Anda di halaman 1dari 16

TUGAS RESUME

PENGANTAR ILMU HUKUM

Dosen Pengampu:

RAHMADI INDRA TEKTONA, S.H., M.H.

Disusun Oleh:

Nabila Aurina Safitri

NIM: 190710101488

Kelas D

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JEMBER
ILMU HUKUM

2019/2020
1. Tujuan hukum menurut beberapa teori

a. Teori Peace

Menurut teori ini dalam keadaan damai ( peace) terdapat banyak kesempatan yang
kuat tidak menindas yang lemah, yang berhak mendapatkan haknya dan adanya
perlindungan bagi rakyat. Hukum harus menciptakan keadan yang damai dan sejahtera
bukan sekedar ketertiban.

b. Prof. Mr. Dr. LJ. Van Apeldoorn

Prof Mr. Dr. LJ. Van Apeldoorn mengatakan, bahwa tujuan hukum ialah mengatur
pergaulan hidup manusia secara damai.1

c. Teori Etis

Menurut teori etis, bahwa hukuman itu semata-mata menghendaki keadilan. Isi
hukum semata-mata harus ditentukan oleh kesadaran etis kita mengenai apa yang adil
dan apa yang tidak adil.

d. Geny

Hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan. 2 Dan sebagai unsur


daripada keadilan disebutkannya “kepentingan daya guna dan kemanfaatan”

e. Bentham (Teori Utilitis)

Menurut Jeremy Bentham, hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-mata apa


yang berfaedah bagi orang.3

f. Teori Normatif-dogmatif.

Prof. van Kan menulis antara lain sebagai berikut: “Jadi terdapat kaedah-kaedah
agama, kaedah-kaedah kesusilaan, kaedah-kaedah kesopanan, yang semuanya
bersama-sama ikut berusaha dalam penyelenggaraan dan perlindungan kepentingan-
kepentingan orang dalam masyarakat.”

1
Dalam buku yang berjudul “Inleiding tot de studie van Nederlandse recht”
2
Dalam “Science et technique en droit prive positif”
3
Dalam “Introduction to the morals and legislation”
Selanjutnya, Prof. van Kan mengatakan, bahwa hukum bertujuan menjaga
kepentingan tiap-tiap manusia supaya kepentingan-kepentingan itu tidak dapat
diganggu.

2. Pengertian Das Sollen dan Das Sein

Das Sollen adalah segala sesuatu yang mengharuskan kita untuk berpikir dan
bersikap. Contoh: dunia norma, dunia kaidah, dsb. Dapat diartikan bahwa das Sollen
merupakan kaidah dan norma serta kenyataan normatif seperti apa yang seharusnya
dilakukan.

Das Sein adalah segala sesuatu yang merupakan implementasi dari segala hal yang
kejadiannya diatur oleh das Sollen dan mogen. Dapat dipahami bahwa das sein
merupakan peristiwa konkrit yang terjadi.

3. Hubungan antara hukum dan nilai-nilai

Perlu suatu sistem pemerintahan yang kuat yang berakar dari nilai-nilai budaya
bangsa Indonesia sendiri dilandasi dengan nilai-nilai hukum yang dapat menjamin
dilaksanakannya hak-hak asasi rakyat. Hukum yang baik adalah hukum yang
mencerminkan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.4 Hal ini sesuai dengan pendapat
dari para penganut aliran sosiological jurisprudence yang menyatakan bahwa hukum
yang baik adalah hukum yang sesuai dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.
Selama beberapa decade hukum dan nilai-nilai sosial budaya bangsa kita terpinggirkan
dengan adanya sentralisasi kekuasaa yang ada pada pemerintah pusat, sehingga hukum
dan nilai-nilai sosial budaya masyarakat lokal banyak yang terpinggirkan dengan
adanya kodifikasi dan unifikasi hukum oleh pemerintah pusat..

