Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Uni Soviet (bahasa Rusia: Сове́тский Сою́з, Sovétskiĭ Soyúz) atau Uni Republik
Sosialis Soviet, disingkat URSS (bahasa Rusia: Сою́з Сове́тских Социалисти́ческих
Респу́блик, Soyúz Sovétskikh Sotsialistícheskikh Respúblik; disingkat CCCP, SSSR),
adalah negara sosialis yang pernah ada antara tahun 1922–1991 di Eurasia.

Uni Soviet menganut sistem politik satu partai yang dipegang oleh Partai
Komunis hingga 1990. Walaupun Uni Soviet sebenarnya adalah suatu kesatuan politik
dari beberapa republik Soviet dengan ibu kota di Moskwa, nyatanya Uni Soviet
menjelma menjadi negara yang pemerintahannya sangat terpusat dan menerapkan sistem
ekonomi terencana.

Revolusi Februari yang bergolak di Rusia pada tahun 1917 menyebabkan


runtuhnya Kekaisaran Rusia. Penerusnya, Pemerintahan Sementara Rusia, hanya
bertahan hingga digulingkan melalui Revolusi Oktober pada tahun yang sama. Setelah
kaum Bolshevik menang dalam Perang Sipil Rusia pascarevolusi, Uni Soviet didirikan
pada tanggal 30 Desember 1922 dengan anggota RSFS Rusia, RSFS Transkaukasia, RSS
Ukraina, dan RSS Byelorusia.

Pasca-kematian pemimpin Soviet yang pertama, Vladimir Lenin, pada tahun


1924, Josef Stalin menjadi penggantinya setelah memenangkan perebutan kekuasaan[2]
dan memimpin negara tersebut melewati proses industrialisasi besar-besaran dengan
sistem ekonomi terencana dan penindasan politik.[2][3] Dalam suasana Perang Dunia II,
pada bulan Juni 1941, Nazi Jerman dan sekutunya menyerang Uni Soviet melalui Operasi
Barbarossa walaupun sebelumnya kedua negara telah menandatangani Pakta Molotov–
Ribbentrop yang berisi perjanjian untuk tidak saling menyerang. Setelah empat tahun
berperang secara besar-besaran, Uni Soviet muncul sebagai salah satu dari dua negara
adidaya pemenang perang selain Amerika Serikat.

1
Uni Soviet dan negara-negara satelitnya di Eropa Timur terlibat dalam Perang
Dingin, yaitu perebutan pengaruh ideologi dan politik global yang berkepanjangan
melawan Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya di Blok Barat. Pada akhirnya, Uni
Soviet mengalami kekalahan dalam hal ekonomi serta politik dalam dan luar negeri.[4][5]
Pada akhir tahun 1980-an, pemimpin Soviet yang terakhir, Mikhail Gorbachev, mencoba
merestrukturisasi negara yang dipimpinnya melalui kebijakan glasnost dan perestroika,
tetapi justru memicu perpecahan di Uni Soviet yang akhirnya secara resmi bubar pada
tanggal 26 Desember 1991 setelah gagalnya percobaan kudeta pada bulan Agustus
sebelumnya. Hak dan kewajiban negara ini kemudian dilanjutkan oleh Federasi Rusia.

Pada masanya, Uni Soviet memiliki tiga perwakilan di Perserikatan Bangsa-Bangsa


(PBB), yaitu Uni Soviet, Ukraina, dan Byelorusia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana awal terbentuk Unisoviet ?
2. Bagaimana unisoviet era joseph stalin ?
3. Bagaimana Unisoviet era nikita kruschev ?
4. Bagaimana Unisoviet era leonid Brezhnev ?
5. Bagaimana Unisoviet era mikail gurbache ?
6. Bagaimana Bubar nya unisoviet ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Awal Terbentuknya Unisoviet

Tsar Rusia terakhir, Nikolai II, memerintah Kekaisaran Rusia hingga dipaksa
mengundurkan diri pada bulan Maret 1917 dalam Revolusi Rusia karena adanya polemik
keikutsertaan Rusia dalam Perang Dunia I. Selanjutnya, Pemerintahan Sementara Rusia
mengambil alih kekuasaan hingga digulingkan oleh kaum revolusioner melalui Revolusi
Oktober pada tanggal 7 November 1917 yang dipimpin oleh Pemimpin Bolshevik, Vladimir
Lenin.

