Anda di halaman 1dari 21

HAKIKAT PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

(PKN)

KELOMPOK 8

ROMBEL G

 Dyah Ayu Nurmawanti ( 1401419291 )


 Efeline Nuzula A.Z. ( 1401419302 )
 Adila Destri R. ( 1401419310 )
 Faiza Alvi Millati ( 1401419323 )
Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan

Perkembangan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Indonesia memiliki


sejarah panjang dalam peranannya mempersiapkan warga negara yang baik sesuai dengan
hak dan kewajibannya. Sehingga materi pembahasan dalam PPKn ini memiliki ruang
lingkup. pertama, nilai, moral dan norma serta perilaku yang diharapkan terwujud dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kedua, Kehidupan ideologi politik
ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan serta perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi dalam wadah kesatuan negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. PPKn di Indonesia memiliki makna filosofis dalam
mempersiapkan warga negara yang beradap dan bijaksana, hal ini dikarenakan dalam
kurikulum PPKn dalam perkembangannya sendiri memiliki makna filosofis pelbagai penentu
watak warganegara yang taat hukum yang seimbang antara hak dan kewajiban, sebagai
pembentuk nilai, moral dan akhlak bangsa dalam mempersiapkan mental multikultural warga
negara.
Pendidikan kewarganegaraan sangat erat kaitannya dengan pengembangan
kemampuan intelektual dan partisipasi peserta didik sebagai warganegara. Pendidikan
kewarganegaraan merupakan model pendidikan yang mengajarkan pengetahuan dan
pemahaman tentang kehidupan berbangsa dan bernegara kepada warganegara yang erat
kaitannya dengan hak dan kewajibannya.
Ditinjau dari kata, pendidikan kewarganegaraan merupakan terjemahan dari bahasa
Inggris yaitu civics. Istilah civics sendiri berarti kewarganegaraan. Secara historis kata civics
menurut Komalina dan Syaifullah (2008:59) merupakan terjemahan dari bahasa Yunani yakni
civicus, yang berarti penduduk sipil (citizen) yang melaksanakan kegiatan demokrasi
langsung dalam polis (negara kota) atau city state. Masih secara historis, Komalina dan
Syaifullah (2008:1) menyebut timbulnya pendidikan kewarganegaraan (civic education) tidak
lepas dari Civic yang diajarkan di Amerika Serikat mulai tahun 1791.
Beberapa negara di dunia, termasuk di Indonesia, mengadopsi pendidikan
kewarganegaraan yang mula-mulanya diajarkan di Amerika Serikat pada kerangka kurikulum
pendidikan negaranya. Beberapa contohnya dapat dilihat merujuk pada temuan Kerr
(1999:18) sebagai berikut:
Tabel 1. Istilah Pendidikan Kewarganegaraan di Berbagai Negara
Negara Terminologi
Indonesia Pendidikan Kewarganegaraan
Amerika Serikat Civics/Civic Education
Inggris Education for Citizenship
Kanada Social Studies
Perancis Civics (sebagai bagian dari “Discovering the World”), Education
Civique, Juridique et Sociale
Jerman Sachunterricht
Belanda Social structure and life skills
Malaysia Pendidikan Sivik dan Kewarganegaraan
Spanyol Educacion ayat La Ciudadania
Norwegia Primary Mandate of Social Study
Korea Simin Gyoyung
Singapore Civics and Moral Education
Mexico Education Civicas
Timur Tengah Ta’limatul Muwwatanah, Tarbiyatul Al Watoniah
Australia Civics, Social Studies
Selandia Baru Social Studies
Hungaria People and Society
Afrika Selatan Life Orientation
Rusia Obscesvovedinie
Jepang Social Studies, Living Experience and Moral Education
China Daode Jiaoyu (Pendidikan Moral)