4. Isi dan sifat kaidah hukum

Suatu kaidah hukum jika ditinjau dari segi isinya dapat dikenal adanya tiga
macam kaedah. Ketiga macam kaedah tersebut adalah

a. Kaedah hukum yang mengandung atau berisikan suruhan


b. Kaedah hukum yang mengandung atau berisikan larangan
c. Kaedah hukum yang mengandung atau berisikan kebolehan

4
Menurut Soerjono Soekanto (1988:22)
Dari ketiga macam kaedah tersebuh dapat diberi beberapa contoh sebagai berikut,

a. Kaedah hukum yang berisi suruhan.


b. Kaedah hukum yang berisi larangan.
c. Kaedah hukum yang berisikan kebolehan.

kaedah hukum dapat pula dibedakan menurut sifatnya, yang dapat dikelompokkan
dalam:

a. Kaedah-kaedah hukum yang bersifat imperatif


b. Kaedah-kaedah hukum yang bersifat fakultatif

5. Rumusan kaidah hukum

Kaidah hukum ditujukan kepada sikap lahir manusia atau perbuatan nyata yang
dilakukan manusia. Kaidah hukum tidak mempersoalkan apakah sikap batin seseorang
itu baik atau buruk, yang diperhatikan adalah bagaimana perbuatan lahiriyah orang
tersebut. Hukum sebagai kaidah sebagai pedoman atau patokan sikap tindak atau
perlakuan yang pantas atau diharapkan.

Perumusan kaidah hukum di dalam aturan hukum diartikan dengan banyak cara
yang beda-beda pada sebuah aturan hukum. Kaidah hukum tidak hanya melakukan
kegiatan dalam pembentukan uu dan penerima perintah, tetapi juga mempunyai
jangkauan yang lebih luas.

Kaidah hukum, kaidah sosial yang hidup dalam masyarakat hukum, yang berkaitan
dengannya para justiabel mempertautkan harapan-harapan yang sah, terlepas dari
apakah aturan hukum itu secara langsung ditujukan untuk mereka atau tidak. Aturan
hukum harus dirumuskan dalam bentuk sintatik yang tepat, tetapi kaidah hukum
sebagai arti dari aturan hukum dibentuk oleh konteks bahasa maupun konteks luas
bahasa.

6. Essensial kaidah hukum

Essensial Kaedah Hukum iallah membatasi tetapi bukan tidak bersifat


memaksa,sebab hukum sendiri setiap individuya dapat melanggar dan hukum tidak
dapat melakukan paksaan.Yang mengadakan paksaan ialah adanya kesadaran hukum
dan aparat hukum. Kaedah Hukum tidak ada yang memaksa, melainkan Kaedah Hukum
tersebut menimbulkan paksaan,dengan kata lain Memaksa ialah bukan sifat dari essensi
kaedah hukum

Dalam tata masyarakat dan hukum nasional, peranan lembaga dan aparat-aparat
penegak hukum serta sanksi hukumnya tampak sangat menonjol dan mendominasi
mekanisme pembemtuka, pelaksanaan, dan pemaksaan hukum itu sendiri.

7. Keberlakuan kaidah hukum

Keberlakuan hukum berarti bahwa orang berperilaku sebagaimana mestinya


sebagai bentuk ketaatan dan pelaksana norma tersebut jika validitas adalah kualitas
hukum, maka keberlakuannya adalah kualitas tingkah laku manusia sebenarnya bukan
tentang hukum itu sendiri.5

Soerjono Soekanto menjelaskan bahwa ada 3 aspek yang mempengaruhi tentang


berlakunya hukum yang disebut dengan gelding theorie yaitu,

a. Kaidah hukum tersebut berlaku secara yuridis


b. Kaidah hukum itu berlaku secara sosiologis
c. Kaidah hukum tersebut bersifat secara filosofis

8. Penyimpangan kaidah hukum

a. Pengecualian atau dispensasi sebagai penyimpangan dari patokan atau


pedoman dengan dasar yang sah itu mengenah dua dasar yang berbeda, yakni:
1) Pembenaran
2) Bebas kesalahan
b. Delict adalah penyimpangan dari patokan atau pedoman yang tidak
mempunyai dasar sah.
1) Dalam bidang hukum
2) Dalam bidang hukum tata usaha negara
3) Dalam bidang hukum pidana, hukuman itu disebut punishment yang
beruoa siksaan, yakni:
- Siksaan riil atau material

