Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SISTEM HUKUM ANGLO SAXON DI INDONESIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perbandingan Hukum


Dosen : Bapak Ilhamsyah Lubis S.H M.H

Disusun Oleh :

1. AL-RIZKI FAUZIAN (NIM)


2. DONY YETRA (NIM)
3. JIHAN GURNIANSIH (NIM)
4. RIA RENATA(191010250086)
5. SITI NUR ALFILAILLAH HASANAH (191010250085)

Kelas: 06HUKE002/ Reguler C

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
UNIVERSITAS PAMULANG
2022

1
DAFTAR ISI
Judul

Daftar Kata Pengantar

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
1.2 Identifikasi Masalah
1.3Rumus Masalah
1.4Tujuan Masalh

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Macam macam sistem hukum di dunia
2.2 Sistem hukum anglo saxon
2.3 Sejarah sistem anglo saxon
2.4 Kelebihan sistem hukum anglo saxon
2.5 Negara negara yang menggunakan sistem hukum anglo saxon

BAB III PENUTUP


Kesimpulan

Daftar pustaka

2
SISTEM HUKUM ANGLO SAXON DI INDONESIA

A. SISTEM HUKUM ANGLO SAXON

Sistem Anglo-Saxon adalah suatu sistem hukum yang didasarkan pada

yurisprudensi, yaitu keputusan-keputusan hakim terdahulu yang kemudian menjadi

dasar putusan hakim-hakim selanjutnya. Sistem hukum Anglo Saxon disebut

sebagai Sistem “ Common Law” dan sistem “Unwritten Law” (tidak tertulis).

Walaupun disebut sebagai unwritten law tetap tidak sepenuhnya benar, karena di

dalam sistem hukum ini dikenal pula adanya sumber-sumber hukum yang tertulis

(statutes). Sumber hukum dalam sistem hukum Anglo Saxon ialah “putusan-

putusan hakim/pengadilan” (judicial decisions).1 Sistem hokum Anglo Saxon

berasal dari Inggris yang kemudian menyebar ke Amerika Serikat dan negara-

negara bekas jajahannya. Kata “Anglo Saxon” berasal dari nama bangsa yaitu

bangsa Angel-Sakson yang pernah menyerang sekaligus menjajah Inggris yang

kemudian ditaklukan oleh HertogNormandia, William.2

Selain itu dalam sistem Anglo Saxon ada “peranan” yang diberikan kepada

hakim yaitu hakim mempunyai wewenang yang sangat luas untuk menafsirkan

peraturan hukum yang berlaku dan menciptakan prinsip-prinsip hukum baru yang

1
HaniBlush. 2010.Hukum Tanah Inggrs Anglo Saxon, diakses dari
http://hanyblush.blogspot.co.id/2010/09/hukum-tanah-inggris-anglo-saxon.html,
pada tanggal 20 Nofember 2017. Pukul 12.32 Wita
2
Fariza Eupho. Sistem Hukum Anglo Saxon dan Sistem Hukum Eropa
Kontinental, diakses melalui http://eupholaw.blogspot.co.id/2014/10/sistem-
hukum-anglo-saxon-dan-sistem.html, pada tanggal 18 Nofember 2017. Pukul 17.23
Wita

3
akan menjadi pegangan bagi hakim-hakim lain untuk memutuskan perkara yang

sejenis. Sistem Anglo Saxon menganut suatu doktrin yaitu “the doctrine of

precedent/stare decisis” yang pada hakekatnya menyatakan bahwa dalam

memutuskan suatu perkara, seorang hakim harus mendasarkan putusannya kepada

prinsip hukum yang sudah di dalam putusan hakim lain dari perkara sejenis

sebelumnya (preseden). Dalam hal tidak ada putusan hakim yang terdahulu atau

ada tetapi tidak sesuai dengan perkembangan, maka hakim dapat memutuskan

perkara berdasarkan nilai-nilai keadilan, kebenaran dan akal sehat (common sense)

yang dimiliki. 3

Adapun cir-ciri dari system hokum anglo saxon atau common law

system,yaitu diantranya: 4

• Tidak ada perbedaan secara tajam antara hukum public/umum dan

perdata/antara orang-perorang atau individu

• Tidak ada perbedaan antara hak kebendaan dan perorangan

• Tidak ada kodifkasi

• Keputusan hakim terdahulu mengikat hakim yang kemudian (asas

precedent atau stare decisis)

