Anda di halaman 1dari 9

TUGAS PANCASILA

IDEOLOGI

DISUSUN OLEH :
Muhammad Gibral Maulidhio (03041381722094)

DOSEN PENGASUH:
Bunda Harini,S.Pd., M.Pd (1671155309890001)

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA

KAMPUS PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2017
RUSIA

Federasi Rusia/Rusia: , tr. Rossiyskaya Federatsiya; IPA: [rsijskj


fdratsj] atau Rusia(Rusia: , tr. Rossija; IPA: [rsij] ), adalah sebuah negara
berdaulat yang membentang dengan luas di sebelah timur Eropa dan utara Asia. Dengan wilayah
seluas 17.125.200 km, Rusia adalah negara terluas di dunia. Wilayahnya mencakup
seperdelapan luas daratan bumi, penduduknya menduduki peringkat kesembilan
terbanyak di dunia dengan jumlah sekitar 146 juta jiwa (Maret 2016). Wilayahnya membentang
sepanjang Asia Utara dan sebagian Eropa timur, Rusia memiliki 11 zona waktudan wilayahnya
terdiri dari berbagai tipe lingkungan dan tanah. Dari barat laut sampai ke tenggara, Rusia
berbatasan dengan Norwegia, Finlandia, Estonia, Latvia, Lituania dan Polandia (keduanya
berbatasan dengan Kaliningrad
Oblast), Belarusia, Ukraina, Georgia, Azerbaijan, Kazakhstan, China, Mongolia, dan Korea
Utara. Negara ini berbatasan laut dengan Jepang di Laut Okhotsk dan negara
bagian Alaska, Amerika Serikat di Selat Bering.