5
Hans Kelsen, General Teory of Law and State, Translete by Anders Wedberg , New York: Russel
and Russel , 1991, dikuitip dari Jimly Ashidiqqie dan M ali Safa’at, Teori Hans KelsenTentang
Hukum,ctk. Kedua , Konstitusi Press, Jakarta, 2012, Hal 39-40
- Siksaan idiil atau moral

9. Masyarakat hukum

Masyarakat adalah persatuan manusia yang timbuldari kodrat yang sama.6Di dalam
masyarakat yang teratur, manusia atau anggota masyarakat harus memperhatikan
kaidah-kaidah, norma-norma ataupun aturan-aturan hidup tertentu yang sudah
ditentukan dan hidup dalam masyarakat dimana ia hidup.

Masyarakat sebagai bentuk pergaulan hidup bermacam-macam ragamnya,


diantaranya yaitu:

a. Yang berdasarkan hubungan yang diciptakan para anggotanya:


1) Masyarakat peguyuban .
2) Masyarakat patembayan.
b. Yang berdasarkan sifat pembentukannya, yaitu:
1) Masyarakat yang teratur oleh karena sengaja diatur untuk tujuan tertentu.
2) Masyarakat teratur tetapi terjadi dengan sendirinya.
3) Masyarakat yang tidak teratur
c. Yang berdasarkan hubungan kekeluargaan
d. Yang berdasarkan peri kehidupan/kebudayaan

10. Subjek hukum

Subjek hukum adalah segala sesuatu yang menurut hukum mempunyai hak dan
kewajiban sehingga memiliki kewenangan untuk bertindak. Subyek hukum itu terdiri
dari:

a. Badan hukum
Manusia

11. Hak dan kewajiban hukum

Prof. Mr. L.J. van Apeldoorn mengatakan bahwa “Hak ialah hukum yang
dihubungkan dengan seorang manusia atau subyek hukum tertentu dan dengan

6
Menurut Drs. C.S.T. Kansil, S.H.
demikian menjelma menjadi suatu kekuasaan”7 dan suatu hak timbul apabila hukum
mulai bergerak.

Hak adalah suatu kewenangan yang diberikan oleh hukum. Suatu kepentingan yang
dilindungi oleh hukum, baik pribadi maupun umum. Pokok-pokok hak itu dapat
dibedakan antara Hak mutlak dan Hak Nisbi.

Kewajiban adalah beban yang diberikan oleh hukum kepada orang atau badan
hukum yang harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab.

Ada beberapa sumber utama yang menyebabkan timbulnya kewajiban hukum meliputi :

a. Pihak ketiga
b. Klien
c. Pemegang saham
d. Criminal ability

12. Kewenangan hukum

Kewenangan atau wewenang memiliki kedudukan penting dalam kajian tata


Negara dan hukum administrasi. Sebegitu pentingnya kewenangan ini sehingga F.A.M.
Stroink dan J.G Steenbeek menyatakan : “Het Begrip bevoegdheid is dan ook een
kembegrip in he staats-en administratief recht”. 8 Dari pernyataan ini dapat ditarik
suatu pengertian bahwa wewenang merupakan konsep inti dari hukum Tata Negara dan
hukum administrasi.

Sejalan dengan ruang utama Negara Hukum yaitu asas legalitas , atas dasar prinsip
tersebut bahwa tugas pemerintah berasal dari peraturan perundang-undangan. Dalam
kepustakaan hukum administrasi terdapat dua cara untuk mendapatkan tugas
pemerintah yaitu atribusi dan delegasi, kadang-kadang juga, mandat, ditempatkan
sebagaisalah satu cara untuk mendapatkan kewenangan sendiri.

13. Sumber hukum materiil

Sumber hukum materiil adalah tempat darimana materi (isi) hukum diambil, dapat
dikatakan darimana bahan hukum diambil. Sumber hukum materiil, dapat ditinjau lagi

7
Dalam buku yang berjudul “Inleiding tot de studie van het Nederlandse Recht”
8
Nur Basuki Winarno, Penyalahgunaan Wewenang dan Tindak Pidana Korupsi, laksbang mediatama,
Yogyakarta, 2008, hlm.65.
dari pelbagai sudut, misalnya dari sudut ekonomi, sejarah, sosiologi, filsafat dan
sebagainya.

Contoh sumber hukum materiil yaitu,

a. Seorang ahli ekonomi akan mengatakan, bahwa kebutuhan-kebutuhan ekonomi


dalam masyarakat itulah yang menyebabkan timbulnya hukum.
b. Seorang ahli kemasyarakatan (sosioloog) akan mengatakan bahwa yang
menjadi sumber hukum ialah peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam masyarakat.

14. Sumber hukum formil

Sumber hukum formil merupakan ketentuan-ketentuan hukum yang mempunyai


bentuk formalitas, dengan kata lain sumber hukum penting bagi para ahli hukum adalah
sumber hukum formil, baru jika memerlkukan penentuan asal usul hukum itu,
memperhatikan sumber hukum materiil.

Sumber-sumber hukum formil antara lain ialah:

a. Undang-undang
b. Kebiasaan
c. Keputusan-keputusan hakim
d. Traktat
e. Pendapat sarjana hukum

15. Kekuatan mengikat berlakunya Undang-Undang

Syarat mutlak untuk berlakunya suatu undang-undang ialah diundangkan dalam


Lembaran Negara (LN) dan Menteri/Sekretaris Negara (dahulu: Menteri kehakiman).

Tanggal mulai berlakunya undang-undang menurut tanggal yang ditentukan dalam


undang-undang itu sendiri. jika tanggal berlakunya itu tidak disebutkan dalam undang-
undang, maka undang-undang itu berlaku 30 hari sesudah diundangkan dalam L.N.
untuk Jawa dan Madura, dan untuk daerah-daerah lainnya baru berlaku 100 hari setelah
pengundangan dalam L.N. Sesudah syarat tersebut dipenuhi, maka berlakulah suatu
fictie daam hukum “SETIAP ORANG DIANGGAP TELAH MENGETAHUI
ADANYA SESUATU UNDANG-UNDANG”. Hal ini berarti bahwa jika ada
seseorang yang melanggar undang-undang tersebut, ia tidak diperkenankan membela
atau membebaskan diri dengan alasan: “Saya tidak tahu menahu adanya undang-
undnag itu”

16. Pengertian Undang-Undang dalam arti formil dan materiil

a. Undang-undang dalam arti formil yaitu setiap peraturan atau ketetapan yang
dibentuk oleh alat perlengkapan negara yang diberi kekuasaan membentuk
undang-undang, dan diundangkan sebagaimana mestinya.
b. Undang-undang dalam arti material ialah setiap peraturan atau ketetapan yang
isinya berlaku mengikat pada umum.

17. Asas perundang-undangan

Asas-asas peraturan perundang-undangan pada dasarnya dapat dikelompokkan


kedalam dua bagian yaitu,

a. Asas-asas dalam pembentukan peraturan perundang-undangan


b. Asas-asas dalam materi muatan Peraturan Perundang-undangan

Dalam membentuk Peraturan Perundang-Undangan harus berdasarkan pada asas


pembentuk peraturan perundang-undangan yang baik, meliputi:

a. Kejelasan tujuan.
b. Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat.
c. Kesesuaian antara jenis dan materi muatan.
d. Dapat dilaksanakan
e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan, kejelasan rumusan .
f. Keterbukaan.

18. Common law, sistem hukum islam, social legal, sociological yurispruden, dan
realisme hukum

1) Common law
Sistem hukum common law atau anglo saxon adalah suatu sistem hukum yang
didasarkan pada yurispruden, yaitu keputusan-keputusan hakim yang terdahulu
yang kemudian menjadi dasar putusan hakim-hakim.
Ciri-ciri common law system yaitu:
a. Tidak ada perbedaan secara tajam antara hukum publik dan hukum perdata
b. Tidak ada perbedaan antara hak kebendaan dan perorangan
c. Tidak ada kodifikasi
d. Keputusan hakim terdahulu mengikat hakim yang kemudian (asas precedent
atau stare decisis)
2) Sistem hukum islam
Sistem hukum islam ini semula dianut oleh masyarakat Arab sebagai awal dari
timbulnya penyebaran agama Islam. Sumber hukum dalam sistem hukum islam,
a. Quran
b. Sunnah Nabi
c. Ijma
3) Social legal
Sosio-legal sebenarnya ‘konsep payung’. Ia memayungi segala pendekatan
terhadap hukum, proses hukum, maupun sistem hukum. Identifikasi yang
dilakukan dalam kajian sosio-legal tidak sebatas teks, melainkan pula
pendalaman terhadap konteks, yang mencakup segala proses, misal sedari ‘law
making’ (pembentukan hukum) hingga ‘implementation of law’ (bekerjanya
hukum).
Pendekatan sosio-legal ini merupakan upaya untuk lebih jauh menjajaki
sekaligus mendalami suatu masalah dengan tidak mencukupkan pada kajian
norma-norma atau doktrin hukum terkait, melainkan pula melihat secara
lengkap konteks norma dan pemberlakuannya.
4) Sociological yurispruden
Sociological yurispruden merupakan suatu mazhab dalam filsafat hukum yang
mempelajari hubungan timbal balik antara hukum dengan masyarakat.
Sosiological yurispruden mempunyai cara pendekatan yang bermula dari
hukum ke masyarakat. Mazhab ini memiliki ajaran mengenai pentingnya living
law. Namun mazhab ini lahir dari anti positivisme hukum karena sociological
yurispruden menganut paham bahwa hanya hukum yang mampu menghadapi
ujian akal dapat hidup terus. Yang menjadi unsur-unsur kekal dalam hukum itu
hanyalah pernyataan-pernyataan akal yang berdiri diatas pengalaman dan diuji
oleh pengalaman. Sociological yurispruden adalah ilmu yang merupakan
cabang dari ilmu normative. Para pemikir dari sosiological yurispruden melihat
bahwa hukum harus berjalan seiring dengan perubahan masyarakat.
Aliran sosiologis ini memandang hukum sebagai “kenyataan sosial” dan bukan
hukum sebagai kaidah. Sosiologisme hukum memandang sebagai das sein,
Sekalipun aliran sosiological yurispruden kelihatannya sangat ideal dengan cita
hukum masyarakat yang terus menerus berubah ini, karena mengutamakan
bagaimana suatu hukum itu menjadi baik dan sesuai dengan nilai-nilai yang
hidup di masyarakat. Tetapi aliran ini bukanlah tanpa kritik.
Suatu hal yang patut dipahami bahwa dalam sosiologi jurisprudence Pound,
lebih mengutamakan tujuan praktis dengan:
a. Menelaah akibat sosial yang actual dari lembaga hukum dan doktrin hukum
b. Memajukan telaah sosiologis berkenaan dengan telaah
c. Mempelajari cara membuat peraturan yang efektif dan menitik beratkan
pada tujuan sosial yang hendak dicapai oleh hukum dan bukannya pada
sanksi
d. Menelaah sejarah hukum sosiologis yakni tentang akibat sosial yang
ditimbulkan oleh doktrin hukum dan bagaimana cara menghasilkannya
e. Membela apa yang dinamakan pelaksanaan hukum secara adil dan
mendesak supaya ajaran hukum harus dianggap sebagai bentuk yang tidak
dapat dirubah
f. Meningkatkan efektivitas pencapaian tujuan yang disebut diatas agar usaha
untuk mencapai maksud serta tujuan hukum lebih efektif
5) Realisme hukum
Realisme adalah upaya melihat segala sesuatu sebagaimana adanya tanpa
idealisasi, spekulasi, ataupun idolisasi. Bila dikaitkan dengan definisi hukum,
maka realisme hukum berarti suatu pandangan yang (mencoba) melihat hukum
sebagaimana adanya tanpa idealisasi dan spekulasi atas hukum positif yang
bekerja dan berlaku. Dengan ini maka dapat disimpulkan bahwa realism hukum
merupakan pandangan yang mengusahakan menerima sesuatu atau hal apa
adanya mengenai hukum.
Ciri-ciri realism hukum:9
a. Realisme bukanlah suatu mazhab/aliran

9
Menurut Llewellyn (Friedman, 1970:292)
b. Realisme adalah konsepsi mengenai hukum yang berubah-ubah dan
sebagai alat untuk mencapai tujuan sosial; maka tiap bagiannya harus
diselidiki mengenai tujuan maupun hasilnya.
c. Realisme mendasarkan ajarannya atas pemisahan sementara antara sollen
dan sein untuk keperluan suatu penyidikan.
d. Realism tidak mendasarkan pada konsep-konsep hukum tradisional karena
realisme bermaksud melukiskan apa yang dilakukan sebenar-benarnya oleh
pengadilan-pengadilan dan orang-orangnya.
e. Gerakan realisme menekankan bahwa pada perkembangan setiap bagian
hukum haruslah diperhatikan secara seksama akibatnya

19. Metode-metode penafsiran dan konstruksi hukum

Metode-metode penafsiran

Ada beberapa macam penafsiran, antara lain:

a. Penafsiran tata bahasa (grammatical)


Yaitu cara penafsiran berdasarkan pada bunyi ketentuan undang-undang,
dengan berpedoman pada arti perkataan-perkataan dalam hubungannya satu
sama lain dalam kalimat-kalimat yang dipakai oleh undang-undang; yang dianut
iala semata-mata arti perkataan menurut tatabahasa atau menurut kebiasaan,
yakni arti dalam pemakaian sehari-hari.
b. Penafsiran sahih
Ialah penafsiran yang pasti terhadap arti kata-kata itu sebagaimana yang
diberikan oleh Pembentuk Undang-Undang, misalnya Pasal 98 KUHP.
c. Penafsiran historis
- Sejarah hukumnya, yang diselidiki maksudnya berdasarkan sejarah
terjadinya hukum tersebut.
- Sejarah yndang-undangnya, yang diselidiki maksud pembentuk
undang-undang pada waktu membuat undang-undang itu.
d. Penafsiran sistematis
Ialah penafsiran menilik susunan yang berhubungan dengan bunyi pasal-pasal
lainnya baik dalam undang-undang itu maupun dengan undang-undang lain.
e. Penafsiran nasional
Ialah penafsiran menilik sesuai tidaknya dengan sistem hukum yang berlaku.
f. Penafsiran ekstensip
Yaitu memberi tafsiran dengan memperluas arti kata-kata dalam peraturan itu.
g. Penafsiran teleologis
Yaitu penafsiran dengan mengingat maksud dan tujuan undang-undang itu.
h. Penafsiran restriktif
Ialah penafsiran dengan membatasi arti kata-kata tersebut sesuai dengan asas
hukumnya.
i. Penafsiran analogis
Yaitu memberi tafsiran pada sesuatu peraturan hukum dengan memberi ibarat
pada kata-kata tersebut sesuai dengan asas hukumnya
j. Penafsiran a contrario (menurut peringkaran)
Ialah suatu cara menafsirkan undang-undang yang didasarkan pada perlawanan
pengertian antara soal yang dihadapi dan soal yang diatur dalam suatu pasal
undang-undang.

Konstruksi hukum

Dengan menggunakan konstruksi hukum hakim dapat menyempurnakan sistem


formal dari hukum, yakni sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku atau
hukum positif.

Susunan hukum yang untuk perundang-undangan dinamakan analogi. Meskipun


pasal 1576 KUHS hanya menyebutkan kata “menjual, namun hakim masih juga dapat
menjalankan analogi ketentuan tersebut dalam perbuatan memberi, menukar, dan
mewariskan secara legal.