Sebagai program pendidikan yang bertujuan untuk membentuk warganegara yang


mengetahui dan memahami tentang posisi dan peran dirinya dalam perkembangan kehidupan
berbangsa dan bernegara, pemberian pendidikan kewarganegaraan berkonsekuensi logis
terhadap muatan materi yang sarat dengan nilai-nilai moral, sosial, politik, demokrasi, hak
asasi manusia, hukum, dan pemerintahan. Oleh karenanya tidak berlebihan jika tujuan besar
dari pendidikan kewarganegaraan adalah warganegara yang cerdas dan baik (smart and good
citizen). Tujuan tersebut dapat dimaknai sebagai gambaran warganegara yang mengetahui
dan memahami mengenai hak-hak dan kewajiban-kewajibannya dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, termasuk kepada pengetahuan, pemahaman, dan analisis mengenai ideologi
dan konstitusi negara, sistem pemerintahan dan sistem politik negaranya, etika dan sistem
hukum yang berlaku di negaranya, serta keberadaan dirinya sebagai warganegara dan warga
global.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memberlakukan pendidikan
kewarganegaraan dalam kurikulum pendidikannya. Dalam kerangka sistem pendidikan di
Indonesia, menurut Winataputra dan Budimansyah (2007:70) status pendidikan
kewarganegaraan dapat dilihat sebagai berikut:
1. Sebagai mata pelajaran di sekolah
2. Sebagai mata kuliah di perguruan tinggi
3. Sebagai salah satu cabang pendidikan disiplin ilmu pengetahuan sosial dalam
kerangka program pendidikan guru
4. Sebagai program pendidikan politik yang dikemas dalam bentuk Penataran
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Penataran P4) atau sejenisnya
yang pernah dikelola pemerintah sebagai crash program
5. Sebagai kerangka konseptual dalam bentuk pemikiran individual dan kelompok
pakar terkait yang dikembangkan sebagai landasan dan kerangka berpikir
mengenai pendidikan kewarganegaraan dalam status pertama, kedua, ketiga dan
keempat.
Diberlakukannya pendidikan kewarganegaraan dalam status-status tersebut mengacu
pada alasan diberikannya pendidikan kewarganegaraan di Indonesia. Winataputra (2006)
mengemukakan beberapa alasan diberikannya pendidikan kewarganegaraan di Indonesia,
yakni:
a. Alasan Historis : Kebangkitan Nasional 1908, Sumpah Pemuda 1928
dan Proklamasi 1945.
b. Alasan Legalistik : Pesan konstitusional UUD 1945, perundang-
undangan lainnya antara lain UU No. 2 tahun 1989
yang diubah menjadi UU No. 20 tahun 2003.
c. Alasan Epistemologis : Citizenship transmission dalam social studies,
citizenship education, dan civic education.
d. Alasan Pedagogis : Kurikulum SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi
serta pendidikan demokrasi.
e. Alasan Sosio-Politis : Pancasila, masyarakat madani dan negara kesatuan.

A. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Secara Umum


Jika membicarakan pengertian dari pendidikan kewarganegaraan, hakikat yang
dimilikinya juga dapat diartikan sebagai metode . Metode ini juga tentunya bersumber pada
nilai-nilai yang dimiliki pancasila yang sudah dijadikan patokan untuk kepribadian bangsa.
Tentunya hal ini juga dilakukan, untuk dapat meningkatkan serta untuk melestarikan
keluhuran moral dan perilaku yang dimiliki masyarakat. Perilaku ini semuanya bersumber
pada budaya bangsa, yang sudah ada sejak dahulu kala. Semuanya tentunya memiliki tujuan
yang baik, agar dapat mencerminkan jati diri yang baik untuk kesehariannya di masyarakat
yang mencakup semua tingkah laku yang ada. Hakikat pendidikan kewarganegaraan dan
tujuan kewarganegaraan sendiri juga dijadikan sebagai sebuah mata pelajaran.

Tujuan penting yang terkandung dalam pendidikan kewarganegaraan ini, memang


memiliki tujuan untuk dapat membentuk individu yang hidup di dalam kehidupan masyarakat
yang majemuk. Majemuk dalam hal ini juga beragam loh guys, baik dalam majemuk suku,
agama, ras, budaya hingga bahasa yang semuanya memiliki tujuan untuk dapat membangun
karakter dan menjadikan bangsa yang cerdas.

B. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Ahli


Pendidikan kewarganegaraan sebenarnya dilakukan dan dikembangkan di
seluruh dunia, meskipun dengan berbagai istilah atau nama[1]. Mata kuliah tersebut sering
disebut sebagai civic education, Citizenship Education, dan bahkan ada yang menyebutnya
sebagai democrcy education. Tetapi pada umumnya pendapat para pakar tersebut mempunyai
maksud dan tujuan yang sama.

Beberapa pandangan para pakar tentang pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai


berikut:
1.      Henry Randall Waite dalam penerbitan majalah The Citizendan Civics, pada tahun 1886,
merumuskan pengertian Civics dengan The sciens of citizenship, the relation of man, the
individual, to man in organized collections, the individual in his relation to the state. Dari
definisi tersebut, Civics dirumuskan dengan Ilmu Kewarganegaraan yang membicarakan
hubungan manusia dengan manusia dalam perkumpulan-perkumpulan yang terorganisasi
(organisasi sosial, ekonomi, politik) dan antara individu- individu dengan negara.
2.      Stanley E. Dimond berpendapat bahwa civics adalah citizenship mempunyai dua makna
dalam aktivitas sekolah. Yang pertama, kewarganegaraan termasuk kedudukan yang
berkaitan dengan hukum yang sah. Yang kedua, aktivitas politik dan pemilihan dengan suara
terbanyak, organisasi pemerintahan, badan pemerintahan, hukum, dan tanggung jawab
3.      Edmonson (1958) mengemukakan bahwa civics adalah kajian yang berkaitan dengan
pemerintahan dan yang menyangkut hak dan kewajiban warga negara.
4.      Menurut Merphin Panjaitan, Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi
yang bertujuan untuk mendidik generasi muda menjadi warga negara yang demokrasi dan
partisipatif melalui suatu pendidikan yang dialogial. Sementara Soedijarto mengartikan
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang bertujuan untuk membantu
peserta didik untuk menjadi warga negara yang secara politik dewasa dan ikut serta
membangun sistem politik yang demokratis