Sejarah Rusia
Rusia adalah sebuah negara yang membentang dengan luas di sebelah timur Eropa dan utara
Asia. Dahulu Rusia pernah menjadi negara terbesar di Uni Soviet. Pada mulanya pemerintahan
negara Rusia berbentuk kerajaan/kekaisaran dengan seorang Tsar atau kaisar sebagai kepala
negara. Sebagian besar kaisar memerintah dengan bersifat otoriter dan bertindak sewenang-
wenang terhadap rakyatnya. Hal ini menyebabkan industrialisasinya berkembang pesat.
Kemajuan industri menyebabkan berkembangnya gerakan sosialisme di Rusia. Akibatnya Tsar
Nicholas II menjadi korban dari gerakan sosialisme. Pada tahun 1917, Tsar Nicholas II
diturunkan dari tahta kerajaannya dan dibuang ke Serbia. Pada saat Revolusi Rusia tahun 1905
memunculkan beberapa akibat yaitu adanya perubahan agraria dari Menteri Stolypin dan
dibentuknya Dewan Perwakilan Rakyat (Duma). Rusia merupakan negara federal yang memiliki
berbagai macam etnis, setelah keruntuhan Uni Soviet, Rusia mengalami masalah separatisme.
Ada beberapa kelompok etnis yang ingin memisahkan diri dan mengakibatkan krisis berlarut-
larut. Sistem pemerintahan Rusia dipegang oleh presiden yang berpusat di Kremlin serta perdana
menteri yang bertanggung jawab terhadap parlemen namun dengan peranan yang terbatas
dibandingkan dengan Presiden. Presiden yang pernah memimpin Rusia adalah Boris Yeltsin
(1991-2000), Vladimir Putin (2000-2008) dan Dmitry Medvedev (2008-sekarang). 2.
Berkembangnya Ideologi Komunisme di Rusia Komunisme sebagai ideologi bangsa Rusia mulai
diterapkan saat meletusnya Revolusi Bolshevik (1917) merupakan negara dengan sistem
pemerintahan monarki yang absolut. Tsar memiliki kekuasaan tak terbatas. Tsar tidak hanya
mendapat kekuasaan legislatif, yudikatif, dan eksekutif yang tanpa batas, bahkan lebih dari itu. Ia
memiliki negara yang berhak mengekploitasi, baik sumber-sumber alamnya maupun
manusianya. Pada masa kekaisaran Rusia terdapat kelas-kelas sosial dalam masyarakat. Kaum
bangsawan adalah kelas sosial yang paling berpengaruh setelah Tsar dan gereja. Keberadaan
bangsawan dapat pula mempengaruhi pemerintahan pemerintahan Tsar. Oleh karena itu,
bangsawan yang kaya raya denganuangnya dapat membangun opini publik dan memungkinkan
terjadinya kudeta. Sistem kelas sosial itu menyuburkan perbudakan di Rusia. Sistem yang sudah
ada sejak masa kepangeranan Rusia tersebut baru dihapuskan pada tahun 1861, saat
pemerintahan Tsar Aleksander II. Namun, pada kenyataannya sistem perbudakan di Rusia baru
benar-benar berakhir setelah jatuhnya pemerintahan Tsar Nikolai II pada tahun 1917 yang
menandai berakhirnya monarki di Rusia. Komunisme sebagai Ideologi Bangsa Rusia mulai
diterapkan saat meletusnya Revolusi Bolshevik di Rusia pada tanggal 7 November 1917, dan
sejak saat itu komunisme diterapkan sebagai sebuah Ideolohi bangsa dan disebar luaskan ke
negara lain. Dalam Komunisme semua diatur oleh pusat. Sistem ini melhirkan suatu
pemerontahan otoriter, tak ubahnya pada jaman kekaisaran Rusia. Rakyat harus tunduk pada
pemerintahan yang sedang berkuasa dan bukan hanya itu rakyat juga dituntut untuk mendukung
tujuan-tujuan negara yang ingin didapat dalam hal ini adalah melanggengkan dan
menyebarluaskan Komunisme ke negara-negara lain. Masa tersuram komunisme di rusia adalah
saat berada dibawah pemerintahan Yosef Stalin, yang mulai memimpin pada tahun 1924, setelah
kematian pemimpin pertama Uni Soviet Vladimir Lenin (1917-1924). Pada masa pemerintahan
Stalin, lahirlah apa yang disebut dengan Kultus Stalin. Stalin sangat mempengaruhi kehidupan
masyarakat pada masa itu. Bila ia mengkritik sebuah opera baru, maka pengerangnya akan
menyembah-nyembahnya, bila ia berbicara tentang linguistik, maka para filologis akan diam.
Pengaruh Stalin yang sangat kuat ini berakhir pada masa pemerintahan Nikita Khruschev dengan
kebijakannya untuk menghapuskan pengaruh Stalin (Destalinisasi) pada tahun 1953 setelah
kematian Stalin. Khurschev memperkenalkan sistem pemerintahan yang lebih lunak dari pada
dua pendahulunya. Masa ini merupakan langkah awal pengenalan demokrasi dalam kehidupan
masyarakat. Hal ini kemudian akan diteruskan oleh pemimpin-pemimpin Uni Soviet selanjutnya.
Demokrasi baru diwujudkan di negara ini pada masa pemerintahan Gorbachev, setelah dirinya
terpilih sebagai pemimpin Uni Soviet pada tahun 1985. Kebijakan Glastnost dan Perestroika
yang dicanangkannya merupakan bukti bangsa ini ingin manuju pembaharuan. Kehancuran Uni
Soviet sebagai akibat dari kebijakan ini tidak terus membuat demokrasi di negara ini juga ikut
mati. Justru setelah Uni Soviet bubar pada pada tanggal 25 Desember 1991 dan lahirnya negara
Federasi Rusia dibawah kepemimpinan Boris Yeltsin sebagai presiden pertama Federasi Rusia,
demokrasi mewarnai negara ini. Setelah Yeltsin mengakhiri msa jabatannya, dan digantikan oleh
Vladimir Putin pada tahun 2000, demokrasi di Rusia menemui bentuk baru. Demokrasi pada
masa Putin disebut demokrasi berdaulat. Hal ini dikarenakan menurut Putin, Rusia tidak siap
dengan Liberalisme klasik, tidak bisa segera dan tidak akan pernah bisa seperti AS dan Inggris.
Adapun itu, dalam kenyetaannya rakyat Rusia menerimanya dengan baik.
IDEOLOGI RUSIA

Kepala Sekretariat MK Rusia Vladimir A Sivitskiy, menyebut tidak ada ideologi resmi yang
diproklamirkan oleh negara Rusia. Hal ini disebutkan dalam konstitusi Rusia. Sebab, sejarah Uni
Soviet mempunyai pengalaman kelam di masa lalu.

"Pasal 13 Konstitusi Federasi Rusia secara eksplisit menetapkan bahwa keberagaman politik
seharusnya diakui di Federasi Rusia. Tidak ada ideologi yang diproklamirkan sebagai suatu
kewajiban. Asal usul norma ini menjadi tidak dapat dimengerti. Sebab, diketahui bahwa di Uni
Soviet, ideologi komunis didirikan sebagai satu-satunya ideologi untuk beberapa tahun dan
mempunyai pengaruh negatif terhadap kebebasan berpendapat," sebutnya.

Atas dasar itu, Vladimir mengatakan Rusia mengambil sikap untuk menjamin kebebasan
berpendapat atau berideologi di negaranya. Dia berharap apa yang dialami di masa lalu (paham
ideologi tunggal komiunis) tidak akan terulang kembali."Karena itu, legislatif konstitusional
Rusia telah mengambil langkah-langkah untuk memastikan supremasi tersebut (kebebasan)
setiap ideologi. Jadi penekanan terhadap perbedaan pendapat, tidak akan terulang kembali," kata
Vladimir.