Dalam penerapannya, sistem hukum Anglo Saxon ini memiliki kelebihan dan

kelemahan seperti:5

3
HaniBlush. 2010.Hukum Tanah Inggrs Anglo Saxon, diakses dari
http://hanyblush.blogspot.co.id/2010/09/hukum-tanah-inggris-anglo-saxon.html, pada
tanggal 20 Nofember 2017. Pukul 12.32 Wita
4
Rahma. 2012. Sistem hokum Anglo Saxon, diakses dari
http://rahmalways.blogspot.co.id/2012/05/sistem-hukum-anglo-saxon_22.htm, pada
tanggal 19 Nofember 2017. Pukul 06.15 Wita
5
Peter de Cruz. 2010. Perbandingan Sistem Hukum. Bandung: Nusamedia.
Hlm. 34

4
a. Kelebihan

1. Sistem hukum Anglo Saxon, penerapannya lebih mudah terutama pada

masyarakat di negara-negara berkembang karena sesuai dengan

perkembangan zaman. Pendapat para ahli dan prakitisi hukum lebih

menonjol digunakan oleh hakim, dalam memutus perkara.

2. Sumber-sumber hukum terdiri dari putusan-putusan hakim, kebiasaan-

kebiasaan,serta peraturan-peraturan tertulis undang-undang dan peraturan

administrasi negara, walaupun banyak landasan bagi terbentuknya kebiasaan

dan peraturan tertulis itu berasal dari putusan-putusan dalam pengadilan.

Sehingga, sumber hukum yang ada telah teruji dalam menyelesaikan suatu

perkara sebelumnya.

3.Kepastian hukum lebih dihargai lagi bila dilihat dari sistem pelaksanaan

peradilan di negara-negara Anglo Saxon yaitu sistem Juri. Menurut sistem

ini dalam suatu persidangan perkara pidana para Juri-lah yang menentukan

apakah terdakwa atau tertuduh itu bersalah (guilty) atau tidak bersalah (not

guilty) setelah pemeriksaan selesai. Jika Juri menentukan bersalah barulah

Hakim (biasanya tunggal) berperan menentukan berat ringannya pidana atau

jenis pidananya. Bila Juri menentukan tidak bersalah maka Hakim

membebaskan terdakwa (tertuduh).

4.Juri yang digunakan dalam sistem hukum ini adalah orang-orang sipil yang

mendapatkan tugas dari Negara untuk berperan sebagai juri dalam sidang

perkara. Juri ditunjuk oleh Negara secara acak dan seharusnya adalah orang-

orang yang kedudukannya sangat netral dengan asumsi juri adalah orang

5
awam yang tidak mengetahui sama sekali latar belakang perkara yang

disidangkan. Kedua pihak dalam perkara kemudian diberi kesempatan untuk

mewawancara dan menentukan juri pilihannya. Sehingga kenetralan dan

keadilan dapat lebih terlihat nyata.

5.Hakim memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk seluruh tata

kehidupan masyarakat. Karena hekim memiliki wewnang yang sangat luas

untuk menafsirkan peraturan hukum yang berlaku. Selain itu, menciptakan

prinsip-prinsip hukum baru yang akan menjadi pegangan bagi hakim-hakim

lain untuk memutuskan perkara yang sejenis.

6. Jika ada suatu putusan yang sudah dianggap tidak sesuai lagi dengan

perkembangan zaman, hakim dapat menetapkan putusan baru berdasarkan

nilai-nilai keadilan, kebenaran, dan akal sehat (common sense). Sehingga

putusan-putusan yang ada benar-benar sesuai kenyataan dan menyesuaikan

perkembangan masyarakat.

b. Kelemahan:

1. Tidak ada jaminan kepastian hukumnya. Jika hakim diberi kebebasan untuk

melakukan penciptaan hukum dikhawatirkan ada unsur subjektifnya.

Kecuali hakim tersebut sudah dibekali dengan integritas dan rasa keadilan

yang tinggi. Untuk negara-negara berkembang yang tingkat korupsinya

tinggi tentunya sistem hukum anglo saxon kurang tepat dianut.

2. Hakim terlalu diberi kekuasaan yang amat besar dalam menentukan

hukuman. Sehingga terkadang faktor subyek dapat terjadi. Karena hakim

6
juga manusia yang terkadang ada rasa sungkan dan juga ada gejolak untuk

melakukan tindakan-tindakan curang. Suatu contoh, akhir-akhir ini ada

berita yang mencuat mengenai hakim yang salah membei putusan hukum

mati pada terdakwa pada tahun 1991. Setelah diselidiki lebih lanjut, kini

terbukti terdakwa yang dihukum mati tersebut tidak bersalah sama sekali.

B. SEJARA PERKEMBANGAN SISTEM HUKUM ANGLO SAXON

Sebelum terjadinya resepsio hukum Romawi pada abab ke 13 oleh Eropa

Kontinental, di lnggeris telah dikembangkansuatu sistem peradilan nasional yang

sentralisitik dan bekerjasecara efektif menerapkan hukum-hukum kebiasaan di

lnggeris.Dalam tradisi feodal di kala itu, lnggeris merupakan suatuFief Yakni

negeri yang dapat diwarisi dari seorang tuan tanahsebagai imbalan atau

kompensasi atas pengabdian kepadatuan tanah. Pada keadaan demikian, harus ada

suatu kekuasaan yang kuat, dapat bekerja efektif dan terpusat yang dapat diterima

oleh warga masyarakat di bagian-bagian wilayah negeri secara keseluruhan.6

Atas dasar pijakan berpikir demikian itu, maka Raja-Rajalnggeris

memandang perlu dalam rangka mempertahankankewenangan dan kepentingannya

dalam memerintah untuk membentuk badan-badan yang dapat melanggengkan

kekuasaaanya. Salah satu badan yang paling penting untuk mempertahankan dan

memperkuat kelanggengan kekuasaan pusat pemerintahan yang dikendalikan oleh

Raja adalah Pengadilan Kerajaan. Hal ini dilakukan oleh Raja Wiiliem dan para

penggantinya kemudian.Raja Henry I pada abad XII, telah mengirim utusannya

kewilayah-wilayah negeri kekuasaannya untuk mengadili perkara di Pengadilan-


6
Dr. Nurul Qamal.2010. Perbandingan Sistem Hukum dan Peradaban Civil
law Syistem dan common Law System. Makassar: Pustaka Refleksi. Hal.31

7
Pengadilan local. Sebelum berakhirnya abad XII, Pengadilan Kerajaanbersama

dengan Pengadilan-Pengadilan local merupakaninstitusi politik yang paling kuat

dan disegani di lnggeris.Pengadilan Kerajaan dikelola oleh pejabat-pejabat

yangdiangkat oleh kerajaan yang sudah terlatih, dimana secara teratur mendatangi

setiap bagian dari wilayah-wilayah negeri kerajaan.7

Masa kekuasaan Pemerintahan Raja Henry 11, lnggerismelakukan

reformasi dan strukturisasi peradilan dan hokumproseduralnya. Reformasi tersebut,

melahirkan perubahanyang berarti di bidang peradilan, yakni diaturnya dasar-

dasarbagi hakim kerajaan dan kompetensinya dalam mengadiliperkara-perkara.

Reformasi hukum yang dilakukan lnggeris dibawah RajaHenry II, dikatakan sangat

pesat, oleh karena Raja Henrymelihat bahwa sarana terbaik untuk

mempertahankankekuasaan politik agar tetap eksis di kala itu adalah

denganpengadilan yang professional, dengan hakim-hakim kerajaanyang mampu

bekerja dibawah kendali feodal. Berhubung dengan tradisi sejarah pemberdayaan

hakimdan Pengadilan Kerajaan di kala itu di lnggeris, makaPengadilan Kerajaan

ramai menangni perkara-perkara yangdiajukan kepadanya, sehingga dengan

penetapan-penetapan dan putusan-putusan pengadilan dijadikan sebagai

hokumyang harus ditaati dan dijalankan.Maka atas dasar itu pulalah dikatakan

bahwa pada systemCommon Law, kegiatan hukumnya sangat terpusat

diPengadilan-Pengadilan, lain halnya dengan Civil Law yang pusatkegiatan

hukumnya berada di Parlemen. Penyebaran Common law system sampai pada

negaranegarajajahan lnggeris. Salah satu bekas negara jajahanlnggeris adalah

7
Ibid, hal 32

8
Amerika Serikat. Namun demikian dalam perjalanan sejarahnya Arnerika Serikat

yang perkembangannyasangat pesat telah mengembangkan pula sistemnya

denganmodel dan variasinya sendiri namun tetap saja dalam bingkaiCommon Law

System.8

Common law system diterapkan dan mulai berkembang sejak abad XVI di

Negara Inggris. Di dukung keadaan geografis serta perkembangan politik dan

sosial yang terus menerus, sistem hukum ini dengan pesat berkembang hingga di

luar wilayah Inggris, seperti di Kanada, Amerika, dan negara-negara bekas koloni

Inggris (negara persemakmuran / commonwealth). Namun amerika merupaka

Negara yang cepat mengalami perubahan dalam segala bidang kehidupan, dan

sumber daya manusia sehiga amerika membangun system hokum sendiri namun

tetaptidak terlebas dari sebagian sisem hokum anglo saxon dalam melihat

kehidupan sehari-hari. Sebagai sistem hukum yang lebih mengutamakan pada

hukum kebiasaan dan hukum adat masyarakat, maka dalam common law

kedudukan kebiasaan dalam masyarakat lebih berperan daripada undang-undang

dan selalu menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat yang semakin maju.

Sumber-sumber hukum dalam sistem Anglo-Saxon pun memiliki

perbedaanfundamental dengan tidak tersusun secara sistematik dalam hierarki

tertentu seperti di dalam sistem Eropa Kontinental.9

Adapun sumber-sumber hukum dalam sistem common law, meliputi:

1. Yurisprudensi (judicial decisions), yakni hakim mempunyai wewenang yang

luas untuk menafsirkan peraturan-peraturan hukum dan menciptakan prinsip


8
Ibid, hal 34-35
9
Kelompok V. 2012. Makalah Sejarah Civil law dan Common Law System,
hubungannya dan Perkembangan Hukum di Indonesia. Hal. 10

9
prinsip hukum baru yang berguna sebagai pegangan bagi hakim–hakim lain

dalam memutuskan perkara sejenis (hukum hakim, rechterrecht, judge made

law). Dalam hal ini hakim terikat pada prinsip hukum dalam putusan

pengadilan yang sudah ada dari perkara-perkara sejenis (asas doctrine of

precedent). Yurisprudensi merupakan sumber hukum yang utama dan

terpenting dalam sistem common law. Hakim harus berpedoman pada putusan-

putusan pengadilan terdahulu apabila dihadapkan pada suatu kasus. Oleh

karenanya di sini hakim berpikir secara induktif. Asas keterikatan hakim pada

precedent disebut stare decisis et quieta non movere (pengadilan yang

tingkatannya lebih rendah harus mengikuti keputusan yang lebih tinggi), yang

lazimnya disingkat stare decisis atau disebut juga the binding force of

precedent (perkara yang sama harus diproses dengan cara yang mirip atau

sama). Hakim hanya terikat pada isi putusan pengadilan yang esensial atau

disebut ratio decidendi, yakni berhubungan langsung dengan pokok perkara.

Sedangkan dalam hal yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan pokok

perkara, yakni sebatas merupakan tambahan dan ilustrasi atau disebut obiter

dicto, maka hakim dapat menilai sebagai suasana yang meliputi pokok perkara

menurut pandangan hakim itu sendiri. Putusan yang bersifat “binding

precedent” berarti putusan tersebut memiliki kekuatan yang meyakinkan.

2. Statute Law, yakni peraturan yang dibuat oleh parlemen Inggris seperti layaknya

undang-undang dalam sistem kontinental. Statute Law merupakan sumber

hukum kedua setelah yurisprudensi. Untuk melaksanakan Statute Law dibuat

perangkat peraturan pelaksanaan oleh instansi-instansi pemerintah yang

10
bersangkutan.Fungsi Statute Law sebatas pelengkap common law yang

terkadang memiliki celah celah, dan tidak ditujukan untuk mengatur suatu

permasalahan secara menyeluruh. II akibat desakan perubahan peraturan-

peraturan secara cepat, dibandingkan dengan yurisprudensi yang dirasakan

lamban. Pembentukan statute law oleh Parlemen sebenarnya merupakan

bentuk penyimpangan sistem common law, yakni bentuknya yang berupa

undang-undang (written law),dan dapat merubah putusan pengadilan

(yurisprudensi) dengan suatu undang-undang baru. Namun tindakan parlemen

untuk mengubah yurisprudensi ini dibatasi oleh pendapat umum serta pendapat

para sarjana hukum. Sehingga meski memiliki hukum tertulis, masih dibatasi

pendapat-pendapat umum maupun para sarjana hukum secara obyektif yang

didasarkan pada pengetahuan atas kebiasaan atau common law yang telah ada.

3. Custom, yakni kebiasaan yang sudah berlaku selama berabad-abad di Inggris

sehingga menjadi sumber nilai-nilai. Dari nilai-nilai ini hakim menggali serta

membentuk norma-norma hukum. Custom ini kemudian dituangkan dalam

putusan pengadilan. Di Inggris dikenal dua macam custom, yaitu local

custom(kebiasaan setempat) dan commercial custom (kebiasaan yang menyangkut

perdagangan).

4. Reason (akal sehat). Reason atau common senses berfungsi sebagai sumber

hukum jika sumber hukum yang lain tidak memberikan penyelesaian terhadap

perkara yang sedang ditangani oleh hakim, artinya tidak didapatkan norma

hukum yang mampu memberikan penyelesaian mengenai perkara yang sedang

diperiksa. Reason merupakan cara penemuan hukum dalam sistem common

law ketika menghadapi masalah-masalah hukum yang tidak ditemukan norma-

11
norma hukumnya dari sumber-sumber hukum yang lain. Dengan reason, para

hakim dibantu untuk menemukan norma-norma hukum untuk memberikan

keputusan.

C. SISTEM HUKUM ANGLO SAXON DI INDONESIA

Bicara istilah hukum merupakan sesuatu hal yang tidak asing di telinga

kita. Apabila kita mulai membicarakan hukum sebagai sarana, maka sebenarnya

kita telah memasuki pembicaraan mengenai hukum sebagai konsepsi yang modern.

Hal ini dikarenakan hukum merupakan suatu kebutuhan masyarakat sehingga ia

bekerja dengan cara memberikan petunjuk tingkah laku kepada manusia dalam

memenuhi kebutuhannya. Ia merupakan pencerminan kehendak manusia tentang

bagaimana seharusnya masyarakat itu dibina dan kemana harus diarahkan.

Ide negara hukum di zaman modern lebih menempatkan konsep

”rechtsstaat” dan ”the rule of law”. Dimana konsep negara hukum telah

dikembangkan di Eropa Kontinental antara lain oleh Immanuel Kant, Paul Laband,

Julius stahl, Fichte, menggunakan istilah Jerman Yaitu “rechsstaat”, sedangkan

konsep negara hukum yang dikembangkan dalam tradisi Anglo Amerika yang

berasal dari anglo saxon Inggris dipelopori A.V. Dicey disebut dengan “The Rule

of Law”. Tumbuh dan berkembangnya konsep Rule of Law pertama kali diterapkan

di Negara-negara yang menganut common law system seperti Inggris dan Amerika

Serikat, dimana kedua negara tersebut mengejawantahkannya sebagai perwujudan

dari persamaan hak, kewajiban, dan derajat dalam suatu negara di hadapan hukum.

Hal tersebut berlandaskan pada nilai-nilai hak asasi manusia, bahwasanyasetiap

warganegara dianggap sama di hadapan hukum dan berhak dijamin hak asasi

12
manusianya melalui sistem hukum dalam Negara tersebut. Pokok ajaran dari rule

of law adalah terciptanya tatanan keadilan dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara, dimana rakyat bisa memperoleh kepastian hukum, rasa keadilan, rasa

aman, dan dijamin hak-hak asasinya. Hal ini mengandung makna, rasa keadilan

yang kembali kepada rakyat, bukan kepada kekuasaan dan para penguasa yang

menciptakan hukum.10

Sistem hukum di Indonesia saat ini merupakan sistem hukum yang

didasarkan pada asas konkordasi, yakni menerima secara sukarela untuk

memperlakukan sistem hukum yang berasal dari daratan Eropa Kontinental.

Namun sebagai negara kepulauan yang memiliki beragam tradisi dalam

masyarakatnya, di Indonesia juga berlaku hukum adat sebagai hukum asli. Belum

lagi penetrasi ajaran-ajaran hukum Islam dalam kehidupan bangsa Indonesia

sebagai konsekuensi penduduknya yang mayoritas muslim. Sehingga di beberapa

daerah hukum adat turut pula dipengaruhi oleh nilai-nilai ajaran Islam.

Sebagai negara yang menganut civil law sistem, Indonesia mengedepankan

hokum positif sebagai patokan dalam menjalankan tugas-tugas negara dan juga

dalamm sistem peradilannya. Apabila Sebagai negara yang menganut civil law

sistem, Indonesia mengedepankan hukum positif sebagai patokan dalam

menjalankan tugas-tugas negara dan juga dalam sistem peradilannya. Apabila

konsep negara hukum Indonesia dengan civil law sistemnya diterapkan sesuai

dengan prinsip-prinsip idealnya maka rule of law sudah pasti akan dapat terwujud.

