Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SISTEM REFERENDUM

DISUSUN OLEH

NAMA : NENA NARWASTU

NIM : D1A020385

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

2021

Makalah Sistem Referendum Page 1


Nena Narwastu D1A020385
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada negara demokrasi dengan sistem referendum ini tugas badan
legislatif selalu dibawah pengawasan seluruh rakyat atau referendum.
Ada 2 macam referendum, yaitu :
1. Referendum obligatur
2. Referendum fakultatif
Di dalam referendum obligatur ini, untuk dapat membuat undang-undang,
memerlukan persetujuan dari rakyat dengan suara terbanyak. Setelah badan
legislatif membuat rencana undang-undang, maka rencana itu harus ditawarkan
kepada rakyat, dengan jalan pemungutan suara rakyat (referendum). Stelah
ternyata sebagian besar suara rakyat menyetujui rencana undang-undang
tersebut, barulah rencana itu disahkan sebagai undang-undang.Sebaliknya dalam
referendum fakultatif, badan legislatif membuat undang-undang dulu. Kalau
dalam waktu tertentu tidak ada sejumlah warganegara yang menyatakan
ketidaksetujuannya, maka rencana undang-undang tersebut sudah tetap sebagai
undang-undang. Tetapi dalam waktu tertentu sejumlah warga negara menyatakan
ketidaksetujuannya, barulah badan legislatif memintakan persetujuan kepada
seluruh rakyat seperti pada era obligatur. Negara yang memakai sistem ini ialah
Swiss.

Makalah Sistem Referendum Page 2


Nena Narwastu D1A020385
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Dan Ciri – Ciri Referendum


Referendum berasal dari kata refer yang berarti mengembalikan. Sistem
referendum berarti pelaksanaan pemerintahan di dasarkan pada pengawasan
secara langsung oleh rakyat, terutama terhadap kebijakan yang telah, sedang, atau
yang akan dilaksanakan oleh badan legislatif atau eksekutif.
Sistem pemerintahan referendum adalah bentuk sistem pemerintahan yang
merupakan variasi dari sistem pemerintahan parlementer dan presidensial. Sistem
ini diterapkan di negara Swiss. Tugas pembuat undang-undang berada di bawah
pengawasan rakyat yang mempunyai hak pilih. Salah satu untuk menghindari
pemerintahan yang absolut ialah sistem yang dipergunakan yang dilaksanakan di
Swiss, yaitu disebut dengan referendum. Sistem ini merupakan pemerintahan
perwaakilan rakyat dengan sistem pemisahan kekuasaan.
Di dalam sistem referendum ini, di Swiss band eksekutif disebut Bundesrat
yang bersifat suatu dewan, merupakan bagian daripada badan legislatif, yang
disebut Bundesversammlung. Bundesversammlung terdiri dari Nasionalrat dan
Standerat. Nasionalrat adalah badan perwakilan nasional. Sedangkan Standerat
adalah merupakan perwakilan daripada negara-negara bagian yang disebut
kanton.
Bundesrat itu hanya semata-mataa menjadi badan pelaksanan saja daripada
segala kehendak atau keputusan Bundesversammlung. Diantara anggota-anggota
Bundesversammlung itu ditunjuk tuju orang, yang kemudian tuju orang ini
merupakan suatu badan yang bertugas melaksanakan secara administratif
keputusan-keputusan dari Bundesversammlung.Referendum dibagi menjadi dua
bagian yaitu referendum obligator, referendum fakultatif dan referendum
konsultatif.
Referendum obligatoire (refendum yang wajib)

Makalah Sistem Referendum Page 3


Nena Narwastu D1A020385
Referendum obligatoire adalah referendum yang menentukan
berlakunya suatu undang-undang atau suatu peraturan. Artinya, suatu
undang-undang baru dapat berlaku apabila mendapat persetujuan rakyat
melalui referendum atau pemungutan suara langsung oleh rakyat tanpa
melalui badan perwakilan rakyat.
Referendum fakultatif (referendum yang tidak wajib)
Referendum fakultatif adalah refendum yang menentukan apakah suatu
undang-undang yang sedang berlaku dapat terus dipergunakan atau tidak, atau
perlu ada tidaknya perubahan-perubahan.
referendum konsultatif

Referendun konsultatif adalah referendum yang menyangkut soal-soal


teknis. Biasanya rakyat sendiri kurang paham tentang materi undang-undang
yang dimintakan persetujuannya.