Kenapa Rusia Pernah Menjadi Negara Komunis?

Seratus tahun yang lalu kaum Bolshevik mengambil alih kekuasaan dari Kekaisaran Rusia dan
menjadikannya Uni Soviet. Namun, hal apa sebenarnya membuat ideologi komunis dapat diserap
dengan baik oleh warga Rusia kala itu?

Di Rusia kini, jika Anda menyapa seseorang di jalan dengan sebutan kamerad atau mengajak
orang berbincang tentang pergerakan kaum buruh, kemungkinan besar mereka akan terkejut.
Seratus tahun setelah Revolusi Oktober yang membawa kaum Bolshevik ke tampuk kuasa
dan mengantarkan 70 tahun kejayaan Uni Soviet tak ada lagi yang percaya dengan ideologi
komunisme. Partai Komunis Federasi Rusia, bagian dari sistem kekuasaan saat ini, hanya meraih
13 persen suara pada pemilihan umum terakhir.

Dengan runtuhnya Uni Republik Sosialis Soviet (URSS) pada 1991, baik Vladimir Lenin, kaum
Bolshevik, maupun kongres-kongres dari partai besar itu kini hanya tinggal sejarah.
Apa yang tersisa saat ini, seperti simbol bintang merah di menara-menara Kremlin, patung-
patung Lenin (menurut situs Lenin Statues, ada lebih dari 5.300 peatung di seluruh Rusia), dan
simbol-simbol Soviet lainnya tak lebih dari sekadar bentuk penghormatan, bukan sebagai
representasi ideologi. Namun, ini semua dimulai pada 1917 dengan antusiasme tinggi.

Kaum Bolshevik

Bolshevik adalah semacam fraksi pecahan dari Partai Sosial Demokrat Rusia yang muncul dalam
konferensi di Brussel pada tahun 1903. Partai itu pecah menjadi dua fraksi, yakni Bolshevik
(fraksi mayoritas yang bergaris keras) dan Menshevik (fraksi minoritas yang lebih
moderat).Kaum Bolshevik adalah kelompok garis keras yang berpikir perubahan harus
dimenangkan dengan senjata. Dalam sejarah, kelompok ini menjadi inti dari perkembangan
Partai Komunis Rusia. Sementara kelompok kedua, kaum Menshevik, merupakan kelompok
minoritas yang kemudian menjadi kelompok sosialis moderat yang membentuk sikap bahwa
perubahan harus dilakukan dengan damai.

Revolusi di Luar Teori

Teoretikus perjuangan kelas pada abad ke-19, Karl Marx dan Friedrich Engels, meyakini bahwa
revolusi sosialis dapat terjadi di negara dengan masyarakat kapitalis, yang kaum buruhnya
mengalami penindasan oleh kaum borjuis. Kedua pemikir dari Jerman itu tak memperhitungkan
Kekaisaran Rusia karena saat itu Rusia merupakan negara agraris yang, menurut sebuah sensus
tahun 1897, 77 persen populasinya adalah petani. Saran mereka adalah: kembangkan dulu
kapitalisme dan kemudian gunakan kekuatan pemberontak proletar untuk menghancurkannya.
Namun nyatanya, hal itu tidak terjadi.

Setelah Revolusi Februari berhasil menggulingkan monarki, berbagai pihak berusaha merebut
kekuasaan di Rusia dari Maret hingga Oktober 1917. Kontrol saat itu berhasil diraih kaum
Bolshevik, kelompok sosialis radikal yang dipimpin Vladimir Lenin. Mereka menjanjikan
bantuan langsung kepada orang-orang yang menderita akibat Perang Dunia I dengan resep
kebahagiaan yang sederhana. Perdamaian untuk rakyat secara umum, tanah untuk para petani,
pabrik dan industri untuk kaum buruh, dan kematian yang memalukan untuk kaum borjuis.

Bukan Pengaruh Marxisme


Kaum Bolshevik adalah satu-satunya kekuatan politik yang menggunakan kebencian sosial dan
kehendak massa demi meningkatkan kekuatan mereka, ujar sejarawan Alexander Orlov.
Alexander Pyzhikov, seorang peneliti senior Sekolah Kebijakan Publik di Akademi Ekonomi
Nasional dan Administrasi Publik Kepresidenan Rusia (RANEPA), juga sepakat dengan
pandangan itu. Pyzhikov percaya bahwa kemenangan Bolshevik di Rusia tidak ada hubungannya
dengan Marxisme.

Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, ada dua jenis orang Rusia, ujarnya kepada RBTH.
Yang pertama adalah kaum bangsawan, terpelajar, dan borjuis, yang tidak ada bedanya dari
negara-negara Eropa lain. Mereka adalah perwakilan dari kasta tertinggi di masyarakat dan
mengacu kepada kapitalisme dan sistem hukum Barat. Yang kedua adalah mayoritas orang Rusia
yang terdiri dari para petani dan buruh, dan mereka hidup dengan peraturan yang berbeda.