Uni Soviet secara resmi didirikan pada bulan Desember 1922 dengan anggota RSFS
Rusia, RSS Ukraina, RSS Byelorusia, dan RSFS Transkaukasia yang masing-masing
dipimpin oleh Partai Bolshevik setempat. Lenin ditunjuk sebagai Pemimpin Uni Soviet yang
pertama. Walaupun Uni Soviet didirikan sebagai federasi, sebutan "Soviet Rusia" – yang
sebenarnya hanya berlaku bagi RSFS Rusia – seringkali disalahgunakan untuk menyebut Uni
Soviet secara keseluruhan oleh penulis dan politisi non-Soviet.

B. Unisoviet Era Joseph Stalin

Josef Stalin[a] (terlahir dengan nama Ioseb Besarionis dze Jughashvili;[b] lahir 18
Desember 1878 – meninggal 5 Maret 1953 pada umur 74 tahun) adalah tokoh revolusi dan
politikus Uni Soviet keturunan Georgia. Ia menjadi kepala negara Uni Soviet sejak
pertengahan era 1920-an sampai akhir hayatnya pada tahun 1953, dengan gelar Sekretaris
Jenderal Partai Komunis Uni Soviet sejak tahun 1922 sampai 1952, dan Kepala
Pemerintahan Uni Soviet sejak tahun 1941 sampai 1953. Meskipun mula-mula menjalankan
pemerintahan Uni Soviet selaku kepala dari suatu rezim partai tunggal oligarkis yang
memerintah dengan suara terbanyak relatif (pluralitas), Stalin akhirnya menjadi diktator de
facto Uni Soviet pada era 1930-an. Sebagai pengamal setia gagasan-gagasan hasil tafsir
Marxisme menurut teori-teori Leninisme, ia turut berjasa membakukan gagasan-gagasan ini

3
menjadi paham Marxisme–Leninisme, sementara kebijakan-kebijakannya sendiri akhirnya
dikenal dengan sebutan Stalinisme.

Putra keluarga miskin asal Gori, Kekaisaran Rusia, ini mengawali perjalanan karier
revolusionernya dengan menjadi anggota Partai Buruh Demokrat Sosial Rusia yang
berhaluan Marxis pada masa mudanya. Sebagai anggota partai, ia bekerja menyunting surat
kabar partai, Pravda, dan menghimpun dana bagi faksi Bolshevik pimpinan Vladimir Lenin
dengan cara merampok, melakukan penculikan, dan menjual jasa keamanan. Ia berulang
kali ditahan, dan beberapa kali harus menjalani hukuman pengasingan di dalam negeri.
Setelah kaum Bolshevik berhasil mengambil alih pemerintahan Rusia melalui Revolusi
Oktober 1917, Stalin masuk menjadi anggota Politbiro, badan eksekutif partai komunis.
Selaku anggota Politbiro, Stalin turut terlibat dalam proses pembentukan Uni Soviet pada
tahun 1922. Setelah Lenin jatuh sakit lalu wafat pada tahun 1924, Stalin tampil menjadi
pemimpin baru Uni Soviet. Di bawah rezim Stalin, "Sosialisme dalam Satu Negara" menjadi
asas utama dari dogma partai, dan Kebijakan Ekonomi Baru yang dicanangkan oleh Lenin
digantikan dengan ekonomi terpimpin yang tersentralisasi. Dengan menggunakan sistem
Rencana Lima Tahun, Uni Soviet berusaha melakukan kolektivisasi dan industrialisasi yang
berjalan dengan pesat, tetapi tidak mampu menghindari kemelut di bidang produksi pangan
yang menimbulkan bencana kelaparan 1932–1933. Guna mengenyahkan pihak-pihak yang
dianggap sebagai "musuh-musuh kelas pekerja", Stalin melancarkan gerakan "Pembersihan
Besar-Besaran" yang mengakibatkan lebih dari sejuta orang dipenjarakan dan sekurang-
kurangnya 700.000 orang dihukum mati antara 1934 sampai 1939.

