukan Kabinet Kerja


Pada 9 Juli 1959, Presiden Ir. Soekarno membentuk Kabinet Kerja. Selaku
Wakil Presiden Ir. Juanda. Pada tahun 1964, kabinet kerja telah dimodifikasi tiga kali.
Program kabinet adalah:
a. Kebutuhan pangan dan sandang yang cukup
b. Menciptakan keamanan negara
c. Kembalinya Irian Barat

g. Keterlibatan PKI dalam Ajaran Nasakom


Perbedaan ideologi antara partai politik yang muncul pada era demokrasi
parlementer menyebabkan perbedaan konsepsi tentang bernegara dan kehidupan
bernegara, yang berujung pada penyatuan Indonesia. Dalam induksi demokrasi,
pemerintah mengambil langkah untuk menyamakan pemahaman kehidupan antara
rakyat dan negara dengan menanamkan ajaran NASAKOM (nasionalis, agama,
komunis). Tujuannya untuk mempererat persatuan bangsa.
Bagi Presiden, NASAKOM mencerminkan pemahaman berbagai kelompok
sosial. Presiden yakin melalui adopsi dan implementasi Nasacom, unifikasi Indonesia
akan tercapai. Ajaran Nasakom disebarluaskan kepada masyarakat. Melepaskan
ajaran Nasakom sama saja dengan mencoba memantapkan kursi kepresidenan. Karena
menolak Nasacom berarti menolak presiden.
Kelompok yang kritis terhadap ajaran Nasakom adalah kaum intelektual dan
militer. PKI berusaha menyebarkan ajaran Nasakom, mengklaim bahwa PKI adalah
pembela utama NASAKOM. Keterlibatan PKI menyebabkan menyimpangnya ajaran
Nasakom dari ajaran kehidupan bermasyarakat dan bernegara, serta bergesernya
posisi Pancasila dan UUD 1945 ke komunisme. Selain itu, PKI membajak kedudukan
dan kekuasaan pemerintahan yang sah. PKI mampu meyakinkan presiden bahwa
tanpa PKI, Presiden Sukarno akan rentan terhadap TNI.

h. Adanya Doktrin RESOPIM


Tujuan dari Doktrin (Revolusi, Sosialisme di Indonesia, Kepemimpinan
Nasional) adalah untuk memperkuat posisi Presiden Sukarno.

9
Ajaran Resopim diproklamasikan pada peringatan 16 tahun Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia.
Inti dari doktrin ini adalah bahwa semua elemen kehidupan berbangsa dan
bernegara harus dicapai melalui revolusi yang dijiwai sosialis, di bawah
kepemimpinan pemimpin nasional yang dikenal sebagai Panglima Besar Revolusi,
yaitu Sukarno. Artinya harus dipimpin oleh seorang presiden. Efek dari sosialisasi
Resopim ini adalah terbentuknya kedudukan lembaga negara tertinggi dan tertinggi di
bawah Presiden. Hal ini tercermin dari pemberian status menteri kepada lembaga yang
seharusnya menjadi asisten presiden.

i. Tentara Republik Indonesia


TNI dan Polri akan digabungkan menjadi Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia (ABRI), yang terdiri dari empat angkatan bersenjata: Angkatan Darat,
Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Polisi. Setiap unit dipimpin oleh seorang
panglima militer, yang posisinya bertanggung jawab langsung kepada presiden. ABRI
merupakan salah satu kelompok fungsional dan kekuatan sosial politik Indonesia.

j. Organisasi Kehidupan Partai Politik


Selama demokrasi parlementer, partai politik bebas melakukan kegiatan politik.
Sementara itu, Dekrit Presiden Nomor 7 Tahun 1959 menetapkan status partai di era
demokrasi terinduksi. Partai yang tidak memenuhi syarat, misalnya terlalu sedikit
anggota, dibubarkan, hanya tersisa 11 dari 28 partai.
Tindakan pemerintah ini dikenal sebagai penyederhanaan partai. Pembatasan
pergerakan partai politik semakin memperkuat posisi pemerintah, khususnya
presiden. Kuatnya posisi presiden ditunjukkan dengan aksi membubarkan dua partai
yang pernah meraih kemenangan di era demokrasi parlementer, Mashmi dan Partai
Sosialis Indonesia. Alasan pembubaran partai adalah keterlibatan banyak anggota
kedua partai dalam pemberontakan PRRI dan Permesta. Kedua partai resmi bubar
pada 17 Agustus 1960 karena pembatasan kebebasan pers, banyak media massa tidak
diperbolehkan untuk mempublikasikannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Jannah, Makrifatul, Lutfi. (2015). PolPem Rusia Inggris. Pemerintahan Nikita Khrushchev,
1–4

Rizkyan, Nafthah. (2015). Bentuk Negara dan Sistem Pemerintahan Inggris. Pemerintahan
Inggris, 3 – 5

Agustina, Tri, Heni. (2015). Indonesia Pada Masa Orde Lama. Indonesia Pada Masa Orde
Lama, 6 – 14

11

Anda mungkin juga menyukai