Sistem referendum ini memiliki cirri-ciri sebagai berikut yaitu :


1). tugas pembuat undang-undang (legislatif) berada di bawah
pengawasan rakyat yang mempunyai hak pilih
2). legislatif adalah representasi dari rakyat
3). eksekutif dipilih oleh legislatif untuk waktu 3 tahun lamanya dan
dapat dipilih kembali
4). kestabilan dari sistem ini dipengaruhi oleh adanya kesepahaman
antara eksekutif selaku pemegang kebijakan politik dengan rakyat

B. Kelebihan dan Kelemahan Sistem Referendum


Sebaik – baiknya pemerintah membuat suatu sistem tentu saja ada
kelemahan dan kelebihan yang ada di dalamnya. Begitu juga dengan sistem
referendum ini yang juga memiliki kelemahan dan juga kelebihan. kelemahan
yang ada di dalamnya memang tidak diinginkan rakyat begitu juga dengan para

Makalah Sistem Referendum Page 4


Nena Narwastu D1A020385
pemerintah, karena pada dasarnya suatu sistem atau program yang dibentuk oleh
pemerintah hanya dibuat untuk kepentingan rakyat dan juga kesejahteraan rakyat.
kelebihan yang dimiliki sistem referendum bagi perkembangan demokrasi
sangat baik karena referendum merupakan alat untuk merealisir (secara terbatas)
demokrasi langsung. System ini dimungkinkan untuk dilaksanakan dinegara-
negara modern, karena melalui system ini rakyat yang dimintai pendapatnya
tidak perlu berkumpul disuatu tempat secara bersamaan, tetapi cukup melalui
tempat-tempat pemungutan suara untuk menentukan pendapat mereka.
Keuntungan lain dari sistem inisiatif atau referendum tersebut memungkinkan
rakyat untuk melakukan pengawasan terhadap lembaga legislatif yang kinerjanya
buruk dan lamban, dan sekaligus merupakan alat yang sangat berguna untuk
pendidikan para pemilih. (John H. Ferguson dan Dean E. McHenry, 1961:
232).Namun demikian, ada banyak ahli dan para elit politik yang sedang
memegang kekuasaan, baik sebagai eksekutif maupun legislatif, yang menentang
dikembangkannya lembaga inisatif rakyat dan referendum. Alasan mereka
biasanya antara lain, baik inisiatif maupun referendum merupakan alat yang
meletakkan beban tambahan pada para pemilih yang sudah mendapat beban yang
berlebihan.
Beban demikian bisa berupa beban tenaga, karena bisa jadi sebentar-
sebentar rakyat harus meluangkan waktunya untuk memberikan suaranya dalam
referendum. Beban juga dapat berupa mahalnya biaya yang harus dikeluarkan
oleh negara kalau banyak tuntutan yang mempunyai kekuatan yang sah, untuk
dilakukannya referendum.Keberatan lain yang biasanya dikemukakan adalah
bahwa kedua lembaga tersebut dapat berakibat mengubah pemerintahan
perwakilan dengan menghancurkan pertanggungjawaban lembaga legislatif.
Dengan kata lain, dengan adanya inisiatif rakyat dan referendum, pembuatan
kebijakan publik dan penilaian atas kebijakan tersebut yang seharusnya menjadi
tanggungjawab legislatif, dialihkan menjadi tanggungjawab rakyat. Disamping
itu, ada juga yang beralasan, bahwa karena masyarakat bernegara modern telah
sedemikian kompleks, dengan cakupan keterlibatan negara yang sedemikian luas,