Rezim Stalin berusaha menyebarluaskan paham Marxisme-Leninisme ke luar Rusia


melalui organisasi Komunis Internasional, dan mendukung gerakan-gerakan antifasis di
seluruh Eropa pada era 1930-an, khususnya gerakan antifasis dalam perang saudara di
Spanyol. Pada tahun 1939, rezim Stalin dan Jerman Nazi menandatangani sebuah
kesepakatan untuk tidak saling menyerang. Atas dasar kesepakatan ini, Uni Soviet dan
Jerman Nazi bersama-sama menginvasi Polandia, tetapi Jerman secara sepihak mengingkari
kesepakatan ini dengan menginvasi Uni Soviet pada tahun 1941. Meskipun mula-mula
terdesak, Tentara Merah Soviet mampu memukul mundur pasukan Jerman, bahkan berhasil
merebut kota Berlin pada tahun 1945, dan mengakhiri Perang Dunia II di Eropa. Uni Soviet

4
menganeksasi negara-negara Baltik dan menyokong pembentukan rezim-rezim pro-Uni
Soviet di hampir seluruh kawasan tengah dan timur Eropa, di Tiongkok, dan di Korea Utara.
Seusai Perang Dunia II, Uni Soviet dan Amerika Serikat tampil menjadi dua negara adidaya
di tataran dunia. Ketegangan-ketegangan yang timbul di antara kedua negara adidaya ini
memuncak menjadi Perang Dingin antara Blok Timur yang didukung Soviet dan Blok Barat
yang didukung Amerika Serikat. Stalin memimpin negaranya melewati kurun waktu
pembangunan kembali pascaperang, dan pada kurun waktu inilah, tepatnya pada tahun
1949, Uni Soviet berhasil mengembangkan senjata nuklir. Pada tahun-tahun ini pula Uni
Soviet sekali lagi mengalami bencana kelaparan dahsyat, dan merebaknya kampanye
antisemit yang berpuncak pada kasus persekongkolan para dokter. Stalin wafat pada tahun
1953, dan jabatannya selaku kepala negara Uni Soviet di kemudian hari diduduki oleh
Nikita Khrushchev yang justru mengecam pendahulunya itu dan memelopori suatu proses
de-Stalinisasi atas segenap lapisan masyarakat Soviet.

Sebagai salah seorang tokoh terpenting pada abad ke-20 menurut anggapan banyak
orang, Stalin menjadi subjek dari suatu kultus individu yang mewabah dalam gerakan
Marxis-Leninis internasional. Bagi para pemujanya, Stalin adalah pahlawan sosialisme dan
kelas pekerja. Meskipun Uni Soviet akhirnya bubar pada tahun 1991, masih banyak orang di
Rusia dan Georgia yang mengaguminya sebagai seorang pemimpin yang jaya pada masa
perang, dan berjasa membangun Uni Soviet menjadi sebuah kekuatan besar di mata dunia.
Sebaliknya, banyak pula yang mengutuk rezim totaliternya sebagai pihak yang bertanggung
jawab atas tindakan-tindakan penindasan massal, pembersihan etnis, ratusan ribu
penghukuman mati, dan bencana kelaparan yang merenggut jutaan korban jiwa.

C. Unisoviet Era Nikita Kruschev


Stalin meninggal pada tahun 1953 dan digantikan oleh Nikita Khrushchev. Pada
masanya, ia mengubah kebijakan Stalin yang tergolong kejam melalui proses destalinisasi
dan berusaha memperbaiki hubungan dengan negara-negara Barat. Meskipun demikian,
konfrontasi dengan Barat tetap ada. Pada masa inilah terjadi perlombaan angkasa dan
senjata nuklir. Khrushchev dilengserkan dari jabatannya sebagai Sekretaris Jenderal Partai
Komunis dan Kepala Negara Uni Soviet pada tahun 1964 setelah Krisis Rudal Kuba setahun
sebelumnya yang nyaris memicu perang nuklir antara Uni Soviet dengan Amerika Serikat.