5.      Menurut Muhammad Numan Soemantri, ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut :

1)      Civic Education adalah kegiatan yang meliputi seluruh program sekolah;


2)      Civic Education meliputi berbagai macam kegiatan mengajar yang dapat menumbuhkan
hidup dan prilaku yang lebih baik dalam masyarakat demokrasi; dalam Civic Education
termasuk pula hal-hal yang menyangkut pengalaman, kepentingan masyarakat, pribadi dan
syarat- syarat objektif untuk hidup bernegara
6.      Menurut Azyumardi Azra, pendidikan kewarganegaraan, civics education dikembangkan
menjadi pendidikan kewargaan yang secara substantif tidak saja mendidik generasi muda
menjadi warga negara yang cerdas dan sadar akan hak dan kewajibannya dalam konteks
kehidupan bermasyarakat dan bernegara, tetapi juga membangun kesiapan warga negara
menjadi warga dunia, global society.
7.      Soedijarto mengartikan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang
bertujuan untuk membantu peserta didik untuk menjadi warga negara yang secara politik
dewasa dan ikut serta membangun sistem politik yang demokratis.

Dari definisi tersebut, semakin mempertegas pengertian civic education (Pendidikan


Kewarganegaraan) karena bahannya meliputi pengaruh positif dari pendidikan di sekolah,
pendidikan di rumah, dan pendidikan di luar sekolah. Unsur-unsur ini harus dipertimbangkan
dalam menyusun program Civic Education yang diharapkan akan menolong para peserta
didik (mahasiswa) untuk:

a.       Mengetahui, memahami dan mengapresiasi cita-cita nasional.


b.      Dapat membuat keputusan-keputusan yang cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai
macam masalah seperti masalah pribadi, masyarakat dan negara.
Jadi, pendidikan kewarganegaraan (civic education) adalah program pendidikan yang
memuat bahasan tentang masalah kebangsaan, kewarganegaraan dalam hubungan Hakekat
pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa
sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan
kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata
pelajaran yang bertujuan untuk menjadikan siswa sebagai warga negara yang baik atau sering
disebut to be good citizenship, yakni warga yang memiliki kecerdasan baik intelektual,
emosional, sosial maupun spiritual, memiliki rasa bangga dan tanggung jawab, dan mampu
berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara agar tumbuh rasa kebangsaan
dan cinta tanah air.
Secara istilah Civics Education oleh sebagian pakar diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia menjadi Pendidikan Kewargaan dan Pendidikan Kewarganegaraan. Istilah
Pendidikan Kewargaan diwakili oleh Azyumardi Azra dan Tim ICCE (Indonesian Center for
Civic Education) UIN Jakarta sebagai Pengembang Civics Education di Perguruan Tinggi
yang pertama. Sedangkan istilah Pendidikan Kewarganegaraan diwakili oleh Zemroni,
Muhammad Numan Soemantri, Udin S. Winataputra dan Tim CICED ( Center Indonesian for
Civics Education), Merphin Panjaitan, Soedijarto dan pakar lainnya.
 Pendidikan Kewargaan semakin menemukan momentumnya pada dekade 1990-an
dengan pemahaman yang berbeda- beda. Bagi sebagian ahli, Pendidikan Kewargaan
diidentikkan dengan Pendidikan Demokrasi ( democracy Education), Pendidikan HAM
( human rights education ) dan Pendidikan Kewargaan ( citizenship education ). Menurut
Azra, Pendidikan Demokrasi (democracy Education) secara subtantif menyangkut sosialisai,
diseminasi dan aktualisasi konsep, sistem, nilai, budaya dan praktik demokrasi melalui
pendidikan. Masih menurut Azra, Pendidikan Kewargaan adalah pendidikan yang
cakupannya lebih luas dari pendidikan demokrasi dan pendidikan HAM. Karena, Pendidikan
Kewargaan mencakup kajian dan pembahasan tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-
lembaga demokrasi, rule of law , hak dan kewajiban warga negara, proses demokrasi,
partisipasi aktif dan keterlibatan warga negara dalam masyarakat madani, pengetahuan
tentang lembaga- lembaga dan sistem yang terdapat dalam pemerintahan, warisan politik,
administrasi publik dan sistem hukum, pengetahuan tentang proses seperti kewarganegaraan
aktif, refleksi kritis, penyelidikan dan kerjasama, keadilan sosial, pengertian antarbudaya dan
kelestarian lingkungan hidup dan hak asasi manusia. Sedangkan Zamroni berpendapat bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk
mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas
menanamkan kesadaran kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan
masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat.

1. Carter V. Good
Menurut Carter, pendidikan kewarganegaraan juga dapat diartikan, Sebuah tahapan
untuk perkembangan kemampuan dari setiap orangnya. Hal ini juga menyangkup
bagaimana sikap dan tingkah laku yang dimiliki oleh seseorang, dan terjadi di dalam
masyarakat.