Lingkungan patriarkilah yang mempertahankan para penganut Pemercaya Lama, menjalankan


kehidupan yang dekat dengan era abad pertengahan, ujar Pyzhikov. Kelompok utama (di
Rusia) adalah rakyat biasa, para buruh tani yang bersama-sama memiliki dan mengolah lahan
dan properti pribadi yang dikembangkan dengan buruk. Inilah Rusia kedua yang menurut
Pyzhikov dengan senang hati mengikuti Bolshevik ketika kelompok ini berjanji mengambil
segalanya dan menggunakannya bersama-sama.

Kenyataannya, kaum petani Rusia memang memiliki prinsip yang sama dengan peraturan-
peraturan Uni Soviet sebelum terjadinya revolusi, ujarnya. Inilah kenapa komunisme
menggelora di Rusia bukan karena kepercayaan warganya terhadap ide Karl Marx.

Politisi Tak Lagi Komunis

Sebagaimana yang dikatakan Pyzhikov, ide pembentukan masyarakat yang adil dan tanpa
kemiskinan atau penindasan didiskreditkan setelah beberapa dekade. Setelah
era Brezhnev (1970-an), jelas bahwa nomenklatur partai (Komunis) menjadi semakin jauh dari
rakyat dan hanya digunakan untuk kekuasaan, tanpa ada masa depan yang jelas, ungkap sang
sejarawan. Menurutnya, kekecewaan terhadap komunisme adalah pemicu keruntuhan Uni Soviet,
yang kemudian berdampak pada permasalahan-permasalahan ekonomi di Rusia.
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, Rusia jelas membutuhkan suatu perubahan yang menentukan
jenis sistem pemerintahan mana yang ingin dijalankan secara komprehensif dan menyeluruh.
Sistem presidensial dianggap sebagai sistem yang paling tepat diterapkan di Rusia, terutama
pasca-runtuhnya komunisme yang menuntut pembenahan pemerintahan yang lebih stabil. Sistem
parlementer, yang merupakan pembanding dari sistem presidensial dalam hal ini, dianggap
hanya dapat dilaksanakan di negara yang sudah memiliki kestabilan ekonomi dan politik. Sistem
pemerintahan presidensial memberikan kekuasaan yang besar terhadap satu orang, yakni
presiden.Terlebih jika sang presiden merupakan presiden hasil pemilihan langsung. Hal
tersebut membuat legitimasi presiden terhadap sangatlah tinggi. Namun, ketergantungan
terhadap satu sosok membuat pemerintahan jauh lebih rapuh daripada pemerintahan dengan
sistem parlementer. Sistem parlementer, yang menempatkan perdana menteri sebagai kepala
pemerintahan yang merupakan representatif dari koalisi atau partaimayoritas di parlemen
memberikan fleksibilitas terhadap pembentukan pemerintahan dan jauh lebih responsif terhadap
aspirasi masyarakat. Fleksibilitas yang dimaksud adalah adanya mosi tidak percaya yang dapat
dikeluarkan oleh parlemen jika pemerintahan tidak berjalan dengan semestinya. Poin tersebut
yang tidak ada dalam sistem pemerintahan presidensial.Sistem pemerintahan Rusia masih sangat
dipengaruhi, bahkan lebih tepat dikatakan masih terjebak pada sistem pemerintahan zaman Tsar
dan Uni Soviet. Rusia masih percaya bahwa untuk menciptakan kestabilan, terutama kestabilan
ekonomi,diperlukan badan eksekutif yang kuat (strong hand), terutama di masa reformasi seperti
saat runtuhnya Uni Soviet. Namun pada saat ini, di saat pemerintahan sudah cukup stabil, sistem
presidensial yang setengah hati seperti ini justru dapat mengakibatkan kerugian terhadap
pencapaian selama ini. Pada akhirnya, Rusia akan dihadapkan padadua pilihan sistem
pemerintahan: parlementer atau presidensial. Dengan kelebihan dan kekurangannya masing-
masing, pemerintah Rusia harus dapat menentukan dan mengimplementasikan sistem
pemerintahan yang paling tepat bagi mereka. Karena jika Rusia terus menjalankan sistem
pemerintahan yang selama ini berlangsung, bukan tidak mungkin sejarah akan berulang kembali
di negara ini.
Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Rusia
https://aprillaputri18.wordpress.com/2013/11/06/sistem-pemerintahan-negara-rusia/
http://www.scribd.com/doc/56644914/UAS-Ambiguitas-Sistem-Pemerintahan-Federasi-
Rusia#scribd
https://id.rbth.com/politics/2017/03/08/kenapa-rusia-pernah-menjadi-negara-
komunis_qyx715681

Anda mungkin juga menyukai