20. Filsafat, sosiologi, politik, dan psikologi hukum

Filsafat Hukum

Filsafat Hukum adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai apa itu
hakikat hukum itu, apa tujuannya, mengapa dia ada dan mengapa orang harus tunduk
kepada hukum. Disamping itu, filsafat hukum juga membahas soal-soal kongkret
mengenai hubungan antara hukum dan moral ( etika ) dan masalah keabsahan berbagai
macam lembaga hukum.
Adapun masalah yang dibahas dalam lingkup filsafat hukum, meliputi:

a. Masalah hakikat dari hukum;


b. Masalah tujuan hukum;
c. Mengapa orang mentaati hukum;
d. Masalah mengapa negara dapat menghukum;
e. Masalah hubungan hukum dengan kekuasaan

Sosiologi hukum

Sosiologi Hukum tidak hanya menerima tingkah laku yang tampak dari luar saja,
tetapi juga memperoleh penjelasan yang bersifat internal, yaitu meliputi motif-motif
tingkah laku seseorang. Apabila disini disebut tingkah laku hukum maka sosiologi
hukum tidak membedakan antara tingkah laku yang sesuai dengn hukum atau yang
menyimpang dari kaidah hukum, keduanya merupakan obyek pengamatan dariilmu ini.

Politik hukum

Politik hukum adalah kebijakan dari negara melalui badanbadan negara yang
berwenang untuk menetapkan peraturan-peraturan yang dikehendaki, yang
diperkirakan akan digunakan untuk nengekspresikan apa yang terkandung dalam
masyarakat dan untuk mencapai apa yang dicita-citakan.10

Politik hukum dapat dibedakan menjadi dua dimensi, yaitu pertama, politik hukum
yang menjadi alasan dasar dari diadakannya suatu peraturan perundang-undangan.
Kedua, tujuan atau alasan yang muncul dibalik pemberlakuan suatu peraturan
perundang-undangan

Psikologi hukum

Psikologi hukum adalah studi hukum yang akan berusaha menyoroti hukum
sebagai suatu perwujudan dari gejala-gejala kejiwaan tertentu dan juga landasan
kejiwaan dari perilaku atau sikap tindak tersebut. 11 Pentingnya Psikologi hukum
menurut Soerjono Soekanto:

10
Menurut Soedarto
11
Menurut Soerjono Soekanto
a. Untuk memberikan isi atau penafsiran yang tepat pada kaidah hukum serta
pengertiannya misal nya seperti pengertian itikad baik, itikad buruk, tidak dapat
menjalankan kewajibansebagai suami atau istri, mempertanggungjawabkan
perbuatan dan seterusnya.
b. Untuk menerapkan hukum dengan mempertimbangkan keadaan psikologi
pelaku.
c. Untuk lebih menyerasikan ketertiban dan ketentraman yang menjadi tujuan
utama darihukum.
d. Untuk sebanyak mungkin menghindarkan penggunaan kekerasan dala
penegakan hukum.
e. Untuk memantapkan pelaksanaan fungsi penegakan hukum dengan cara lebih
mengenal diriatau lingkungan nya.
f. Untuk menentukan batas % batas penggunaan hukum sebagai sarana
pemeliharaan dan penciptaan kedamaian
DAFTAR PUSTAKA

R. Soeroso. 2013. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Kansil. 1986. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

Soedarto. 1983. Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat dalam Kajian Hukum
Pidana. Bandung: Sinar Baru.

Kelsen, Hans. 2012. Teori Has Kelsen Tentang Hukum. Jakarta: Konstitusi Press.

Seidman, Robert. 1972. Law Order and Power. Massachusett: Adition Publishing
Company Wesley Reading.

Fuady, Munir. 2005. Filsafat dan Teori Hukum Post Modern. Bandung: Citra Aditya
Bakti.

Tim Pengajar PIH Fakultas Hukum Universitas Indonesia. 2010. Modul mata kuliah
Pengantar Ilmu Hukum. Depok. “Sendi-Sendi Ilmu Hukum ppt”

Atmosudirdjo, Prajudi. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Budiardjo, Miriam. 1998. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Ely, Yohana. Das Sein dan Das Sollen. Scribd.

Kusdarini. 2010. Jurnal UNY

Sunyowati, Dina. 2013. Hukum Internasional Sebagai Sumber Hukum Dalam Hukum
Nasional.

Anjani, Dhea. Kaidah. Academia.

Nurjanah, Putri. Sumber Hukum Formil dan Materiil. Academia>

Darji Darmodiharjo, Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, PT Gramedia Pustaka


Utama, Jakarta 1999, Hlm.10.

Anda mungkin juga menyukai