2. UU sisdiknas
Pengertian dari pendidikan kewarganegaraan ini, juga dijelaskan dalam UU No.20
Bab 1 Pasal 1 tahun 2003, dimana dijelaskan bahwa Pendidikan itu sendiri merupakan
sebuah tindakan yang sadar. Hal ini juga di lakukan, untuk menciptakan berbagai situasi
dan juga tahapan dalam pembelajaran untuk peserta didik.

Bukan hanya pembelajaran saja, namun juga untuk mendapatkan kemampuan dan
kekuatan spiritual dalam bidang keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan
hingga akhlak yang terpuji. Mulai juga untuk kecakapan yang diperlukan untuk semua pihak
atau individu yang ada dalam sebuah Negara.

3. Godfrey Thomson
Untuk mengartikan hakikat dan tujuan pendidikan kewarganegaraan, Godfrey
memberikan pendapatnya bahwa pendidikan merupakan, Suatu hal pengaruh yang mana
timbul di dalam lingkungan. Hal ini juga menyangkut atas individu, untuk menimbulkan
suatu perubahan yang tetap dalam semua kebiasaan, perilaku, pikiran hingga perasaan yang
dimilikinya.

C. Hakikat Mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan


Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral
bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi
kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Sehingga dengan mencerdaskan
kehidupan bangsa, memberi ilmu tentang tata Negara, menumbuhkan kepercayaan terhadap
jati diri bangsa serta moral bangsa, maka takkan sulit untuk menjaga kelangsungan kehidupan
dan kejayaan Indonesia[2].
Kompetensi yang diharapkan dari mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan antara
lain agar mahasiswa mampu menjadi warga negara yang memiliki pandangan dan komitmen
terhadap nilai-nilai demokrasi dan HAM, agar mahasiswa mampu berpartisipasi dalam upaya
mencegah dan menghentikan berbagai tindak kekerasan dengan cara cerdas dan damai, agar
mahasiswa memilik kepedulian dan mampu berpartisipasi dalam upaya menyelesaikan
konflik di masyarakat dengan dilandasi nilai-nilai moral, agama, dan nilai-nilai universal,
agar mahasiwa mampu berpikir kritis dan objektif terhadap persoalan kenegaraan, HAM, dan
demokrasi, agar mahasiswa mampu memberikan kontribusi dan solusi terhadap berbagai
persoalan kebijakan  publik, agar mahasiswa mampu meletakkan nilai-nilai dasar secara bijak
(berkeadaban).
Pendidikan Kewarganegaraan lah yang mengajarkan bagaimana seseorang menjadi
warga negara yang lebih bertanggung jawab. Karena kewarganegaraan itu tidak dapat
diwariskan begitu saja melainkan harus dipelajari dan di alami oleh masing-masing orang.
Apalagi negara kita sedang menuju menjadi negara yang demokratis, maka secara tidak
langsung warga negaranya harus lebih aktif dan partisipatif. Oleh karena itu kita sebagai
mahasiswa harus memepelajarinya, agar kita bisa menjadi garda terdepan dalam melindungi
negara. Garda kokoh yang akan terus dan terus melindungi Negara walaupun akan banyak
aral merintang di depan.
Kita semua tahu bahwa Pendidikan Kewarganegaraan mengajarkan bagaimana warga
negara itu tidak hanya tunduk dan patuh terhadap negara, tetapi juga mengajarkan bagaimana
sesungguhnya warga negara itu harus toleran dan mandiri. Pendidikan ini membuat setiap
generasi baru memiliki ilmu pengetahuan, pengembangan keahlian, dan juga pengembangan
karakter publik. Pengembangan komunikasi dengan lingkungan yang lebih luas juga tecakup
dalam Pendidikan Kewarganegaraan. Meskipun pengembangan tersebut bisa dipelajari tanpa
menempuh Pendidikan Kewarganegaran, akan lebih baik lagi jika Pendidikan ini di
manfaatkan untuk pengambangan diri seluas-luasnya.
Rasa kewarganegaraan yang tinggi, akan membuat kita tidak akan mudah goyah
dengan iming-iming kejayaan yang sifatnya hanya sementara. Selain itu kita tidak akan
mudah terpengaruh secara langsung budaya yang bukan berasal dari Indonesia dan juga
menghargai segala budaya serta nilai-nilai yang berlaku di negara kita. Memiliki sikap
tersebut tentu tidak bisa kita peroleh begitu saja tanpa belajar. Oleh karena itu mengapa
Pendidikan Kewarganegaraan masih sangat penting untuk kita pelajari. Sebagai contoh
adalah demonstrasi yang tidak bertanggung jawab yang dilakukan oleh mahasiswa. Tidak ada
yang melarang siapapun untuk berdemonstrasi, tapi tentu saja semua itu ada aturannya.
Kekacauan yang terjadi selama ini adalah mereka tidak mengetahui secara jelas aturan –
aturan yang berlaku ( tidak tahu ilmunya ) sehingga mereka cenderung seenaknya sendiri
dalam mengungkapkan aspirasinya atau mungkin saja mereka tahu tapi tidak mau tahu
( pengamalan yang salah ). Pada akhirnya hal tersebut bukannya memperbaiki keadaan malah
menjadiakan keadaan semakin terpuruk.
Karena itu pada intinya perlu adanya keseimbangan antara ilmu dan amal. Ketika
semua warga negara sudah mengerti betul apa yang harus dilakukan, memiliki kesadaran
tinggi untuk mengetrapkannya dan akhirnya benar – benar melaksanakannya sesuai aturan
yang berlaku, saya percaya bahwa negara ini akan menjadi negara yang aman, tentram, damai
seperti apa yang sudah diidam – idamkan sejak dulu.         
Oleh karena itu Pendidikan Kewarganegaraan sangat penting manfaatnya, maka di masa
depan harus segera dilakukan perubahan secara mendasar konsep, orientasi, materi, metode
dan evaluasi pembelajarannya. Tujuannya adalah agar membangun kesadaran para pelajar
akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara dan mampu menggunakan sebaik-baiknya
dengan cara demokratis dan juga terdidik.

