Anda di halaman 1dari 28

5O SOAL SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI

1. Antropologi Hukum juga dikatakan sebagai etnografi hukum. Jelaskan!


Jawab :
Etnografi yang akarnya antropologi pada dasarnya merupakan kegiatan peneliti untuk memahami
cara orang-orang berinteraksi dan bekerjasama melalui fenomena teramati kehidupan sehari-hari.
Etnogarafi adalah pelukisan yang sistematis dan analisis suatu kebudayaan kelompok, masyarakat
atau suku bangsa yang dihimpun dari lapangan dalam kurun waktu yang sama.

2. Antropologi Hukum tidak bersifat etnocentrisme. Jelaskan!


Jawab :
Antropologi hukum merupakan spesialisasi dari antropologi budaya, yang secara khusus mengamati
perilaku manusia dalam kaitannya dengan aturan hukum. Aturan hukum yang dimaksud tidak hanya
terbatas pada hukum normatif, tetapi juga meliputi hukum adat dan juga budaya perilaku
manusianya. Meskipun merupakan pengembangan dari antropologi budaya, antropologi hukum
tidak bersifat etnosentris, artinya tidak membatasi pada kebudayaan tertentu. Objek penelitiannya
adalah melihat hubungan antara hukum dengan aspek kebudayaan dan organisasi sosial.

3. Apakah ada hubungan Antropologi Hukum dengan religi? Jelaskan!


Jawab:
Umat yang menganut religi tersebut biasanya yang menjadi perhatian antropolog adalah hubungan
antar sesama, hubungan antara pengikut dengan pemimpinnya, cara bergaul ketika dalam ritual dan
di luar ritual. Serta, kewajiban dan hak pemimpin dan pengikutnya. Maka dari itu terdapat
hubungan antropologi dengan religi

4. Apakah Antropologi Hukum merupakan sebuah disiplin ilmu? Mengapa?


Jawab :
Antropologi adalah suatu studi ilmu yang mempelajari tentang manusia baik dari segi budaya,
perilaku, keanekaragaman, dan lain sebagainya. Antropologi adalah istilah kata bahasa Yunani yang
berasal dari kata anthropos dan logos. Anthropos berarti manusia dan logos memiliki arti cerita atau
kata. Antropologi hukum sebagai suatu disiplin ilmu hukum, dapat .emperluas wawasan baik para
calon sarjana hukum pada khl.lsusnya, serta bermanfaat bagi para peminat ilmu hukum pada
umumnya•

5. Apakah hukum mengikuti masyarakat atau masyarakat yang mengikuti hukum? Jelaskan!
Jawab : Hukum sebagai kesatuan norma yang mengatur recht object, yakni masyarakat yang harus
selalu terbuka terhadap perkembangan. Hukum tidak boleh statis pada suatu titik, sehingga akan
menimbulkan konstannya kehidupan masyarakat. Hukum akan selalu mengikuti perkembangan
masyarakat.





6. Bagaimana fungsi hukum dalam kebudayaan masyarakat?


Jawab:
Dalam masyarakat bagaimanapun keadaannya, baik dalam masyarakat modern maupun dalam
masyarakat sederhana (bersahaja), yang namanya keadilan dan kepastian hukum itu tetap
merupakan kebutuhan. Karena kebutuhan akan keadilan dan kepastian hukum ada dalam
masyarakat, maka masyarakat itulah yang menciptakan kaedahnya, yang diakui secara kolektif.
Dengan demikian ada rujukan untuk menentukan batas-batas hak dan batas-batas kewajiban.
Masyarakat berbuat sesuai dengan keinginan kaedah yang telah disepakati itu. Penyimpangan
terhadap kesepakatan itu akan mendapat ganjaran sesuai dengan ketentuan yang juga telah
disepakati.

7. Bagaimana hubungan di antara hukum dan usaha untuk menegakkan tata sosial?
Jawab :
Hukum mempunyai peranan sangat besar dalam

pergaulan hidup di tengah tengah masyarakat. Hal ini dapat di lihat dari ketertiban,

ketentraman, dan tidak terjadinya ketegangan di dalam masyarakat, karena hukum

mengatur menentukan hak dan kewajiban serta melindungi kepentingan individu dan
kepentingan sosial.

8. Bagaimana hukum adat ditempatkan sebagai aspek kebudayaan dalam Antropologi Hukum?
Jawab : Hukum Adat sebagai Aspek Kebudayaan adalah Hukum Adat yang dilihat dari sudut
pandang nilai, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur sosial religious yang
didapat seseorang dengan eksistensinya sebagai anggota masyarakat. Hukum adat adalah sebagai
aspek kehidupan dan budaya bangsa Indonesia karena struktur kejiwaan dan cara berfikir bangsa
Indonesia tercermin lewat hukum adat itu sendiri.

9. Bagaimana penerapan Antropologi Hukum di masa sekarang?


Jawab : Studi antropologi hukum masa kini membahas tentang pluralisme hukum dalam perspektif
global, yang mengkaji bagaimana ko-eksistensi antara berbagai peraturan di tingkat nasional dan
lokal dalam suatu arena sosial tertentu, dan bagaimana hukum internasional dan transnasional
berdampak pada semakin rumitnya konstelasi keberagaman sistem hukum.
Antropologi Hukum dapat dilihat pada persidangan-persidangan atau penyelesaian sengketa yang
berlangsung di pengadilan-pengadilan. Hakim yang memiliki pengetahuan akan menggali sumber-
sumber hukum yang hidup di tengah masyarakat dalam menyelesaikan perselisihan. Antropologi
Hukum menitikberatkan pada budaya hukum yang berkaitan atau mempengaruhi masalah hukum.




10. Bagaimana profesi pengemis dalam perpspektif Antropologi Hukum?


Jawab : Dalam pandangan Antropologi Hukum, pekerjaan mengemis sudah dijadikan profesi Oleh
sebagian masyarakat, rasa malu atau nilai-nilai yang lahir dari hati manusia yang seharusnya
menjadi sebuah control, semakin lama semakin menipis. Halnya ini dapat menjadi salah satu
penyebab timbulnya krisis moral pada diri Umat manusia. Hukum yang ada tak berarti lagi. Karena
menurut mereka hukum Bukan harga diri. budaya mengemis ini Lahir Karena hilangnya budaya
malu pada diri pengemis.

11. Bagaimana proses pengembangan ilmu hukum adat dalam p e r p e k t i f


Antropologi Hukum?
Jawab : data antropologi hukum akan dapat mengidentifikasikan nilai-nilai yang menjadi dasar dari
hukum adat. Nilai-nilai tersebut merupakan nilai ketertiban dan nilai ketenteraman yang harus
diserasikan sehingga menjadi kedamaian, yang menjadi tujuan hukum. Nilai-nilai tersebut harus
didukung oleh tugas-tugas hukum, yakni kepastian hukum dan kesebandingan hukum yang apabila
diserasikan menjadi keadilan hukum. Apabila tekanan diletakkan pada kepastian hukum, maka akan
timbul hukum tatanegara, hukum administrasi negara dan hukum pidana; sedangkan tekanan pada
kesebandingan hukum akan menghasilkan hukum pribadi, hukum harta kekayaan, hukum keluarga
dan hukum waris. Maka studi hukum adat yang didukung antropologi hukum akan sangat
bermanfaat. Di satu pihak data antropologi hukum akan dapat memberikan data mengenai budaya
hukum Indonesia, sedangkan di lain pihak studi hukum adat akan dapat memberikan data mengenai
bidang-bidang mana yang dapat diseragamkan dan bidang mana seyogianya dibiarkan bervariasi.

12. Berikan uraian dilengkapi contoh model-model penggunaan Antropologi Hukum!


Jawab:

Model-model yang populer dalam study antropologi hukum adalah:

1. Kerja lapangan (fieldwork methodology) , model atau metode study ini ditujukan untuk
memahami eksistensi dan bekerjanya hukum dalam situasi normal maupun suasana sengketa.

2. Penggunaan pendekatan holistik (holistic approach), model ini selalu mengaitkan fenomena
hukum dengan aspek-aspek kebudayaan yang lain seperti ekonomi, politik, organisasi, sosial, religi,
ideologi, dan sebagainya dalam investigasi dan analisis bekerjanya hukum dalam masyarakat.

3. Model atau metode perbandingan hukum (comparative method), model ini beroperasi dengan
melakukan studi perbandingan antara sistem-sistem hukum dalam masyarakat yang berbeda
diberbagai belahan dunia.

4. Model yang memfokuskan pada proses-proses mikro, yakni memfokuskan pada proses-proses
mikro (micro processes) yang secara empiris dan berlangsung dalam kehidupan masyarakat dengan
mempelajari berbagai sistem hukum dalam masyarakat di berbagai belahan dunia.

13. Dalam era globalisasi sekarang ini, bagaimana peran Antropologi Hukum melihat
kebudayaan lokal yang semakin tergerus dengan kebudayaan asing?
Jawab : kegunaan antropology berguna untuk mempelajari sikap sikap manusia yang semakin lama
berkurangnya kepedulian terhadap budaya lokalnya sehingga digantikan oleh budaya asing yang




masuk,jadi dari masalah tersebut antropology sangat berguna untuk mempelajari masalah tersebut
lalu mencari solusi agar tidak terjadi kesenjangan budaya

14. Ditinjau dari perspektif Antropologi Hukum, apakah ada hubungan antara kearifan lokal dan
kesadaran hukum? Jelaskan!
Jawab : Kebudayaan manusia memiliki peran dalam menentukan nilai-nilai yang harus dijunjung
tinggi dalam mengatur serta menetapkan cara hidup dan berinteraksi masyarakat, sehingga
pengaturannya perlu dilestarikan, dan salah satu cara untuk mendorong para anggota masyarakat
supaya melestarikan kebudayaan tersebut adalah hukum. Hal lain dikatakan terkait kebudayaan oleh
C.A van Peursen adalah endapan dari kegiatan dan karya manusia. Sehingga, dengan kajian
terhadap kearifan lokal terkait definisi dan pemahamannya, serta antropologi dalam perspektif yang
menyoroti hukumnya, maka kearifan lokal yang merupakan nilai terhadap ide atau gagasan-gagasan
manusia dalam mempertahankan keluhuran budayanya, merupakan the living law yang menjadi
kebiasaan masyarakat yang dipertahankan dan terus diyakini.