Makalah Sistem Referendum Page 5


Nena Narwastu D1A020385
akan sulit bagi masyarakat biasa untuk ikut terlibat atau ikut memikirkan secara
aktif berbagai permasalahan kenegaraan.
Akibatnya, referendum bisa jadi akan mengakibatkan kerugian, karena
tidak tepatnya pilihan yang dilakukan oleh rakyat.Ada suatu pengalaman jajak
pendapat di Amerika Serikat yang mendukung kekhawatiran tersebut, dimana
suatu jajak pendapat yang pernah dilaksanakan, telah membuat orang-orang
Amerika Serikat memberikan pandangannya mengenai Metallic metals Act, yang
sesungguhnya tidak pernah ada (Ball, Alan R., 1985: 11). Pengalaman ini
digunakan sebagai petunjuk bahwa sesungguhnya mayoritas publik tidak
memiliki perhatian pada masalah-masalah yang tidak langsung menyangkut
kepentingan mereka.Berbagai alasan tersebut sesungguhnya sekedar merupakan
alasan elit politik untuk menutup kesempatan rakyat untuk ikut ambil bagian
secara langsung didalam pembuatan kebijakan yang akan dikenakan kepada
mereka.
Alasan akan menambah beban para pemilih, jelas merupakan alasan yang
dicari-cari, karena dari pengalaman, rakyat negara kota Ahena dengan senang
hati berkumpul dipusat kota hampir setiap sebulan sekali (sepuluh kali dalam
satu tahun, sesuai dengan pembagian sidang ekklesia dalam 10 prytanis) untuk
membahas bukan saja kebijakan publik, tetapi berbagai masalah kenegaraan,
bahkan untuk menentukan apakah seseorang harus dikenai Ostrakismos atau
tidak (semacam hukuman pembuangan untuk selama sepuluh tahun bagi mereka
yang oleh rakyat dipandang membahayakan kehidupan masyarakat).
Bahkan rakyat bersedia dengan senang hati untuk menduduki jabatan-
jabatan publik, yang dari sudut ekonomi pejabat sama sekali tidak
menguntungkan, dan sama sekali tidak memberi posisi terhormat, karena semua
orang melalui sistem undian dapat menduduki jabatan yang sama.Kalau rakyat
sudah tidak bersedia untuk menyediakan sedikit waktu untuk membahas masalah
kenegaraan, menurut Rousseau (1712 1778), negara demikian sedang
menghadapi keruntuhannya. Menurut pendapatnya, meluasnya kemalasan
warganegara untuk ikut ambil bagian didalam urusan-urusan publik merupakan

Makalah Sistem Referendum Page 6


Nena Narwastu D1A020385
awal keruntuhan negara yang bersangkutan:Sekali pengabdian publik berhenti
sebagai urusan utama dari warganegara dan mereka memilih mengabdi dengan
kekayaan mereka dari pada dengan pribadi mereka, maka negara telah mendekati
keruntuhannya. Jika tentara dibutuhkan untuk perang, warganegara membayar
tentara (bayaran) dan tetap tinggal dirumah; jika dewan harus diadakan, mereka
menunjuk wakil dan tinggal dirumah.
Dengan menjadi malas dan membelanjakan uang, mereka pada akhirnya
memperoleh tentara untuk memperbudak negeri dan wakil untuk menjualnya
(Rousseau, 1974: 78).

kelemahan yang dimiliki oleh sistem referendum adalah Mengenai biaya


referendum yang kenyataannya memang besar, tentunya akan disadari oleh
rakyat, karena biaya tersebut dikeluarkan memang untuk kepentingan mereka
sendiri juga, bukan untuk biaya yang tidak jelas, atau untuk menyediakan
berbagai fasilitas mewah bagi para pejabat. Bahkan, dengan adanya hak
referendum akan mengurangi biaya tour keluar negeri para pembuat kebiiakan
negara, yang selama ini alasannya adalah untuk mempelajari perundang-
undangan dinegara lain, karena penentuan diterima tidaknya suatu rancangan
undang-undang tergantung pada kehendak rakyat, yang tidak perlu belajat keluar
negeri.

Bagaimanapun, dengan kedua hak tersebut, suara dan kehendak rakyat


menjadi lebih nyata didalam menentukan jalannya pemerintahan negara. Selain
itu rakyat juga tidak bisa menyelesaikan semua masalah kenegaraan, karena
keterbatasan kemampuan rakyat mengenai pemerintahan.Dan juga Tidak semua
rakyat memiliki pengetahuan tentang undang-undang yang baik dan benar serta
pembuatan undang-undang sehingga prosesnya akan berjalan lambat.
C. Demokrasi Sistem Referendum yang pernah dilakukan di Indonesia
Selain di Negara Swiss referendum juga pernah di lakukan di Indonesia yaitu
pada provinsi Indonesia yang ke – 27 yaitu timor leste pada tahun 1999. Timor

Makalah Sistem Referendum Page 7


Nena Narwastu D1A020385
Timur pada mulanya merupakan wilayah jajahan Portugal. Ketika Indonesia
merdeka dari kolonialisme Belanda pada tahun 1945, Timur Timur masih berada
di bawah jajahan Portugal hingga tahun 1976. Jalan integrasi Timor Timur
dengan Indonesia di awali ketika di tahun 1974 terjadi Revolusi Bunga di
Portugal sehingga menyebabkan Portugal mengeluarkan kebijakan dekolonisasi
dan mulai meninggalkan wilayah jajahannya termasuk Timor Timur.
Padahal di saat yang bersamaan Timur Timur sedang dilanda perang
saudara sehingga Lemos Pires yang merupakan Gubernur terakhir Portugal di
Timur Timur meminta bantuan dari pemerintah pusat Portugal guna
mengatasi perang saudara tersebut. Namun karena situasi Portugal sendiri
yang sedang mengalami revolusi maka permintaan Lemos Pires tersebut tidak
pernah mendapatkan jawaban sehingga ia kemudian memerintahkan tentara
Portugal yang masih bertahan di Timor Timur untuk melakukan evakuasi ke
Pulau Kambing (Pulau Atauro).
Selepas kepergian Portugal, partai-partai mulai berdiri di Timor Timur.
Ada tiga partai yang merupakan partai terbesar di Timor Timur, yakni UDT
(Uniao Democratica Timorense), APODETI (Associacao Popular
Democratica Timorense), dan FRETILIN (Frente Revolucionaria de Timor
Leste Independente). Ketiga partai tersebut memiliki visi yang berbeda bagi
Timor Timur kedepannya. UDT menginginkan bila Timur Timur tetap berada
di bawah kekuasaan Portugal. APODETI menginginkan Timor Timur
berintegrasi dengan Indonesia. Sementara FRETILIN yang beraliran komunis
menginginkan Timor Timur menjadi negara yang meredeka.
Perbedaan ini kemudian menyebabkan kerusuhan menyebar di
sepenjuru Timor Timur. Keadaan diperparah dengan adanya vacum of power
di Timor Timur antara bulan Spetember, Oktober, dan November. Laporan
resmi yang dirilis oleh PBB menyebutkan bila selama masa tersebut
FRETELIN melakukan pembantaian terhadap 60.000 penduduk sipil.
Sebagian besar dari penduduk yang dibantai adalah wanita dan anak-anak
yang suami mereka merupakan pendukung faksi integrasi Timor Timur

Makalah Sistem Referendum Page 8


Nena Narwastu D1A020385
dengan Indonesia. Lalu pada tanggal 28 November 1975, FRETELIN
menurunkan bendera Portugal dan mendeklarasikan Timor Timur sebagai
Republik Demokratik Timur Leste.
Atas kejadian pembantaian serta deklarasi kemerdekaan Timor Timur
yang dilakukan oleh FRETELIN, kemudian pada tanggal 30 November 1975
kelompok pendukung integrasi mengadakan proklamasi di Balibo yang
menyatakan bahwa Timor Timur menjadi bagian dari NKRI dimana naskah
proklamasi tersebut ditandatangani oleh ketua APODETI, Arnaldo dos Reis
Araujo , dan ketua UDT yaitu Francisco Xavier Lopes da Cruz. Mereka juga
meminta dukungan Indonesia untuk mengambil alih Timor Timur dari
kekuasaan FRETILIN.
Pada tanggal 7 Desember 1975 dengan sandi Operasi Seroja, pasukan
Indonesia tiba di Timor Timur. FRETILIN lalu memaksa ribuan rakyat untuk
mengungsi ke daerah pegunungan. Mereka dijadikan sebagai human shields
guna melawan tentara Indonesia.
Berdasarkan pada UU No. 7 tahun 1976 dan Peraturan Pemerintah No
19 tahun 1976, Timor Timur resmi menjadi provinsi ke-27 Indonesia. Hanya
ada beberapa negara yang mengakui integrasi Timor Timur dengan Indonesia
diantaranya negara-negara ASEAN serta Argentina. Sementara PBB beserta
negara-negara barat menolak untuk mengakui integrasi tersebut.
Selama kurun waktu 1975 – 1999 dilaporkan bila korban tewas lebih
dari 200.000 jiwa. Seperti yang telah disebutikan diatas bila PBB secara resmi
melaporkan 60.000 orang tewas dibunuh oleh FRETELIN. Sisanya tidak
diketahui secara pasti penyebab kematiannya. Tetapi CAVR (Comissão de
Acolhimento, Verdade e Reconciliação de Timor Leste atau Commission for
Reception, Truth and Reconciliation in East Timor) melaporkan bila 183.000
orang telah tewas di tangan tentara Indonesia karena keracunan bahan kimia.
Sayangnya dalam laporan ini tidak secara rinci disebutkan bagaimana proses
pembunuhan menggunakan bahan kimia itu berlangsung. Sehingga kebenaran

Makalah Sistem Referendum Page 9


Nena Narwastu D1A020385
dari laporan ini dapat dipertanyakan mengingat bila Portugal juga memiliki
kepentingan terhadap Timor Timur sebagai bekas wilayah jajahannya.
Amerika Serikat dan Australia pun menuduh Indonesia telah melakukan
pelanggaran HAM berat selama masa pendudukan di Timor Timur. Kondisi
Indonesia yang menerima tuduhan seperti itu diperparah
Dengan terjadinya krisis moneter yang menimpa negara-negara Asia
Tenggara pada tahun 1997 termasuk Indonesia. Ketidakstabilan ekonomi di
Indonesia juga berdampak pada stabilitas politik Indonesia. Indonesia yang
mengalami krisis keuangan lalu mengajukan permintaan bantuan keuangan
pada IMF. Bantuan sebesar USD43 milyar bersedia diberikan oleh IMF tetapi
dengan memenuhi beberapa syarat. Selain meminta Indonesia untuk
meliberalisasikan pasarnya, IMF juga meminta Indonesia untuk melepaskan
Timor Timur. Tentunya sebagai organisasi yang merupakan kepanjangan
tangan dunia barat, syarat yang diberikan oleh IMF ini tidak terlepas dari
kepentingan barat terhadap Timor Timur.
Indonesia pada akhirnya bersedia untuk melakukan referendum bagi
Timor Timur. Referendum dilakukan pada tanggal 30 Agustus 1999 saat
Indonesia dipimpin oleh B.J. Habibie. Dalam referendum yang dilaksanakan
oleh PBB ini, Timor Timur diberikan dua opsi. Opsi pertama yakni Timor
Timur tetap menjadi bagian dari Indonesia dan diberikan otonomi yang luas.
Sedangkan opsi kedua adalah Timor Timur melepaskan diri dari Indonesia.
Referendum diikuti oleh 98,6% penduduk yang terdaftar atau sekitar
450.000 penduduk Timor Timur. Hasil referendum diumumkan pada tanggal
4 September 1999 oleh Koffi Anan dengan hasil 344.508 (78,5%) suara untuk
kemerdekaan dan 94.388 (21,5%) untuk integrasi. Hingga tahun 2002 Timor
Timur berada di bawah PBB dan baru tanggal 20 Mei 2002, Timor Timur
resmi diakui kemerdekaannya secara internasional sebagai Republik
Demokratik Timor Leste.

Makalah Sistem Referendum Page 10


Nena Narwastu D1A020385
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setiap sistem yang dilakukan oleh pemerintah merupakan hasil dari
musyawarah bersama dengan tujuan agar masyarakat menjadi lebih baik dan
juga sejahtera. Pada sistem referendum ini dimana rakyat diikutsertakan
dalam urusan pemerintahan dan rakyat juga diutamakan di dalamnya, tetapi
pada sistem ini terdapat kelemahan yaitu referendum memerlukan biaya yang
besar selain itu perbedaan pengetahuan antara rakyat dengan para pemerintah
akan menyulitkan jalannya pemerintahan dan juga dalam pembuatan undang-
undang.
B. SARAN
Sebagai warganegara yang baik, diharapkan agar para pembaca ikut serta
dalam memajukan Negara. Karena pada dasarnya hubungan baik yang terjalin
antara pemerintah dengan rakyat akan membuat suatu Negara menjadi maju
dan juga sejahtera dimana hal itulah yang selalu didambakan di setiap Negara.

Makalah Sistem Referendum Page 11


Nena Narwastu D1A020385
DAFTAR PUSTAKA

Abdulkarim, Aim. 2004. Kewarganegaraan untuk SMA Kelas II Jilid 2. Bandung:


Grafindo Media Pratama.
Aminah, Siti, & Wijianti. 2005. Kewarganegaraan: Citizenship. Jakarta: Piranti
Darma Kalokatama.
Dahlan, Saronji. 2004. Kewarganegaraan Untuk SMA Kelas VIII Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
https://www.scribd.com/doc/226007512/Perbandingan-Referendum-Timor-Leste-
Tahun-1999-Dengan-Referendum-Crimea-Tahun-2014#download Diakses
pada tanggal 14 Juni 2021 pukul 14.30 WITA

https://www.academia.edu/8208869/MAKALAH_SISTEM_PEMERINTAHAN
Diakses pada tanggal 14 Juni 2021 pukul 15.30 WITA

http://marisamunte.blogspot.co.id/2014/04/makalah-pkn-tentang-sistem-
pemerintahan.html Diakses pada tanggal 14 Juni 2021 pukul 16.30 WITA

http://khairunnasri2.blogspot.co.id/2014/11/demokrasi-dan-demokrasi-di-
indonesia.html Diakses pada tanggal 14 Juni 2021 pukul 17.00 WITA

http://click-gtg.blogspot.co.id/2009/04/sistem-pemerintahan.html Diakses pada


tanggal 14 Juni 2021 pukul 18.30 WITA

Makalah Sistem Referendum Page 12


Nena Narwastu D1A020385

Anda mungkin juga menyukai