D. Dasar Pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan di Tingkat


Perguruan Tinggi
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan sebuah media untuk meningkatkan rasa
kesadaran berbangsa dan bernegara, meningkatkan keyakinan dan ketangguhan Pancasila
sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia. Dalam pelaksanaannya, Pendidikan
Kewarganegaraan memiliki empat hal sebagai landasannya, yaitu Landasan Hukum dan
Landasan Ideal.

1. Landasan Hukum
a. Pasal 27 (3) (II)
Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara.
b. Pasal 30 ayat (1) (II)
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan
dan keamanan negara.
c. Pasal 31 ayat (1) (IV)
Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
d. Pasal 28 A-J tentang Hak Asasi Manusia.

e. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982


Undang-undang No. 20/1982 adalah tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara 1982 No. 51,
TLN 3234).

1. Pasal 18 Hak dan Kewajiban warga negara yang diwujudkan dengan keikutsertaan
dalam upaya bela negara diselenggarakan melalui pendidikan pendahuluan bela
negara sebagai bagian tidak terpisahkan dalam sistem pendidikan nasional.
2. Pasal 19 ayat (2) Pendidikan Pendahuluan Bela Negara wajib diikuti oleh setiap
warga negara dan dilaksanakan secara bertahap, yaitu:

(1)Tahap awal pada pendidikan tingkat dasar sampai menengah dan dalam gerakan
Pramuka.

(2)Tahap lanjutan dalam bentuk Pendidikan Kewiraan pada tingkat Pendidikan Tinggi.

(3)Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan


berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman
Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, serta
Nomor 45/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi telah ditetapkan bahwa
Pendidikan Agama, Pendidikan Bahasa dan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan
kelompok mata kuliah Pengembangan Kepribadian yang wajib diberikan dalam kurikulum
setiap program studi atau kelompok program studi.

f. Surat Keputusan Dirjen Dikti Nomor 43 Tahun 2006


Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 43/DIKTI/2006 tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.

2. Landasan Ideal
Landasan ideal Pendidikan Kewarganegaraan yang sekaligus menjadi jiwa
dikembangkannya Kewarganegaraan adalah Pancasila. Pancasila sebagai sistem
filsafat menjiwai semua konsep ajaran Kewarganegaraan dan juga menjiwai konsep
ketatanegaraan Indonesia. Dalam sistematikanya dibedakan menjadi tiga hal, yaitu:
Pancasila sebagai dasar negara, Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan
Pancasila sebagai ideologi negara. Ketiga hal itu dapat dibedakan, namun tidak dapat
dipisahkan.

3. Landasan Yuridis
Secara yuridis, landasan penyelenggaraan Pendidikan Kewarganegaraan
adalah sebagai berikut.

1. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sisten Pendidikan Nasional. Undang-


Undang ini telah menetapkan bahwa kurikulum Pendidikan Tinggi wajib memuat Pendidikan
Agama, Pendidikan Kewarganegaraan dan Bahasa.

2. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan


Peraturan Pemerintah ini menegaskan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Tinggi
wajib memuat matakuliah Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan dan Bahasa
Indonesia serta Bahasa Inggris, dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Tinggi Program
Diploma dan Sarjana wajib memuat matakuliah yang bermuatan kepribadian, kebudayaan
serta matakuliah Statistika dan atau Matematika.

3. SK. No. 43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok


Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK) di Perguruan Tinggi. Surat keputusan ini
menetapkan bahwa yang termasuk MKPK di Perguruan Tinggi adalah mata kuliah
Pendidikan Agama, Pendidikan Kewargenegaraan dan Pendidikan Pancasila.

