Indonesia
Pembidangan Ilmu Pengetahuan Hukum
UNIKOM BANDUNG
Kodifikasi Hukum
Menurut bentuknya, hukum itu dapat dibedakan antara :
Hukum Tertulis, yaitu hukum yang dicantumkan dalam
pelbagai peraturan-perundangan.
Hukum Tidak Tertulis, yaitu hukum yang masih hidup
dalam keyakinan masyarakat, tetapi tidak tertulis namun
berlakunya ditaati seperti suatu peraturan perundangan
(disebut juga hukum kebiasaan).
Contoh Kodifikasi Hukum. Kodifikasi adalah pembukuan
jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab undang-undang
secara sistematis dan lengkap. Jelas bahwa unsur-unsur
kodifikasi adalah :
Jenis-jenis hukum tertentu
Sistematis
Lengkap
Menurut bentuknya :
Hukum tertulis :
Hukum tertulis yang dikodifikasikan
Hukum tertulis tidak dikodifikasikan
Hukum tidak tertulis (hukum kebiasaan),
Menurut sifatnya :
Hukum yang memaksa, yaitu hukum yang dalam keadaan manapun
juga harus dan damempunyaai paksaan mutlak.
Hukum yang mengatur (hukum pelengkap), yaitu hukum yang dapat
dikesampingkan apabila pihak-pihak yang bersangkutan telah
membuat peraturan sendiri dalam suatu perjanjian.
Menurut wujudnya :
Hukum objektif, yaitu hukum suatu negara yang berlaku umum dan
tidak mengenai orang atau golongan tertentu. Hukum itu hanya
menyebut peraturan hukum saja yang mengatur hubunga hukum
antara dua orang atau lebih.
Hukum subjektif, yaitu hukum yang timbul dari hukum objektif dan
berlaku terhadap seorang tertentu atau lebih. Hukum subjektif disebut
hak.
Menurut isinya :
Hukum privat (hukum sipil), yaitu hukum yang mengatur hubunganhubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain, dengan
menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan.
Hukum public (hukum negara), yaitu hukum yang mengatur hubungan
antara negara dengan alat-alat perlengkapan atau hubungan antara
Perbedaan pelaksanaannya :
Pelanggaran terhadap norma-norma hukum perdata baru
diambil tindakan oleh pengadilan setelah ada pengaduan
oleh pihak berkepentingan yang merasa dirugikan. Pihak
pengadu menjadi penggugat dalam perkara ini.
Pelanggaran terhadap norma hukum pidana pada
umumnya segera diambil tindakan oleh pengadilan
tanpa ada pengaduan dari pihak yang dirugikan. Setelah
terjadi pelanggaran terhadap norma hukum pidana (delik
= tindak pidana), maka alat-alat perlengkapan negara
seperti polisi, jaksa dan hakim segera bertindak. Pihak
yang menjadi korban cukuplah melaporkan kepada pihak
yang berwajib (polisi) tentang tindak pidana yang terjadi.
Pihak yang melaporkan (yang dirugikan) menjadi saksi
dalam perkara itu, sedang yang menjadi penggugat
adalah penuntut umum itu (jaksa). Terhadap beberapa
tindak pidana tertentu tidak diambil tindakan oleh pihak
yang berwajib, jika tidak diajukan pengaduan oleh pihak
yang dirugikan, misalnya : perzinahan, perkosaan,
pencurian antara keluarga.
Perbedaan mengadili :
Dalam acara perdata mengatur cara-cara mengadili perkaraperkar di muka pengadilan-perdata oleh hakim perdata.
Dalam acara pidana mengatur cara-cara mengadili perkaraperkara di muka pengadilan pidana oleh hakim pidana.
Perbedaan pelaksanaannya :
Dalam acara perdata inisiatip datang dari pihak yang
berkepentingan yang dirugikan