5
D. Unisoviet era leonid Brezhnev

Setelah Khrushchev dilengserkan, Uni Soviet kembali dipimpin secara bersama-


sama oleh Leonid Brezhnev sebagai Sekretaris Jenderal, Alexei Kosygin sebagai Perdana
Menteri, dan Nikolai Podgorny sebagai Ketua Presidium hingga 1970 saat Brezhnev
mengangkat dirinya sebagai pemimpin tunggal. Pada tahun 1968, Uni Soviet dan negara-
negara anggota Pakta Warsawa menginvasi Cekoslowakia untuk mencegah meluasnya
reformasi Musim Semi Praha.

Pada masanya, Brezhnev memulai politik détente yang bertujuan untuk


mengurangi ketegangan dengan negara-negara Barat. Walaupun demikian, ia tetap berusaha
mengembangkan pengaruh Soviet dengan mendukung salah satu pihak yang pro-
komunisme, sosialisme, atau anti-Barat dalam berbagai konflik global dan perang saudara
seperti mendukung negara-negara Arab dalam konflik melawan Israel, Vietcong dan Tentara
Rakyat Vietnam dalam Perang Vietnam yang juga didukung oleh Tiongkok, MPLA di
Angola, FRELIMO di Mozambik, SWAPO di Namibia, serta pemerintahan Sandinista di
Nikaragua. Selain itu, ia juga menghidupkan kembali beberapa kebijakan Stalin yang
bertumpu pada pembangunan industri berat dan militer.

Era Brezhnev juga dikenal sebagai "Masa Stagnasi" karena birokrasi Soviet yang
kaku saat itu menghalangi inovasi dan pembaruan dalam segala bidang, terutama bidang
politik, ekonomi, dan teknologi. Pada tahun 1980, pecah Perang Soviet-Afganistan yang
mengakhiri kebijakan détente sehingga membuat Amerika Serikat di bawah kepemimpinan
Jimmy Carter dan Ronald Reagan memperbarui ketegangan dan melanjutkan perlombaan
senjata.

E. Unisoviet era gorbachev

Setelah meninggal pada tahun 1982, kedudukan Brezhnev digantikan oleh Yuri
Andropov dan Konstantin Chernenko yang masing-masing meninggal saat menjabat pada
tahun 1984 dan 1985. Pasca-kematian Chernenko, Politbiro mengangkat Mikhail Gorbachev
sebagai Sekretaris Jenderal pada bulan Maret 1985 yang menandai hadirnya generasi

6
kepemimpinan yang baru. Di bawah Gorbachev yang relatif masih muda, para teknokrat
berorientasi pembaruan yang telah mengawali karier mereka sejak masa kepemimpinan
Khrushchev, dengan segera memperkuat kekuasaan di lingkungan Partai Komunis,
memberikan momentum baru untuk liberalisasi politik dan ekonomi, serta mengembangkan
hubungan yang lebih baik dengan Barat.

Pada saat Gorbachev memperkenalkan glasnost (keterbukaan politik), perestroika


(restrukturisasi ekonomi), dan uskoreniye (percepatan pembangunan ekonomi),
perekonomian Uni Soviet mengalami inflasi tersembunyi yang diperparah oleh maraknya
pasar gelap. Selain itu, biaya yang harus dikeluarkan sebagai negara adidaya dalam bidang
militer, spionase, dan bantuan bagi negara-negara sahabat, telah banyak membebani
perekonomian Uni Soviet. Gelombang baru industrialisasi yang didasarkan pada teknologi
informasi membuat Uni Soviet kelabakan mengadopsi teknologi Barat dan mencari kredit
untuk mengatasi keterbelakangannya.

Undang-Undang Koperasi yang diberlakukan pada bulan Mei 1988 merupakan


salah satu kejutan dalam agenda pembaruan ekonomi Gorbachev. Untuk pertama kalinya
sejak Kebijakan Ekonomi Baru yang digagas oleh Lenin, negara mengizinkan kepemilikan
pribadi perusahaan dalam bidang jasa, manufaktur, dan perdagangan luar negeri.

Glasnost memberi kebebasan berbicara dan berpendapat secara lebih besar.


Kebebasan pers mulai diterapkan serta ribuan tahanan politik dibebaskan dari kamp-kamp
kerja paksa. Tujuan utama Gorbachev mengadakan glasnost adalah untuk menekan kaum
konservatif yang menentang kebijakan restrukturisasi ekonominya. Melalui berbagai
keterbukaan, debat, dan partisipasinya, Gorbachev berharap rakyat Soviet akan mendukung
setiap langkah pembaruannya.