4. Landasan Ilmiah

Di samping landasan yuridis tersebut di atas, penyelenggaraan matakuliah Pendidikan


Kewarganegaraan (PKn) dapat dikuatkan dengan landasan ilmiah. Landasan rasional ilmiah
ini adalah bahwa setiap bangsa dan negara bertujuan meningkatkan taraf hidup warga
negaranya. Setiap warga negara dituntut untuk dapat hidup berguna dan bermakna bagi
negara dan bangsanya, serta mampu mengantisipasi perkembangan dan perubahan masa
depannya.

Untuk itu diperlukan pembekalan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (Iptek) yang
berlandaskan nilai –nilai keagamaan, nilai-nilai moral dan nilai-nilai budaya bangsa. Nilai-
nilai dasar tesebut berperan sebagi panduan dan pegangan hidup setiap warganegara dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bahasan Pendidikan Kewarganegaraan
meliputi hubungan antara warganegara dan negara dengan pijakan nilai-nilai budaya bangsa
(Kaelan, 2002:

Sebagai perbandingan,di berbagai negara juga dikembangkan materi Pendidikan


Umum (general education/humanities) sebagai pembekalan nilai-nilai yang mendasari sikap
dan perilaku warganegaranya. Misalnya di Amerika Serikat (AS) dengan pendidikan History,
Humanity dan Philosophy. Jepang dengan pendidikan Japanese History, Ethics dan
Philosophy. Filipina dengan pendidikan Philipino, Family Planning, Taxation and Land
Reform, The Philiphine New Constitution dan Study of Human Rights.

Negara Timur Tengah dengan Pendidikan Talimatul Muwwatanah Tarbiyatul


Wathoniyah. Di beberapa negara dikembangkan pula bidang studi yang sejenis dengan
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), misalnya yang di kenal dengan Civic Education (USA),
Civic and Moral Education (Singapore), People and Society (Hongaria), Life Orientation
(Afrika Selatan), Social Studies (New Zealand).
E. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Secara Umum
Kamu tentunya juga harus mengetahui hakikat dan tujuan pendidikan
kewarganegaraan secara umum. Tujuannya yaitu untuk memberikan pendidikan untuk
semua warga Negara, agar dapat menjadi warga Negara yang baik dan juga terlukis di
setiap somantri yang ada. Tentunya pendidikan kewarganegaraan memiliki peranan yang
penting, untuk memberikan pengajaran mengenai pancasila.

F. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Ahli


1. Branson
Tujuan civic education adalah partisipasi yang bermutu dan bertanggung jawab
dalam kehidupan politik dan masyarakat baik tingkat lokal, negara bagian, dan nasional.
Tujuan pembelajaran PKn dalam Depdiknas (2006:49) adalah untuk memberikan
kompetensi sebagai berikut:
1.      Berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu Kewarganegaraan.
2.      Berpartisipasi secara cerdas dan tanggung jawab, serta bertindak secara
sadar     dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3.      Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat di Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-
bangsa lain.
4.      Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung
dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

2. Djahiri
Djahiri juga menyampaikan pendapatnya, mengenai pengertian dari pendidikan
kewarganegaraan adalah, Bahwa hakikat dan tujuan pendidikan kewarganegaraan juga
memiliki dua tujuan yang utama. Kedua tujuan tersebut yaitu tujuan yang dibuat secara
umum dan juga secara khusus.

3. Depdiknas
Menurut depdiknas, Bahwa pendidikan kewarganegaraan memiliki tujuan dimana
dijadikan sebagai sebuah pembelajaran. Pembelajaran ini juga dapat meningkatkan
sebuah kompensasi yang ada. Kamu dapat menerapkan dan mengerti mengenai tujuan
yang dimiliki oleh pendidikan kewarganegaraan yang satu ini, dan sudah dijelaskan oleh
depdiknas.

4. Sapriya
Sapriya juga menjelaskan, Bahwa pendidikan kewarganegaraan juga memiliki
tujuan. Dimana tujuan tersebut merupakan sebuah ikutsertaan yang rasional. Kamu juga
harus mengetahui, bahwa tujuan tersebut juga merupakan tanggung jawab yang ada di
dalam kehidupan untuk berpolitik dari seorang warga Negara yang memang patuh untuk
semua nilai dan prinsip yang ada.

Bahkan semua nilai dan prinsip tersebut, juga terdapat dalam kehidupan berpolitik
seseorang warga Negara dan juga melibatkan berbagai prinsip demokrasi konstitusi
Indonesia yang masih mendasar. Dengan adanya keikutsertaan tersebut, tentunya kamu
juga perlu menguasai beberapa pengetahuan ya. Hal ini juga termasuk dengan kecakapan
intelektual dan ikut serta.

G. Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan


Apakah kamu tahu apakah fungsi dengan adanya pendidikan kewarganegaraan?
Dalam hal ini pendidikan kewarganegaraan juga memiliki fungsi tersendiri dan sangat
penting peranannya untuk Negara dan bangsa.

Fungsi tersebut adalah Dengan memiliki peran serta, untuk memberikan suatu
pengajaran yang ada. Pastinya pengajaran tersebut, juga masih menyangkut dengan tujuan
pancasila. Bukan hanya pancasila saja, namun sesuai dengan namanya masih menyangkut
dengan kewarganegaraan yang ada dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara dan juga
berbangsa.