15. Jelaskan apa kegunaan antropologi bagi perkembangan ilmu hukum!


Jawab :
Kegunaan antropologi bagi perkembangan ilmu hokum:
1. Bahan-bahan hasil penelitian antropologi dapat memberikan gambaran tentang hukum
dalam konteks kebudayaan dalam suatu masyarakat. Pancasila merupakan hasil kristalisasi
dari budaya hukum itu sendiri sebagai aspek budaya.

2. Dengan mempelajari antropologi dapat ditelusuri system nilai yang menjadi dasar dari
system hokum apakah itu system eropa continental system anglosaxon, system hokum
islam, atau kah system hokum adat

3. Dengan menelaah bahan-bahan antropologi dapat diketahui pola-pola proses hokum mankah
yang dipergunakan untuk menegakan system nilai-nilai dalam masyarakat. Contoh hokum
acara perdata, hokum acar pidaana, berbicara mengenai peradilan;antropologi
budayacttnkuladedidikirawan tidak sebatas peradilan saja melainkan juga konstruksihukum
adil (sifat orang). Keadilan (asas), peradilan (proses mencapai keadilan).

4. Penelitian antropologi dapat memberikan data tentang penerapan hokum tertulis pada
masyarakat. Penerpamn hokum (efektivitas hokum)meliputi;

1. Hukumnya (yuridis, sosiologis, filosofis juga antropologis).

2. Penegak hokum (professional, berpengetahuan luas, jujur, adil, bersih, berwibawa,


bertanggungjawab).

3. Fasilitas hokum (sarana dan prasarana).

4. Masyarakat (partisipasi, menyangkut perubahan sikap mental masyarakat secara


pribadi dan secara hokum).

5. Penelitian antropologi dapat memberikan pengetahuan tentang kemungkinan


dipergunakannya proses peradilan tidak resmi yang mungkin lebih efektif dari pada
peradilan yang resmi (ADR/alternative dispute resolution).


6. Dengan penelitian antropologi dapat dikethui tentang sebab-sebab , latar belakang mengpa
warga masyarakat enggan untuk menyelesaikan masalah-masalah hokum di pengadilan
resmi(missal karena birokrasi cttnkuladedidikirawanyang berbelit –belit biaya mahal waktu
yang lama dsb).

7. Dengan penelitian antropologi dapat diidentifikasi kan tentang kebutuhan-kebutuhan hokum


warga masyarakat serta latar belakang kebudayaannya.

16. Jelaskan definisi kekuasaan menurut para ahli dan sebutkan sumber-sumber kekuasaan
dalam antropologi!
Jawab : Menurut Max Weber dalam Buku Wirtschaft und Gessellshaft pada tahun 1992 bahwa
pengertian kekuasaan adalah kemampuan untuk, dalam suatu hubungan sosial melaksanakan
kemauan sendiri sekalipun mengalami perlawanan dan apapun dasar kemampuan ini (Macht
beduetet jede chance innerhalb einer soziale Beziehung den eigenen Willen durchzusetchen auch
gegen Widerstreben durchzustzen, gleichviel worauf diese chance beruht).

Sumber kekuasaan dapat berupa kedudukan, kekayaan atau kepercayaan. Misalnya seorang
komandan terhadap anak buahnya atau seorang majikannya terhadap pegawainya. Dalam kasus ini
bawahan dapat ditindak jika melanggar disiplin kerja atau melakukan korupsi.

• Sumber kekuasaan dapat juga berupa kekayaan. Misalnya seorang pengusaha kaya
mempunyai kekuasaan atas seorang politikus atau seorang bawahan yang mempunyai utang
yang belum dibayar kembali.

• Kekuasaan dapat pula bersumber pada kepercayaan atau agama. Dibanyak tempat alim
ulama mempunyai kekuasaan terhadap umatnya, sehingga mereka dianggap sebagai
pemimpin informal yang perlu diperhitungkan dalam proses pembuatan keputusan di tempat
itu.

17. Jelaskan evolusi hukum dalam masyarakat menurut Spencer!


Jawab :
Teori Evolusi adalah kemungkinan untuk mengidentifikasi dua perspektif evolusioner utama dalam
karya Spencer. Pertama, teorinya terutama berkaitan dengan peningkatan ukuran masyarakat.
Masyarakat tumbuh melalui perkembangan individu dan penyatuan kelompok-kelompok.
Peningkatan ukuran masyarakat menyebabkan struktur makin luas dan makin terdiferensiasi serta
meninngkatan diferensiasi fungsi yang dilakukannya. Disamping pertumbuhan ukurannya,
masyarakat berubah melalui penggabungan, yakni makin lama makin menyatukan kelompok-
kelompok yang berdampingan. Dengan demikian Spencer berbicara tentang gerak evolusioner dari
masyarakat yang sederhana ke penggabungan dua kali lipat dan penggabungan tiga kali lipat.

18. Jelaskan hubungan dan ruang lingkup dari antropolog budaya d a n


Antropologi Hukum!

Jawab :

Hubungan antara Antropologi Hukum dan Antropologi Budaya yaitu bahwa kebudayaan memiliki
peran penting terhadap eksistensi hukum. Dimensi kebudayaan ini masuk kedalam norma-norma
hukum. Hal ini terjadi dengan adanya Hukum Adat yang lebih sempit lagi melahirkan konsep-
konsep hak tanah atas masyarakat adat yang lebih sering dikenal sebagai hak ulayat. Kebudayaan
juga memberi ruang dalam proses penyelesaian perkara secara informal, seperti yang terjadi dalam
masyarakat Kpelle di Liberia Tengah, Afrika. Kebudayaan hadir dimana-dimana, dan membentuk
sebuah pemahaman hukum yang sifatnya pluralis.

E.K.M Masinambow dalam suatu pengantarnya mengatakan: jikalau kita berbicara tentang peran
hukum di dalam masyarakat, maka muncul dua perspektif kalau yang dipersoalkan adalah
kemajemukan budaya. Pada suatu pihak kemajemukan itu dapat dilihat dari apa yang disebut
“Pluralisme Hukum” atau “Kemajemukan Hukum”, yaitu pandangan bahwa dalam dunia pragmatis
sedikit-dikitnya dua sistem norma dan sistem aturan terwujud dalam interaksi sosial; sedangkan
pada lain pihak pandangan itu bertolak dari “kemajemukan budaya” dan mengkaji bagaimana
hukum itu berperan dan menyesuaikan diri dalam kondisi seperti itu.

Disinilah letak peranan dari antropologi baik antropologi budaya maupun antropologi hukum dalam
memaknai hukum dan kemajemukan budaya. Hukum lahir karena produk manusia, antropologi
ilmu yang mengkaji tentang perilaku manusia secara luas dan manusia sebagai individu membentuk
suatu sistem bersama dengan individu lainnya membentuk masyarakat yang mempunyai nilai,
norma, dan hukum sesuai kebudayaan dimana masyarakat itu berasal.

• Ruang Lingkup Antropologi Hukum

adalah suatu spesialisasi dari Antropologi Budaya dan Antropologi Sosial, Kebudayaan Hukum yg
menyangkut Aspek – aspek hukum.

1. Manusia (bermasyarakat dalam hukum)

Dalam antropologi ruang lingkup manusia (bermasyarakat) diantaranya perkembangan fisik.


Dimana perkembangan fisik tertarik pada sisi fisik dari manusia. Termasuk
didalamnya mempelajari gen-gen yang menentukan struktur dari tubuh manusia.
Mereka melihat perkembangan mahluk manusia sejak manusia itu mulai ada di bumi
sampai manusia yang ada sekarang ini. Beberapa ahli Antropologi Fisik menjadi


terkenal dengan penemuan-penemuan fosil yang membantu memberikan keterangan
mengenai perkembangan manusia. Ahli Antropologi Fisik yang lain menjadi terkenal
karena keahlian forensiknya; mereka membantu dengan menyampaikan pendapat
mereka pada sidang – sidang pengadilan dan membantu pihak berwenang dalam
penyelidikan kasus-kasus pembunuhan.

Sedangkan ruang lingkup manusia khusus budaya (bermasyarakat) lebih mengarah tingkah laku
manusia. Dimana dalam antropologi lebih sering disebut Antropologi Budaya
berhubungan dengan apa yang sering disebut dengan Etnologi. Ilmu ini mempelajari
tingkah-laku manusia, baik itu tingkah-laku individu atau tingkah laku kelompok.
Tingkah-laku yang dipelajari disini bukan hanya kegiatan yang bisa diamati dengan
mata saja, tetapi juga apa yang ada dalam pikiran mereka. Pada manusia, tingkah-
laku ini tergantung pada proses pembelajaran. Apa yang mereka lakukan adalah hasil
dari proses belajar yang dilakukan oleh manusia sepanjang hidupnya disadari atau
tidak. Mereka mempelajari bagaimana bertingkah-laku ini dengan cara mencontoh
atau belajar dari generasi diatasnya dan juga dari lingkungan alam dan social yang
ada disekelilingnya. Inilah yang oleh para ahli Antropologi disebut dengan
kebudayaan.

2. Kebudayaan

kebudayaan menunjuk pada berbagai aspek kehidupan. Istilah ini meliputi cara-cara berlaku,
kepercayaan-kepercayaan dan sikap-sikap, dan juga hasil dari kegiatan manusia
yang khas untuk suatu masyarakat atau kelompok penduduk tertentu.

Pembatasan kebudayaan itu sendiri biasanya tidak selalu dirasakan oleh para pendukung suatu
kebudayaan. Hal ini terjadi karena individu-individu pendukungnya selalu
mengikuti cara-cara berlaku dan cara berpikir yang telah dituntut oleh
kebudayaan itu. Pembatasan-pembatasan kebudayaan baru terasa kekuatannya
ketika dia ditentang atau dilawan. Pembatasan kebudayaan terbagi kedalam 2
jenis yaitu pembatasan kebudayaan yang langsung dan pembatasan kebudayaan
yang tidak langsung. Pembatasan langsung terjadi ketika kita mencoba
melakukan suatu hal yang menurut kebiasaan dalam kebudayaan kita merupakan
hal yang tidak lazim atau bahkan hal yang dianggap melanggar tata kesopanan
atau yang ada.

Akan ada sindiran atau ejekan yang dialamatkan kepada sipelanggar kalau hal yang dilakukannya
masih dianggap tidak terlalu berlawanan dengan kebiasaan yang ada, akan tetapi
apabila hal yang dilakukannya tersebut sudah dianggap melanggar tata-tertib
yang berlaku dimasyarakatnya, maka dia mungkin akan dihukum dengan aturan-
aturan yang berlaku dalam masyarakatnya. Contoh dari pembatasan langsung
misalnya ketika seseorang melakukan kegiatan seperti berpakaian yang tidak
pantas kedalam masjid. Ada sejumlah aturan dalam setiap kebudayaan yang

mengatur tentang hal ini. Kalau si individu tersebut hanya tidak mengenakan
baju saja ketika ke masjid, mungkin dia hanya akan disindir atau ditegur dengan
pelan. oleh pihak-pihak tertentu karena dianggap mengganggu ketertiban umum.
Dalam pembatasan-pembatasan tidak langsung, aktifitas yang dilakukan oleh
orang yang melanggar tidak dihalangi atau dibatasi secara langsung akan tetapi
kegiatan tersebut tidak akan mendapat respons atau tanggapan dari anggota
kebudayaan yang lain karena tindakan tersebut tidak dipahami atau dimengerti
oleh mereka.

Hukum (menurut antropologi) mempelajari hubungan perilaku manusia dengan system atau budaya
diantaranya:

Nilai : Kumpulan atau himpunan tingkah laku baik dan buruk

Norma : Ukuran Sikap atau perilaku wajar atau menyimpang

Kaidah : Dalil atau rumusan juga dapat diartikan sebagai keseluruhan nilai, norma.

Kebiasaan : Atau kata lain aturan yang berasal dari hukum tradisional dan hukum modern

Hal ini karena para ahli antropologi mempelajari hukum bukan semata-semata sebagai produksi dari
hasil abstraksi logika sekelompok orang yang diformulasikan dalam bentuk
peraturan perundang-undangan, tetapi lebih mempelajari hukum sebagai perilaku
social. Hukum dalam perspektif antropologi dipelajari sebagai bagian yang
integral dari kebudayaan secara keseluruhan, dan karena itu hukum dipelajari
sebagai produk dari interaksi sosial yang dipengaruhi oleh aspek-aspek
kebudayaan yang lain, seperti politik, ekonomi, ideologi, religi, dll. atau hukum
dipelajari sebagai proses sosial yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat.
Karena itu, hukum dalam perspektif antropologi bukan semata-mata berwujud
peraturan perundang-undangan yang diciptakan oleh Negara (state law), tetapi
juga hukum dalam wujudnya sebagai peraturan-peraturan lokal yang bersumber
dari suatu kebiasaan masyarakat (customary law/folk law), termasuk pula di
dalamnya mekanisme-mekansime pengaturan dalam masyarakat (self regulation)
yang juga berfungsi sebagai sarana pengendalian sosial (legal order).

3. Masyarakat (Tunggal Atau Penduduk satu daerah)

Penduduk, masyarakat dan kebudayaan adalah konsep-konsep yang pertautannya satu sama lain
sangat berdekatan. Bermukimnya penduduk dalam suatu wilayah tertentu dalam
waktu yang tertentu pula, memungkinkan untuk terbentuknya masyarakat di
wilayah tersebut. Ini berarti masyarakat akan terbentuk bila ada penduduknya
sehinggat idak mungkin akan ada masyarakat tanpa penduduk, masyarakat
terbentuk karena penduduk. Sudah barang tentu penduduk disini yang dimaksud
adalah kelompok manusia, bukan penduduk/populai dalam pengertian umum

yang mengandung arti kelompok organisme yang sejenis yang hidup dan
berkembang biak pada suatu daerah tertentu.

Demikian pula hubungan antara masyarakat dan kebudayaan, ini merupakan dwi tunggal, hubungan
dua yang satu dalam arti bahwa kebudayaan merukan hasil dari suatu
masyarakat, kebudayaan hanya akan bisa lahir, tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat. Tetapi juga sebaliknya tidak ada suatu masyarakat yang tidak
didukung oleh kebudayaan. Hubungan antara masyarakat dan kebudayaan inipun
merupakan juga hubungan yang saling menentukan.

Penduduk, dalam pengertian luas diartikan sebagai kelompok organisme sejenis yang berkembang
biak dalam suatu daerah tetentu. Penduduk dalam arti luas itu sering diistilahkan
popuasi dan disini dapat meliputi populais hewan, tumbuhan dan juga manusia.
Dalam kesempatan ini penduduk digunakan dalam pengertian orang-orang yang
mendiami wilayah tertentu, menetap dalam suatu wilayah, tumbuh dan
berkembang dalam wilayah tertentu pula.

Adapun masyarakat adalah suatu kesatuan kehidupan sosial manusia yang menempati wilayah
tertentu, yang keteraturannya dalam kehidupan sosialnya telah dimungkinkan
karena memiliki pranata sosial yang telah menjadi tradisi dan mengatur
kehidupannya. Tekanannya disini terletak pada adanya pranata sosia, tanpa
pranata sosial kehidupan bersama didalam masyarakat tidak mungkin dilakukan
secara teratur. Pranata sosial disini dimaksudkan sebagai perangkat peraturan
yang mengatur peranan serta hubungan antar anggota masyarakat, baik secara
perseorangan maupun secara kelompok.

• Ruang Lingkup Antropologi budaya

memfokuskan perhatianya kepada kebudayaan manusia ataupun cara hidupnya dalam masyarakat.
menurut Haviland (1999:12) cabang antropologi budaya ini dibagi-bagi lagi menjadi tiga
bagian, yakni arkeologi, antroplogi linguistic, dan etnologi.

Antropologi budaya juga merupakan studi tentang praktik-praktik social, bentuk-bentuk ekspresif,
dan penggunaan bahasa, dimana makna diciptakan dan diuji sebelum digunakan oleh
masyarakat manusia ?(Burke,2000:193).

Biasanya, istilah antropologi budaya dikaitkan dengan tradisi riset dan penulisan antropologi di
Amerika. pada awal abad ke-20, Franz Boas (1940) mengajukan tinjauan kirtisnya
terhadap asumsi-asumsi antropologi evolusioner serta inflikasi yang cendrung bersifat
rasial. Dalam hal itu, boas menyoroti keberpihakan pada komparasi dan generalisasi
antropollgi tradisional yang dinilainya kurang tepat, selanjutnya ia mengembangkan
alitan baru yang sering disebut antropologi boas. dalam hal ini, boas merumuskan
konsep kebudayaan yang bersifat relative. plural dan holistic

saat ini, kajian antropologi budaya lebih menekankan pada empat aspek yang tersusun

19. Jelaskan metode normatif eksploratif dalam Antropologi Hukum serta bagaimana perbedaannya
metode deskriptif perilaku!

Jawab :

Metode Normatif Eksploratif dalam Antropologi Hukum yaitu mempelajari perilaku manusia dan
budaya hukumnya melalui norma hukum yang sudah ada/ yang dikehendaki, bukan semata
mempelajari norma hukum yang berlaku, tapi melihat perilaku manusia barulah mengetahui
hukum yang akan diterapkan

Sedangkan Metode Deskriptif Perilaku, yaitu mempelajari prilaku manusia dan budaya hukumnya
melalui hukum yang nyata tanpa melihat aturan hukum ideal. Metode ini disertai dengan
metode kasus. Metode Deskriptif Perilaku menggambarkan perilaku manusia dan budaya
hukumnya terasuk melukiskan/menggambarkan perilaku nyata jika mereka sedang
berselisih/bersengketa. (melihat sistem hukum mana yang digunakan (hukum adat atau
hukum Negara)

20. Jelaskan pengertian Antropologi Hukum!

Jawab :

Pada kehidupan hukum, antropologi memberikan suattu alternatif hukum adat, yang disandarkan
pada kearifan lokal yang dimiliki oleh suatu daerah tertentu. Pada bidang hukum,
antropologi banyak memberikan catatan-catan penting tentang bagaimana hukum adat yang
selama ini mejadi faktor tak tertulis yang justru pada daerah tertentu menjadi hukum yang
masih lebih dominan dipakai daripada hukum konvensional. Kehidupan ocial sendiri tak
luput dari sasaran gungangan stabilitas pertahanan nasional. Isu SARA adalah isu yang
paling mudah mengganggu stabilitas keamanan nasional oleh karena rawan konflik.
Antropologi sendiri menfasilitasi dialog-dialog multikulutral yang mendorong terciptanya
pluralitas dimasyarakat bertujuan untuk tetap menjaga stabilitas keamanan didalam
masayarakat (integrasi ocial yang berujung pada integrasi nasional). Bidang pertahanan dan
keamanan ocial sebenarnya membutuhkan antropologi sebagai sumber informasi yang
terkait dengan pengenalan karakter masyarakat dan kebudayaannya dalam rangka menjaga
keutuhan NKRI yang terus diusahakan oleh seluruh masyarakat.

Oleh karena pentingnya peran antropologi khusunya antropologi hokum dalam kehidupan yang
belum terlihat oleh masyarakat secara utuh serta belum dimaksimalkan oleh para antropolog
untuk memegang peranan dalam kehidupan ocial, maka disini perlu di galakkan kembali
sosialisasi tentang bidang ilmu antropologi hokum kepada masyarakat luas. Tulisan-tulisan
yang produktif tentang gejala ocial yang terjadi di masyarakat akan menunjang proses

sosialisasi disiplin ilmu tersebut. Dengan tidak membatasi diri kepada etnografi semata dan
membuka pembahasan tentang bidang ilmu yang berada di masyarakat dan gejala ocial yang
ada di dalamnya dengan perspektif budaya, antropologi akan dengan cepat menemukan
perannya dalam kehidupan ocial. Tulisan adalah media yang paling efektif yang dapat
mempengaruhi masyarakat, dan hal tersbut tentunya telah menjadi skill khusus para
antropolog.

Sehingga dalam kajian antropologi hokum terdapat relevansi anatar hokum dan perkembangan
masyarakat dan lingkungan social sekitarnya, yang demikian pesat dimana hokum tumbuh
dan berkembang sendiri didalamnya.

21. Masalah Hukum tidaklah hanya pada masalah hukum yang normatif, tetapi juga masalah
budaya terhadap suatu masalah hukum, dikarenakan adanya faktor yang mempengaruhinya,
sebutkan faktor-faktor tersebut!

Jawab :

Masalah hukum tidaklah hanya pada masalah hukum yang normatif (undang-undang), atau masalah
hukum yang merupakan pola perilaku yg sering terjadi (hukum adat), tetapi juga masalah
budaya terhadap suatu masalah hukum, dikarenakan adanya faktor budaya yang
mempengaruhinya, yaitu:

1. Faktor-faktor budaya yang melatarbelakangi Masalah Hukum, misalnya, cara-cara


menyelesaikan Masalah Perselisihan dikalangan orang batak, tidak sama dengan orang
Minang, Jawa , Bali, Maluku dan lainya.

2. Cara-cara tersebut menjadi objek perhatian Antrop Hukum

22. Mengapa kita mempelajari Antropologi Hukum?

Jawab :

Karena Antropologi mempelajari perkembangan kehidupan manusia dan budayanya, maka untuk
mengetahui kehidupan manusia, kita harus mempelajari ilmu prasejarah, dan untuk
mengetahui bagaimana manusia berbahasa.

23. Sebagai ilmu pengetahuan, Antropologi Hukum dicirikan oleh tiga hal, sebutkan!

Jawab :

Antropologi hukum dicirikan oleh tiga hal yaitu adanya: objek, Metode, dan sistem Antropologi
hukum sebagai ilmu pengetahuan yang merupakan spesialisasi dari Antropologi budaya,
memiliki karakter:

1. Antropologi Hukum, adAlah Ilmu pengetahuan (logos) tentang Manusia (antropos) yg


berhubungan dengan Hukum.

2. Manusia, adalah manusia yg hidup bermasyrakat, masyarakat yg masih sederhana


budayanya (primitif) dan yg sudah Maju (modern).

3. Budaya adalah budaya hukum, yaitu segala bentuk perilaku budaya manusia yang
mempengaruhi masalah hukum

24. Sebutkan dan jelaskan langkah mempelajari hukum dalam suatu masyarakat!

Jawab :

Max weber memberikan tipologi tiga pendekatan umum yang telah digunakan untuk studi hukum
dan masyarakat. Tipologi ini berguna untuk menganalisis studi hukum yang memungkinkan
kita untuk melihat bagaimana perhatian yang berbeda tentang peran hukum dalam
masyarakat menghasilkan kerangka kerja yang berbeda yang mengangkat isu-isu yang
berbeda dan pertanyaan. Kerangka kerja ini mengkonstruksi hukum dan pranata hukum
berbeda-beda bagi tujuan studi hukum mereka.

… ketiga pendekatan itu adalah: (1) pendekatan moral hukum. (2) pendekatan dari sudut ilmu
hukum, dan (3) pendekatan sosiologis hukum. Masing-masing dari tiga pendekatan ini
memiliki fokus yang berbeda pada hubungan antara hukum dan masyarakat dan juga
berbeda cara yang digunakan dala, mempelajari hukum)

Juga dapat dikatakan bahwa secara garis besar ada 3 pendekatan ilmu hukum, yaitu:

1. Ius constituendum: the law as what ougt to be, atau filsafat hukum.

2. Ius constitutum: the law as what it is in the book(s) atau hukum positif.

3. ius operatum: the law as what it is in society atau sosiologi hukum dan kajian empiris
lainnya.

25. Sebutkan dan jelaskan manfaat-manfaat Antropologi Hukum!

Jawab :

Manfaat Antropologi Hukum dapat mengendalikan masyarakat yang kurang atau tidak tahu hukum
negara. Jadi manfaat Antropologi Hukum adalah untuk mengetahui gambaran bekerjanya
hukum sebagai pengendali sosial yang dilatar-belakangi oleh budaya.

Beberapa manfaat mempelajari Antropologi Hukum:

• Secara teoritis dapat mengetahui pengertian-pengertian hukum yang berlaku dalam


masyarakat sederhana & modern.

• Dapat mengetahui bagaimana masyarakat bisa mempertahankan nilai-nilai dasar yang


dimiliki sekaligus mengetahui bagaimana masyarakat bisa melakukan perubahan-perubahan
terhadap nilai-nilai dasar tersebut.

• Dapat mengetahui perbedaan pendapat / pandangan masyarakat atas sesuatu yang


seharusnya mereka lakukan. dapat mengetahui suku bangsa / masyarakat mana yang masih
kuat / fanatik mempertahankan keberlakuan nilai-nilai budaya mereka. Dapat mengetahui
suku bangsa / masyarakat mana yang memiliki norma-norma perilaku hukum yang sudah
tinggi dan mana yang belum tinggi.

26. Sebutkan dan jelaskan tugas-tugas Antropologi Hukum!

Jawab :

Tugas Antropologi hukum adalah memberikan pemahaman tentang hukum-hukum non state law,
yaitu memberikan kajian melalui telaah mendalam yang kelak menjadi sistem kajian
referensi pembuat undang-undang. Ilmu Antropologi Hukum dapat dilihat pada persidangan-
persidangan atau penyelesaian sengketa yang berlangsung di pengadilan-pengadilan. Hakim
yang memiliki pengetahuan akan menggali sumber-sumber hukum yang hidup di tengah
masyarakat dalam menyelesaikan perselisihan.

Antropologi Hukum menitikberatkan pada budaya hukum yang berkaitan atau


mempengaruhimasalah hukum.

27. Sebutkan dan jelaskan unsur-unsur aspek Antropologi Hukum!

Jawab :

Unsur-unsur utama dari sebuah disiplin ilmu tersebut adalah:

1. Ontologi

Ontologi adalah suatu pembahasan tentang hakekat pengetahuan. Ontologi selalu membahas
pertanyaan-pertanyaan yang mendalam atas sesuatu pengetahuan yang dibahas sampai
pengetahuan tersebut memiliki keterangan yang jelas, apa yang ingin ingin kita ketahui,
seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan lain, sesuatu pengkajian mengenai teori
tentang “ada”. Adapun macam pertanyaan yang ada dalam ontologi tersebut diantaranya
adalah: Objek apa yang ditelaah pengetahuan? Adakah objek tersebut? Bagaimana wujud
hakikinya? Dapatkah objek tersebut diketahui oleh manusia dan bagaimanakah caranya?

2. Epistemologi

Epistemologi adalah suatu pembahasan mengenai metode yang digunakan untuk mendapatkan suatu
pengetahuan. Adapun macam pertanyaan yang ada pada epistemologi diantaranya adalah:

Bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya suatu pengetahuan? Bagaimana


prosedurnya? Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan agar mendapatkan pengetahuan yang
benar? Lalu benar itu sendiri apa? Kriterianya apa saja?

3. Aksiologi

Aksiologi adalah pembahasan mengenai nilai moral suatu pengetahuan. Aksiologi menjawab
pertanyaan-pertanyaan yakni: Untuk apa pengetahuan itu digunakan? Bagaimana kaitan
antara cara penggunaan pengetahuan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana
penentuan objek yang di telaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara
metode pengetahuan dengan norma-norma moral/profesional?

Dari penjelasan diatas maka dapat kita simpulkan bahwasannya Antropologi Hukum itu sudah
merupakan sebuah disiplin ilmu.

28. Sebutkan metode cara mempelajari Antropologi Hukum!

Jawab :

1. Metode Historis, yaitu mempelajari perilaku manusia melalui sejarah kebiasaan yang ada
dalam masyarakat menjadi adat, berkembang menjadi hukum adat, yang dipertahankan oleh
penguasa lalu menjelma sebagai hukum negara.

2. Metode Normatif Eksploratif, yaitu mempelajari perilaku manusia dan budaya hukumnya
melalui norma hukum yang sudah ada / yang dikehendaki, bukan sebatas norma hukum
yang berlaku, melainkan melihat perilaku manusia barulah mengetahui hukum yang akan
diterapkan.

3. Metode Deskriptif Perilaku, yaitu mempelajari perilaku manusia dan budaya hukumnya
melalui hukum yang nyata tanpa melihat aturan hukum ideal. Metode ini sempurna apabila
disertai metode kasus.

4. Metode Studi Kasus, yaitu pendekatan Antropologi Hukum dengan mempelajari kasus-
kasus yang terjadi terutama kasus perselisihan.

29. Sebutkan metode kasus sengketa yang digunakan dalam Antropologi Hukum!

Jawab :

Kasus-kasus sengketa yang dipilih dan dikaji secara seksama adalah cara yang utama untuk dapat
memahami hukum yang sedang berlaku dalam suatu masyarakat. Data yang diperoleh dari
pengkajian terhadap kasus-kasus sengketa sangat meyakinkan dan kaya, karena dari kasus-
kasus tersebut dapat diungkapkan banyak keterangan mengenai norma-norma hukum yang
sedang berlaku dalam masyarakat. The trouble-cases, sought out and examined with care,

are thus the safest main road into the discovery of law. Their data are most certain. Their
yield is reachest. They are the most revealing (Llewellyn & Hoebel, 1941:29; Hoebel,
1954:36).

Metode kasus sengketa yang diperkenal Llewellyn dan Hoebel (!941) dan Hoebel (1954) di atas
merupakan sumbangan yang berharga untuk memperkaya metodologi antropologi dalam
mengkaji fenomena-fenomena hukum yang berlaku dalam masyarakat. Karena itu, secara
khusus Pospisil (1973) mengatakan :Hoebel is regarded by Nader as one of the three
leading legal anthropologycal pioneers of this century. I go even further and, without
diminishing the accomplishments of the two scholars, dare to regard Hoebel as the partriarch
of the anthropology of law (Pospisil, 1973:539).

Kajian mengenai kasus-kasus sengketa pada dasarnya dimaksudkan untuk mengungkapkan latar
belakang dari munculnya kasus-kasus tersebut, cara-cara yang ditempuh untuk
menyelesaikan sengketa, mekanisme-mekanisme penyelesaian sengketa yang digunakan,
dan sanksi-sanksi yang dijatuhkan kepada pihak yang dipersalahkan, sehingga dapat
diungkapkan prinsip-prinsip hukum yang berlaku, prosedur-prosedur yang ditempuh, dan
nilai-nilai budaya yang mendukung proses penyelesaian sengketa tersebut. Sedangkan,
materi kasus sengketa yang dapat dikaji untuk memahami hukum yang berlaku dalam
masyarakat meliputi : kasus-kasus sengketa yang dapat dicermati mulai dari awal sampai
sengketa diselesaikan; kasus-kasus sengketa yang dapat dikaji melalui dokumen keputusan-
keputusan pemegang otoritas yang diberi wewenang menyelesaikan sengketa; kasus-kasus
sengketa yang dapat direkam dari ingatan-ingatan para tokoh masyarakat atau para
pemegang otoritas; dan kasus-kasus sengketa yang masih bersifat hipotetis (Nader dan Todd,
1978:8).

Kasus-kasus sengketa sangat umum digunakan sebagai metode untuk menelusuri hukum
masyarakat dalam studi antropologis mengenai hukum. Hal ini karena hukum bukanlah
semata-mata sebagai suatu produk dari individu atau sekelompok orang dalam bentuk
peraturan perundang-undangan, atau bukanlah sebagai suatu institusi yang terisolasi dari
aspek-aspek kebudayaan yang lain, tetapi hukum merupakan produk dari suatu relasi sosial
dalam suatu sistem kehidupan masyarakat.

Karena itu, hukum muncul sebagai fakta khas yang lebih menekankan empiris, ekspresi, atau
perilaku sosial masyarakat, dan penyelesaian kasus sengketa merupakan ekspresi dari
hukum yang secara nyata berlaku dalam masyarakat (Llewellyn dan Hoebel, 1941; Hoebel,
1954). Sampai sekarang pengkajian kasus-kasus sengketa menjadi metode khas dalam studi-
studi antropologis tentang hukum dalam masyarakat.

30. Sebutkan sifat kajian Antropologi Hukum!

Jawab :

Sifat Antropologi Hukum :

1. INTERDISIPLINER adalah sifat antropologi hukum yang saling mendukung dan membantu
dalam menyelesaikan sesuatu

2. INTERDEPEDENSI adalah sifat Antropologi hukum yang memiliki keterkaitan atau


ketergantungan antara satu dengan yang lain

31. Sebutkan teori-teori dalam Antropologi Hukum!

Jawab :

Teori antropologi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Teori Evolusionisme Deterministik

Teori Evolusionisme Deterministik dapat dikatakan sebagai teori tertua di deretan teori antropologi.
Teori ini dikembangkan oleh Lewis Henry Morgan dan Edward Burnet Tylor. Teori ini
muncul dari anggapan adanya hukum universal yang mengendalikan perkembangan semua
kebudayaan manusia. Berdasarkan teori ini setiap kebudayaan mengalami fase-fase atau
evolusi.

2. Teori Partikularisme

Teori partikularisme muncul setelah berakhirnya masa teori evolusionisme. Pemikiran baru ini
dipelopori oleh Franz Boas (1858-1942) yang menentang teori evolusionisme. Teori ini
disebut juga sebagai partikularisme historic. Boas tidak setuju dengan teori evolusi tentang
adanya hukum universal yang menguasai kebudayaan. Boas berpendapat meskipun hanya
satu unsur, kebudayaan tetap harus dipelajari dalam konteks masyarakat di mana unsur
tersebut berada. Teori partikularisme berpandangan bahwa perkembangan tiap kebudayaan
mempunyai kekhasan sendiri-sendiri dan tidak dapat digeneralisasikan ke dalam aturan atau
hukum yang universal.

3. Teori Fungsionalisme

Teori fungsionalisme dikembangkan oleh Bronislaw Malinowski (1884-1942). Teori ini


beranggapan bahwa semua unsur kebudayaan adalah bagian-bagian yang berguna bagi
masyarakat di mana unsur-unsur tersebut berada. Pandangan fungsionalis menekankan
bahwa setiap pola perilaku, kepercayaan dan sikap yang menjadi bagian dari kebudayaan
suatu masyarakat, memiliki peran mendasar di dalam kebudayaan yang bersangkutan.

32. Tuliskan apa yang dimaksud dengan tujuan akademis serta tujuan praktis dari Antropologi
Hukum!

Jawab :

1. Tujuan akademis: untuk mencapai pengertian tentang makhluk manusia

pada umumnya dengan mempelajari berbagai bentuk fisiknya, masyarakat

dan kebudayaannya,

2. Tujuan praktis: mempelajari manusia di berbagai masyarakat suku bangsa

di dunia guna membangun masyarakat itu sendiri.

33. Tuliskan bagaimana hukum Indonesia ditempatkan sebagai aspek


kebudayaan!

Jawab :

Hukum menjadi aspek kebudayaan ketika suatu kelompok masyarakat di suatu daerah menjadikan
hukum sebagai suatu bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan. Hukum harus menjadi
pegangan hidup bagi kelompok masyarakat, hukum harus menjadi suatu budaya yang
dipegang erat oleh masyarakat. Setelah adanya proses tersebut maka secara otomatis hukum
telah menjadi aspek kebudayaan.

34. Tuliskan beberapa kasus terkait kesejahteraan sosial dalam perpektif


Antropologi Hukum!

Jawab :

• Budaya mengemis yang dilakukan oleh tunawisma sebagai sebuah mata pencaharian

• Pengeksploitasian anak dibawah umur yang dilakukan oleh orang tuanya untuk tujuan
tertentu, contohnya mengemis di jalanan

35. Tuliskan beberapa pengertian Antropologi Hukum menurut para ahli lalu kemukakan
pengertian Anda sendiri!

Jawab :

• Pengertian Antropologi menurut para ahli :

• William A. Havilland

Pengertian antropologi ialah studi yang fokus kepada manusia, guna menyusun generalisasi yang
berguna mengenai tingkah lakunya, serta untuk mendapatkan pengertian yang
lengkap mengenai keanekaragaman umat manusia.

• Rifhi Siddiq

Menurut Rifhi Siddiq, pengertian antropologi merupakan ilmu yang mengkaji segala aspek yang
ada pada kehidupan manusia, dimana di alamnya termasuk norma, seni,
kebudayaan, ilmu pengetahuan, linguistik, serta teknologi.

• Koentjaraningrat

Antropologi merupakan ilmu yang mempelajari aneka warna-warna, bentuk fisik suatu masyarakat
serta kebudayaan-kebudayaan yang dihasilkan oleh umat manusia.

• Tulian Darwin

Antropologi ialah ilmu yang berasal dari keinginan untuk membuktikan asal mula dan
perkembangan yang terjadi pada manusia dengan melaksanakan berbagai macam
penelitian yang di mulai dengan monyet di seluruh penjuru dunia.

• Pengertian Antropologi Hukum menurut pendapat saya : Antropologi hukum adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari manusia dengan kebudayaan khusus yang berkaitan dengan
aspek-aspek hukum dan digunakan oleh kekuasaan masyarakat untuk mengatur anggota-
anggota masyarakat agar tidak melanggar kaidah-kaidah sosial yang telah ditetapkan oleh
masyarakat yang bersangkutan.

36. Tuliskan cara medefinisikan hukum dari segi antropologi!

Jawab : Pendekatan yang digunakan Antropologi Hukum dalam mengkaji hukum adalah
menggunakan pendekatan Holistik (menyeluruh) terhadap seluruh aspek kehidupan manusia
antara lain hukum, ekonomi, politik, termasuk budaya.

Definisi yang dapat diterima Antropologi Hukum adalah rumusan dari Hoebel yakni
suatu norma sosial adalah hukum. Bila terjadi pelanggaran atau tindakan tidak
mengindahkan norma sosial maka yang melanggar akan diberikan sanksi, baik dalam bentuk
sanksi tindakan fisik, diberikan sanksi sosial dan sanksi yang lainnya oleh yang mempunyai
wewenang bertindak.

Berbeda halnya sebagaimana yang dikemukakan oleh Leopold Pospisil


mengemukakan bahwa “tidak segala sesuatunya hanya diukur menurut ukuran yang berlaku
dalam budaya sendiri olah karena antropologi hukum itu juga memuat beberapa pengertian
diantaranya:

• Antropologi hukum itu tidak membatasi pandangannya pada kebudayaan tertentu.


Masyarakat manusia dipelajari dengan cara perbandingan. Bagaimana sederhananya tahap
perkembangan masyarakat, sepatutnya dipelajari di samping masyarakat yang budayanya
sudah maju, yang tidak dibedakan secara kualitatif.

• Antropologi hukum berbeda dari cabang ilmu sosial yang lain karena ilmu ini mempelajari
masyarakat sebagai suatu keseluruhan yang utuh dimana bagian-bagiannya saling bertautan.

Jadi tidak dipotong menurut segi-segi tertentu misalnya segi ekonomi, segi politik dan segi
hukum sebaga segi tersendiri.

• Antropologi hukum yang modern tidak lagi memusatkan perhatiannya pada kekuatan-
kekuatan sosial dan hal-hal yang superorganis, lalu memperkecil peranan iindividu.
Kesemuanya mendapatkan perhatian yang sama.

• Antropologi hukum tdak memandang masyarakat yang dalam keseimbangan yang


mengalami gangguan jika ada penyimpangan, tetapi masyarakat dipandang secara dinamis,
sehingga peranan sosial dan hukum tidak terbatas mempertahankan status quo. Sebagaimana
Stone mengemukakan antropologi hukum bukanlah penganut ketidakmampuan legislatif.

• Antropologi hukum termasuk ilmu tentang hukum yang bersifat empirik, konsekuensinya
ialah bahwa teori yang dikemukakan harus didukung oleh fakta yang relevan atau setidak-
tidaknya terwakili secara representatif dari fakta yang relevan.

37. Tuliskan contoh kasus dalam kehidupan masyarakat terkait dengan Antropologi Hukum!

Jawab :

Pengaruh Nilai-Nilai Budaya Terhadap Budaya Hukum Masyarakat Batak-Toba Terkait Dengan
Batas Usia Kawin Menurut Undang undang Nomor 1 Tahun 1974

• Antropologi hukum sebagai cabang antropologi budaya melihat hukum sebagai gejala
budaya sehingga respon kolektif suatu masyarakat terhadap hukum dalam bentuk budaya
(mematuhi atau melanggar hukum) sangat dipengaruhi oleh nilai – nilai budaya dari
masyarakat itu sendiri. Hukum akan dipatuhi bila tidak bertentangan dengan nilai – nilai
budaya masyarakat tersebut dan hukum akan dilanggar bila bertentangan dengan nilai – nilai
budaya dari masyarakat tersebut.

• Masyarakat Batak Toba memiliki nilai nilai budaya yang menganggap bahwa perkawinan
adalah suatu peristiwa penting dalam kehidupan manusia sehingga seseorang tidak baik jika
dalam usia muda sudah melangsungkan perkawinan, karena dianggap belum siap secara
ekonomi, mental dan sosial. Mereka tidak menyukai perkawinan pada usia muda, karena
potensial mendatangkan masalah bagi yang bersangkutan, keluarga kedua belah pihak dan
kaum kerabat keduanya. Khusus bagi wanita, pernikahan dini dapat berisiko

meningkatkan Angka Kematian Ibu (AKI) akibat melahirkan.

• Nilai-nilai budaya (hamoraoan, hagabeon dan hasangapon) sangat berpengaruh terhadap

perilaku masyarakat Batak Toba terkait dengan aturan pembatasan usia kawin dalam Undang –
undang Nomor 1 Tahun 1974,yang cenderung menunjukkan budaya hukum yang
mematuhi aturan pembatasan usia kawin minimal tersebut, karena rata-rata usia
calon pengantin dalam masyarakat Batak Toba adalah di atas 20 tahun untuk wanita
dan 25 tahun untuk laki-laki.

38. Tuliskan hubungan antara Antropologi Hukum dengan politik hukum!

Jawab : Perkembangan ilmu terus berlanjut, begitu pula dengan ilmu politik, yang mulai banyak
menaruh perhatian terhadap berbagai fenomena budaya masyarakat yang terkait langsung
atau tidak langsung. Keanggotaan partai politik di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kondisi
budaya masyarakatnya. Budaya masyarakat di Indonesia yang cenderung patrimonial sangat
berpengaruh pada sistem budaya politiknya. Untuk itu, untuk lebih dapat memahami
perilaku politik masyarakat di Indonesia, kita perlu belajar tentang kebudayaan masyarakat
di Indonesia, yang terdiri dari bermacam macam suku bangsa dan masing-masing suku
bangsa tersebut memiliki

kebudayaannya yang khas. Untuk keperluan tersebut, antropologi mempunyai peran dalam
kaitannya dengan kajian ilmu politik, karena mampu mengungkap kebudayaan suatu
masyarakat yang akan menjadi tempat bagi perilaku politik.

39. Tuliskan hubungan antara hukum dan kebudayaan!

Jawab : Hukum sangat berkaitan erat dengan kebudayaan. Hukum sendiri merupakan produk
kebudayaan, karena sejatinya produk hukum adalah produk ciptaan manusia. Dalam
Antropologi Hukum, hukum ditinjau sebagai aspek dari kebudayaan. Manusia dalam hidup
bermasyarakat telah dibekali untuk berlaku dengan menjunjung tingi nilai-nilai budaya
tertentu.

40. Tuliskan hubungan hukum adat dengan yurisprudensi serta keterkaitannya dengan
Antropologi Hukum!

Jawab : Hukum adat itu baru mempunyai nilai hukum bilamana ia dilahirkan melalui yurisprudensi
karena adanya penetapan tersebut maka kaidah adat memperoleh sanksi hukum untuk dapat
dipertahankan melalui pengadilan sebagaimana pendapat Soepomo yang memberikan
pengertian bahwa hukum yang timbul karena adanya putusan-putusan hakim.

Kedudukan hukum adat dalam yurisprudensi tidak dapat kita temui adanya ketentuan
yang tegas oleh karena yurisprudensi di lapangan hukum adat telah merupakan dan
membimbing perkembangan hukum adat sejalan dengan perkembangan yang terjadi dalam
masyarakat.

41. Tuliskan kasus terkait dalam Antropologi Hukum!

Jawab :

Sengketa Keluarga: Perebutan Lokasi Pemakaman Anak

Sengketa merupakan fenomena sosial yang menimbulkan ketidakadilan dan kerugian


bagi pihak yang disebut korban, baik individu maupun sekelompok masyarakat. Sengketa
diawali oleh (1) tahap prakonflik, yaitu ketika pihak korban merasakan adanya
ketidakadilan; (2) berlanjut pada tahap konflik, yaitu ketika korban mengeluhkan kerugian
yang ia rasakan pada pihak lain; (3) dan akhirnya terjadi sengketa, yaitu jika konflik telah
diumumkan ke publik.

Contohnya ialah kasus sengketa keluarga yang terjadi di Desa Lelobatan, Kecamatan
Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT mengenai perebutan lokasi
pemakaman anak. Tahap prakonflik dimulai pada tanggal 20 Juni 2017 ketika sebuah
peristiwa yang tidak diinginkan siapapun terjadi, yakni kematian seorang anak perempuan
kelas 1 SD bernama Adolfioa Toto. Adolfioa dikenal sebagai anak yang periang dan baik
hati oleh orang-orang sekitar, termasuk keluarga, guru, dan teman-temannya.

Sayangnya, pascakematian Adolfioa terjadi sebuah perselisihan di dalam keluarga


mengenai lokasi tempat Adolfioa akan dimakamkan. Perselisihan terjadi antara dua fam,
yakni keluarga ayah dan keluarga ibu yang sama-sama menginginkan putrinya itu
disemayamkan di pemakaman keluarga masing-masing. Di sinilah tahap prakonflik terjadi.
Sejak awal, sang ayah telah memutuskan bahwa Adolfioa akan disemayamkan di makam
keluarga Toto, mengingat garis patrilineal yang masih sangat kental di masyarakat Timor.
Namun, si ibu merasa mereka punya hak agar putri mereka Adolfioa bisa disemayamkan di
makam keluarga mereka, Baun. Hal ini didukung juga dengan lebih dekatnya makam
keluarga Baun dari rumah duka jika dibandingkan dengan makam keluarga Toto.

Perselisihan ini kemudian membesar menjadi konflik yang dianggap serius oleh
keluarga ketika bukan hanya keluarga inti saja yang mempermasalahkan hal ini, tapi juga
seluruh fam, baik dari pihak ayah maupun ibu. Karena baik ayah maupun ibu sama-sama
mengeluhkan keresahan mereka mengenai pemakaman Adolfioa kepada keluarga besar
mereka. Bahkan kasus ini menjadi sengketa ketika kedua belah pihak merasa memiliki hak
untuk ‘mendapatkan jasad’ di pemakaman keluarga mereka masing-masing dan
menceritakannya pada publik. Kasus ini pun menjadi bahan pembicaraan masyarakat desa
tak lama setelah itu.

Akhirnya, pihak keluarga, baik dari ayah maupun ibu Adolfioa memutuskan untuk
menghadirkan pihak ketiga yang diharapkan mampu membantu menyelesaikan
permasalahan keluarga mereka. Penyelesaian sengketa ini disebut oleh Cecilio (1988)
sebagai family mediation, yaitu mediasi yang dilakukan untuk menangai sengketa keluarga.
Bukan seorang saja pihak ketiga yang dimaksud, tapi beberapa orang tokoh adat. Mereka
adalah sosok yang dirasa bijak dan paham akan duduk permasalahan keluarga Toto-Baun
ini. Dua di antara tokoh adat yang dimaksud adalah Petrus Almet dan Yohannes Almet.
Kedua tokoh ini sengaja dipilih oleh kedua belah pihak yang bersengketa sebagai mediator,
selain karena dituakan juga karena jarak tempat tinggal yang tidak terlalu jauh dari tempat
perkara (kediaman Adolfioa Toto), sehingga kedekatan emosi juga sudah terjalin di antara
tokoh adat tersebut dengan keluarga.

Tidak butuh waktu lama untuk memutuskan solusi dari sengketa perebutan lokasi
pemakaman Adolfioa, karena ketiga belah pihak (dua pihak yang berperkara dan satu pihak
mediator) sama-sama sepakat bahwa kasus ini perlu penyelesaian secepatnya, agar jenazah
dapat segera disemayamkan dan tenang di alam sana. Hasil musyawarah keluarga dibantu
oleh tokoh adat sebagai mediator yaitu dengan memakamkan Adolfioa di halaman belakang
rumah mereka, bukan di pemakaman keluarga Toto (fam ayah) atau Baun (fam ibu) sebagai
jalan tengah.

Sebenarnya bukan hal yang asing untuk masyarakat Desa Lelobatan menguburkan
kerabat mereka di halaman rumah, hanya saja opsi tersebut tidak tercetus sejak awal karena
beredarnya mitos di masyarakat bahwa apabila seseorang dimakamkan di halaman belakang
rumah dan hanya sendiri, maka yang terjadi adalah arwah orang tersebut akan gentayangan

dan mencari teman untuk dimakamkan di sebelahnya. Namun, mitos tersebut kalah dengan
kesepakatan bersama tiga belah pihak untuk mencari solusi dari sengketa keluarga yang
terjadi.

Pada masyarakat Timor, menjadi hal yang biasa bilamana tokoh adat menjadi
penengah dari setiap permasalahan yang ada di masyarakat. Alih-alih mengundang kepala
desa atau pendeta, warga lebih dulu meminta bantuan pada tokoh adat setempat. Hal ini
menggambarkan bahwa hukum adat di daerah tersebut merupakan dasar hukum yang paling
dijunjung, di atas hukum agama dan hukum negara. Sehingga bukan menjadi perkara baru
juga jika masyarakat menemui sebuah permasalahan bahkan hingga menimbulkan konflik,
maka penyelesaian pertama adalah dengan duduk musyawarah bersama tokoh-tokoh adat
setempat, bukan lantas dibawa ke kepala desa dan menjadi perkara negara dengan ancaman
pasal-pasal yang dilanggar.

42. Tuliskan keterkaitan budaya hukum dengan pembangunan hukum dalam Antropologi
Hukum!

Jawab :

Budaya hukum merupakan tanggapan yang bersifat penerimaan atau penolakan

terhadap suatu peristiwa hukum, ia menunjukkan sikap perilaku manusia terhadap masalah hukum
dan peristiwa hukum yang terbawa ke dalam masyarakat. Sistem hukum itu merupakan
hubungan yang kait mengkait di antara manusia, masyarakat, kekuasaan dan aturan-aturan,
maka titik perhatian antropologi hukum pada perilaku manusia yang terlibat dalam peristiwa
hukum.

Kaitan antara perilaku hukum manusia dengan budaya hukumnya terletak pada
tanggapannya terhadap hukum yang ideologis dan hukum yang praktis dengan sudut
pandangan yang eklektika. Secara konseptual, budaya hukum menunjuk pada sikap dan
tindakan yang nyata-nyata terlihat, merupakan refleksi dari nilai-nilai dan orientasi serta
harapan yang ada pada seseorang atau kelompok. Maka sikap dan tindakan apapun yang
dilakukan oleh siapapun, khususnya yang berkaitan dengan hukum, dirumuskan dan
diterima sebagai budaya hukum.

Hukum memelihara nilai budaya yang harus dilindungi dan menumbuhkan yang
baru. Hukum yang tidak berperan, bukan saja menghambat pertumbuhan budaya melainkan
akan merusak budaya yang akhirnya akan melenyapkan suatu peradaban.

43. Tuliskan konsep hukum masyarakat Andaman dan hukum masyarakat Indian Zunid dalam
Antropologi Hukum!

Jawab :

• Konsep hukum masyarakat Andaman

Merupakan masyarakat yang belum mempunyai hukum atau aturan yang mengatur masyarakat
tersebut, masyarakat Andaman di pulau Andaman yang terletaka di Teluk Benggala
bagian Timur, di wilayah Republik India.

Konsep hukum masyarakat tersebut ialah;

• Belum ada bentuk organisasi (suku) yang mempunyai kekuasaan mengatur, sehungga tidak
ada aturan untuk menyelesaikan suatu perselisihan dan tidak ada sanksi-sanksi tertentu
untuk perilaku penyelewengan

• Antara anggota masyarakat sering terjadi pertikaian yang berlanjut dengan kekerasan, dan
seseorang boleh saja menyerang lawannya.

• Kalau seseorang marah boleh saja merusak barang-barang apa saja yang dilihatnya dan
orang yang merasa dirugikan boleh berbuat sesuka hatinya.

• Seseorang yang melakukan pembunuhan terhadap orang lain, tidak ada akibat hukumnya, ia
pergi bersembunyi dan kembali lagi jika merasa masyarakat akan menerimanya atau aka
terjadi balas dendam dari kerabat yang terbunuhnya.

• Orang yang tidak disukai masyarakat karena pemarah atau suka menganiaya tidak ada
sanksinya. Begitu juga walaupun masyarakat benci pada sihir, namun tidak ada sanksi bagi
si penyihir.

• Konsep Hukum masyarakat Indian Zunid

Masyarakat yang tinggal di Amerika Serikat sebelah barat daya, sudah lebih maju
dibandingkan dengan suku Andaman. Masyarakat ini sudah memiliki organisasi dan
sudah ada pejabat yang berwenang untuk menerapkan aturan-aturan bagi para
pelanggar.

Konsep hukum masyarakat Indian Zuni ialah;

• Sudah ada hukuman denda

• Sudah ada hukuman bagi mereka yang melanggar atauran pada waktu upacara tarian
keagamaan, yang kewenangannya diberikan kepada kumpulan penari keagamaan.

• Sudah ada tata cara tertentu terhadap tukang tenunng yang dicurigai

• Tidak boleh melakukan tuntutan terhadap sesuatu hak secara pribadi, jika dilakukan maka si
pelaku dipandang rendah.

• Jika ada pendapat positif yang dikemukakan oleh orang yang sopan dan baik yang tidak
pernah terlibat dalam keributan maka orang itu mendapat pujian.

44. Tuliskan pendekatan yang digunakan Antropologi Hukum dalam mengkaji isu hukum!

Jawab : Pendekatan yang digunakan Antropologi Hukum dalam mengkaji hukum adalah
menggunakan pendekatan Holistik (menyeluruh) terhadap seluruh aspek kehidupan manusia
antara lain hukum, ekonomi, politik, termasuk budaya

45. Tuliskan pengertian nilai, norma, dan budaya dalam Antropologi Hukum!

Jawab :

• Nilai

Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan
apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh, orang menanggap menolong
memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk. Woods mendefinisikan nilai
sosial sebagai petunjuk umum yang telah berlangsung lama,yang mengarahkan tingkah
laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan
baik atau buruk, pantas atau tidak pantas harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu
sangat dipengaruhi oleh kebudayaanyang dianut masyarakat. tak heran apabila antara
masyarakat yang satu dan masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata nilai.

• Norma

Norma dalam antropologi hukum adalah seluruh kaidah dan peraturan yang diterapkan melalui
lingkungan sosialnya. Sanksi yang diterapkan oleh norma ini membedakan norma
dengan produk sosial lainnya seperti budaya dan adat. Ada/tidaknya norma diperkirakan
mempunyai dampak dan pengaruh atas bagaimana seseorang berperilaku. Dalam
kehidupannya, manusia sebagai mahluk sosial memiliki ketergantungan dengan manusia
lainnya. Mereka hidup dalam kelompok-kelompok, baik kelompok komunal maupun
kelompok materiil. Kebutuhan yang berbeda-beda, secara individu/kelompok
menyebabkan benturan kepentingan. Untuk menghindari hal ini maka kelompok
masyarakat membuat norma sebagai pedoman perilaku dalam menjaga keseimbangan
kepentingan dalam bermasyarakat.

• Budaya

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw
Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Kebudayaan akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat
dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat
abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda- benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang
bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

46. Tuliskan perbedaan Antropologi Hukum dan Hukum Adat!

Jawab :

• Antropologi Hukum

Antropologi hukum adalah kajian antropologis terhadap makna sosial dari dan pentingnya hukum
dengan menelaah bagaimana hukum dibuat termasuk bagaimana konteks sosial

pembuatan hukum tersebut, bagaimana hukum mempertahankan dan mengubah institusi


sosial lainnya, dan bagaimana hukum membangun perilaku sosial.

• Obyeknya : Perilaku manusia

• Pendekatan : Holistik atau menyeluruh

• Sifat penelitian : Penelitian lapangan atau Observation Participation

• Norma yang digunakan : Berdasarkan kenyataan

• Hukum Adat

Hukum adat atau hukum kebiasaan adalah serangkaian aturan yang mengikat pada suatu masyarakat
yang tidak tertulis dan bersumber dari kebiasaan yang tumbuh dan berkembang pada
suatu masyarakat tertentu yang kemudian diterima menjadi hukum secara turun temurun.