Pada bulan Januari 1987, Gorbachev menyerukan demokratisasi dengan


memperkenalkan unsur-unsur demokrasi seperti pemilihan umum dengan banyak calon
dalam dinamika politik Uni Soviet. Pada bulan Juni 1988, dalam Kongres Partai Komunis
Uni Soviet XIX, Gorbachev menggulirkan pembaruan-pembaruan radikal yang
dimaksudkan untuk mengurangi kendali Partai Komunis terhadap aparat pemerintah. Pada

7
bulan Desember 1988, Majelis Agung Uni Soviet menyetujui pembentukan Kongres
Perwakilan Rakyat yang sebelumnya telah ditetapkan dalam amendemen Konstitusi Soviet
1977 sebagai badan legislatif yang baru. Pemilihan umum anggota kongres diadakan di Uni
Soviet pada bulan Maret dan April 1989. Pada tanggal 15 Maret 1990, Gorbachev terpilih
sebagai Presiden Uni Soviet yang pertama.

F. Ubarnya Unisoviet

Upaya Gorbachev untuk merampingkan sistem komunis memang membawa


harapan, tetapi tidak dapat dikendalikan sehingga mengakibatkan serangkaian peristiwa
yang akhirnya ditutup dengan pembubaran Uni Soviet. Kebijakan perestroika dan glasnost
yang mulanya dimaksudkan sebagai alat untuk merangsang perekonomian Uni Soviet malah
menimbulkan akibat-akibat yang tak diharapkan.

Penyensoran media yang tak lagi ketat akibat glasnost menyebabkan Partai
Komunis tidak dapat berbuat banyak saat media mulai menyingkap masalah-masalah sosial
dan ekonomi yang telah lama disangkal dan ditutup-tutupi oleh pemerintah. Masalah seperti
perumahan yang buruk, alkoholisme, penyalahgunaan obat-obatan, polusi, pabrik-pabrik
yang sudah ketinggalan zaman sejak masa Stalin dan Brezhnev, serta korupsi yang
sebelumnya diabaikan oleh media resmi, kini mendapatkan perhatian yang semakin besar.
Laporan-laporan media juga menyingkap kejahatan yang dilakukan oleh rezim Stalin seperti
gulag dan Pembersihan Besar-Besaran. Selain itu, perang di Afganistan dan kekeliruan
penanganan Bencana Chernobyl semakin merusak citra pemerintah. Keyakinan masyarakat
terhadap sistem pemerintahan Soviet semakin melemah sehingga mengancam integritas Uni
Soviet.

Pertikaian antarnegara anggota Pakta Warsawa membuat Uni Soviet tidak mampu
lagi mengandalkan negara-negara satelitnya untuk melindungi perbatasannya. Pada tahun
1989, Doktrin Brezhnev ditanggalkan dan kebijakan untuk tidak ikut campur urusan dalam
negeri negara-negara satelitnya di Eropa Timur dijadikan sebagai pengganti. Hal itu
membuat pemerintahan di negara-negara satelit Uni Soviet di Eropa Timur kehilangan
jaminan bantuan dan intervensi Soviet apabila rakyatnya memberontak. Pada akhirnya,

8
pemerintahan berhaluan komunis di Bulgaria, Cekoslowakia, Hongaria, Jerman Timur,
Polandia, dan Rumania yang berkuasa sejak akhir Perang Patriotik Raya runtuh.

Uni Soviet juga mulai mengalami pergolakan saat rakyat mulai merasakan akibat
politik dari glasnost. Meski sudah dilakukan berbagai upaya untuk meredamnya,
ketidakstabilan di Eropa Timur mau tidak mau menyebar ke negara-negara yang tergabung
dalam Uni Republik Sosialis Soviet. Dalam pemilihan umum untuk memilih anggota dewan
regional di republik-republik Uni Soviet, kaum nasionalis dan tokoh pembaruan radikal
banyak yang terpilih.