Untuk mengetahui lebih lanjut fungsi dari pendidikan kewarganegaraan, berikut ini
adlaah fungsi yang dapat kamu ketahui:

1. Mendorong generasi penerus


Selalu mendorong generasi penerus, agar tetap mendapatkan sebuah pemahaman. Hal
ini juga masih terkait dengan cita-cita nasional dan juga tujuan yang dimiliki oleh Negara.
Fungsinya juga tetap berfokus, dengan bagaimana cita-cita nasional dapat sejalan dengan
cita-cita yang juga dimiliki oleh Negara.

2. Cepat dalam pembuatan keputusan


Agar lebih cepat dalam pembuatan sebuah keputusan yang dibutuhkan, penting dan
selau bertanggungjawab untuk dapat ikut dalam penyelesaian individu maupun masyarakat.
Pembuatan sebuah keputusan, tentunya merupakan hal yang penting dalam menentukan sikap
yang ada dan benar di masyarakat.

3. Apresiasi cita-cita nasional


Dapat memberikan apresiasi terhadap cita-cita nasional yang ada, dan juga ikut dalam
pengambilan keputusan-keputusan yang memang cerdas dan benar.

4. Sarana menciptakan warga negara berkualitas


Dijadikan sebagai salah satu sarana, guna untuk menciptakan warga Negara yang
memiliki kecerdasan, keterampilan dan juga memiliki karakteristik setiap untuk bangsa dan
negaranya. Hal ini juga dilakukan guna untuk mewujudkan dirinya dalam kebiasaan untuk
berpikir maupun untuk berperilaku yang sejalan dan juga dapat amanah dengan pancasila dan
juga UUD 1945. Dalam hal ini hakikat dan tujuan pendidikan kewarganegaraan, merupakan
salah satu hal yang wajib untuk kmau ketahui loh.

Kamu juga harus dapat memahami betul, bagaimana makna dan tujuan yang tersirat dalam
halkikat dan tujuan adanya pendidikan kewarganegaraan tersebut. Merupakan hal yang cukup
penting, karena untuk melatih semua warganya mengetahui tata cara mengaplikasikannya
dalam kehidupan.

H. OBJEK PEMBAHASAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


Setiap ilmu memenuhi syarat-syarat ilmiah,yaitu mempunyai
objek,metode,system, dan bersifat universal. Objek pembahasan setiap ilmu harus
jelas menurut Keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi No. 43/DIKTI/KEP/2006 yang
meliputi pokok-pokok bahasan seperti berikut
1. Filsafat Pancasila
2. Identitas Nasional
3. Demokrasi Indonesia
4. Negara dan Konstitusi
5. Rule of Law dan HAM
6. Hak dan Kewajiban Warga Negara
7. Geopolitik Indonesia
8. Geostrategi Indonesia
9. Good dan Clean Government

I. Pengaruh Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Berbagai


Masalah di Indonesia
Pendidikan Kewarganegaraan tidak hanya merupakan sebuah teori yang dipelajari dari
tingkat Sekolah Dasar hingga ke Perguruan Tinggi saja, melainkan diperlukan
pengamalannya pada kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat dan berbangsa. Banyaknya
masalah yang terjadi di Indonesia sedikit banyak berpengaruh terhadap pemahaman
seseorang pada Pendidikan Kewarganegaraan yang telah dipelajari. Berikut beberapa masalah
yang seringkali terjadi di Indonesia :

1. Kasus Sara yang Merajalela


Indonesia adalah negara dengan suku bangsa, agama, dan budaya yang beragam.
Dilingkungan tempat tinggal kita, mungkit telah memiliki rasa toleransi yang tinggi terhadap
perbedaan-perbadaan tersebut. Tapi, dibeberapa tempat masih banyak yang tidak dapat
menerima adanya perbedaan dan melakukan diskriminasi terhadap kaum minoritas. Sebut
saja beberapa masalah yang terjadi belakangan ini terkait sara seperti, penolakan pemimpin
yang memiliki agama yang berbeda dengan mayoritas penduduknya, pembakaran tempat
ibadah, terorisme, pertikaian antar suku, saling ejek agama dimedia sosial, dan masih banyak
lagi. Kita sebagai bangsa Indonesia harusnya dpat menyadari persamaan latar belakang,
tujuan, dan nasib. Sehingga dapat tercipta rasa persatuan yang kuat.