• Obyeknya : Norma hukum diluar Undang-Undang

• Pendekatan : Yuridis Normatif

• Sifat penelitian :Studi pustaka dan dari dokumen adat

• Norma : Yang dikehendaki

47. Tuliskan perbedaan Antropologi Hukum dan sosiologi hukum!

Jawab :

• Antropologi Hukum

• Antropologi hukum kajian utamanya adalah masyarakat pra modern, bersahaja, primitif.

• Perbedaan lahir dari ilmu : lahir dari sebuah proses ketertarikan oran Eropa Barat menjelajah
duniakhususnya mempelajari orang Asia, Afrika, kegiatan ini dimulai oleh Colombus.
(menemukan Pengalaman-pengalaman{fase-fase})

• Konsekuensi Metologi : Pendekatan Metologinya adalah deskriptif analitik (yang


menjelaskan yang Kualitatif)

• Dalam Menganalisis data-data yang sudah terungkap : Menggunakan Analisis Induksi


(Khusus-umum).induksi adalah persepsi sikap dan pandangan masyarakat terhadap hukum

• Sosiologi Hukum

• Sosiologi Hukum kajiannya adalah pada masyarakat yang modern dan yang sudah komplek.

• Perbedaan lahir dari ilmu : Lahir untuk menyelesaikan pemecahan persoalan, lahir dari
revolusi di prancis.

• Konsekuensi Metologi: Yang bersifat evaluatif (yang bersifat kuantitatif)

• Dalam Menganalisis data-data yang sudah terungkap : Analisis Deduksi (Umum-Khusus)

48. Tuliskan sejarah perkembangan Antropologi Hukum secara singkat!

Jawab : Ada tujuh periode penting dalam perkembangan antropologi hukum. Periode yang pertama
terjadi pada tahun 1860an ketika Sir Henry Maine yang sedang bertugas di India
menerbitkan Ancient Law yang merangkum berbagai tradisi hukum dan mengembangkan
teori bahwa setiap masyarakat yang berkembang akan mengalami perubahan dari versi
primitifnya menuju masyarakat Victoria. Pandangan Maine tentu dapat dicap rasis dalam
konteks modern karena memuliakan peradaban Eropa.

Periode kedua terjadi pada tahun 1920an ketika Bronislaw Malinowski mengkritik
teori Maine dan mengembangkan pendekatan etnografis dalam mengkaji hukum. E.
Adamson Hoebel bersama dengan akademisi hukum Karl Llewelyn menerbitkan The
Cheyenne Way pada tahun 1941 yang menggunakan pendekatan studi kasus dalam mengkaji
hukum asing. Pendekatan Hoebel ini merupakan kembalinya teori evolusi yang
dikembangkan oleh Maine.

Di pertengahan abad ke-20, antropolog-antropolog memperdebatkan penggunaan


pendekatan pengkategorian hukum Anglo-Amerika dalam mengkaji masyarakat-masyarakat
non-Barat. Dua tokoh utama dalam perdebatan ini ialah Max Gluckman dan Paul Bohannan.
Bohannan meyakini bahwa pengkategorian berdasarkan hukum Anglo-Amerika membatasi
pemahaman dan keterwakilan budaya lain dan lebih menyukai penggunaan istilah setempat
yang belum tentu konsepnya dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris tetapi dapat
dijelaskan. Sementara itu Gluckman menilai pendekatan Bohannan tersebut terlalu berhati-
hati dan justru menjadi penghalang dalam menghasilkan analisis perbandingan.

Pada tahun 1970an, kajian antropologi hukum mengalami peralihan dari aturan
hukum ke proses hukum. Gagasan pengkajian proses hukum ini melihat pluralisme hukum,
rezim alternatif, dan struktur hukum yang ada dalam masyarakat mana pun. Pada tahun
1980an, wacana dan kritik pascamodernis muncul dan mempertanyakan pengkategorian
tradisional yang dilakukan oleh para antropolog hukum. Pendekatan kasus yang
dikembangkan oleh Hoebel dianggap tidak melihat kepatuhan pada hukum di masyarakat
dan penekanan pada nilai-nilai hukum Anglo-Amerika.

Pada tahun 1990an, pengkajian antropologi hukum terus berkembang dengan


banyaknya akademisi yang menginginkan kajian dari perspektif-perspektif berbeda seperti
melalui pendekatan linguistik, pendekatan naratif, kajian interdisipliner, aspek-aspek
transnasional, dan keterkaitan antara hukum dengan budaya suatu masyarakat.

49. Tuliskan sumbangan apa yang dapat diberikan oleh antropologi terhadap hukum, begitu juga
sebaliknya hukum terhadap antropologi!

Jawab : Antropologi digunakan oleh banyak ahli hukum, terutama hukum adat. Untuk melakukan
penelitian tentang hukum adat yang berlaku di beberapa tempat. Antropologi penting

digunakan karena hukum adat bukan merupakan hukum yang tertulis, melainkan hukum
yang timbul dan hidup langsung dalam masyarakat.

Antropologi juga memerlukan bantuan dari ilmu hukum karrena setiap masyarakat
pasti mempunyai hukum yang digunakan dalam pengendalian sosial. Hukum yang berlaku
dalam masyarakat turut mempengaruhi kebudayaan yang terjadi dalam masyarakat tersebut.
Untuk itu seorang antropolog harus mempunyai pengetahuan umum tentang konsep-konsep
hukum secara umum.

50. Uraikan analisis kondisi hukum di era otonomi daerah dengan menggunakan perspektif
Antropologi Hukum!

Jawab : Kondisi hukum di era otonomi daerah masih memberi ruang bagi the Other laws untuk

hidup dan bahkan lebih dinamis, entah itu disebut sebagai folk law, customary law, local law, adat
law maupun istilah lainnya. State law sebagai doktrin (ajaran) hukum yang berbeda dengan
folk law sebagai fakta sosial yang tumbuh dari bawah dan terdapat di mana-mana.

Di dalam perkembangan antropologi, masalah hukum sebenarnya juga sudah pernah


ditelaah, walaupun di dalam suatu kerangka kebudayaan yang serba luas. Sarjana-sarjana
antropologi seperti Barton, Radcliffe-Brown, Malinowski dan lainnya, pernah memusatkan
perhatian pada hukum sebagai suatu gejala sosial-budaya. Sesudah embrio dari antropologi
hukum timbul, maka pandangan para sarjana seperti Schapera, Gluckman, Hoebel,
Bohannan, Pospisil, Nader dan lainnya mempunyai peranan besar di dalam perkembangan
A.H. (Soekanto,1984: 159-160). Menurut Ihromi (1986; 3) relevansi menelaah hukum dari
segi antropologi, antara lain adalah: (a). Berkenaan dengan masalah yang dihadapi oleh
negara-negara berkembang (tentunya termasuk Indonesia) yang secara budaya bersifat
pluralistis dalam cita-citanya mewujudkan unifikasi hukum atau modernisasi hokum; (b).
Berkenaan dengan kemungkinan munculnya masalah bila warga masyarakat dari lingkungan
sukubangsa tertentu masih mempunyai norma-norma tradisional yang kuat dan menuntut
ketaatan mengenai hal-hal tertentu, sedangkan dalam norma hukum yang sudah tertulis dan
berlaku secara nasional, halhal yang harus ditaati itu justru dirumuskan sebagai hal yang
terlarang. Secara faktual, masalah-masalah yang dirumuskan ke dalam dua point utama itu
sudah terjadi, baik berkenaan dengan munculnya konflik horisontal di berbagai wilayah,
pertikaian antara state (maupun pemda) dengan masyarakat, maupun antar kelompok
masyarakat sendiri. Hukum, menurut Benda-Beckmann (1979; 113-114) adalah suatu cara
khusus untuk membatasi otonomi anggota-anggota masyarakat. Kebanyakan penulis
menyetujui bahwa hukum adalah suatu bentuk pengawasan sosial, itulah mengapa secara
esensial sifatnya normatif, dan hal itu merujuk pada apa yang disebut (sebagai) konsepsi-
konsepsi yang obyektif. Implikasi pendekatan semacam ini adalah: bahwa hukum memberi
input kepada pranata pengendalian sosial (apapun variant-nya) dan kemudian kepada
rujukan berpikir masyarakat, dan sebaliknya. Hukum, di sisi lain, dapat pula menyebabkan
perubahan perangkat berpikir, dan rujukan kemasyarakatan lainnya atau dikenal dalam
sosiologi hukum sebagai “law as tool of social engineering”. Namun, bila kesemua hal itu
berubah (dan pada kenyataannya memang selalu demikian), maka hukum pun berubah
mengikuti perubahan masyarakat dan lingkungannya.

Pengkajian Antropologi Hukum telah memberikan telaah akan hasil kreasi, distribusi
dan transmisi hukum yang ada. Kajian mengenai bagaimana kekuasaan hukum berproses
dan memberi dampak dalam masing-masing masyarakat. Selanjutnya akan menampilkan
bagaimana feed back dan pengaruh masyarakat-masyarakat terhadap kekuasaan hukum
tersebut. Kemajemukan hukum yang ada di Indonesia dewasa ini merupakan soal tersendiri
mengingat otetisitas Antropologi Hukum yang sejak lama menempatkan dan menghargai the
other laws secara proporsional dan kontekstual. Dengan demikian para pengkaji antropologi
hukum ditantang untuk memberikan kontribusi bagi perkembangan hukum di Indonesia,
khususnya terkait dengan korelasi positif the other laws dengan state laws.

Anda mungkin juga menyukai