Bangkitnya nasionalisme segera menghidupkan kembali ketegangan antaretnis di


berbagai republik Soviet yang semakin memperlemah cita-cita persatuan rakyat Soviet.
Sebagai contoh, pada bulan Februari 1988, pemerintah Nagorno-Karabakh, RSS Azerbaijan,
yang didominasi oleh etnis Armenia, meloloskan keputusan yang menyatakan
penggabungan wilayahnya dengan RSS Armenia. Kekerasan terhadap orang-orang
Azerbaijan diliput dan ditayangkan oleh televisi Soviet sehingga memicu adanya
pembantaian terhadap orang-orang Armenia di Sumqayit. Ketegangan antaretnis ini kelak
akan menjadi cikal bakal radikalisme dan terorisme pasca-keruntuhan Uni Soviet.

Ketidakpuasan masyarakat terhadap situasi ekonomi semakin memburuk. Meski


perestroika dianggap berani dalam konteks sejarah Uni Soviet, upaya Gorbachev untuk
melakukan pembaruan ekonomi tidak begitu radikal dan dinilai terlambat untuk membangun
kembali ekonomi negara yang sangat lesu pada akhir tahun 1980-an. Berbagai terobosan
dalam hal desentralisasi memang berhasil dicapai, tetapi Gorbachev dan timnya sama sekali
tidak merombak kebijakan-kebijakan ekonomi warisan Stalin seperti pengendalian harga,
mata uang rubel yang tidak dapat dipertukarkan, tidak diakuinya kepemilikan pribadi, dan
monopoli pemerintah atas sebagian besar sarana produksi.

Pada tahun 1990, pemerintah Uni Soviet praktis telah kehilangan seluruh
kendalinya terhadap kondisi-kondisi ekonomi. Pengeluaran pemerintah meroket karena
perusahaan tak menguntungkan yang memerlukan bantuan dari negara semakin bertambah,
sedangkan subsidi harga-harga kebutuhan pokok terus berlanjut. Perolehan pajak menurun,

9
terutama karena adanya kampanye antialkohol dan desentralisasi. Pemerintah pusat yang
tidak dapat lagi membuat kebijakan produksi, khususnya dalam industri pemenuhan
kebutuhan pokok, menyebabkan lenyapnya rantai produsen dengan pemasok sementara
rantai yang baru belum terbentuk. Jadi, bukannya merampingkan sistem, program
desentralisasi Gorbachev justru menyebabkan kemacetan proses produksi.

Pada tanggal 7 Februari 1990, Komite Pusat Partai Komunis setuju untuk
melepaskan monopoli atas kekuasaannya. Republik-republik anggota Uni Soviet mulai
menegaskan kedaulatan nasional mereka terhadap Moskwa dan mulai melancarkan "perang
undang-undang" dengan pemerintah pusat. Dalam hal ini, pemerintahan republik-republik
anggota Uni Soviet, terutama Trio Baltik, yaitu Estonia, Lituania, dan Latvia, membatalkan
semua undang-undang federal jika undang-undang itu bertentangan dengan undang-undang
setempat, menegaskan kendali mereka terhadap perekonomian setempat, dan menolak
membayar pajak kepada pemerintah pusat di Moskwa. Gejolak ini menyebabkan macetnya
ekonomi karena garis pasokan ekonomi dalam negeri rusak sehingga perekonomian Uni
Soviet semakin merosot.

Pada pertengahan Agustus 1991, kelompok garis keras di lingkungan Partai


Komunis Uni Soviet bekerja sama dengan KGB mengadakan sebuah percobaan kudeta
terhadap Gorbachev, tetapi gagal. Pada tanggal 8 Desember 1991, Presiden RSFS Rusia,
RSS Ukraina, dan RSS Byelorusia menandatangani Piagam Belavezha yang menandakan
pembubaran kesatuan dan digantikan fungsinya oleh Persemakmuran Negara-Negara
Merdeka (CIS). Sementara ada banyak perdebatan mengenai siapa yang berhak
membubarkan Uni Soviet, Gorbachev meletakkan jabatannya sebagai Presiden Uni Soviet
pada tanggal 25 Desember 1991 dan memberikan kekuasaannya kepada Boris Yeltsin.
Puncaknya, Majelis Agung Uni Soviet membubarkan dirinya pada tanggal 26 Desember
1991 yang sekaligus menandakan bubarnya Uni Soviet sebagai suatu federasi, hanya terpaut
empat hari sebelum hari jadinya yang ke-69.