2.Korupsi
Seperti yang sudah kita ketahui, Indonesia merupakan salah satu negara yang terkenal
dimata dunia karena tingginya tingkat korupsi yang terjadi. Korupsi tidak hanya dilakukan
oleh pejabat kelas atas didaerah pusat saja, tapi juga oleh pejabat didaerah kecil. Hal ini
menyebabkan kerugian negara yang amat besar yang menyengsarakan rakyat dan
menimbulkan berbagai masalah sosial seperti kemiskinan, kesenjangan sosial, kualitas
pendidikan yang rendah, tingkat kriminalitas yang tinggi, pengangguran, dan banyaknya
daerah tertinggal yang tidak mendapat fasilitas yang layak. Sebenarnya, negara kita memiliki
dana yang cukup untuk mensejahterakan rakyatnya, tetapi karena ulah para koruptor, uang
negara menjadi terbuang sia-sia dan menyengsarakan penduduk. Namun, penanganan
terhadap para koruptor di Indonesia kurang tegas. Jika kita melihat tindakan yang diambil
negara Arab Saudi yang memberlakukan potong tangan, ataupun negara Tiongkok yang
menghukum mati para Koruptor di negaranya, di Indonesia tidak dapat diberlakukan hal yang
demikian dikarenakan adanya HAM. Namun, apakah mencuri uang rakyat bukan merupakan
pelanggaran HAM?

3.Penegakan Hukum yang Lemah


Indonesia merupakan negara hukum. Namun, seperti kasus yang sudah-sudah,
kebanyakan dari mereka yang dihukum adalah rakyat kecil. Ini dikarenakan hukum di
Indonesia yang tidak adil, yang lancip terhadap rakyat kecil, tumpul kepada masyarakat kelas
atas. Hukum seringkali disalahgunakan oleh para praktisi hukum yang dapat disuap, sehingga
rakyat kecil yang tidak mempunyai uang, tidak dapat berbuat apa-apa, dan pasrah untuk
dihukum bersalah.

4.Pengelolaan Sumber Daya yang Buruk


Indonesia dengan segala kekayaan alamnya mulai dari daratan hingga lautan,
merupakan negara yang sangat potensial dan memiliki kekayaan yang tak terhingga. Karena
itulah, banyak dari negara asing yang melirik Indonesia, dan mulai melakukan eksploitasi
terhadap alam Indonesia. Sayangnya, banyak dari kita sebagai masyarakat Indonesia,
terutama generasi muda, yang kurang menyadari bahkan cenderung mengabaikan hal ini.

Tidak hanya sumber daya alamnya saja, dengan banyaknya jumlah penduduk di
Indonesia, seharusnya Indonesia tak perlu lagi memikirkan masalah Sumber daya manusia
lagi untuk mengelola negara. Akan tetapi, sebagian besar perusahaan justru mempekerjakan
tenaga kerja asing, yang menyebabkan tingginya angka pengangguran di Indonesia.

Beberapa contoh masalah yang terjadi di Indonesia seperti diatas, akhirnya menjadi
masalah yang berelanjutan dan tidak kunjung usai. Solusinya, generasi muda di Indonesia
haru mengamalkan setiap pembelajaran yang didapat dari Pendidikan Kewarganegaraan,
pengamalan terhadap sila-sila pancasila merupakan salah satu pemecahan paling tepat
terhadap masalah-masaalh diatas. Semua tergantung dari pribadi masyarakat Indonesia
sendiri. Apakah mau stuck dalam keadaan Indonesia yang seperti sekarang, atau mau berubah
ke arah yang lebih baik.

KESIMPULAN

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang sangat


penting bagi setiap individu untuk lebih mencintai bangsa Indonesia, melalui mata pelajaran
ini para siswa, mahasiswa, maupun warga negara dididik untuk lebih mencintai bangsa dan
negara Indonesia ini. PKn meliputi pokok bahasan pengantar PKn, Hak dan Kewajiban warga
negara, pendidikan pendahuluan bela negara, demokrasi Indonesia, hak asasi manusi,
wawasan nusantara, ketahanan nasional, politik dan stategi nasional. Jadi, Pendidikan
Kewarganegaraan adalah program pendidikan berdasarkan nilai-nilai pancasila sebagai
wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai luhur dan moral yang berakar
dari budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat menjadi jati diri yang diwujudkan
dalam bentuk perilaku yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari para mahasiswa baik
sebagai individu, sebagai calon guru/pendidik, anggota masyarakat dan makhluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa.

SARAN

Semoga dengan materi yang kami buat ini dapat bermafaat bagi kita semua, serta dapat
memberikan informasi tentang pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan sejak dini.
DAFTAR PUSTAKA
https://journal.uny.ac.id/index.php/civics/article/download/16043/pdf

https://belmawa.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/12/9.-PENDIDIKAN-
KEWARGANEGARAAN-1.1.pdf

https://www.neliti.com/id/journals/jurnal-pendidikan-kewarganegaraan

https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP

https://www.studocu.com/en/document/universitas-negeri-jakarta/kewarganegaraan/lecture-
notes/buku-pendidikan-kewarganegaraan-ristekdikti/4905876/view

Santoso, G., Al Muchtar, S., & Abdulkarim, A. (2015). Analysis SWOT Civic Education
curriculum for senior high school year 1975-2013. CIVICUS: JURNAL PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN.

Setiawati, W. (2016). Implementasi penilaian keterampilan kewarganegaraan berdasarkan


Kurikulum 2013. CIVICUS: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN.

Sri Rahayu,Ani. 2013. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).PT Bumi


Aksara: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai