Anda di halaman 1dari 16

KASUS JESSICA KUMALA WONGSO (SIANIDA)

MAKALAH

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kriminologi.


Dosen pengampu: Devy Suryani, S.H., M.H.

Oleh:
Intan Derismawati (1111180337)
Sharin Yuniar Permata (1111180078)
Rika Amelia (1111180058)
Ananty Levita (1111180297)
Tifa Raisandra (1111180178)
Sheva Ramadian A (1111180387)
Dhera Paradita (1111180268)

Semester III/H

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2019

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.....................................................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................................4

1.2 RUMUSAN MASALAH................................................................................................5

BAB II.......................................................................................................................................6

PEMBAHASAN.......................................................................................................................6

2.1 KASUS RINCI................................................................................................................6

Kronologi versi Jessica......................................................................................................8

Kronologi versi Hani kepada Polisi...................................................................................9

Kronologi versi Edi Darmawan Salihin (Ayah Mirna)......................................................9

Barang Bukti......................................................................................................................9

Alat Bukti.........................................................................................................................10

Hasil Laboratorium Forensik...........................................................................................10

Persidangan......................................................................................................................10

2.2 BENTUK KEJAHATAN.............................................................................................14

2.3 KLASIFIKASI KEJAHATAN...................................................................................14

2.4 KLASIFIKASI PELAKU KEJAHATAN.................................................................14

2.5 TIPOLOGI PELAKU KEJAHATAN........................................................................14

BAB III....................................................................................................................................15

SIMPULAN............................................................................................................................15

3.1 SIMPULAN..................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

2
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah


SWT, Tuhan Pencipta Alam Semesta, karena atas rahmat, karunia, dan hidayah-
Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan rmakalah ini yang merupakan tugas
mata kuliah Kriminologi.
Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
pengampu mata kuliah Kriminologi, Ibu Devy Suryani, S.H., M.H. dan
semua pihak yang turut membantu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan, baik dari segi isinya maupun struktur penulisannya, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran positif untuk perbaikan makalah dikemudian hari.
Demikian, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, umumnya
kepada pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri. Terima Kasih.

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pembunuhan merupakan kejahatan yang sangat berat dan cukup mendapat perhatian di dalam
kalangan masyarakat. Berita di surat kabar, majalah dan surat kabar online sudah mulai sering
memberitakan terjadi nya pembunuhan. Tindak pidana pembunuhan di kenal dari zaman ke
zaman dan karena bermacam-macam faktor. Zaman modern ini tindak pidana pembunuhan
malah makin marak terjadi. Tindak pidana pembunuhan berdasarkan sejarah sudah ada sejak
dulu, atau dapat dikatakan sebagai kejahatan klasik yang akan selalu mengikuti perkembangan
kebudayaan manusia itu sendiri. Tindak pidana pembunuhan adalah suatu perbuatan yang dengan
sengaja maupun tidak, menghilangkan nyawa orang lain. Perbedaan cara melakukan perbuatan
tindak pidana pembunuhan ini terletak pada akibat hukum nya, ketika perbuatan tindak pidana
pembunuhan ini dilakukan dengan sengaja ataupun direncanakan terlebih dahulu maka akibat
hukum yaitu sanksi pidana nya akan lebih berat dibandingkan dengan tindak pidana pembunuhan
yang dilakukan tanpa ada unsurunsur pemberat yaitu direncanakan terlebidahulu. Pembunuhan
berencana sesuai Pasal 340 KUHP adalah suatu pembunuhan biasa seperti Pasal 338 KUHP,
akan tetapi dilakukan dengan direncanakan terdahulu. Direncanakan lebih dahulu 2
(voorbedachte rade) sama dengan antara timbul maksud untuk membunuh dengan
pelaksanaannya itu masih ada tempo bagi si pembuat untuk dengan tenang memikirkan misalnya
dengan cara bagaimanakah pembunuhan itu akan dilakukan. Perbedaan antara pembunuhan dan
pembunuhan direncanakan yaitu jika pelaksanaan pembunuhan yang dimaksud Pasal 338 itu
dilakukan seketika pada waktu timbul niat, sedang pembunuhan berencana pelaksanan itu
ditangguhkan setelah niat itu timbul, untuk mengatur rencana, cara bagaimana pembunuhan itu
akan dilaksanakan. Jarak waktu antara timbulnya niat untuk membunuh dan pelaksanaan
pembunuhan itu masih demikian luang, sehingga pelaku masih dapat berfikir, apakah
pembunuhan itu diteruskan atau dibatalkan, atau pula merencana dengan cara bagaimana ia
melakukan pembunuhan itu. Perbedaan lain terletak dalam apa yang terjadi didalam diri si pelaku
sebelum pelaksanaan menghilangkan jiwa seseorang (kondisi pelaku). Pembunuhan
direncanakan terlebih dulu diperlukan berfikir secara tenang bagi pelaku, namun dalam
pembunuhan biasa, pengambilan putusan untuk menghilangkan jiwa seseorang dan
pelaksanaannya merupakan suatu kesatuan, sedangkan pada pembunuhan direncanakan terlebih
dulu kedua hal itu terpisah oleh suatu jangka waktu yang diperlukan guna berfikir secara tenang

4
tentang pelaksanaannya, juga waktu untuk memberi kesempatan guna membatalkan
pelaksanaannya. Direncanakan terlebih dulu memang terjadi pada seseorang dalam suatu
keadaan dimana mengambil putusan untuk menghilangkan jiwa seseorang ditimbulkan oleh
hawa nafsunya dan di bawah pengaruh hawa nafsu itu juga dipersiapkan, sehingga dalam
pelaksanaan nya pelaku akanlebih mudah 3 membunuh korban.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana kasus rinci dari pembunuhan Wayan Mirna Salihin?


2. Bagaimana bentuk kejahatann dari kasus ini?
3. Apa saja klasifikasi kejahatan dari kasus ini?
4. Apa saja tipologi pelaku kejahatan dari kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin?

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KASUS RINCI

Kasus kematian Wayan Mirna Salihin usai meminum kopi tercampur sianida dengan terdakwa
Jessica Kumala Wongso telah memasuki persidangan keenam di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Dalam tiga persidangan terakhir, Jaksa penuntut umum selalu memutarkan video rekaman dari
kamera pengawas (closed circuit television/CCTV) yang menayangkan saat pertama kali Jessica
memasuki Kafe Olivier, memesan makanan, membayar, proses kedatangan Hani dan Mirna hingga
korban dibawa ke klinik.
Dalam video yang ditayangkan hingga hari ini, diambil dari beberapa kamera pemantau yang
tersebar di sekitar Kafe Olivier, belum terlihat jelas apakah Jessica yang membubuhkan racun ke
gelas kopi yang diminum Mirna.
Jessica pertama kali tiba di Kafe Olivier pada pukul 15.30 WIB untuk memesan meja di ruangan
tanpa asap rokok. Ia dilayani seorang resepsionis bersama Aprilia Cindy Cornelia.
Jessica terlihat oleh CCTV sejenak masuk ke dalam lorong untuk melihat ruangan. Pada pukul
15.32 WIB atau dua menit setelah tiba, Jessica meninggalkan Kafe Olivier.
Jessica datang untuk kedua kalinya ke Kafe Olivier, di Grand Indonesia, itu pada pukul 16.14 WIB
dengan menjinjing tiga tas kertas, yang dibawa di tangan kanan dan satu tas di tangan kiri . Jessica
diantar resepsionis ke meja 54 kemudian diberikan menu. Resepsionis mundur dan pesanan Jessica
ditangani pelayan.
Pada menit 16.22 WIB Jessica menutup pemesanan (close bill) dan melakukan pembayaran di
kasir diantar seorang pelayan bernama Marlon Napitupulu.Kira-kira satu menit kemudian, Agus
Triyono membawa pesanan Jessica berupa es kopi Vietnam. Agus berada di meja nomor 54 itu
dari pukul 16.24 WIB hingga 16.26 WIB untuk menyajikan kopi. Pukul 17.17 WIB, Hani dan
Mirna datang dan saling berpelukan sejenak bersama Jessica di depan meja 54. Mirna pun duduk
di tengah diapit Jessica di sisi kiri dan Hani di sisi kanan. Pukul 17.18 di CCTV Mirna terlihat
mengaduk kopi dan meminumnya. Menit-menit selanjutnya adalah kondisi Mirna memburuk,
mulai dari merasa kepanasan di mulut hingga bersandar di sofa karena tidak sadarkan diri.
Pada 17.27 rombongan itu meninggalkan Kafe Olivier untuk diantar ke klinik di mall
menggunakan kursi roda yang disediakan pelayan Kafe Olivier. Masih ada potongan video
rekaman CCTV yang belum diputar jaksa, antara lain saat Jessica sendirian menunggu Hani dan
Mirna pada rentang waktu antara sebelum pukul 17.17 WIB.

6
Berikut kronologi menurut tayangan CCTV yang disiarkan di PN Jakarta Pusat hingga persidangan
keenam, Rabu (20/7):
15.30: Jessica datang mengenakan kaus coklat dan membawa satu buah tas.
15:31: Jessica melakukan reservasi dilayani seorang resepsionis bernama Cindy.
15.32: Jesicca melihat sebentar ke dalam lorong kemudian berbalik badan dan keluar.
15:32: Jessica terlihat keluar dari Kafe Olivier.
16:14: Jessica datang untuk kedua kalinya. Ia membawa tiga paperbag di tangan kanan dan tas di
tangan kiri.
16.14: Jessica berjalan ke meja ditemani resepsionis. Jessia ditinggalkan sejenak oleh resepsionis
yang mengambil menu.
16.15: Jessica membaca menu kemudian resepsionis mundur.
16.22: Jessica melakukan pembayaran di kasir.
16.23: Agus Triyono, pelayan Kafe Olivier, mengantarkan pesanan ke meja Jessica.
16.23: Agus Triyono muncul di kamera 3 CCTV saat mengambil tissue.
16.24: Agus Triyono terlihat di kamera 9 CCTV meletakkan tissue, gelas dengan serbuk kopi,
sedotan, kemudian menuangkan air panas.
16.25: Agus Triyono masih melayani Jessica di meja 54. Namun tidak begitu jelas terlihat
terhalang pembatas.
16.26: Agus Triyono sudah meninggalkan meja Jessica.
17.17: Hani berkaos biru dan korban Wayan Mirna Salihin berbaju biru datang ke Cafe Olivier.
17.18: Hani dan Mirna datang menghampiri Jessica. Mereka berpelukan kemudian Mirna duduk di
tengah Jessica dan Hani. Mirna terlihat mengaduk Es Kopi Vietnam dan meminumnya. Usai
minum, Mirna mengibas-ibaskan tangan di depan mulutnya.
17.19: Mirna terlihat bersandar dan lemas. Jessica meninggalkan meja untuk memanggil pegawai
cafe.
17.20: Jessica kembali ke meja. Mirna sudah terlihat tidak sadarkan diri.
17.21: Seorang pelayan membawa air mineral dengan nampan. Seorang pelayan wanita
mengangkat gelas bersianida.
17.22: Jessica bangun dari kursinya dan berdiri di seberang meja
17.23: Jessica berdiri di seberang melihat sambil mengamati Mirna dan Hani serta empat pelayan
Cafe Olivier yang datang ke meja. Jessica terlihat menggaruk tangan.
17.24: Pelayan Kafe Olivier membawa kursi roda sementara pegawai lainnya menggeser meja ke
sisi kanan. Jessica terlihat masih berdiri sambil menggaruk tangannya.
17.25: Jessica mendekati meja untuk mengambil tas sementara beberapa orang juga berada di
dekat meja itu, termasuk seorang ibu yang dikatakan Hani sedang membaca doa.
17.26: Hani terlihat panik dan melakukan panggilan telepon kepada Arief Soemarko, suami Mirna.
17.27: Mirna diangkat staf Cafe Olivier menuju lift dekat cafe untuk dibawa ke klinik.

7
Kronologi versi Jessica

Tiba di Grand Indonesia (pukul 14.00 WIB). Jessica janjian bertemu dengan tiga temannya, Mirna,
Hani, dan Vera, di Kafe Olivier pada pukul 17.00.

Pesan tempat. Begitu tiba, Jessica langsung memesan meja nomor 54. Kafe Olivier merupakan
pilihan Mirna.

Jalan-jalan. Jessica berkeliling mal dan membeli tiga bingkisan berisi sabun untuk oleh-oleh bagi
ketiga temannya.

Kembali ke kafe (Sekitar pukul 16.00 WIB). Jessica memesan minuman setelah bertanya dulu di
grup perbicangan media sosial mereka.

Minuman datang. Minuman yang datang pertama adalah kopi es Vietnam pesanan Mirna. Dua
minuman lainnya, fashioned sazerac (Hani) dan cocktail (Jessica) datang belakangan.

Sang teman tiba (pukul 16.40). Mirna dan Hani datang. Vera tak terlihat. Posisi duduk: Mirna
(tengah), Jessica (kiri), dan Hani (kanan)

Mirna meminum kopi Mirna merasa bau kopinya aneh dan meminta kedua temannya ikut
mencium. “Baunya aneh,” kata Jessica. Belakangan diketahui bahwa kopi yang diminum oleh
Mirna memiliki warna seperti kunyit.

Mirna meminta air putih. Jessica meminta air kepada pelayan. Ia ditanya balik pilihan
minumannya.

Mirna sekarat. Ketika ia kembali, tubuh Mirna sudah kaku, mulutnya mengeluarkan busa, kejang-
kejang, dengan mata setengah tertutup.

Panik. Jessica dan Hani panik sembari mengoyangkan tubuh Mirna. Mereka berteriak memanggil
pelayan kafe.

Dibawa ke klinik dan rumah sakit Mirna dibawa menggunakan kursi roda ke klinik, kemudian
dibawa dengan mobil suaminya, Arief Soemarko, ke Rumah Sakit Abdi Waluyo. Dokter klinik
mal Grand Indonesia, Joshua, mengatakan denyut nadi Wayan Mirna Salihin sebelum wafat adalah
80 kali per menit. Sementara pernapasannya 16 kali per menit. Pada saat dibawa ke klinik, Mirna
diketahui pingsan. Selama lima menit Joshua mengaku hanya melakukan pemeriksaan dan tidak
menemukan masalah pada pernapasan dan denyut nadi. Dirinya hanya memberi alat bantu

8
pernapasan. Kemudian atas kemauan suami, Mirna kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Abdi
Waluyo.

Kronologi versi Hani kepada Polisi

Tiba di kafe (pukul 16.00 WIB) Jessica tiba di kafe.

Hani dan Mirna datang (pukul 16.40 WIB). Minuman sudah tersedia. Menurut Hani, setelah
meminum es kopi, Mirna mengatakan “It's awful, it's bad”. “Minumannya ada apa-apanya kali,”
kata Hani. Mirna sekarat Mirna merasa kepanasan dan mulutnya berbusa sehingga dibawa ke
klinik. Mirna meninggal di Rumah Sakit Abdi Waluyo.

Kronologi versi Edi Darmawan Salihin (Ayah Mirna)

Wawancara yang dilakukan oleh Karni Ilyas dalam acara Indonesia Lawyers Club di tvOne, Edi


Darmawan Salihin[3] mengungkapkan beberapa fakta terkait kematian anaknya. Fakta tersebut ia
peroleh salah satunya setelah melihat rekaman CCTV yang berada di Olivier Café. Ia menjelaskan,
bahwa apa yang di ucapkan oleh Jessica Kumala Wongso di media-media itu bohong. Kebohongan
tersebut antara lain mengenai air mineral yang diakui Jessica dipesan olehnya, nyatanya tidak
tercantum dalam tagihan pesanan. Lalu penempatan goody bag yang diakui Jessica ditaruh di atas
meja setelah minuman datang, menurut Edi, nyatanya goodybag ditaruh sebelum minuman
pesanan diantarkan oleh pelayan. Edi pun mengatakan, hanya Jessica yang tidak menangis saat
keluarga dan teman-teman Mirna berada di Rumah Sakit Abdi Waluyo.

Barang Bukti

1. Rekaman CCTV
2. Es kopi vietnam
3. 3 botol berisi cairan dibungkus paper bag bath and body works yang masing-masing berisi
sabun cair.
4. Struk pembelian yang berisi: 1 kopi es vietnam (Mirna), 1 fashioned sazerac (Hani), Cocktail
(Jessica).
5. Terdapat 37 barang bukti lainnya.

9
Alat Bukti

1. Keterangan asisten rumah tangga mengenai pembuangan celana jeans yang diperintahkan
Jessica.
2. Ayah Mirna (Dermawan Salihin) menurut beliau, kepada dirinya Jessica mengaku hanya
minum air putih.

Hasil Laboratorium Forensik

Hasil otopsi yang dilakukan terhadap jenazah Mirna, ditemukanadanya pendarahan pada lambung
dikarenakan adanya zat yang bersifat korosif masuk dan merusak mukosa lambung. Belakangan
diketahui, zat korosif tersebut berasal dari Sianida.
Pusat Laboratorium Forensik Mabes Polri juga sudah mengeluarkan hasil pemeriksaan sampel
kopi yang diminum Wayan Mirna Salihin. Hasilnya, dari sampel kopi itu ditemukan 15 gram racun
sianida. Sebagai perbandingan, 90 miligram sianida bisa menyebabkan kematian pada orang
dengan berat badan 60 kilogram. Sekitar 90 miligram, jika dalam bentuk cairan, dibutuhkan 3-4
tetes saja. Sedangkan 15 gram, sekitar satu sendok teh.

Persidangan

Setelah melewati beberapa kali persidangan, Jessica Kumala Wongso pada akhirnya dituntut 20
tahun penjara atas tindak pidana pembunuhan yang diatur dalam Pasal 340 KUHP. Dalam
tuntutannya, jaksa menyebutkan bahwas Jessica diyakini terbukti bersalah meracuni Mirna dengan
menaruh racun sianida dengan kadar 5 gram. Jessica disebut menutupi aksinya dengan cara
meletakkan 3 kantong kertas di meja nomor 54.
Pada 27 Oktober 2016, Jessica Kumala Wongso dijatuhi vonis pidana penjara selama 20 tahun.
Jaksa melalui surat dakwaannya menyatakan, Jessica Kumala Wongso mengatur sedemikian rupa
posisi benda-benda di atas meja agar aksinya menaburkan racuan sianida ke kopi Mirna tertutupi.
Salah satu yang dipakai sebagai 'penutup' adalah 3 paper bag berisi sabun.
Berdasarkan surat dakwaan yang dibacakan Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Jakarta
Pusat, Ardito Muwardi, di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Bungur Besar Raya, Jakpus, Rabu
(15/6/2016), pertemuan di Restoran Olivier disepakati pada 6 Januari 2016 sekitar pukul 18.30
WIB. Jessica datang terlebih dahulu di pertemuan tersebut.
Jessica tiba di Restoran Olivier pukul 15.30 WIB dan langsung memesan tempat duduk untuk 4
orang di area tidak merokok tepatnya di meja nomor 54. Jika mengacu pada anggota di grup
Whatsapp, maka 4 orang yang dimaksud adalah Jessica, Mirna, Hani, dan Vera.

10
"Setelah mengamati keadaan restoran, sebagai persiapan selanjutnya untuk menghilangkan nyawa
Mirna, kemudian terdakwa meninggalkan restauran menuju toko Bath and Body Works, Lantai 1,
West Mall, Grand Indonesia," ujar jaksa Ardito.
"Sesampainya di toko tersebut, terdakwa membeli 3 buah sabun dan meminta saksi Tri Nurhayati
selaku karyawati Bath and Body Works, agar masing-masing sabun tersebut dibungkus dan
dimasukkan ke dalam 3 paper bag," jelasnya.
Pukul 16.14 WIB, Jessica kembali ke restauran dan meletakkan 3 paper bag di atas meja yang
telah dipesan sebelumnya. Ia kemudian memesan Vietnamesse Iced Coffee (VIC) serta memesan 2
cocktail yaitu Old Fashion dan Sazerac, ia juga sekaligus langsung membayarnya.
"Terdakwa langsung membayar minuman itu (close bill) dan untuk itu terdakwa berjalan menuju
kasir sambil menengok dan memperhatikan situasi dan keadaan dalam restauran olivier,"ujarnya.
Begitu VIC tiba di meja 54, Jessica memasukkan sedotan ke dalam gelas berisi VIC tersebut.
Sebelumnya sedotan berada di samping gelas di atas tisu dan masih tertutup di ujungnya. Tak
lama, 2 cocktail tiba di meja 54. Saat itulah pegawai restauran menyadari bahwa sedotan sudah
dimasukkan ke gelas berisi VIC.
Sekitar pukul 16.28 WIB, Jessica pindah duduk ke tengah sofa. Jessica meletakkan gelas berisi
VIC di sebelah kanannya kemudian menyusun 3 paper bag di atas meja sedemikian rupa dengan
maksud menghalangi pandangan orang sekitar agar perbuatan yang dilakukannya terhadap gelas
berisi minuman VIC tidak terlihat.
"Kemudian 3 paper bag tersusun, dalam rentang waktu pukul 16.30 WIB s/d 16.45 WIB, terdakwa
langsung memasukkan racun natrium sianida (NaCN) ke dalam gelas berisi minuman VIC yang
disajikan untuk korban Mirna," terang Jaksa Ardito.
"Setelah terdakwa selesai memasukkan racun NaCN ke dalam gelas VIC dan meletakannya di
tengah meja 54, terdakwa memindahkan 3 paper bag ke belakang sofa kemudian terdakwa kembali
duduk di posisi semula," imbuhnya.
KematianWayanMirna Salihin usai menyeruput kopi Vietnam di Kafe Olivier pada Rabu (6/1) lalu
karena terdapat racun sianida telah menyita perhatian publik.Terlebih setelah Jessica Kumala
Wongso yang juga sahabat Mirna kini ditahan.
Merasa tidak bersalah, Jessica mencari keadilan. Melalui kuasa hukumnya, perempuan yang
bekerja sebagai desain grafis di Australia itupun mengajukan praperadilan terhadap kepolisian.
Pihak Jessica menuding pihak kepolisian,khususnya Polsek Tanah Abang selaku pihak tergugat
telah menyalahi wewenang. Mulai proses penetapan tersangka tanpa bukti kuat hingga pencekalan
terhadapnya.
Sebagai pihak tergugat, Polsek Tanah Abang pun menanggapinya dengan dingin. Kuasa hukumnya,
AKBP Aminullah, bahkan menyebut tudingan itu salah alamat. Sebab yang menetapkan Jessica
sebagai tersangka adalah Polda Metro Jaya setelah kasusnya diambil alih pada 10 Januari.
Memang mulanya Polsek Tanah Abang memanggil Jessica setelah mendapat hasil forensik yang

11
menunjukkan kematian Mirna tidak wajar. Untuk mendapatkan titik terang, pihak polsek pun
mengirimkan sampel kopi kepada Puslabfor Mabes Polri.
Hasilnya, positif terdapat kandungan sianida sebanyak 5 miligram dalam kopi Mirna. Karena kasus ini
dinilai cukup pelik, maka Polsek Tanah Abang melimpahkannya kepada Direktorat Kriminal Umum
Polda Metro Jaya untuk ditindak lanjuti.
"Untuk kepentingan penyidikan lebih lanjut pada tanggal 10 Januari 2016, Ditreskrimum Polda Metro
Jaya melakukan pengambilalihan kasus kematian Mirna sesuai dengan lampiran nomor
RP/02/1/2016/Sektor Tanah Abang  tanggal 6 Januari 2016," ujar Aminullah di Ruang Sidang Kartika
PN Jakpus, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Rabu (24/2/2016).
Setelah penanganan perkara lepas dari Polsek Tanah Abang, maka Ditreskrimum Polda Metro Jaya
melakukan sejumlah penyelidikan. Adapun alur penyelidikan yang dilakukannya, sebagai berikut:

6 Januari 2016
Polsek Tanah Abang mendapat laporan tewasnya Wayan Mirna Salihin setelah meminum es kopi
Vietnam di kafe Olivier, Mal Grand Indonesia. Polisi langsung membentuk dua tim, di mana tim
pertama mengecek ke lokasi kejadian sedangkan tim kedua mencari informasi ke RS Abdi Waluyo
yang menjadi lokasi jenazah Mirna sempat dibawa untuk mendapat pertolongan pertama. Namun
tim kedua tidak dapat melihat kondisinya secara langsung lantaran jenazah sudah dibawa keluarga
ke RS Dharmais.

7 Januari 2016
Penyelidik Polsek Tanah Abang meminta rekaman medis atas nama Wayan Mirna Salihin ke RS
Abdi Waluyo. Pihaknya juga langsung mengirim barang bukti berupa botol dan sampel kopi ke
Puslabfor Mabes Polri untuk mengetahui kandungan zat yang ada dalam minuman tersebut.

9 Januari 2016
Polsek Tanah Abang meminta izin keluarga Mirna untuk dilakukan autopsi jenazah agar diketahui
penyebab lebih jelasnya. Sebab menurut keterangan medis, Mirna dinyatakan meninggal secara
tidak wajar.

10 Januari 2016
Kasus tewasnya Mirna telah dilimpahkan kepada Ditreskrimum Polda Metro Jaya. Selanjutnya,
pihak Polda langsung menerbitkan surat perintah tugas dan surat perintah penyidikan.

25 Januari 2016
Ditreskrimum Polda Metro Jaya menerbitkan surat dimulainya penyelidikan yang dilanjutkan
dengan surat memintai keterangan saksi dan anggota keluarga. Termasuk juga surat perintah

12
penggeledahan dan penyitaan batang bukti berupa CCTV dari kafe Olivier. Selanjutnya, polisi juga
menggelar rekonstruksi pembuatan kopi, meminta keterangan ahli forensik, toksikologi forensik,
psikologi klinik dan kriminilogi.

30 Januari 2016
Usai melakukan gelar perkara dan meningkatkan status Jessica dari saksi menjadi tersangka, tim
penyidik mengeluarkan surat perintah penangkapan dengan nomor SP/205/I/2016/Ditreskrimum.
Selanjutnya, Jessica pun ditahan di ruang tahanan Polda Metro Jaya selama 20 hari.

11 Februari 2016
Jessica melalui kuasa hukumnya mengajukan praperadilan terhadap pihak kepolisian seperti yang
tertulis dalam permohonannya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, Aminullah menyatakan bahwa pihaknya sudah bekerja sesuai
prosedur dan tidak melakukan tindakan yang menyalahi wewenang. Ia juga menegaskan, secara
hierarki posisinya berada di bawah Polda Metro Jaya.

"Mengingat satuan bawah tidak dibenarkan bertanggungjawab atas perbuatan hukum yang
dilakukan satuan yang diatasnya. Namun sebaliknya, apabila Polda Metro Jaya bertanggungjawab
atas perbuatan hukum yang dilakukan oleh satuan di bawahnya dalam hal ini Polsek Tanah Abang
benar sesuai undang-undang," terangnya.

Meski demikian tim kuasa hukum Jessica tetap kekeuh 'menyerang' Polsek Tanah Abang.
Pengacara Yudi Wibowo Sukinto menjelaskan, dengan digugatnya Polsek Tanah Abang maka
secara berjenjang seluruh jajaran di atasnya pun ikut secara otomatis.

"Tidak benar itu kalau disebut salah sasaran. Lihat dong UU No 2 Tahun 2002 tentang kepolisian.
Polisi itu bekerja secara hirarki. UU dengan surat pengalihan tinggi mana? Polsek saya gugat,
Polda Metro saya gugat itu sesuai UU. Perkaranya di Polsek kan, dilimpahkan itu kan kewenangan
dia," kata Yudi kepada wartawan usai persidangan.
Selanjutnya, sidang praperadilan ketiga dengan agenda pemeriksaan saksi pihak Jessica dan alat
bukti pihak tergugat akan digelar pada Kamis (25/2) esok.

13
2.2 BENTUK KEJAHATAN

Kasus sianida ini termasuk ke dalam bentuk kejahatan organized crime (kejahatan
terorganisir) karena saat Jessica melakukan aksinya, ia melakukannya dengan secara
terorganisir dan direncanakan dengan sangat detail sehingga dalam cctv pun tidak terlihat.

2.3 KLASIFIKASI KEJAHATAN

a. Berdasarkan ancaman pidana:


Dilihat dari motif ancaman pidana, kasus sianida ini masuk kedalam kejahatan, karena kasus ini
adalah suatu perbuatan yang dilakukan yang dapat diancam berdasarkan ketentuan pasal-pasal
dalam buku II kitab undang-undang hukum pidana.
b. Berdasarkan dampak yang ditimbulkan:
Dilihat dari dampak yang ditimbulkan, kasus sianida ini masuk kedalam kejahatan berdampak
lokal, karena kasus ini adalah kejahatan yang mempunyai dampak korban dalam skala kecil
(perorangan).
c. Berdasarkan cara yang digunakannya:
Dilihat dari cara yang digunakan, kasus sianida ini masuk ke dalam kejahatan yang menyakiti
orang lain, karena dalam kasus ini Jessica sebagai terdakwa telah menghilangkan nyawa
sahabatnya sendiri yaitu Mirna Salihin.

2.4 KLASIFIKASI PELAKU KEJAHATAN

Menurut Lindesmith dan Dunham


Kasus ini termasuk ke dalam penjahat individual, karena terjadi atas alasan pribadi Jessica
membunuh Mirna Salihin.

2.5 TIPOLOGI PELAKU KEJAHATAN

Menurut C. Recless
Kasus ini termasuk ke penjahat profesional, karena dilihat dari kasus si Jessica ini sangat mahir
menyusun strategi pembunuhan terhadap Mirna serta penyidik juga mengatakan kasus ini sulit
diungkap.

14
BAB III

SIMPULAN

3.1 SIMPULAN

Setelah pemaparan mengenai kasus kopi sianida jessica yang dipaparkan oleh penulis dan
kawan-kawan, dapat disimpulkan bahwa kejahatan yang dilakukan oleh jessica (yang
sekarang ditetapkan sebagai tersangka) masuk ke dalam bentuk kejahatan Terorganisir.
Dengan tipologi Pelaku kejahatan yaitu penjahat profesional
Klasifikasi tersebut didasarkan oleh analisa penulis terhadap kasus kopi sianida jessica
(tersangka) yang diminum oleh mirna (korban).

15
DAFTAR PUSTAKA

Friastuti, Rini. 2016.Kronologi Jessica taruh racun dikopi Mirna. [Diakses 25 September 2019].
https://news.detik.com/berita/3233757/kronologi-jessica-taruh-racun-sianida-di-kopi-mirna

Lanin, Ivan. 2019. Pembunuhan Wayan Mirna Salihin. [Diakses 25 September 2019].
https://id.wikipedia.org/wiki/Pembunuhan_Wayan_Mirna_Salihin#Hasil_Laboratorium_Forensik

Pasaribu, Alfiansyah. 2016. Kronologi kedatangan Jessica hingga Mirna kejang dari tayangan
CCTV. [Diakses 25 September 2019]. https://www.antaranews.com/berita/574172/kronologi-
kedatangan-jessica-hingga-mirna-kejang-dari-tayangan-cctv

Savitri, Ayunda Widyastuti. 2016. Digugat Jessica, Polisi beberkan kronologi kasus-kasus Mirna di
PraPeradilan. [Diakses 25 September 2019. https://news.detik.com/berita/d-3150024/digugat-jessica-
polisi-beberkan-kronologi-kasus-mirna-di-praperadilan

16

Anda mungkin juga menyukai