Dengan keruntuhan Uni Soviet sebagai negara komunis adidaya dunia, maka
runtuh pula kekuasaan komunis internasional. Berarti hal tersebut membuat Amerika Serikat
memenangkan perang dingin yang sudah berakhir.

10
Banyaknya negara yang berbeda adat di bawah Uni Soviet pada akhirnya mendapatkan jati
diri dan kebebasannya sendiri dalam menyelenggarakan pemerintahan dan kedaulatan sesuai
kepribadian warganya sendiri. Mereka mendirikan negara baru yang sudah tidak lagi terikat
dengan sosialis-komunis. Bahkan hampir semua mantan negara bagian Uni Soviet lebih
menyukai demokrasi dibandingkan meneruskan sistem warisan Uni Soviet.

Hak Asasi Manusia di seluruh negara bagian Uni Soviet yang dulu dikekang oleh
pemerintah pun sudah dihargai sepenuhnya. Bahkan ada banyak kreativitas dan prestasi
individu yang terus bermunculan seiring keruntuhan Uni Soviet dan kebebasan mantan
negara bagian mengekspresikan adat istiadat dan budayanya sendiri.

Keruntuhan Uni Soviet yang sangat dramatis membuat beberapa negara komunis lain
perlahan melemah. Tidak ada lagi negara besar yang menjadi penyokong mereka
menumbuhkan paham komunis di negaranya. Lambat laun, pengaruh komunis sama sekali
hilang dari muka bumi dan malah menjadi musuh bagi banyak negara di dunia.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sejarah Uni Soviet dimulai dengan runtuhnya kekuasaan Tsar. Pemerintahan Tsar
hancur karena kehabisan tenaga, korupsi dan kekurangan dukungan pada Perangg Dunia
I. pada tahun 1917, Rusia mengalami dua kali revolusi. Revolusi pertama berhasil
menurunkan Tsar Nicholas II dari tahta. Pemerintahan sementara segera dibentuk. Pada
saat itu, Lenin sebagai pemimpin kelompok Bolshevik (berarti mayoritas) masih berada
di Swiss, karena bantuan Jerman, maka Lenin dapat segera pulang ke Rusia.
Lenin memerintahkan pengikutnya untuk tidak mengakui Pemerintahan sementara.
Setelah merasa memperoleh dukungan mayoritas, Lenin memutuskan untuk merebut
kekuasaan. Pada tanggal 7 November (25 Oktober menurut kalender kuno) 1917,
kelompok Bolshevik mengambil alih kekuasaan. Inilah revolusi kedua (Revolusi
Bolshevik). Lenin membentuk pemerintahan baru. Kabinetnya disebut Komisariat Rakyat
Soviet. Ketuanya adalah Lenin dan komisaris urusan luar negeri dipegang oleh Leon
Trotsky.
Lenin berusaha membawa Rusia untuk keluar dari suasana perang. Ia memperkenalkan
kebijaksanaan Ekonomi Baru (New Economi Policy-NEP) pada tahun 1921. Lenin
menggunakan NEP dengan tujuan sebagai langkah mundur sementara untuk menuju
komunisme. Namun, sebelum dapat melaksanakan program ekonominya, ia sudah
meninggal dunia.
Periode setelah Lenin adalah Stalin. Stalin mengalami Perang Dunia II dan Perang
Dingin. Rusia merupakan salah satu negara pemenang dalam Perang Dunia II. Oleh
karena itu, Rusia berhasil memperoleh kembali wilayahnya yang hilang pada Perang
Dunia I. wilayah-wilayah tersebut antara lain Polandia Timur, Bessarabia, dan tiga negar

B. Saran-saran
Semoga makalah ini bisa berguna bagi pembaca khususnya bagi siswa siswi SMAN 1
Palabuhanratu.

12
DAFTAR PUSTAKA

Fukuyama.2008. The Return of History and the End of Dreams.jepang ; galamedia.

Rahrdja,pratama.1986.hilan
gnya Uni Soviet dalam peradaban dunia.
Yogyakarta;Intermedia

Negoro,st harapan,b.1991.jatuhnya Uni Soviet.Balai Aksara.

Nugraha,Deni.1991.munculnya Gorbachev.Jakarta;Gramedia

13

Anda mungkin juga menyukai