Dan civil law sistem yang dianut merupakan sistem yang telah menjadi dasar tata

10
Sripuji Ningsih. 2012. Konsep Hukum Indonesia di Masa Sekarang.
Pekalongan:FHU. Hal. 136

13
hukum di sini. Rule of law yang menjadi konsep hukum dan keadilan dari negara-

negara common law merupakan suatu tatanan yang sifatnya baru bagi sistem

hukum kita saat ini.11

Tampak dari gambaran di atas, Indonesia adalah penganut pluralisme

hukum, meliputi; Hukum Adat, Hukum Islam, Civil Law, dan Common Law yang

kesemuanya hidup berdampingan. Keanekaragaman sistem hukum yang ada

menjadikan pembangunan hukum di Indonesia sulit untuk diciptakannya suatu

unifikasi hukum yang berlaku menyeluruh. Unifikasi hanya terbatas pada bidang-

bidang hukum yang netral, seperti ekonomi, perdagangan, perburuhan, dan pidana.

Setelah Indonesia merdeka dan mulai masuknya investasi asing, lambat

laun pengaruh common law menginfiltrasi perkembangan hukum di Indonesia.

Akibatnya di Indonesia terdapat pluralisme hukum, meliputi; Hukum Adat, Hukum

Islam, Civil Law dan Common Law yang kesemuanya hidup berdampingan.

Sehingga perkembangan hukum di Indonesia sangat dipengaruhi oleh

keanekaragaman agama, adat, masyarakat dan sistem hukum yang hidup di

Indonesia itu sendiri, civil law, common law, maupun hukum-hukum adat yang ada

Sistem hukum di Indonesia saat ini merupakan sistem hukum yang

didasarkan pada asas konkordasi, yakni menerima secara sukarela untuk

memperlakukan sistem hukum yang berasal dari daratan Eropa Kontinental.

Namun Indonesia juga memiliki beragam tradisi dalam masyarakatnya, yang di

dalamnya berlaku hukum adat sebagai hukum asli. Belum lagi penetrasi ajaran-

ajaran hukum Islam yang di beberapa daerah turut mempengaruhi hukum adat.

11
Sripuji Ningsih. 2012. Konsep Hukum Indonesia di Masa Sekarang.
Pekalongan:FHU. Hal. 137

14
Setelah Indonesia merdeka dan mulai masuknya investasi asing, lambat laun

pengaruh common law menginfiltrasi perkembangan hukum di Indonesia.

Akibatnya di Indonesia terdapat pluralisme hukum, meliputi; Hukum Adat, Hukum

Islam, Civil Law dan Common Law yang kesemuanya hidup berdampingan.

Sehingga perkembangan hukum di Indonesia sangat dipengaruhi oleh

keanekaragaman agama, adat, masyarakat dan sistem hukum yang hidup di

Indonesia itu sendiri, civil law, common law, maupun hukum-hukum adat yang ada

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Dr. Nurul Qamal.2010. Perbandingan Sistem Hukum dan Peradaban Civil law
Syistem dan common Law System. Makassar: Pustaka Refleksi.

Sripuji Ningsih. 2012. Konsep Hukum Indonesia di Masa Sekarang. Pekalongan:FHU.

Peter de Cruz. 2010. Perbandingan Sistem Hukum. Bandung: Nusamedia.

Makalah

15
Kelompok V. 2012. Makalah Sejarah Civil law dan Common Law
System,hubungannya dan Perkembangan Hukum di Indonesia.

Internet

Fariza Eupho. Sistem Hukum Anglo Saxon dan Sistem Hukum Eropa Kontinental,
diakses melalui http://eupholaw.blogspot.co.id/2014/10/sistem-hukum-
anglo-saxon-dan-sistem.html, pada tanggal 18 Nofember 2017. Pukul 17.23
Wita

HaniBlush. 2010.Hukum Tanah Inggrs Anglo Saxon, diakses dari


http://hanyblush.blogspot.co.id/2010/09/hukum-tanah-inggris-anglo-
saxon.html, pada tanggal 20 Nofember 2017. Pukul 12.32 Wita

Rahma. 2012. Sistem hokum Anglo Saxon, diakses


darihttp://rahmalways.blogspot.co.id/2012/05/sistem-hukum-anglo-
saxon_22.htm, pada tanggal 19 Nofember 2017. Pukul 06.15 Wita

16

Anda mungkin juga menyukai